Pengujian Hadis Ahad Dengan Al-Qur'an (Yulia Rahmi)
Pengujian Hadis Ahad Dengan Al-Qur'an (Yulia Rahmi)
AL-QUR’AN
(Versi Fuqahak)
Abstract
Pengujian hadis Ahad dengan al-Qur’an
merupakan salah satu langkah pengujian matan
hadis untuk melihat ada atau tidaknya cacat pada
matan hadis. Semua ulama sepakat bahwa hadis
nabi tidak mungkin bertentangan dengan al-
Qur’an. Untuk hadis Ahad yang tampak
bertentangan dengan al-Qur’an, Ulama Hanafiyah
menolak mengamalkannya, begitu pula dengan
Ulama Malikiyah, mereka menolak setiap hadis
Ahad yang dinilai bertentangan dengan al-Qur’an
kecuali didukung oleh amalan penduduk Madinah.
Sedangkan Syafi’iyah menyelesaikan hadis yang
tampak pertentangan dengan menggunakan metode
takhshis ‘’am, muthlaq muqayyad maupun dengan
metode nasikh mansukh.
Key Word
Hadis Ahad, Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah
PENDAHULUAN
Kritik matan hadis telah berlangsung semenjak
zaman Nabi, dimana para shahabat mengkonfirmasikan
kembali hadis yang diterimanya kepada Rasul. Kondisi
CONTOH-CONTOH PENYELESAIAN
PERTENTANGAN ANTARA HADIS AHAD
DENGAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN
Ulama hadis memberikan beberapa metode
penyelesaian terhadap pertentangan antara hadis ahad
dengan al-Qur’an. Jika ayat-ayat al-Qur’an dating
sebagai ‘am dan sebagai muthlaq dan hadis ahad tampil
sebagai khas atau sebagai muqayyad. Maka keumuman
atau kemuthlaqan al-Qur’an ditakhshih atau ditaqyid oleh
hadis ahad tersebut. Bila pertentangan tidak dapat
diselesaikan dengan cara tersebut, dan tidak mungkin
mengamalkan hadis dan al-Qur’an secara bersamaan
maka dalam hal ini digunakanlah metode nasakh (dalam
penggunaan metode nasakh hadis ahad dengan al-Qur’an
ini tidak ada kesepakatan ulama hadis dalam
PENUTUP
Para ulama berbeda pendapat dalam menyikapi hadis yang
tampak bertentangan dengan al-Qur’an, Hanafiyah menolak
setiap hadis yang tampak bertentangan dengan al-Qur’an,
karena menurut mereka Nabi tidak mungkin menyampaikan
hal-hal yang bertentangan dengan al-Qur’an. Begitu juga
Malikiyah menolak setiap hadis yang tampak bertentangan
dengan al-Qur’an, kecuali hadis tersebiut didukung oleh
amalan ahli Madinah, karena menurut mereka ahli Madinah
melihat langsung tradisi keagamaan nabi dan Shahabat.
Sedangkan Syafi’iyah menerima penyelesaian pertentangan
antara hadis dan al-Qur’an dengan metode-metode yang
digunakan oleh ulama Hadis, karena menurut merekaNabi
tidak mungkin menyalahi al-Qur’an oleh sebab itu jika ada
hadis yang tampak bertentangan, maka pertentangan harus
diselesaikan terlebih dahulu, jika pertentangan tidak dapat
diselesaikan maka hadis tersebut tertolak.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI
Al-Idhlibi, Shalahuddin bin Ahmad, Manhaj Naqdi al-
Matn ‘inda ‘Ulama al-Hadis an-Nabawi, Beirut :
Dar al-Afaq al-Jadidah, 1983
Ad-Damini, Masfar Gharimillah, Maqayis Naqd Mutun
as-Sunnah, Riyadh : t.p, 1984
Al-Khalaf, Abdul Wahab, ‘Ilmu Ushul al-Fiqh, Jakarta :
al-Majlis al’A’la al Indonesia, 1972