Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH STRUKTUR HEWAN

TEKNIK PEMBUATAN SPESIMEN


DOSEN PEMBIMBING : Dr. Drs. Jodion Siburian, M. Si

KELOMPOK 1
DEWI SULISTYO RINI (A1C420002)
ANNISA AYUDIA SOLICHAH (A1C420030)
AMELIAPUTRI MAHARANI (A1C420032)

KELAS REGULER A
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT , yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
hidayah, serta inayah-Nya kepada kita semua, sehingga dapat menyesaikan laporan makalah
mengenai Teknik Pembuatan Spesimen.

Makalah ini telah disusun secara maksimal atas bantuan dari berbagai pihak sehingga
laporan makalah ini bisa selesai dengan lancar. Untuk itu, penulis banyak berterima kasih
kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala bantuan dan
dukungan selama pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca, guna menghasilkan laporan makalah yang lebih baik.

Penulis berharap, makalah yang disusun dapat memberikan manfaat serta inspirasi
bagi pembaca.

Jambi, 1 Februari 2021

Penulis

i
Daftar Isi
Kata Pengantar …………………………………………………………………………
Daftar Isi ………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………
1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………………………….
1.4 Manfaat Penulisan ……………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………….


2.1 Konsep dan Pengertian .……………………………………………………………..
2.2 Membuat larutan pengawetan ……….………………………………………………
2.3 Teknik Pengawetan Invertebrata …………………………………………………….
2.4 Teknik Pengawetan Vertebrata ………………………………………………………

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………….


3.1 kesimpulan …………………………………………………………………………..
3.2 saran …………………………………………………………………………………
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biologi berkembang dari hasil kerja para peneliti biologi, menggali pengetahuan dari
objek-objek biologi. Sebagai Objeknya adalah semua makhluk hidup. Menggali ciri
objek harus dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap objek tersebut. Dengan
demikian semua makhluk dapat menjadi objek pengamatan.
Pada objek kita dapat menggali gejala-gejala, menemukan masalah dan
memecahkannya. Namun tidak semua objek dengan mudah kita temukan di sekitar kita.
Untuk objek tumbuhan atau hewan yang cukup langka, atau habitatnya jauh (misal di
pantai), maka dibutuhkan suatu koleksi awetan.
Untuk koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya, pengawetan
dan penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula kelestarian objek
tersebut. Perlu ada pembatasan pengambilan objek. Salah satunya dengan cara
pembuatan awetan. Pengawetan dapat dilakukan terhadap objek tumbuhan maupun
hewan. Pengawetan dapat dengan cara basah ataupun kering. Cara dan bahan pengawet
nya bervariasi, tergantung sifat objeknya.
Untuk organ tumbuhan yang berdaging seperti buah, biasanya dilakukan dengan
awetan basah. Sedang untuk daun, batang dan akarnya, umumnya dengan awetan kering
berupa herbarium. Demikian halnya untuk pengawetan hewan. Hewan dapat diawetkan
dengan cara kering ataupun basah. Macam-macam serangga dapat diawetkan cara kering
disebut insektarium. Awetan kering untuk burung disebut taksidermi. Pengawetan juga
dapat dilakukan terhadap hewan-hewan Avertebrata lainnya. Bagaimana cara pembuatan
awetan ?
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini
adalah apakah pemanfaatan spesimen dapat diterapakan dalam metode pembelajaran
1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui apa saja konsep serta teknik yang dipelajari
dalam pembuatan spesimen serta menambah wawasan mengenai teknik membuat
pengawetan, teknik pengawetan invertebrata, serta teknik pengawetan vertebrata.

1.4 Manfaat Penulisan


a. Memperoleh wawasan mengenai konsep dalam materi Teknik Pembuatan Spesimen
b. Mengetahui tipe spesimen yang baik
c. Mengetahui teknik pembuatan spesimen hewan
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Pengertian

Pengawetan spesimen merupakan upaya yang dilakukan untuk mempertahankan


keadaan mahluk hidup sebagaimana keadaan di alam dalam jangka waktu yang lama.
Bagi kepentingan praktikum sistematika dan keanekaragaman maka pengawetan harus
mampu mempertahankan kondisi alami dan struktur morfologi (hanya sedikit perubahan)
serta terbebas dari bakteri dan jamur yang dapat mengakibatkan pembusukan.
Ketersedian spesimen awetan sangat diperlukan untuk efisiensi waktu pelaksanaan
praktikum sistematika dan keanekaragaman karena banyaknya jumlah maupun ragam
jenis yang harus dipersiapkan laboran dalam setiap acara praktikum.

Salah satu metode pengawetan spesimen adalah dengan cara pengawetan basah.
Pengawetan basah dilakukan dengan mengawetkan objek biologi dalam suatu larutan
kimia. Larutan kimia yang biasa digunakan adalah alkohol 70% dan formalin 4% yang
dapat digunakan secara tunggal ataupun kombinasi keduanya. Namun hasil awetan dari
keduanya dalam jangka waktu lama dapat menjadi rapuh dan warna spesimen menjadi
pudar. Larutan tersebut juga memiliki kandungan zat berbahaya sehingga penggunaan
jangka panjang akan berisiko bagi kesehatan.

2.2 Membuat Larutan Pengawet

Beberapa kegiatan sebelum melakukan pengawetan, sebaiknya melakukan


pengumpulan spesimen yang akan diawetkan. Bahan pengawet ini merupakan zat atau
bahan kimia yang ditambahkan ke dalam produk yang akan diawetkan untuk mencegah
terjadinya dekomposisi yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan mikroba atau oleh
perubahan kimiawi.

a. Cara pengumpulan
Bila kita hendak memulai pengumpulan hewan air, maka kita harus
menyiapkan alat-alat seperti jaring, kantong plastik, pengawet sementara, alkohol
70% atau spiritus 2,5% atau formalin 4%, pinset terutama untuk mengumpulkan
hewan yang dapat menggigit ataupun bila takut memegangnya secara langsung.
Untuk hewan-hewan air tawar, misalnya dari sawah, sungai, ataupun rawa,
cukup membawa jaring serta pengawet. Begitu halnya untuk mengumpulkan hewan
laut juga memerlukan peralatan yang sama.
b. Cara pengawetan
Apabila telah menyiapkan hewan yang akan diawetkan,selanjutnya diperlukan
untuk menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk pengawet, misalnya sebagai
berikut.
 Alkohol 70%
 Formalin 4%
 Asam asetat glacial
 Gliserin

Untuk membuat larutan pengawet, campurkan masing-masing bahan dengan


perbandingan tertentu. Misalnya alkohol 70% 90 bagian, formalin 4% 5 bagian, dan
asam asetat 5 bagian. Khusus untuk gliserin digunakan untuk mencegah terjadinya
pengerutan pada hewan yang diawetkan terutama kalau tidak tertutup dengan baik,
tambahkan 5 dari bagian volume keseluruhan.

Sebelum melakukan pengawetan, bahan-bahan baik itu hewan maupun


tumbuhan harus dibersihkan terlebih dahulu. Untuk menghindari patahnya beberapa
bagian tubuh, maka bahan awetan harus diperlakukan secara hati-hati, dapat juga
menggunakan pinset secara perlahan. Sedangkan untuk hewan yang berukuran
besar, perut di bagian bawah harus digunting atau disayat agar bahan pengawet
dapat masuk ke dalam, dapat juga dilakukan denan cara penyuntikan.

Langkah berikutnya adalah menyiapkan botol sebagai wadah pengawet serta


label sebagai keterangan yang berisi informasi tentang nomor spesimen, nama
spesimen, tanggal penemuan atau pengambilan, nama kolektor, dan jenis kelamin
spesimen. Selanjutnya awetan ini disimpan di tempat yang tidak terkena sinar
matahari secara langsung sebab warnanya akan cenderung mudah luntur. Berikutnya
siapkan tempat atau rak kabinet. Awetan semacam ini dapat bertahan selama
bertahun-tahun, kalau sudah berjamur sebaiknya diganti dengan yang baru.

2.3 Teknik Pengawetan Invertebrata

Hewan invertebrata adalah kelompok hewan yang tidak memiliki tulang belakang.
Hwan ini merupakan kelompok yang paling banyak ditemukan di bumi. Hampir 2 juta
jenis yang telah ditemukan dan dikenali saat ini. Hewan ini hidup dalam lingkungan yang
beragam, mulai dari hutan, gua, sampai lumpur dasar laut. Hewan ini dikelompokkan
menjadi hewan bersel satu, hewan berpori, hewan berongga, cacing, hewan lunak, hewan
berkulit duri, dan hewan yang memiliki kaki yang beruas-ruas.

Metode penelitian

i. Alat
 Alat suntik
 Toples
 Plaster
 Ember
 penjepit
 kamera
 alat tulis menulis
ii. Bahan
 spesimen (Diadema paucipinum dan asteroidea)
 formalin
 alkohol
iii. Cara kerja
a. Untuk pengawetan basah terhadap hewan bulu babi, yaitu sebagai berikut.
 Siapkan alat dan bahan yang akan diawetkan yaitu hewan spons dan bulu
babi
 Gunakan penjepit untuk mengambil bulu babiyang ada dalam ember
untuk kemudian dimasukkan ke dalam toples yang telah disiapkan
 Setelah kedua spesimen tersebut dimasukkan ke dalam toples, maka
toples tersebut harus diisi dengan air bersih sampai setengah toples
 Tambahkan alkohol sebanyak 1,0 cc dan formalin sebanyak 0,5 cc
 Setelahnya, toples ditutup rapat menggunakan plaster untuk selanjutnya
diberi label
 Awetan disimpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara
langsung
b. Untuk pengawetan kering terhadap hewan Bintang laut, yaitu sebagai berikut.
 Siapkan alat dan bahan yang akan diawetkan yaitu bintang laut
 Ambil bintang laut yang ada dalam ember untuk selanjutnya diletakkan
di atas meja praktikum untuk disuntik dengan formalin sebanyak 0,1 cc
 Suntik dengan formalin pada tiap tentakelnya
 Setelahnya, jemur bintang laut tersebut di bawah sinar matahari.

2.4 Teknik Pengawetan Vertebrata

Hewan vertebrata adalah hewan yang memiliki tulang belakang. Dalam klasifikasi
makhluk hidup, vertebrata termasuk dalam subfilum dari chordata dan berakhir di kingdom
animalia.

Contoh proses pengawetan pada reptil dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Spesimen basah dilakukan dengan cara mengawetkan objek biologi dalam


suatu larutan kimia.
b. Spesimen kering (Taksidermi)
“taksidermi” berasal dari bahasa Yunani. “taksi” artinya perawatan, “dermis”
artinya kulit. Taksidermi dibagi menjadi 2, yaitu :
 Taksidermi ilmiah sederhana pada taksidermi sederhana, mata tidak
diawetkan, sehingga diganti dengan replika rambut spesimen tetap asli,
termasuk warnanya.
 Taksidermi Dekorasi
Hewan dibuat seolah-olah sedang melakukan sesuatu/ berekspresi.

Proses Taksidermi ilmiah:

1. Penangkapan/penentuan jenis hewan yang akan diawetkan. Tahapan ini terserah


kepada kita, apa dan tujuan kita dengan pengawetan hewan. Ini Tentunya bukan untuk
eksploitasi atau tujuan yang tidak baik, kita harus tetap memperhatikan prinsip-
prinsip/kelestarian alam/lingkungan.
2. Pematian Hewan. Teknik pematian hewan ini berbeda tergantung jenis hewan apa
yang akan kita matikan. Dalam proses pematian ini prinsipnya darah tidak keluar dari
organ tubuh, dan dipastikan benar bahwa hewan tersebut benar-benar mati. Karena
jangan sampai ketikan proses pengulitan berlangsung, hewan tersebut secara fisiologis
belum mati.
3. Pengulitan (Skining). Tahapan ini adalah bagaimana caranya kita melepaskan kulit
yang melekat pada otot/menempel pada daging hewan tersebut. Untuk mencapai
tujuan tersebut tentunya kita harus dilengkapi dengan seperangkat alat bedah yang
lengkap dan tajam sehingga proses pengulitan berjalan dengan baik (kulit terkuliti,
tidak ada otot/daging yang menempel pada kulit).
4. Pengawetan Kulit (Preserving). Pengawetan kulit ini penting dilakukan karena bisa
menyebabkan bau busuk bila kita tidak benar-benar memahami tahapan ini. Setelah
selesai pengulitan, kita lanjutkan dengan pengawetan kulit dengan cara memberi
pengawet kulit (boric acid) yang ditaburkan ke seluruh kulit yang dikuliti (bagian
dalam). Setelah itu untuk beberapa hari dikeringkan.
5. Stuffing (pembentukan). Mengisi rongga kulit ular dengan kapas. Proses ini dapat
dipermudah dengan menggunting bagian-bagian tertentu untuk memasukkan kapas.
Mengguntinggya tidak boleh lebih dari 5 cm agar kulit hewan tetap terlihat rapi.
Menjahit bagian kulit yang digunting dengan menggunakan nilon dan penjahit.
Memasangkan manik-manik pada rongga mata hewan, Menjemur hewan di bawah
sinar matahari selama 30 menit. Memvernis kulit hewan dan menjemurnya kembali
selama 30 menit.
6. Mounting /opzet/pajangan. Bila sudah kering, letakkan mereka sesuai dengan
kebiasaan pada waktu hidupnya. Misalnya dalam posisi berdiri, duduk atau terbang
untuk memperlihatkan tingkah laku hewan tadi di alam.
7. Pemeliharaan. Pemeliharaan spesimen yang ditaksidermi dengan cara menghindarkan
dimakan serangga. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menempatkan koleksi dalam
tempat penyimpanan yang selalu bersih dan tidak lembab. Dapat juga dengan
memberikan obat insektisida. Para- dichloro-benzena atau napthalin/kamper (kaper
barus) ke dalam lemari atau kotak penyimpanan spesimen
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan adanya sistem pengawetan yang baik, hewan yang ditemukan dan dikoleksi
dilapangan tidak akan mengalami kerusakan misalnya akibat pengerutan atau pembusukan.
Dengan itu maka pengawetan pada hewan terdiri atas spesimen kering dan spesimen basah.
Spesimen kering adalah teknik mengawetkan hewan dengan cara pengeringan dibawah terik
matahari, sedangkan spesimen basah dibuat dengan cara memasukkan spesimen hewan ke
dalam botol/toples yang berisi campuran larutan aquades dan formalin.
Daftar Pustaka

 DANIS AVRILIA, 141311133072. “TEKNIK PENGKOLEKSIAN DAN


PEMELIHARAAN SPESIMEN MATI IKAN KOI (Cyprinus Carpio)
BERSTANDART INTERNASIONAL DI (Museum Zoologicum Bogoriense) MZB
LIPI, CIBINONG, BOGOR, JAWA BARAT.” UNAIR REPOSITORY, Fakultas
Perikanan Dan Kelautan, 1 Jan. 1970, repository.unair.ac.id/59708/.
 Jumilawaty, DR. Erni, and Dr. Salomo Hutahean. “Penuntun Praktikum Zoologi
Experimental .” Penuntun-Zoologi-Experimental-Gab, Biologi Usu, 0AD,
biologi.usu.ac.id/images/Laboratorium/Penuntun-zoologi-Experimental-Gab.pdf.

Anda mungkin juga menyukai