Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

HAND FOOT AND MOUTH DISEASE

DISEDIAKAN OLEH :

NOR AZLYZA BINTI AHMAD MOIN

030.08.291

PEMBIMBING:

dr. DANIEL EFFENDI Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RSUD BUDHI ASIH

PERIODE 26 AUGUSTUS – 2 NOVEMBER 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul ‘HAND FOOT
AND MOUTH DISEASE’ ini. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas
kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit anak Fakultas Kedokteran Trisakti di Rumah Sakit
Umum Daerah Budhi Asih periode 26 Augustus – 2 november 2013. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada dr. Daniel Effendi Sp A selaku pembimbing dalam penyusunan referat ini.
Tidak dilupakan kepada teman-teman dan semua pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian
referat ini. Penulis menyedari referat ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk referat ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.
BAB 1
PENDAHULUAN
KTM (Kaki tangan dan Mulut) atau dahulu serimg disebut “Flu Singapura” sebenarnya
adalah penyakit yang didunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease
(HFMD) atau penyakit Kaki, Tangan dan Mulut ( KTM ). Mengapa disebut flu singapura karena
pertengahan September tahun 2000 lalu, penyakit tangan, kaki dan mulut pernah merebak di
Singapura. Pemerintah Singapura bahkan sampai menganjurkan agar seluruh restoran siap saji,
kolam renang, dan tempat bermain anak-anak ditutup sementara setelah tiga anak diberitakan
meninggal karena diduga terkena penyakit tersebut. Sebanyak 440 taman kanak-kanak (TK) dan
557 pusat perawatan anak diliburkan. Penyakit KTM ini adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae (Pico, Spanyol = kecil ),
Genus Enterovirus ( non Polio ). Genus yang lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus.
Didalam Genus enterovirus terdiri dari Coxsackie A virus, Coxsackie B virus, Echovirus dan
Enterovirus.(1)
Wabah KTM cenderung terjadi setiap 3 tahun di Amerika Serikat. Kejadian HFMD di
seluruh dunia dilaporkan.  Pola musiman terjadi di daerah beriklim sedang, dengan kejadian
puncak pada akhir musim panas dan awal musim gugur.  Infeksi KTM lebih berat pada bayi dan
anak dibandingkan orang dewasa, tetapi umumnya, penyakit ini memiliki manifestasi ringan.(1)
Tidak ada predileksi ras untuk penyakit infeksi ini. Rasio penderita laki-laki dan
perempuan adalah 1:1. Sebagian besar kasus tangan-kaki-dan-mulut penyakit mempengaruhi
anak-anak muda dari 10 tahun, meskipun kasus pada orang dewasa dilaporkan.(1)

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Hand Foot and Mouth Disease (HFMD) atau infeksi Kaki, Tangan dan Mulut ( KTM ) adalah
penyakit virus akut yang muncul sebagai erupsi vesikular di mulut. Infeksi ini juga dapat
melibatkan tangan, kaki, pantat, dan  atau alat kelamin. Coxsackie virus Tipe 16 (CV A16)
adalah virus penyebab yang terlibat dalam sebagian besar kasus infeksi KTM, tetapi penyakit ini
juga terkait dengan coxsackie virus A5, A7, A9 A10, B2, dan strain B5. Enterovirus 71 (EV-71)
juga menyebabkan wabah HFMD dengan keterlibatan neurologis terkait di wilayah Pasifik
barat. Coxsackie virus adalah subkelompok dari enterovirus dan merupakan anggota dari
keluarga Picornaviridae. Keluarga ini terdiri dari kecil, tidak memiliki amplop, beruntai tunggal
virus RNA.(1)

Infeksi KTM adalah penyakit berjangkit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang
masuk dalam famili Picornaviridae (bahasa Spanyol Pico:kecil), Genus Enterovirus (non Polio).
Di dalam Genus Enterovirus terdiri dari virus  Coxsackie A,
virus Coxsackie B, Echovirus dan Enterovirus. Penyebab KTM yang paling sering pada pasien
rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena
keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71.
Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai penyakit.(1)

Penyakit KTM sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. KTM adalah
penyakit umum yang menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun (kadang sampai 10
tahun). Orang dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus. Penularannya melalui kontak
langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet, air liur, tinja, cairan dari vesikel atau
ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang-barang yang terkontaminasi oleh
sekresi itu. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa seperti lalat dan kecoa. Penyakit KTM ini
mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena KTM lagi oleh virus strain
enterovirus lainnya.(1)
B. EPIDEMIOLOGI

Pada tahun 1997, 31 anak meninggal dalam suatu wabah di Malaysia pada negara
bagian Sarawak. Pada tahun 1998, ada suatu wabah di Taiwan, terutama yang memengaruhi
anak-anak, tercatat bahwa 405 sakit parah dan 78 meninggal. Jumlah kasus yang diperkirakan
epidemi telah mencapai 1,5 juta. Pada tahun 2006, 7 orang tewas dalam sebuah wabah
di Kuching, Sarawak. Pada tahun 2006, setelah pecahnya Chikungunya di selatan dan beberapa
bagian barat India, kasus KTM dilaporkan. Wabah di Cina dimulai pada bulan Maret di Fuyang,
Anhui, mengakibatkan terinfeksi 25.000, dan 42 meninggal. Wabah serupa dilaporkan di
Singapura (lebih dari 2.600 kasus sebagai 20 April 2008), Vietnam (2,300 kasus, 11 meninggal),
Mongolia (1,600 kasus), dan Brunei (1053 kasus antara bulan Juni sampai Agustus 2008). 17
anak meninggal dalam suatu wabah di selama bulan Maret dan April 2009 di Provinsi
Shandong, China timur dan 18 anak-anak meninggal di Provinsi Henan. Sembuh dari 115.000
kasus yang dilaporkan di Cina dari Januari hingga April, 773 itu parah dan 50 orang fatal.(2)

Pada tahun 2009, di Indonesia, di mana penyakit ini sering disebut flu Singapura,
penyakit ini dilaporkan dari Jakarta bahwa delapan anak-anak tertular. Pada akhir April,
lembaga-lembaga kesehatan peringatan pusat kesehatan masyarakat Jakarta mendukung
langkah-langkah pencegahan, termasuk penggunaan termal scanner di bandara untuk
menghindari perjalanan ke Singapura.(2)

a. Host

PTKM sering di masukkan dalam golongan nonpolio enteroviruses. Manusia adalah satu-
satunya yang di kenal menjadi reservoir virus ini, artinya belum pernah di laporkan reservoir
lain dari burung atau binatang yang lain. Virus seperti enterovirus memang pernah di isolasi dari
anjing dan hewan, tetapi tidak ada bukti bahwa virus tersebut menular dari hewan ke manusia.
Di luar tubuh manusia virus ini dapat hidup di limbah air kotor dan dapat bertahan hidup sampai
6 bulan.(3)

b. Cara Penularan
Sampai sekarang yang di ketahui adalah penularan fecal oral. Melihat hasil kultur juga positif
dari bahan yang di ambil dari usapan tenggorok, maka kemungkinan besar juga dapat di tularkan
lewat droplet infection atau oral-oral dari satu orang ke orang lain. Ada yang mengatakan faktor
pembawa seperti kecoa dan lalat.(3)
c. Jenis kelamin
Laki-laki lebih banyak terkena PTKM. Tetapi hal ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
(3)

d. Umur
Lebih muda umur individu lebih peka terhadap PTKM. Bayi lebih peka terhadap PTKM
daripada orang dewasa. Gejala klinik juga lebih nyata. Umur kepekaan ada yang mengambil
batas 5 tahun.(3)
e. Imunitas individu
Pada individu yang ada gangguan imunitas misalnya imunodefisiensi pasca cangkok sumsum
tulang, bayi, akan lebih peka terhadap PTKM. Hal ini yang menjadi dasar pemberian
immunoglobulin pada bayi di kamar bayi rumah sakit yang di ada wabah PTKM.(3)
f. Musim
Di negara 4 musim, penyakit ini terjadi pada musim panas. Para klinis perlu menanyakan dan
mengetahui tentang pengaruh musim pada anamnesis pasien. Di luar musim panas kemungkinan
PTKM kecil. Berbeda dengan daerah tropis(Indonesia) kemungkinan PTKM dapat terjadi wabah
sepanjang tahun. Pengaruh ini berhubungan dengan ketersediaan air sebagai tempat hidup virus
di luar tubuh manusia. Pada musim dingin air diluar jadi es, pada musim panas banyak air yang
dapat untuk hidup enterovirus.(3)
g. Wabah enterivirus

h. Jenis virus

Penyebab PTKM bermacam-macam enteroviruses. Pertama kali PTKM di duga hanya dari virus
coxsackie. Tetapi beberapa wabah menunjukkan bahwa enteroviruses juga menyebabkan
PTKM.(3)

C. ETIOLOGI
HFMD atau dikenal juga dengan sebutan PTKM merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus RNA yang masuk dalam family Picornaviridae, genus Enterovirus, terutama virus
Coxsackie Grup A, khususnya tipe A16. Di dalam famili Picornaviridae, terbagi menjadi genus
Enterovirus dan Rhinovirus. Di dalam genus Enterovirus, terdiri dari Poliovirus, tipe 1-3;
Coxsackievirus kelompok A, tipe 1-24 (tidak ada tipe 23); Coxsackievirus kelompok B, tipe 1-6;
Echovirus, tipe 1-34 (tidak ada tipe 10 dan tipe 28); dan Enterovirus, tipe 68-71. Enterovirus
adalah penghuni sementara saluran pencernaan manusia dan dapat diisolasi dari tenggorokan
atau usus bawah. Enterovirus yang bersifat sitopatogenik (Poliovirus, Echovirus, dan beberapa
Coxsackie virus), pertumbuhannya dapat segera terjadi pada suhu 36 oC sampai 37oC dalam
biakan primer sel ginjal manusia dan monyet. Coxsackie virus yang termasuk dalam genus
Enterovirus, terbagi menjadi kelompok A dan B. Coxsackie virus kelompok A serotipe tertentu
menyebabkan penyakit herpangina; Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (PTKM); dan
konjungtivitas hemoragik akut. Coxsackie virus kelompok B dapat menyebabkan penyakit
pleurodinia, miokarditis, perikarditis, dan meningoensefalitis. Penyebab HFMD yang paling
sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie virus A16, sedangkan yang memerlukan
perawatan karena keadaannya lebih berat atau timbul komplikasi sampai menyebabkan pasien
meninggal disebabkan oleh Enterovirus 71.(3)
Coxsackie virus A16 memiliki ukuran partikel 27nm, virion RNA messenger, 31% RNA
di virion, bersifat stabil dalam pH asam (pH 3,0-5,0) selama 1-3 jam, komposisi RNA: A=30%,
U=24%, G=23%, C=23%; memiliki berat jenis apung kira-kira 1,34 gram /ml dalam CsCl. Virus
ini sangat infektif pada mencit yang baru lahir, yaitu dapat menyebabkan miositis yang meluas
dalam otot-otot lurik mencit yang baru lahir sehingga mengakibatkan kelumpuhan lemas tanpa
gejala-gejala lain. Sifat antigen dari Coxsackie virus yaitu sekurang-kurangnya sekarang dikenal
29 tipe imunologik Coxsackie virus yang berlainan, 23 tipe terdaftar dalam kelompok A
(termasuk Coxsackie virus A16) dan 6 tipe terdaftar dalam kelompok B.(3)
Gambar 1 : Struktur virus coxsackie(4)

D.PATOGENESIS
Selama masa epidemik, virus menyebar dengan sangat cepat dari satu anak ke anak yang lain
atau dari ibu kepada janin yang dikandungnya. Virus menular melalui kontak langsung dengan
sekresi hidung dan mulut, tinja, maupun virus yang terhisap dari udara. Implantasi dari virus di
dalam bukal dan mukosa ileum segera diikuti dengan penyebaran menuju nodus-nodus limfatik
selama 24 jam. Setelah itu segera timbul reaksi berupa bintik merah yang kemudian membentuk
lepuhan kecil mirip dengan cacar air di bagian mulut, telapak tangan, dan telapak kaki. Selama 7
hari kemudian kadar antibodi penetral akan mencapai puncak dan virus tereliminasi.(5)

E. GEJALA KLINIK

 Gejala awal HFMD sangat mirip dengan penyakit flu. Hari pertama dan kedua ditandai
dengan demam tidak terlalu tinggi, kemudian nyeri telan, tidak mau makan dan minum.
Pada bayi, para orang tua membawa anaknya ke dokter karena demam, tidak mau netek
(minum) dan ngeces (ngiler, keluar liur).(5)
 Selanjutnya mulai muncul bintik berair (vesikel) yang mudah pecah di dalam rongga
mulut, kadang menimbulkan ulkus mirip dengan stomatitis aftosa ( sariawan ), diikuti
dengan timbulnya bintik berair di telapak tangan dan kaki. Gejala ini biasanya muncul
pada hari ketiga.(5)

 Bintik berair adakalanya menyebar ke badan, terutama paha, bokong, perut, lengan dan
wajah. Bentuk vesikel mirip dengan Cacar Air, bedanya pada HFMD lebih lunak dan
lebih cepat pecah. Karenanya para orang tua biasanya menduga Cacar air. Pada lepuhan
yang lebih besar, mirip dengan impetigo.(5)

 Selanjutnya, keluhan akan berangsur mereda dan sembuh dalam 7-10 hari.(5)

Pada HFMD yang berat (disebabkan EV 17) perlu dirawat di Rumah Sakit. Adapun gejala-
gejala HFMD berat antara lain: demam tinggi hinga lebih dari 39 Celsius, nadi cepat, frekensi
napas cepat dan sesak, terjadinya gangguan neurologis, kejang, serta penurunan kesadaran.(5)
Sebelumnya sekitar 50% –90% enterovirus tidak menimbulkan gejala. Sebagian hanya
menimbulkan demam yang tak spesifik. Jadi spektrum infeksi virus coxsackie dan enterovirus.
Seperti berikut: (5)

Tabel 1 : spektrum infeksi virus coxsackie dan enterovirus(6)

Asimptomatik undifferentiated Gejala klasik Gejala berat


50% - 90% 10% 10% 10%

1. Undifferentiated

- Demam 1 – 2hari

- Meriang atau tidak enak badan

- Muncul merah di mulut mungkin tidak ada lalu sembuh

2. Gejala Klasik

- Masa inkubasi PTKM 4 – 6 hari

- Coxsackie virus A – 16 adah penyebab utama


- Masa demam 1 – 2 hari enanthem dan eksanthem (90%)

- Rasa sakit di tenggorokan 67%

- Rasa lelah 61%

3. Gejala berat :

- Demam

- Sariawan

- Rash di tangan dalam bentuk papula vesikuler

- Tachycardia

- Sianosis

- Paru-paru krepitasi

- Takipnoe

- Distress respirasi

Cara penularan HFMD terjadi melalui 3 jalan: (6)


1. Kontak langsung dengan penderita melalui cairan lepuhan yang keluar dari bintik berair
dikulit penderita. Selama lepuhan kulit masih mengeluarkan cairan, penderita
dapatmenularkan virus kepada orang-orang ( terutama anak ) di sekitarnya.
2. Melalui percikan butiran ludah (droplet) dan pernapasan.
3. Jalur oro-fecal melalui tangan, mainan dan sesuatu yang tercemar oleh faeces penderita
kemudian masuk ke dalam mulut. Kita tahu bahwa anak pada umumnya suka
memasukkantangan ke dalam mulut saat memegang apapun yang ada di sekitarnya.
Gambar 2 : Gejala klinis yang terlihat di tangan, kaki dan mulut(6)

F. DIAGNOSIS

ANAMNESIS

Penderita akan mengalami demam yang tidak terlalu tinggi sekitar 2 hingga 3 hari yang disertai
dengan faringitis. Terjadi ulcus dimulut seperti sariawan terasa nyeri sehingga sulit untuk
menelan. Selain itu penderita juga akan mengaku timbul lepuh kemerahan yang kecil dan rata,
tidak gatal di telapak tangan dan kaki.(7)

PEMERIKSAAN FISIK

Pada daerah mulut didapatkan ulcus yang tampak seperti sariawan, biasanya didaerah lidah, gusi
ataupun mukosa pipi sebelah dalam. Bersamaan dengan itu timbul ruam atau vesikel,
papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki. Kadang-kadang ruam juga didapatkan
di bagian bokong.(7)

LABORATORIUM

Secara umum, tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium klinik secara spesifik, karena data
umumnya sebagai berikut : (7)
- Jumlah leukosit 4000 – 16.000/L.
- Terkadang ditunjukkan suatu limfosit tipe asing.
- Virus dapat diisolasi dari cairan vesikel dan permukaan mukosa, sampel tinja, dibiakkan di atas
media virus.
- Antibodi khas cepat menghilang dan timbul hanya dalam waktu singkat.
Bahan pemeriksaan yang dapat diambil dari tubuh dapat diambil dari tinja, usap rektal,
cairan serebrospinal dan usap/swab ulcus di mulut/tenggorokan, vesikel di kulit spesimen atau
biopsi otak. Spesimen dibawa dengan Hanks Virus Transport. Isolasi virus dencara biakan sel
dengan suckling mouse inoculation. Setelah dilakukan “Tissue Culture”, kemudian dapat
diidentifikasi strainnya dengan antisera tertentu / IPA, CT, PCR dll. Dapat dilakukan
pemeriksaan antibodi untuk melihat peningkatan titer.(7)

Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk penelitian klinis. Deteksi Virus  


Immuno histochemistry (in situ) dengan Imunofluoresensi antibodi (indirek) Isolasi dan
identifikasi virus. Pada sel Vero RD, L BUji netralisasi terhadap intersekting pool. sAntisera
(SCHMIDT pools) atau EV-71 (Nagoya) antiserum. Deteksi RNA, RT-PCR Primer : 5
CTACTTTGGGTGTCCGTGTT 35 GGGAACTTCGATTACCATCC/ Partial DNA sekuensing
(PCR Product). Serodiagnosis Serokonversi paired sera dengan uji serum netralisasi terhadap
virus EV-71 (BrCr, Nagoya) pada sel Vero. Uji ELISA sedang dikembangkan. Sebenarnya
secara klinis sudah cukup untuk mendiagnosis KTM, hanya kita dapat mengatahui apakah
penyebabnya Coxsackie A-16 atau Enterovirus 71.(7)

G. TATALAKSANA

Pada kondisi penderita dengan kekebalan dan kondisi tubuh cukup baik, biasanya tidak
diperlukan pengobatan khusus. Peningkatan kekebalan tubuh penderita dilakukan dengan
pemberian konsumsi makanan dan cairan dalam jumlah banyak dan dengan kualitas gizi yang
tinggi, serta diberikan tambahan vitamin dan mineral jika perlu. Jika didapati terjadinya gejala
superinfeksi akibat bakteri maka diperlukan antibiotika atau diberikan antibiotika dosis rendah
sebagai pencegahan.(8)
Secara umum, untuk menekan gejala dan rasa sakit akibat timbulnya luka di mulut dan
untuk menurunkan panas dan demam, digunakan obat-obatan golongan analgetika dan
antipiretika. Dari aspek farmakoterapi, hal penting untuk diperhatikan dalam pengobatan
penyakit KTM adalah bahwa beberapa golongan obat dapat menimbulkan sindroma Steven-
Johnson yang menunjukkan gejala mirip dengan penyakit KTM dan dapat memperparah ulser.
Golongan obat tersebut adalah : barbiturat, karbamazepin, diflusinal, hidantoin, ibuprofen,
penisilin, fenoftalein, fenilbutazon, propranolol, kuinin, salisilat, sulfonamida, sulfonilurea,
sulindac, dan tiazida.(8)
Antiseptik oral digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat jamur atau bakteri.
Beberapa golongan antasida dan pelapis mukosa lambung juga digunakan untuk mengatasi ulkus
di saluran cerna dan lambung. Berikut adalah daftar obat-obatan yang bisa digunakan untuk
mengatasi Penyakit Kaki Tangan dan Mulut secara simptomatik.(8)

Medikamentosa

1. Antipiretika : digunakan untuk menurunkan demam, misalnya : asetaminofen. Perlu


diperhatikan bahwa penggunaan golongan NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs)
dapat menimbulkan gejala sindrom Stenven-Johnson yang menunjukkan gejala mirip dengan
penyakit ini dan dapat memperparah ulser sehingga disarankan untuk digunakan dengan
golongan antasida, atau jika ada dipilih golongan antipiretika/analgetika yang lain.(8)
2. Antiseptika : berbagai bentuk sediaan kumur, seperti betadine dan tablet hisap seperti SP
troches, FG troches.(8)
3. Antibiotika : lokal atau sistemik, digunakan untuk mencegah atau mengatasi infeksi karena
mikroba pada ulser di mulut dan kulit neosporin (lokal), klindamisin dan eritromisin.(8)
4. Bahan anestetika lokal untuk mengurangi rasa sakit di daerah mulut.(8)
5. Antihistamin: Inhibisi antihistamin pada reseptor H1 menyebabkan kontriksi bronkus, sekresi
mukosa, kontraksi otot halus, edema, hipotensi, depresi sususan saraf pusat, dan aritmia jantung.
(8)

6. Golongan Antasida dan Antiulser digunakan untuk mengatasi gastritis, ulser di mulut dan
saluran cerna. Biasanya digunakan untuk kumur, namun jika didiagnosis ada luka di saluran
gastrointestinal maka antasida ditelan.(8)

Non medikamentosa:
- Virus masih dapat berada di dalam tinja penderita hingga 1 bulan.
- Isolasi pasien sebenarnya tidak diperlukan, namun perlu istirahat untuk pemulihan dan
pencegahan penularan lebih luas.
- Selalu mencuci tangan dengan benar untuk mengurangi resiko penularan.
- Jangan memecah vesikel.
- Mencegah kontak dengan cairan mulut dan pernafasan antara penderita dengan anggota
keluarga yang lain.
- Meningkatkan kekebalan tubuh dengan sebisa mungkin makan makanan bergizi, sayur-sayuran
berkuah, jus buah, segera setelah rasa nyeri di mulut berkurang.
- Mencegah dehidrasi dengan memasukkan cairan, untuk mengurangi rasa sakit sebisa mungkin
cairan yang isotonis dan isohidris (tidak terasa asam/terlalu manis).

H. KOMPLIKASI

Meski sangat jarang, dalam keadaan daya tahan tubuh yang sangat rendah atau
immunocomprimized dapat terjadi komplikasi yang berbahaya dan mengancam jiwa. Komplikasi
yang dapat terjadi adalah Meningitis atau infeksi otak (aseptic meningitis, meningitis serosa/non
bakterial) atau Encephalitis ( infeksi otak bulbar ). Komplikasi yang sangat jarang lainnya adalah
myocarditis atau gangguan jantung (Coxsackie Virus Carditis) dan gangguan persarafan
pericarditiso Paralisis akut flaksid.(8)

Infeksi enterovirus juga dapat menyebabkan miokarditis, pneumonia, meningoensefalitis, dan


bahkan kematian. Infeksi ini jarang terjadi  berulang dalam waktu dekat. Meski secara umum
infeksi ini ringan namun, sebuah wabah besar infeksi KTM  disebabkan oleh Enterovirus 71 di
Taiwan dilaporkan terjadi angka kematian tinggi sekitar 19,3% pada kasus berat. kematian
disebabka karena akibat perdarahan paru. Selama wabah ini, angka kematian yang tertinggi pada
anak-anak muda dari 3 tahun. Sedangkan kasus infeksi KTM di Singapura pernah dilaporkan
telah merenggut 7 korban jiwa, sebagian besar dari pneumonitis interstisial atau ensefalitis
batang otak.  Infeksi KTM adalah penyakit ringan namun dalam keadaan temuan fisik yang tidak
biasa, peningkatan jumlah sel darah putih, dan muntah dan tidak adanya ulkus oral atau luka
sariawan di mulut mungkin menandakan pasien dengan risiko tinggi hasil yang dapat berakibat
fatal.  Dalam salah satu penelitian terhadap wabah infeksi KTM yang disebabkan oleh
Enterovirus 71 di Sarawak, Malaysia dilaporkan terdapat 3 faktor risiko klinis untuk membantu
mendeteksi anak-anak berisiko untuk komplikasi neurologis.  Total durasi demam selama 3 hari
atau lebih, ketinggian puncak suhu lebih besar atau sama dengan 38,5°C, dan riwayat kelemahan
tubuh secara umum terkait dengan pleositosis cairan serebrospinal.(8)

Infeksi KTM bila terkena pada ibu hamil pada trimester pertama dapat mengakibatkan
aborsi spontan atau hambatan pertumbuhan dalam kandungan.(8)

Beberapa penyakit yang juga disebabkan karena virus sejenis ini adalah: (8)

1. Vesicular stomatitis dengan exanthem (KTM) – Cox A 16, EV 71 (Penyakit ini)

2. Vesicular Pharyngitis (Herpangina) – EV 703. Acute Lymphonodular Pharyngitis – Cox A 10

I. PENCEGAHAN

Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang baik. Penularan sering
terjadi ditempat yang padat seperti sekolah, asrama dan pesantren. Kebersihan dan sanitasi
lingkungan dan perorangan harus diperhatikan misalnya kebiasaan mencuci tangan, disinfeksi
peralatan makanan, mainan dan handuk. Umumnya pasien tidak perlu untuk diisolasi tetapi
hanya perlu menjaga kebersihan perorangan. Namun penyakit ini masih belum dapat dicegah
dengan vaksinasi.(8)
BAB III

KESIMPULAN

Penyakit PKTM adalah penyakit yang disebabkan oleh virus coxsackie A16 dan
enterovirus 71. Pencegahan utama yang dilakukan adalah pemutusan rantai penularan penyakit
dengan mencegah kontak dari satu penderita ke penderita yang lain. Pengobatan secara
simptomatik terutama dilakukan untuk menekan rasa nyeri di mulut, mempercepat penyembuhan
ulser di mulut, penekan demam, dan pencegahan infeksi skunder. Golongan obat yang bisa
diberikan adalah antipiretik, antasida, antihistamin non steroid, analgetik, dan antiseptik. Di
samping itu bisa diberikan vitamin dan mineral tambahan bagi penderita untuk membantu
meningkatkan kekebalan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

1. Notes from the Field: Severe Hand, Foot, and Mouth Disease Associated with
Coxsackievirus A6 — Alabama, Connecticut, California, and Nevada, November 2011–
February 2012, access on 30 september 2013, available at
http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/mm6112a5.htm
2. Hand foot and mouth disease, access on 29 september 2013, available at
http://www.cdc.gov/hand-foot-mouth/
3. N. Ilma, Penyakit Taki, Tangan dan Mulut dan Pengobatannya

4. Dedicated to Enhancing The Quality of Child Care, access on 1 september 2013,


available on www.ucsfchildcarehealth.org
5. Severe hand, foot and mouth disease killed Cambodian children, access on 29 september
2013, available at http://www.wpro.who.int/emerging_diseases/en/index.html

6. Departemen of Dermatology – Univ. Iowa College of Medicine, access on 29 september


2013, available at http://tray.dermatology.uiowa.edu/Coxsack01.html
7. Hand-Foot-and-Mouth Disease (Coxsackie Virus A16), access on 30 september 2013,
available at www.ucsfchildcarehealth.org
8. Pengobatan penyakit tangan kaki dan mulut, access on 30 september 2013, available at
http://www.news-medical.net/health/treatment-of-hand-foot-and-mouth-disease-
(Indonesian).aspx

Anda mungkin juga menyukai