Anda di halaman 1dari 9

Menyimak Ekstensif

Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih
umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang
guru. Pada umumnya menyimak ekstensif dapat dipergunakan untuk dua tujuan yang berbeda.
Penggunaan yang paling dasar ialah menangkap atau mengingat kembali bahan yang telah dikenal atau
diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan cara yang baru. Ini merupakan suatu struktur yang baru-
baru ini telah diajarkan atau suatu perangkat leksikal yang telah diperkenalkan beberapa bulan
sebelumnya serta memerlukan perbaikan. Keuntungan menyingkatkan bahan lama kepada para siswa
dengan cara ini ialah mereka melihat hal itu secara wajar dalam lingkungan yang asli dan alamiah, bukan
hanya sekadar dalam hubungan kelas, hal itu pertama kali mungkin disajikan secara formal. Secara
psikologis, menyimak ekstensif terhadap bahasa "nyata-sebagai lawan dari bahasa "tulis - akan sangat
memuaskan selama kegiatan tersebut dapat memperagakan upaya-upaya para siswa di dalam kelas dan
dapat memberi keuntungan dalam kehidupan lingkungan bahasa yang hidup. Salah satu dari kegagalan
pengajaran bahasa yang paling besar dan paling umum adalah bahasa yang diajarkan kepada para siswa
secara keseluruhan tidak mencukupi untuk menggarap serta menangani arus atau tumpukan
rangsangan yang berhubungan dengan bahan Simakan yang datang kepadanya dari segala arah pada
saat pertama kalinya dia menginjakkan kaki di negeri asing (misalnya di Inggris bagi siswa yang belajar
bahasa Inggris). Maka, menyimak ekstensif tipe ini akan dapat membantunya dengan baik. Bahan-bahan
yang didengar dan disimaknya tentu saja tidak perlu selalu berupa suatu penyajian kembali sesuatu yang
telah diketahuinya. Menyimak ekstensif dapat pula memberi kesempatan dan kebebasan bagi para
siswa mendengar dan menyimak butir-butir kosa kata dan struktur-struktur yang masih asing atau baru
baginya yang terdapat dalam arus ujaran yang berada di dalam jangkauan dan kapasitas untuk
menanganinya. Mungkin saja terdapat sejumlah kata teknis yang belum diketahui atau bentuk kata yang
serba baru lagi asing Dalam hal ini terdapat suatu keakraban yang tidak disadari terhadap bentuk-bentuk
yang dalam waktu singkat akan menjadi bahan pelajaran dan bahan pengajaran dalam suatu pelajaran
bahasa. Bercerita-terutama sekali yang menarik bagi usia muda- merupakan suatu contohbagi bahan
menyimak ekstensit, dan kerap kali pula men cakup suatu wadah yang baik bagi kata-kata baru dan
beberapa struktur yang belum diajarkan sebelumnya. Pemahaman tidaklah dapat secara serius
terhalang selama minat paksaan terhadap cerita itu dapat menarik perhatian dan keakraban. Juga,
terhadap kerangka bahasa itu cukup untuk menyediakan suatu alur yang bersifat menjelaskan dan
memuaskan bagi bahan yang belum diketahui.

Guru sendiri merupakan sumber modal dalam bercerita. Karena salah satu tujuan menyimak ekstensif
adalah menyajikan kembali bahanlama dengan cara baru, kerap kali sangat baik bila hal ini dilakukan
dengan pertolongan pita-pita otentik yang merekam pembicaraan dalam masyarakat. Yang jauh lebih
efektif serta meyakinkan adalah kutipan-kutipan dari ujaran yang nyata dan hidup. Pada umumnya,
sumber yang paling baik bagi berbagai aspek menyimak ekstensif adalah rekaman-rekaman yang dibuat
oleh guru sendiri karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai.
Rekaman-rekaman tersebut dapat memanfaatkan berbagai sumber, seperti siaran radio dan televisi
(Brouhton [et all],1978370).

a. Menyimak Sosial
Pengalaman menunjukkan bahwa anak kecil umumnya mempunyai sedikit alasan untuk tidak menyimak
secara tekun dan sungguh-sungguh terhadap suatu hal. Cukuplah sang anak mempunyai jenis pilihan
menyimak secara acak (random) waktu dia mengobrol dengan teman-teman sebayanya pada kegiatan-
kegiatan bermain, atau dengan keluarganya dalam suatu usaha menjadi orang peramah yang suka
bergaul. Juga, dia menyimak secara kebetulan, walaupun dengan perhatian yang penuh pada cerita-
cerita yang dibacakan atau dikisahkan oleh ibunya. Menyimak secara kebetulan seperti itu sangat
penting sepanjang hidup kita dan dapat dikatakan mempunyai beberapa fase, yaitu:

1) menyimak sosial,

2) menyimak sekunder, dan

3) menyimak estetik.

Menyimak sosial (social listening) atau menyimak konversasional (conversational listening) ataupun
menyimak sopan (courteous listen-ing) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-
orang mengobrol atau bercengkerama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang
hadir. Mereka saling mendengarkan satu dan lainnya untuk membuat responsi-responsi yang wajar,
mengikuti hal-hal yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang
dikemukakan dan dikatakan oleh seorang rekan (Dawson [et all, 1963: 153).

Dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling sedikit mencakup dua hal,
yaitu:

(i)menyimak secara sopan santun dan dengan penuh perhatian terhadap percakapan atau obrolan
dalam situasi-situasi sosial dengan satu maksud.

(Ii) menyimak serta memahami peranan-peranan pembicara dan penyimak dalam proses komunikasi
tersebut (Anderson; 1972:69). Orang-orang yang dapat menaati kedua hal tersebut dikatakan sebagai
anggota-anggota masyarakat yang baik.

b.Menyimak Sekunder

Menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan (casual
listening) dan secara ekstensif (extensiwe listening). Berikut ini kita berikan dua buah contoh.

1) Menyimak pada musik yang mengiringi ritme-ritme atau tari-tarian rakyat di sekolah dan pada acara-
acara radio yang terdengar sayup-sayup sementara kita menulis surat pada seorang teman di rumah.

2) Sambil menikmati musik, kita ikut berpartisipasi dalam kegiatantertentu di sekolah seperti melukis,
hasta karya tanah liat,membuat sketsa, dan latihan menulis indah (Dawson [et all,1963: 153 Tarigan,
1972:69).

c. Menyimak Estetik
Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut menyimak apresiatif (appreciational
listening) adalah fase terakhir dan kegiatan termasuk ke dalam menyimak secara kebetulan dan
menyimak secara ekstensif, mencakup:

1) menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio dan rekaman-rekaman.

2) menikmati cerita, puisi, teka-teki, gemerencing irama, dan lakon-lakon yang dibacakan atau
diceritakan oleh guru, siswa, atau aktor (Dawson [et all], 1963:153).

d.. Menyimak pasif

Cara yang seolah-olah tidak memerlukan upaya bagi anak-anak dan sejumlahpenduduk pribumi
mempelajari bahasa asing dapat disebut sebagai margimak pasif (passizve listening), walaupun pada
hakikatnya agak salah untuk membayangkan bahwa otak mereka tidak jalan atau bermalas-malas saja.
Yang disebut meryimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya
menandai upaya-upaya kta pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, mengnatal luar kepala,
berlatih santai, serta menguasai suatu bahasa. Sebenarnya otak kita "bukan main'" aktifnya dalam
mendaftarkan bunyi-bunyi, bau-bauan, bentuk-benuk, dan rupa-rupa, walaupun kita seolah-olah
mengarahkan perhatian pada hal lain, bahkan pada saat kita tidur nyenyak.Kalau kita tahu bahwa tanpa
upaya sadar pun otak kita dapat berbuat banyak dalam menguasai suatu bahasa asing, kita akan dapat
memetik keuntungan dari sumber yang tersembunyi ini. Kita hendaknya memberi kesempatan kepada
otak kita untuk bekerja seefisien mungkin. Untuk melakukan hal ini kita perlu mempergunakan teknik-
teknik tertentu yang bermanfaat, antara lain:

1) Berilah otak dan telinga kesempatan menyımak bayak-banyak Kita kadang-kadang tercengang
menyaksikan orang-orang pribumi yang tidak bersekolah, tetapi mereka lancar sekali mempergunakan
beberapa bahasa asing. Ini dimungkinkan karena mereka hidup langsung di daerah bahasa-bahasa
tersebut dalam waktu yang lama dan memberi kesempatan yang cukup bagi telinga dan otak mereka
menyimak bahasa-bahasa tersebut. Kita dapat meniru kondisi-kondisi ideal orang-orang pribumi ini
dengan memanfaatkan program-program radio, televisi, rekaman-rekaman, serta mendengarkan kuliah-
kuliah yang merupakan bahan mentah yang memuaskan yang dapat dipergunakan oleh otak untuk
mengasimilasikan, memilih, serta menyimpan data-data penting mengenai bahasa

2) Tenang dan santai

Kegelisahan-kegelisahan, sekalipun dalam belajar bahasa, seakan-akan memutuskan upaya-upaya otak


kita untuk melakukan tugasnya. Oleh karena itu, dalam hal menyimak pun diperlukan ketenangan dan
kesantaian.

3) Jangan memasang rintangan bagi buny Orang-orang yang bermukim di dekat rel kereta api yang
bising cenderung untuk melindungi diri mereka dengan "tabir bunyi',

penghalang secara mental, sehingga mereka tidak mendengar lagi kereta ap1 lewat. Beberapa orang
cenderung memasang penghalangbatau rintangan bunyi bagi bahasa-bahasa asing dan akibatnya
mereka tidak lagi mengasimilasikan bahasa itu sedemikian rupa 13 Sehingga hal itu seolah-olah banyak
menolong mereka pada satu ingkat kesadaran. Akan tetapi, dalam beberapa contoh, orang-orang ini
dapat mempergunakan bahasa asing dengan lancar sekali kalau mereka mabuk atau sakit jiwa. Dengan
perkataan lain, pada saat orang itu mabuk atau sakit jiwa, seolah-olah rintangan yangbada selama ini
telah dapat didobrak atau diterobos.

4) Berikanlah waktu yang cukup bagi telinga dan otak

Pada akhir minggu kebanyakan orang beranggapan mereka haruslah mulai berbicara suatu bahasa asing.
lentu saja tanpa sangsi mereka dapat memakai beberapa ekspresi, tetapi untuk

memanfaatkan "passive learning" dengan sebaik-baiknya seseorang haruslah memberi kesempatan bagi
otak untuk bekerja beberapa bulan.

5) Beri kesempatan bagi otak dan telinga bekerja, sementara kita mengerjakan sesuatu yang lain.

Suatu cara yang baik kita ialah memasang rekaman dalam suatu bahasa sementara kita bercukur,
makan, membaca koran sore, ataupun pada saat bermain dengan anak-anak. Kita akan dapat memberi
perhatian yang serius sepanjang waktu. Oleh sebab itu, berilah kesempatan menyimak bagi telinga dan
otak secara santai. Banyak orang menganggap sepele hal itu, tetapi sebenarnya sangat penting dalam
belajar bahasa, terlebih-lebih bahasa asing. Jangan dilupakan bahwa pada saat tidur pun otak kita tetap
aktif (Nida, 1957:27-9).

Keempat kegiatan menyimak yang telah dibicarakan di atas menyimak sosial, menyimak sekunder,
menyimak estetik, dan menyimak pasif- kita masukkan ke dalam kelompok menyimak ekstensif.

2. Menyimak Intensif

Kalau menyimak ekstensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan lebih umum
serta perlu di bawah bimbinngan langsung para guru, menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan
yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal terten tu. Dalam hal ini haruslah diadakan suatu
pembagian penting, sebagai berikut.

a) menyimak intensif ini terutama sekali dapat diarahkan sebagai bagian dari program pengajaran
bahasa, atau

b) terutama sekali dapat diarahkan pada pemahaman serta pengertian secara umum. Jelas bahwa dalam
butir kedua ini makna bahasa secara umum sudah diketahui oleh para siswa.

Perlu diingat bahwa kosa kata percakapan kerap kali sangat berbeda dengan kosa kata bahasa tulis yang
mungkin saja lebih diakrabi oleh para siswa. Oleh karena itu, menyimak pada beberapa percakapan
sangat bermanfaat baginya untuk membiasakan pendengarannya terhadap sesuatu yang hendak
didengarnya kalau mereka mengunjungi daerah asal bahasa asing tertentu (misalnya mengunjungi
Inggris bagi siswa yang belajar bahasa Inggris, mengunjungi Indonesia bagi siswa Australia yang belajar
bahasa Indonesia).
Di samping ke arah leksikal, menyimak pun dapat pula ditujukanbpada maksud-maksud gramatikal.
Untuk hal ini harus dipilih bahan yang mengan dung ciri ketatabahasaan tertentu yang sesuai dengan
tujuan. Sesudah itu diberikan pula latihan-latihan yang sesuai dengan tujuan. Salah satu cara yang amat
sederhana untuk melatih tipe menyimak seperti ini ialah menyuruh para siswa menyimak tanpa teks
tertulis, dengan cara sekali atau dua kali, kemudian memberikan kepada mereka suatu bagian yang
mengandung beberapa penghubung kalimatdan memberikan kepada mereka teks-teks tertulis dengan
mengosongkan tempat penghubung-penghubung kalimat itu berada. Tugas mereka adalah mengisinya
tanpa menyimak pada pita rekaman lagi. Pada umumaya praktik dan latihan menyimak itu sering sekali
dilalaikan orang pada tingkat wacana. Dalam hal itu, penekanan dapat diletakkan pada fonologi, kosa
kata, morfologi, atau sintaksis, tetapi mata rantai linguistik yang memadukan kalimat-kalimat menjadi
wacana yang logis biasanya terlupakan. Dengan demikian, mata pemahaman penyimakan (aural
comprehension) para siswa terhalang, terganggu, dan tidak dapat berkembang dengan baik dan
memuaskan Kita sama-sama maklum bahwa mungkin, mendengar dengan sempurna, tetapi belum
tentu dapat menyimak dengan baik. Selanjutnya, ada kemungkinan untuk menyimak, tetapi belum tentu
memahami maksudnya. Oleh karena itu, menyimak makna merupakan suatu keterampilan penting
untuk dikembangkan, tetapi harus pula disadari benar bahwa isi yang sebenarnya dari pesan tersebut
haruslah berada dalam jangkauan intelektual dan kedewasaan para siswa. Di samping itu, masih ada
faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan. Salah satu di antaranya formalitas bahasa, yaitu situasi
tempatnya berada pada poros berikut ini:

Siang- akrab - netral -formal

Kebanyakan kelas sedikit sekali mengerjakan latihan dan praktik dengan mempergunakan suatu jenis
bahasa selain dari bahasa netral. Faktor lain yang harus juga dipertimbangkan ialah yang menyangkut
kecepatan pengutaraan, apakah itu suatu percakapan yang cepat, atau suatu ujaran yang diatur? Lebih
jauh, apakah itu dipersiapkan dan dilatih, ataukah mendadak tanpa persiapan? Berapa orang ikut
terlibat? Jelas bahwa semakin banyak terlibat maka semakin sulit jadinya. Apakah aksen si pembicara
sudah biasa didengar oleh para siswa? Aksen-aksen bahasa regional atau bahasa kelompok sangat
membingungkan para siswa pada pendengaran pertama, bahkan bagi beberapa siswa sangat
mencemaskan. Sekali lagi, dalam hal ini terdapat kekurangakraban para siswa terhadap makna bagian
tersebut. Satu hal lagi yang harus dipertimbangkan baik-baik, yang pemakaiannya sama saja bagi
menyimak demi bahasa atau menyimak demi makna, ialah tipe pertanyaan yang diajarkan kepada siswa.
Yang paling sederhana ialah bentuk pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak dan benar atau salah
pada beberapa latihan. Selain itu, juga dapat dipergunakan latihan mengisi titik-titik kosong dengan kata
atau frasa yang sesuai. Pendeknya, segala pertanyaan dan latihan haruslah sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa serta tujuan yang dicapai dalam kegiatan menyimak itu. Menyimak pemahaman
dapat pula merupakan batu loncatan bagi yang lain, misalnya untuk apresiasi sastra (Broughton [et all),
1978:72-4).

Jenis-jenis yang termasuk ke dalam kelompok menyimakintensif ini, yaitu menyimak kritis, menymak
konsentratif, menyimak kreatif, menyimak eksploratij, menyimak nterogatif, dan menyimak selektif. Hal
ini akan diperbin cangkan satu per Satu berikut ini.
a. Menyimak Kritis

Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimakberupa pencarian kesalahan atau
kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara dengan alasan-
alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat. Pada umumnya menyimak kritis lebih cenderung
meneliti letak kekurangan, kekeliruan, dan ketidaktelitian yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan
seseorang. Memang suatu kekecualian bila seorang penyimak dapat menyimak secara objektif dan
dapat menghargai suatu tuntutan yang melibatkan suatu emosi atau suatu disertasi yangmenuntun
perasaan dan muncul dengan suatu kesimpulan faktual dan dapat dipertahankan. Namun demikian,
dalam masyarakat demokrasi, kita tetap saja dapat menemui situasi-situasi wadah para penghasut atau
para demagog menyemburkan kebenaran-kebenaran semu yang seolah-olah masih dapat
dipertahankan keasliannya, fakta-fakta yang berubahdan pendapat-pendapat mereka yang penuh
prasangka, membuat para penyimaknya perlu menilai dengan teliti segala sesuatu yang diucapkan oleh
si pembicara dalam upaya menentukan ketidakpercayaan dan keterandalan informasi tersebut. Anak-
anak kita perlu belajar mendengarkan dan menyimak secara kritis atas segala ucapan atau informasi
lisan untuk memperoleh kebenaran (LDawson [et all], 1963:154). Secara agak terperinci kegiatan-
kegiatan yang tercakup dalam menyimak kritis, yaitu:

1) memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat, kata,

pemakaian kata, dan unsur-unsur kalimatnya,

2) menentukan alasan "mengapa";

3) memahami aneka makna petunjuk konteks;

4) membedakan fakta dari fantasi, yang relevan dari yang tidak

relevan;

5) membuat keputusan-keputusan;

6) menarik kesimpulan-kesimpulan;

7) menemukan jawaban bagi masalah tertentu;

8) menentukan informasi baru atau informasi tambahan bagi suatu

topik;

9) menafsirkan, menginterpretasikan ungkapan, idiom, dan bahasa yang belum umum atau belum lazim
dipakais

10) bertindak objektif dan evaluatif untuk menentukan keaslian, kebenaran, atau adanya prasangka atau
kecerobohan, kekurangtelitian, serta kekeliruan (Anderson, 1972:70).
Perlu disadari benar bahwa memang ada situasi khusus yang menuntut kita untuk menyimak kritis,
antara lain:

a) pidato-pidato politis,

b) pidato-pidato filosofis,

c) kata-kata memikat dari tukang obral (Hunt, 1981:28).

Dalam kegiatan menyimak kritis ini, seyogianyalah para penyimak mempunyai konsep. Empat konsep
penting dalam menyimak kritis, yaitu:

(1) Penyimak harus yakin bahwa sang pembicara telah mendukung serta mendokumen tasikan masalah-
masalah yang mereka kemukakan

(2) Penyimak mengharap agar sang pembicara mengemukakan masalah-masalah khusus

3) Penyimak mengharap agar sang pembicara mendemonstrasikan keyakinannya pada suatu topik
tertentu.

(4) Penyimak harus percaya dan menuntut dengan tegas agar sang pembicara bergerak dari hal-hal
umum (berpikir secara deduktif, Hunt, 1981 30).

b. Menyimak Konsentratif

Menyimak konsentratif (concentrative listening) sering juga disebut

a study-type listening atau menyimak sejenis telaah. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak
konsentratif ini, yaitu

1) mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan;

2) mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas,

tempat, kualitas, waktu, urutan, serta sebab-akibat;

3) mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu;

4) memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam;

5) merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran,

ataupun pengorganisasiannya.

6) memahami urutan ide-ide sang pembicara

7) mencari dan mencatat fakta-fakta penting (Anderson, 1972:70;

Dawson [et all], 1963: 153).


c. Menyimak Kreatif

Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat
mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap buny1, penglihatan,
gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh sesuatu yang
disimaknya (Dawson [et all], 1963: 153).

Secara lebih terperinci lagi, dalam menyimak kreatif ini sudah tercakup kegiatan-kegiatan:

1) menghubungkan atau mengasosiasikan makna-makna dengan segala jenis pengalaman menyimak;

2) membangun atau merekonstruksikan imaji-imaji visual dengan baik, sementara menyimak;

3) menyesuaikan atau mengadaptasikan imaji dengan pikiran imajinatif untuk menciptakan karya baru
dalam tulisan, lukisan, dan pemen tasan mencapai penyelesaian atau pemecahan masalah-masalah
serta sekaligus memeriksa dan menguji hasil-hasil pemecahan atau penyelesaian tersebut (Anderson,
1972:70).

d. Menyimak ekspolatuf

Menyimak eksplorasil, menyimak yang bersifat menyelidik, atau exploratory listening adalah sejenis
kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih
sempit. Dalam kegiatan menyimak seperti ini sang penyimak menyiagakan perhatiannya untuk
menjelajahi serta menemukan:

1) hal-hal baru yang menarik perhatian,

2) informasi tambahan mengenai suatu topik, dan isu, pergunjingan, atau buah mulut yang menarik.

Dengan mudah dan dengan lega sang penyimak mengeluarkan sedikit upaya untuk maksud-maksud itu,
karena penyelidikannya dalam penjelajahan itu bersifat insidental kebetulan, bukan bersifat spesifik,
unik, dan khusus (Dawson [et all], 1953:153).

e. Menyimak Interogatif

Menyimak interogatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut
lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang
pembicara karena penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak in
terogatif ini sang penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan
informasi dengan cara menginterogasi atau menanyai san8 pembicara (Dawson [et all], 1963: 153).

Dengan mengharapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada pembicara,


penyimak mengharapkan dapat memperoleh informasi atau pengetahuan sebanyak mungkin dari segala
aspek pokok pembicaraan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penyimak dalam
kegiatan menyimak interogatif ini dapat mencakup apa, siapa, mengapa, di mana, ke mana, untuk apa,
benarkah, dan sebagainya.
f. Menyimak Selektif

Betapa pun efektifnya menyimak pasit, yang telah kita bicarakan dimuka, biasanya tidak dianggap
sebagai kegiatan yang memuaskan. Ciri-ciri keaktifan atau aktivisisme yang khas tidak membiarkan kita
untuk berpuas hati mempergunakan teknik atau cara pasif serupa itu, walaupun kita mempunyai
kondisi-kondisi ideal untuk berbuat sedemikian rupa. Akan tetapi, sebagai tambahan terhadap masalah-
masalah psikologis yang dijelmakan oleh aktivisme kita, terdapat dua alasan yang kuat mengapa kita
perlu melengkapi menyimak pasif itu dengan menyimak selektif. Pertama, kita jarang sekali mendapat
kesempatan untuk berpartisipasi secara sempurna dalam suatu kebudayaan asing. Oleh karena itu,
hidup kita yang bersegi dan bersisi ganda itu turut mengganggu kapasitas kta untuk menyerap; dan
kedua, kebiasaan-kebiasaan kita kini cenderung membuat kita mengiterpretasikan kembali rangsangan-
rangsangan akustik yang disampaikan oleh telinga ke otak kita dan kita memperoleh suatu impresi yang
dinyatakan dengan tidak sebenarnya terhadap bahasa asing.

Memang, menyimak selektif hendaknya tidak menggantikanmenyimak pasif, tetapi justru


memperlengkapinya. Kita harus berupaya untuk memanfaatkan kedua teknik tersebut. Dengan
demikian, berarti kita mengimbangi isolasi kultural dari masyarakat bahasa asing itu dan tendensi kita
untuk menginterpretasikan kembali semua yang telah kita dengar dengan bantuan bahasa yang telah
kita kuasai. Satu-satunya cara yang mungkin membuar kita terbiasa dengan bentuk akustik bahasa ialah
mendengarkannya atau menyimaknya secara selektif. Pertamakali lakukan pada satu ciri, kemudian
pada ciri-ciri yang lainnya. Hanya dengan cara inilah kita berharap dapat mendengar bahasa asing secara
wajar. Andai kata kita harus menyimak secara cerdas-cermat aneka ragam ciri bahasa, kita perlu
mengikuti suatu aturan urutan yang akan dapat menolong kita untuk menemukan cara kita sendiri
menggarap usur-unsur yang seolah-olah tidak teratur dan tüdak berurutan itu. Beberapa bahasa
menuntut adaptasi atau penyesuaian.

Anda mungkin juga menyukai