Bulan Maret pada tahun 2020 merupakan bulan yang membuat negara Indonesia
harus menyatakan bahwa perekonomian negara Indonesia terjerumus ke jurang untuk
pertama kalinya sejak tahun 1998, hal ini dikarenakan masuknya virus Covid-19 ke Indonesia
untuk pertama kalinya dan angka kasus penularan virus yang terus meningkat. Dampak
negatif yang dihasilkan dari kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia sangatlah besar terhadap
perekonomian negara hingga saat ini. Banyak usaha yang mengalami penurunan pendapatan
hingga bangkrut seperti usaha di sektor pariwisata, sektor kuliner, sektor konveksi, dan
sektor-sektor lainnya yang juga ikut terdampak, dikarenakan adanya pembatasan pergerakan
masyarakat demi mengurangi kasus penularan. Dari berbagai sektor usaha yang terdampak
karena kondisi pandemi ini, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika
Wirjoatmodjo dalam diskusi virtual bertajuk Peran Perbankan Dalam Pemulihan Ekonomi
Nasional, Rabu (29/7) mengatakan bahwa sektor usaha mikro, kecil dan menengah
merupakan sektor usaha yang paling terdampak dan rentan dalam menghadapi Covid-19.
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah bisnis atau usaha yang dijalankan
individu, rumah tangga, atau badan usaha ukuran kecil. Penggolongan UMKM lazimnya
dilakukan dengan batasan omzet yaitu dengan rata-rata sekitar Rp.76 juta per tahun untuk
usaha mirko, Rp.1,63 milyar per tahun untuk usaha kecil, dan Rp.29,7 milyar per tahun untuk
usaha menegah, serta jumlah karyawan yang juga terdapat batasan. Permasalahan utama yang
dihadapi oleh para pengusaha UMKM adalah minimnya modal usaha yang mereka miliki.
Efeknya, para pengusaha tidak mampu meningkatkan jumlah produksinya untuk bisa
mendapatkan keuntungan yang lebih banyak. Hal itu menyebabkan banyak pengusaha
terpaksa melakukan pinjaman secara kredit kepada bank dan banyak juga dari mereka yang
sulit untuk mendapatkan kredit dari bank karena adanya sejumlah syarat yang rumit untuk
dipenuhi. Selain permasalahan modal usaha, terdapat juga masalah pengetahuan untuk
mengembankan usaha, masalah pengusaha yang masih belum melakukan digitalisasi, dan
juga ditambah lagi dengan keadaan pandemi ini yang menyebabkan berukurangnya pembeli
sehingga tidak sedikit pengusaha yang tidak mampu atau telat membayar utang mereka
kepada bank dan menyebabkan kewalahan bagi mereka dalam mengatasi kredit dari bank dan
mengurusi hal lainnya dalam usaha mereka.
Untuk itu, terciptalah sebuah solusi dengan membuat platform dalam bentuk aplikasi
dan website berbasis internet untuk melakukan layanan Peer-to-Peer-Lending untuk UMKM.
Sebuah layanan yang dapat mempertemukan banyak orang yang membutuhkan pinjaman
dengan banyak orang lainnya yang bersedia memberikan pinjaman tanpa perantara bank atau
lembaga keuangan lainnya. Dengan adanya layanan ini dan dengan memanfaatkan populasi
di Indonesia yang berjumlah 273,5 juta jiwa, para pengusaha UMKM yang begitu banyak
dapat mendapatkan pinjaman modal usaha dengan mudah dan cepat, juga para pemberi
pinjaman yang tidak kalah banyak jumlahnya bisa mendapatkan keuntungan dari bunga
pinjaman tersebut. Platform ini tidak hanya menyediakan fitur layanan Peer-to-Peer-Lending
saja, tetapi platform ini juga menyediakan fitur pembelajaran berupa video, artikel, dan
webinar kursus untuk para pengusaha UMKM mendapatkan ilmu dan ketrampilan lebih,
sehingga menguntungkan pengusaha dalam meningkatkan usaha mereka dan menguntungkan
para pemberi pinjaman karena terhindar dari kerugian dalam memberikan pinjaman. Bekerja
sama dengan perusahaan asuransi juga menjadi solusi untuk mencegah terjadinya kasus telat
bayar kepada pemberi pinjaman.
Tujuan