Tugas Ilmu Kalam - Hubungan Ilmu Kalam Dengan Ilmu Lainnya
Tugas Ilmu Kalam - Hubungan Ilmu Kalam Dengan Ilmu Lainnya
Tugas Ilmu Kalam - Hubungan Ilmu Kalam Dengan Ilmu Lainnya
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kalam, filsafat dan tashawuf mempunyai memiliki kemiripan
obyek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu
yang berkaitan dengan-Nya. Objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan di
samping masalah alam, manusia dan segala sesuatu yang ada. Sementara itu
objek kajian tashawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-
Nya. Jadi, dilihat dari aspek obyek ketiga ilmu itu membahas yang berkaitan
dengan ketuhanan.
Baik ilmu kalam, filsafat maupun tashawuf berurusan dengan hal yang
sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha
mencari kebenaran tentang Tuhan dan berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan
wataknya sendiri pula berusaha menghampiri kebenaran baik tentang alam
maupun manusia atau tentang Tuhan. Sementara itu tashawuf dengan
metodenya yang tipikal berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan
dengan kebenaran spiritual menuju Tuhan. Dalam kaitannya dengan ilmu
kalam itu tashawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan spiritual dalam
pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam lewat hati (dzauq dan
wijjan) terhadap ilmu tauhid atau ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih
terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku kedua ilmu ini.
Keduanya memiliki hubungan yang kuat bahwasanya ilmu kalam
berfungsi sebagai pengendali ilmu tashawuf. Ilmu tashawuf juga memiliki
fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-perdebatan
kalam. Untuk melihat lebih lanjut hubungan antara ilmu kalam dengan
tashawuf alangkah baiknya menengok paparan Al-Ghazali dalam bukunya
yang berjudul Asma Al-Husna, Al-Ghazali telah menjelaskan dengan
persoalan tauhid kepada Allah. Dengan demikian, ilmu tashawuf merupakan
1
penyempurnaan ilmu kalam, jika dilihat bahwa ilmu tashawuf merupakan sisi
terapan rohaniyah dari ilmu kalam, semua persoalan yang berada dalam kajian
ilmu tauhid terasa lebih bermakna, tidak kaku, tetapi lebih dinamis dan
aplikatif.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini akan tergambar
dalam rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah Hubungan Ilmu
Kalam dengan Ilmu-ilmu Lainnya”
II. PEMBAHASAN
A. Hubungan Ilmu Kalam Dengan Filsafat Islam
Banyak para ahli yang berpendapat bahwa ilmu kalam dan filsafat
Islam memiliki hubungan karena pada dasarnya ilmu kalam adalah ilmu
ketuhanan dan keagamaan. Sedangkan filsafat Islam adalah pembuktian
intelektual.
Seperti halnya Dr. Fuad Al-Ahwani dalam bukunya filsafat Islam
tidak setuju kalau sama dengan ilmu kalam. Karena ilmu kalam dasarnya
adalah keagamaan atau ilmu agama. Sedangkan filsafat merupakan
pembuktian intelektual. Obyek pembahasannya bagi ilmu kalam berdasar pada
Allah swt. Dan sifat-sifatnya serta hubungannya dengan alam dan manusia
yang berada di bawah syari’at-Nya. Obyek filsafat adalah alam dan manusia
serta pemikiran tentang prinsip wujud dan sebab-sebabnya. Seperti filosuf
Aristoteles yang dapat membuktikan tentang sebab pertama yaitu Allah.
Tetapi ada juga yang mengingkari adanya wujud Allah swt. Sebagaimana
aliran materialisme.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya ilmu kalam dan
filsafat tidak memiliki hubungan karena obyek kajiannya berbeda. Kalam
obyek kajiannya lebih mendasar pada ketuhanan sedangkan filsafat Islam
objek kajiannya tentang alam manusia yang berada pada syari’atnya.
2
B. Hubungan Ilmu Kalam Dengan Tasawuf
Ilmu kalam adalah disiplin ilmu keIslaman yang banyak
mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan.
Persoalan-persoalan kalam ini biasanya mengarah sampai pada perbincangan
yang mendalam dengan dasar- dasar argumentasi, baik rasional (aqliyah)
maupun naqliyah. Argumentasi yang dimaksudkan adalah landasan
pemahaman yang cenderung menggunakan metode berpikir filosofis,
sedangkan argumentasi naqliyah biasanya bertendensi pada argumentasi
berupa dalil-dalil Al-Qur’an dan hadits. Pembicaraan materi-materi yang
tercakup dalam ilmu kalam terkesan tidak menyentuh rasa rohaniah. Sebagai
contoh, ilmu kalam menerangkan bahwa Allah bersifat Sama’, Bashar, Kalam,
Iradah, Qudrah, Hayat, dan sebagainya. Namun, ilmu kalam tidak menjelaskan
bagaimana seorang hamba dapat merasakan langsung bahwa Allah mendengar
dan melihatnya, bagaimana pula perasaan hati seseorang ketika membaca Al-
Qur’an, bagaimana seseorang merasa bahwa segala sesuatu yang tercipta
merupakan pengaruh dari kekuasaan Allah ? Pernyataan-pernyataan diatas
sulit terjawab hanya dengan berlandaskan pada ilmu kalam. Biasanya, yang
membicarakan penghayatan sampai pada penanaman kejiwaan manusia adalah
ilmu Tasawuf. Disiplin inilah yang membahas bagaimana merasakan tidak
saja termasuk dalam lingkup hal yang diwajibkan. Pada ilmu kalam ditemukan
pembahasan iman dan definisinya, kekufuran dan manifestasinya, serta
kemunafikan dan batasannya. Sementara pada ilmu tasawuf ditemukan
pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan
ketentraman. Sebagaimana dijelaskan juga tentang menyelamatkan diri dari
kemunafikan. Semua itu tidak cukup hanya diketahui batasan-batasannya oleh
seseorang. Sebab terkadang seseorang sudah tahu batasan-batasan
kemunafikan, tetapi tetap saja melaksanakannya.
Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu Tasawuf mempunyai fungsi
sebagai berikut :
1. Sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam.
Penghayatan yang mendalam lewat hati terhadap ilmu kalam menjadikan
3
ilmu ini lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan
demikian, ilmu Tasawuf merupakan penyempurna ilmu kalam.
2. Berfungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-
perdebatan kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam
dunia Islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan
rasional disamping muatan naqliyah, ilmu kalam dapat bergerak kearah
yang lebih bebas. Disinilah ilmu Tasawuf berfungsi memberi muatan
rohaniah sehingga ilmu kalam terkesan sebagai dialektika keIslaman
belaka, yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan hati.
4
D. Hubungan Ilmu Kalam Dengan Al Qur’an
Sebagai sumber ilmu kalam, Al-Qur’an banyak menyinggung hal yang
berkaitan dengan masalah ketuhanan, diantaranya QS. Al-Ikhlas (112): 3-4,
Ayat ini menunjukkan bahwa :” “Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan
serta tidak ada sesuatupun di dunia ini yang tampak sejajar dengan-Nya”
Ayat di atas berkaitan dengan dzat dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan eksistensi Tuhan. Hanya saja, penjelasan rincinya tidak ditemukan.
Oleh sebab itu, para ahli berbeda pendapat dalam menginterprestasikan
rinciannya. Pembicaraan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ketuhanan itu
di sistematisasikan yang pada gilirannya menjadi sebuah ilmu yang dikenal
dengan istilah ilmu kalam.
Dengan demikian, ilmu kalam dengan Al-Qur’an adalah ilmu yang
saling berketerkaitan yang tidak bisa dipisahkan, karena sumber dari ilmu
kalam adalah Al-Qur’an dan hadits. Al-Qur’an sendiri di dalam isinya banyak
membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan baik berupa dzat,
sifat, asma, perbuatan dan tuntunan sedangkan ilmu kalam juga membahas
keesaan Allah swt.
5
Sebutan lain yang lebih populer adalah Ilmu Kalam, karena bahasan yang
sedang ramai dibahas pada saat lahirnya ilmu kalam adalah masalah kalam
(firman Allah) disamping itu pembahasan ilmu ini menggunakan metode ilmu
mantiq (logika) sedangkan kata mantiq secara etimologi bahasa sinonim
dengan kalam. Kedua ilmu ini sangat berhubungan karena sama – sama
mempelajari kayakinan, ketaatan, dan katauhidan pada Allah.
6
persamaan illat. Dalam menentukan persamaan diperlukan pemikiran. Artinya,
pertimbangan akal diniai lebih baik bagi kehidupan masyarakat dan
perorangan.
Aliran-aliran teologi dalam islam semuanya memakai akal dalam
menyelesaikan persoalan teologinya dan berpedoman kepada wahyu, yang
membedakannya yatu dalam derajat kekuataan yang diberikan kepada akal
dan dalam interpretasi mengenai teks al-Quran dan Hadits. Teolog yang
berpendapat akal memiliki daya yang kuat memberi interpretasi yang liberal
mengenai teks ayat al-Quran dan hadits (terikat ayat qath’i) sehingga
dinamakan teologi liberal yang bebas berkehendak (contoh:mu’tazilah) yang
berpegang teguh pada logika namun sukar ditangkap golongan awam dan
Teolog yang berpendapat akal memiliki daya yang lemah memberi interpretasi
harfi/dekat mengenai teks ayat al-Quran dan hadits (terikat ayat zanni)
sehingga dinamakan teologi tradisional yang terbatas dalam berkehendak
(contoh: as’ariyah) yang berpegang pada arti harfi dan kurang menggunakan
logika namun mudah diterima kaum awam. Begitupun madzhab-madzhab
dalam fiqih adanya perbedaan dikarenakan kemampuan akal dalam
menginterpretasikan teks Al-Quran dan Hadits.
7
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hubungan Ilmu Kalam Dengan Syariat. Dalam bentuk (struktur) Islam,
ilmu kalam itu dasar diatasnya dibangun syari’at. Dalam Islam tanpa
kalam sebagaimana syari’at tidak bisa subur dan berkembang kalau tidak
di bawah lindungan akidah.
2. Hubungan Ilmu Kalam Dengan Al-Qur’an. Ilmu kalam dengan Al-Qur’an
adalah ilmu yang saling berketerkaitan yang tidak bisa dipisahkan, karena
sumber dari ilmu kalam adalah Al-Qur’an dan hadits.
3. Hubungan Ilmu Kalam Dengan Filsafat Islam. Banyak para ahli yang
berpendapat bahwa ilmu kalam dan filsafat Islam memiliki hubungan
karena pada dasarnya ilmu kalam adalah ilmu ketuhanan dan keagamaan.
Sedangkan filsafat Islam adalah pembuktian intelektual.
4. Hubungan Ilmu Kalam Dengan Ilmu Tauhid. Ilmu kalam dinamakan juga
ilmu tauhid dikarenakan sama-sama membahas tentang keesaan allah swt
dan tidak ada sekutu baginya.
5. Hubungan Ilmu Kalam Dengan Ilmu Aqidah. Ilmu kalam juga
mengajarkan agama islam yang sebenarnya.
6. Hubungan Ilmu Kalam Dengan Usuluddin. Ilmu kalam dengan usuluddin
mempunyai hubungan yang sangat erat karena mempelajari tentang dasar-
dasaar agama.
7. Hubungan Ilmu Kalam Dengan Syariah/Hukum. Ilmu kalam juga
membahas tentang syariah/hukum.
B. Saran
Kami dari Kelompok menyadari bahwa masih kurang sempurnya makalah
yang kami sajikan ini, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun untuk memperbaiki dan kesempurnaan dari makalah kami ini.