Anda di halaman 1dari 5

GANGGUAN EJAKULASI – 3A

Almira Luthfi Faza 20170310166


Muhammad Luthfi Qolbie 20170310191

I. EJAKULASI PREMATURE
Ejakulasi prematur (EP)/ejakulasi dini atau premature ejaculation (PE)adalah salah satu
disfungsi seksual pada lelaki yang ditandai dengan ejakulasi yang selalu atau hampir selalu terjadi
sebelum atau ± 1 menit saat penetrasi penis ke dalam vagina.Keadaan ini menyebabkan dampak
psikologis yang tidak baik, di antaranya sedih, kecewa, putus asa, dan atau menghidari dari
hubungan seksual.

Klasifikasi ejakulasi prematur


Menurut waktu atau onset kejadiannya, dibedakan dua jenis EP, yakni EP primer (sudah
lama atau lifelong) dan sekunder (didapat atau acquired). EP primer dirasakan sejak pertama kali
melakukan hubungan seksual dan akan menetap selama hidup. Ejakulasi terjadi sangat cepat, yakni
< 1-2 menit sebelum atau pada saat penetrasi vagina. EPsekunder ditandai dengan sebelumnya
ejakulasi normal, tetapi secara perlahan-lahan atau mendadak terjadi ejakulasi prematur. Waktu
untuk terjadinya ejakulasi memendek, tetapi tidak secepat daripada jenis yang primer. EP adalah
jenis disfungsi seksual lelaki paling sering, dengan angka prevalensi 20-30%. Prevalensi EP primer,
yang dinyatakan dalam waktu laten ejakulasi intravagina (intravaginal ejaculatory latency time (IELT)
<l-2 menit, ± 2-5%. Tidak seperti pada disfungsi ereksi (DE), prevalensi EP tidak berhubungan
dengan usia.

Etiologi EP masih belum diketahui dengan jelas, diduga karena faktor biologis dan psikologis. Faktor
psikologis di antaranya adalah ansietas, pengalaman seksual yang dini, frekuensi hubungan seksual
yang sangat jarang. Faktor biologis di antaranya, adalah hipersensitifitas penis, disfungsi sensitifitas
reseptor 5-hidroksitriptamin (5-HT), dan hipereksitabilitas refleks ejakulasi.

365
ETIOLOGI EJAKULASI DINI
Psikogenik
Gelisah
Pengalaman Awal Seksual
Hubungan Seksual Yang Jarang Terjadi
Teknin Kontro Ejakulasi Yang Buruk
Evolusioner
Psikodinamik

Biogenik
Hipersensitivitas Penis
Hipereksitabilitas Reflek Ejakulasi
Gairah Yang Meningkat
Endokrinopati
Predisposisi Genetik
Disfungsi Reseptor 5-HT

Evaluasi

Perlu digali riwayat lengkap penyakit pasien, riwayat seksual pasien, dan pemeriksaan fisis. Untuk
menentukan berat ringannya EP, dilakukan pengukuran dengan beberapa skor, di antaranya adalah: 1)
Intravaginal ejaculatory latency time (IELT), yakni waktu antara saat penetrasi vagina hingga ejakulasi.
Jika IELT<2menit dapat diduga EP, 2) Skor kepuasan seksual pasangannya.

Terapi

Sebelum memulai terapi perlu didiskusikan tentang harapan pasien pada terapi yang akan dilakukan.
Jika ada disfungsi ereksi, disfungsi seksual yang lain, infeksi genito-urinari (prostatitis) hams diobati
terlebih dahulu atau bersamaan dengan pengobatan ejakulasi prematur. Beberapa teknik behaviour
banyak memberikan manfaat, meskipun untuk jenis ejakulasi prematur primer teknik ini tidak
direkomendasikan sebagai pilihan terapi utama; karena butuh waktu dan dukungan pasangan yang
seringkali sulit untuk dikerjakan.

Behavioural

Manuver stop-start yang dikembangkan oleh Seman, yakni menghambat rasa akan ejakulasi
dengan cara menghentikan-memulai lagi rangsangan seksual secara berulang. Teknik ini kemudian
dimodifikasi menjadi teknik memeras (squezze) penis oleh Masters & Johnson, yakni menghambat rasa
mau ejakulasi dengan memeras glans penis). Angka sukses teknik behaviour secara keseluruhan adalah
50-60%.

Farmakologi

Pemberian obat topikal berupa lidokain-prilokain (5%) dalam bentuk krim, jel, ataupun semprot,
pada penis 20-30 menit sebelum persetubuhan, dengan kondom agar tidak diserap oleh vagina, yang

366
menyebabkan rasa kebal pada vagina). Jika diberikan 30-45 menit sebelumnya berakibat hilangnya
ereksi karena hilangnya perasaan raba pada penis. Pada penelitian RCT, pemberian krim lidokain-
prilokain ini temyata mampu menambah nilai IELT secara bermakna jika dibandingkan plasebo.
Inhibitor selektif reuptake serotonin atau selective serotonin (5-HT) reuptake inhibitors (SSRI) adalah
pilihan pertama untuk pengobatan EP, di antaranya adalah paroxetine (20-40 mg/hari), sertraline (25-
200 mg/hari), fluoxetine (10-60 mg/hari), digunakan sesuai kebutuhan atau diberikan setiap hari.
Efek samping yang bisa terjadi adalah mulut kering, sedasi, penglihatan kabur, dan kesulitan miksi.
SSRI dapat meningkatkan rerata IELT 2,6 - 13,2 kali dibandingkan dengan plasebo. Dikatakan bahwa
paroxetime lebih superior dari pada yang lain. Ejakulasi yang tertunda baru akan dilihat hasilnya
setelah beberapa hari pemberian obat.
Pemberian inhibitor fosfodiesterase-5 (PDE-5) pada EP tidak berbeda dengan plasebo, tetapi inhibitor
PDE-5 mampu menumbuhkan rasa percaya diri, persepsi kontrol ejakulasi dan meningkatkan kepuasan
seksual, menurunkan ansietas, dan memperpendek waktu refrakter untuk bangkitnya ereksi kedua
setelah ejakulasi.

OPSI TERAPI MEDIKASI EJAKULASI DINI


Nama Obat Merk Dagang Rekomendasi Dosis
Terapi Oral
Non-Selektif Serotonin
Reuptake Inhibitor
Clomipramine Anafranil 25 - 50 Mg/Hari
Atau
25 Mg 4 - 24 Jam Sebelum Melakukan Seks

Seleksif Serotonin
Reuptake Inhibitor
Fluoxetine Prozac, Sarafem 5 - 20 Mg/Hari
Paroxetine Paxil 10, 20, 40 Mg/Hari
Atau
20 Mg 3 -4 Jam Sebelum Melakukan Seks
Setraline Zoloft 25 To 200 Mg/Hari
Atau
50 Mg 4 - 8 Jam Sebelum Melakukan Seks

Terapi Topikal
Lidocaine/Krim Prilocaine Emla Cream Lidocaine 2.5 %
Prilocaine 2.5 %
20 - 30 Menit Sebelum Melakukan Seks

367
II. EJAKULASI RETROGRAD (ER)

Ejakulasi retrograd adalah masuknya cairan semen ke dalam kandung kemih pada saat ejakulasi,
akibat dari ketidakmampuan leher kandung kemih untuk berkontraksi dengan sempurna. Keadaan ini
seringkali terjadi pasca operasi prostatektomi terbuka maupun TURP (9 dari 10 pasien) atau pasca
insisi leher buli-buli (1-5 dari 10 pasien).

Etiologi

ER dapat disebabkan karena kelainan bawaan dan didapat. Beberapa kelainan bawaan yang
menjadi penyebabnya adalah ekstrofia buli-buli, duktus ejakulatorius ektopik, dan spina bifida.
Penyebab ER yang didapat disebabkan kerusakan atau disfungsi mekanisme sfingter interna (leher
buli-buli). Hal ini disebabkan oleh kelainan (1) neurologis (cedera korda spinalis, neuropati diabetikum,
kerusakan saraf pascaoperasi retroperitoneal), atau (2) kerusakan anatomi leher buli-buli pasca
reseksi/insisi transuretra (prostat, duktus ejakulatorius, atau verumontanum), prostatektomi terbuka.
Pemberian obat penhambat alfa adrenergik untuk BPH, juga dapat menimbulkan ER (5%), tetapi
bersifat temporer, yakni dapat kembali normal jika obat dihentikan.

Gejala klinis

Pasien biasanya mengeluh tidak keluar cairan semen (dry ejaculate) dari meatus uretra
eksternum pada saat ejakulasi, atau volume semen sangat sedikit (< lml) dan kemudian setelah itu,
pada saat miksi pertama urine berwarna keruh (berisi semen). Keadaan ini dapat dikonfirmasi
dengan pemeriksaan mikroskopis urine, yaitu jika didapatkan > 10-15 sperma per lapangan pandang
besar.

Terapi

Terapi ditujukan jika pasien ingin mempertahankan fertilitasnya, dan hanya efektif pada pasien
yang tidak menjalani operasi pada leher buli-buli. Terapi diberikan 7-10 hari sebelum direncanakan
ejakulasi, dengan disesuaikan saat ovulasi pasangannya. Obat yang diberikan adalah 1) agonis alfa
adrenoreseptor (efedrin sulfat atau psudoefedrin) yang dapat menaikkan tonus simpatetik leher
buli-buli atau 2) imipramine, suatu antidepresan trisiklik yang mempunyai aktifats
antikolinergik dan simpatomimetik. Untuk mendapatkan kembali sperma yang baik (sperm
retrieval) dari urine pasien diberi tablet natrium bikarbonat dan diberi cairan yang cukup untuk
mendapatkan osmolalitas dan pH urine yang optimal sehingga memperbaiki survival sperma.
Selanjutnya sperma dikoleksi dengan cara sentrifugasi urine, dicuci dan dilakukan inseminasi
pada media untuk kemudian dilakukan inseminasi intra uterin atau fertilisasi in vitro.

III. IMPOTENSIA EJAKULANDI


Dengan impotensia ejakulandi dimaksud, bahwa seorang pria memiliki libido, dapat
berereksi dan bersetubuh, akan tetapi tidak dapat mencapai ejakulasi dan orgasme.
Apabila ejakulasi tidak disertai orgasme, atau orgasme kurang/hampir tidak dirasakan, maka
itu dinamakan impotensia satisfaksionis.

368
IV. EJAKULASIO PREKOKS
Dengan istilah ejakulasio prekoks dimaksud pengeluaran sperma yang terlampau cepat, yaitu
sebelum atau segera setelah penetrasi penis. Apabila peristiwa ini sifatnya sementara, misalnya
pada koitus pertama atau pada koitus setelah absistensi lama, maka ini masih dianggap dalam
batas-batas normal dan bisa hilang dengan sendirinya.
Ejakulasio prekoks menetap, yang tetrjadi pada tiap-tiap koitus, mempunyai dasar psikogenik,
dan merupakan salah satu bentuk dari neurosis seksualis. Karena itu gangguan ini memerklukan
penanganan oleh dokter ahli jiwa.

V. DAFTAR PUSTAKA
Basuki B. Purnomo. 2011. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: CV. Sagung Seto
Wein, A., R. Kavoussi, et al., Eds. (2007). Campbell-Walsh’s Urology 10th edition. Philadelphia,
WB Saunders.p 208
Prawirohardjo,S., 2016. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

369

Anda mungkin juga menyukai