Minipro Cute Fix
Minipro Cute Fix
Disusun oleh :
dr. Larasantang Has Nuroh
Pendamping :
dr. Imat Rahmatillah
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan laporan mini project
Paru Pada Pasien Di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Kopi. Penulisan mini project ini
disusun sebagai salah satu syarat dalam program internship untuk memenuhi Tugas
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer pada Program Internship Dokter Indonesia (PIDI) di
Jambi.
Penulisan mini project ini terwujud atas bimbingan, pengarahan, dab bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu rasa terimakasih penulis ucapkan kepada dr. Imat Rahmatillah atas
jerih payah beliau dalam membimbing penulisan mini project ini sampai selesai. Pada
Teman teman dokter intership UPT Puskesmas Kebun Kopi yang sedikit banyak telah
Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun material yang
dukungan, ilmu, dan juga bantuan yang lain dalam menyelesaikan penulisan mini project
ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan mini project ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna perbaikan penelitian selanjutnya. Harapan penulis semoga penulisan mini project ini
Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberkulosis yang merupakan bakteri aerob. Penyakit ini biasanya
menyerang organ paru, tetapi dapat menyebar hampir seluruh bagian tubuh, seperti otak,
WHO menyatakan bahwa Tuberculosis atau TB masih menjadi masalah penting bagi
dunia. Dikatakan bahwa strategi DOTS terbukti mampu untuk pengendalian TB, tetapi angka
penyakit TB di masyarakat masih sangat tinggi. Sejak tahun 2003, diperkirakan masih
terdapat sekitar 9,5 juta kasus baru TB, dan sekitar 0,5 juta orang meninggal akibat TB di
seluruh dunia (WHO, 2009). Selain itu, pengendalian TB mendapat tantangan lagi yaitu ko-
karena dapat memutuskan rantai penularan. Pada tahun 1994, WHO meluncurkan strategi
Treatment Short-course). Pada 2006, WHO menetapkan strategi baru untuk menghentikan
dan memastikan tercapainya target Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun
2015. Pengobatan TB paru memerlukan jangka waktu sekitar 6 – 9 bulan. Semua penderita
mempunyai potensi tidak patuh untuk berobat dan minum obat. Penggunaan obat yang benar
sesuai dengan jadwal (kepatuhan) sangat penting untuk menghindari timbulnya TB paru yang
resisten terutama pada fase lanjutan setelah penderita merasa sembuh. Penderita meminum
obat harus teratur sesuai petunjuk dan menghabiskan obat sesuai waktu yang ditentukan
Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2010) dan estimasi
insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan
61,000 kematian per tahunnya. Indonesia merupakan negara dengan percepatan peningkatan
epidemi HIV yang tertinggi di antara negara-negara di Asia. Estimasi nasional prevalensi
HIV pada pasien TB baru adalah 2.8%. Angka MDR-TB diperkirakan sebesar 2% dari
seluruh kasus TB dan 20% dari kasus TB dengan pengobatan ulang. Diperkirakan terdapat
sekitar 6.300 kasus MDR TB setiap tahunnya. Indonesia merupakan negara pertama diantara
High Burden Country (HBC) di wilayah WHO South-East Asian yang mampu mencapai
target global TB untuk deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan pada tahun 2006.
kasus dan tingkat kesembuhan, pencapaian di tingkat provinsi masih menunjukkan disparitas
antar wilayah. Sebanyak 28 provinsi di Indonesia belum dapat mencapai angka penemuan
kasus (CDR) 70% dan hanya 5 provinsi menunjukkan pencapaian 70% CDR dan 85%
kesembuhan. Angka nasional proporsi kasus relaps dan gagal pengobatan di bawah 2%, maka
angka resistensi obat TB pada pasien yang diobati di pelayanan kesehatan pada umumnya
masih rendah. Namun demikian, sebagian besar data berasal dari Puskesmas yang telah
menerapkan strategi DOTS dengan baik selama lebih dari 5 tahun terakhir. Kemungkinan
terjadinya resistensi obat TB lebih tinggi di rumah sakit dan sektor swasta yang belum terlibat
dalam program pengendalian TB nasional sebagai akibat dari tingginya ketidakpatuhan dan
tingkat drop out pengobatan karena tidak diterapkannya strategi DOTS. Data dari penyedia
Sedangkan untuk rumah sakit, data yang tersedia baru berasal dari sekitar 30% rumah sakit
dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Tuberkulosis, merupakan satu satunya target
MDG’s di bidang kesehatan yang telah tercapai. Upaya pengendalian TB di Indonesia telah
dilaksanakan dengan benar dan memberikan kontribusi pada upaya pembangunan nasional.
masyarakat menunjukkan peningkatan yang baik dapat dilihat dari pencatatan dan pelaporan.
Beberapa penyakit menular seperti TB Paru, DBD, Diare, Pneumonia dan Kusta masih
Berdasarkan dari data rekapan kunjungan pasien Puskesmas Kebun Kopi selama tahun
2019- 2020, kasus TB Paru sebanyak 188 orang baik suspek maupun yang sudah terdiagnosis
TB Paru.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
Dari uraian diatas tentang kondisi yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kebun Kopi,
dapat disimpulkan permasalahan utama yang perlu digali adalah faktor-faktor apakah yang
Paru
Indonesia.
TB Paru
Paru
Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh
yang terinfeksi, sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
Mycobacterium tuberkulosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Pada Tahun 1993,
WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TB karena pada sebagian besar negara di
dunia penyakit TB tidak terkendali. Hal ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak
berhasil disembuhkan terutama penderita menular (BTA positif). Pada tahun 1995
diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita baru TB dengan kematian 3 juta
TB adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan peringkat
ketiga dalam daftar 10 penyakit pembunuh tertinggi di Indonesia yang menyebabkan sekitar
88.000 kematian setiap tahunnya. Secara Regional prevalensi TB BTA positif di Indonesia
2. Wilayah Jawa dan Bali angka prevalensi TB adalah 110 per 100.000 penduduk.
3. Wilayah Indonesia timur angka prevalensi TB adalah 210 per 100.000 penduduk.
berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Ukuran
panjang sekitar 1 – 4 µm dan lebar 0,3 – 0,6 µm. Mycobacterium terdiri dari lapisan lemak
yang cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel bakteri adalah asam mikolat, kompleks
waxes, trehalosa dimicolat, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi.
Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti
bovis, M. tuberculosis, M. Leprae yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
Sifat kuman Mycobacterium tuberculosis yaitu berbentuk batang dengan panjang 1-10
mikron dan lebar 0,2 - 0,8 mikron, bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan metode
Ziehl Neelsen, berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan dibawah mikroskop,
memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein Jensen, Ogawa. Bakteri ini
tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama pada
suhu antara 4°C sampai minus 70°C. Kuman ini peka terhadap panas, sinar matahari dan
sinar ultra violet, jika terjadi paparan langsung terhadap sinar ultra violet, sebagian besar
kuman akan mati dalam waktu beberapa menit. Dalam dahak dengan suhu antara 30-37°C
saat batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak
(droplet nuclei). Infeksi akan terjadi apabila seseorang menghirup udara yang mengandung
1. Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru, tidak
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput
otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukan
gambaran tuberkulosis.
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
1. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
3. Kasus setelah putus berobat (default) adalah pasien yang telah berobat dan putus
4. Kasus setelah gagal (failure) adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
5. Kasus pindahan (transfes in) adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang
Kasus lain adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kasus ini
termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah
Gambaran klinis penderita tuberkulosis paru dibagi menjadi dua golongan, yaitu gejala
baru akan terjadi bila bronkus telah terlibat. Batuk merupakan akibat dari
- Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat atau ringannya batuk
darah tergantung dari besarnya pembuluh darah yang pecah. Gejala batuk darah tidak
suatu tanda perluasan proses tuberkulosis paru. Batuk darah tidak selalu ada sangkut-
b. Sesak napas
Pada penyakit yang ringan belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi
setengah bagian paru, TB paru dengan efusi pleura yang massif, atau TB paru
c. Nyeri dada
yang kaya akan persyarafan. Kadang-kadang hanya berupa nyeri menetap yang
a. Demam
badan dapat mencapai 40-410C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar,
influenza ini sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam.
Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya
ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan sehingga membuat badan
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur
paru. Pada awal perkembangan penyakit umumnya sulit untuk ditemukan kelainan.
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris, namun kadang terdapat retraksi rongga
Perkusi : Tergantung dari beratnya TB, bisa dari pekak sampai redup.
Auskultasi : Suara nafas bronchial, amforik, suara nafas lemah, ronkhi basah
dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berturutan berupa Sewaktu – Pagi –
Sewaktu (SPS) :
kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan
- S (sewaktu) : dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak
pagi.
- Ditemukan 1 – 9 BTA dalam 100 lapang pandang hanya disebutkan dengan jumlah
dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun, pada kondisi
tertentu, pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai
berikut :
- Hanya satu dari tiga spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini,
pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA
positif.
- Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah tiga spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian
efusi pleural dan pasien yang mengalami batuk berdarah berat untuk menyingkirkan
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi aktif akan tampak bayangan
berawan di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus
bawah. Dapat ditemukan juga kavitas atau bayangan bercak milier. Pada lesi TB
Pemeriksaan foto toraks standar untuk menilai kelainan radiologis TB paru adalah
foto toraks posisi posteroanterior dan lateral. Kelainan radiologis tuberkulosis paru
menurut klasifikasi The National Tuberkulosis Assosiation of the USA (1961) adalah
sebagai berikut:
1. Minimal lesion
distribusi, tidak lebih dari luas antara pesendian chondrosternal kedua sampai corpus
Dapat mengenai sebelah paru atau kedua paru tetapi tidak melebihi ketentuan
sebagai berikut :
sebelah paru.
Far advanced lesion merupakan lesi yang melewati moderately advanced lesion atau
Tersangka penderita
TBC (suspek TBC)
Hasil Hasil
mendukung TBC Rontgen (-)
Lini pertama (first choice) yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z),
Menurut Depkes RI (2002), paduan OAT disediakan dalam bentuk paket kombipak,
pengobatan sampai selesai. Satu paket untuk penderita dalam satumasa pengobatan.
c. Gagal: dahak tetap positif atau kembali positif pada buln ke lima atau lebih, atau hasil
e. Lost to follow up ( putus obat): – pasien TB yang tidak mium obat atau berhenti
f. Tidak dievaluasi: tidak diketahui hasil akhir pengobatan (termasuk pasien pindah)
menggunakan rejimen jangka pendek ( 6 bulan ) dengan pengawasan langsung. Bukan berarti
1. Faktor Keluarga
diantaranya motivasi keluarga, pengetahuan dan sikap pasien. Pada umumnya, pasien
hingga tuntas. Bentuk dukungan yang dapat membuat pasien merasa nyaman seperti,
diperdulikan dan dicintai oleh keluarga sehingga dapat menghadapi masalah dengan
baik. Penelitian Septia, dkk (2013) menyatakan bahwa dukungan dari keluarga pasien
penderita TB dapat meningkatkan kepatuhan pasien untuk minum obat. Pasien harus
diberi perhatian lebih dengan motivasi dari keluarga agar memiliki semangat dan
2. Faktor Pengetahuan
keyakinan diri pasien mengenai manfaat yang akan didapat jika mengikuti masa
pengobatan secara rutin dan teratur. Peran keluarga dalam kategori baik
Berdasarkan data yang didapatkan ditemukan fakta bahwa pasien yang mengidap
pasien yang bekerja. Hal ini disebabkan oleh kesibukan. Terdapat hubungan pekerjaan
dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB Paru. Pada dasarnya, pekerjaan
4. Faktor Kebudayaan
Selain faktor diatas, terdapat faktor negatif yang mempengaruhi tingkat kepatuhan
Proses identifikasi masalah melalui kegiatan analisis laporan program puskesmas pada
Hasil dari proses identifikasi, ditemukan 3 masalah. Masalah ini dilihat dari urgensi,
intervensi, ketersediaan biaya yang dapat diupayakan, serta dampak yang dihasilkan terhadap
masalah
G Growth Tingkat perkiraan dan bertambah buruknya keadaan pada
tumbuh
masalah.
Dari hasil analisis sebab akibat masalah tersebut, maka dapat disimpulkan dalam diagram
Metode Environment
Pemecahan Masalah
1. Man
Masalah :
tuntas
- Kurangnya kesadaran anggota keluarga terhadap pasien yang tidak dapat datang
Penyelasaian Masalah :
tentang penyakit TB Paru dan juga agar masyarakat dapat melakukan pengobatan
2. Metode
Masalah :
diri.
Penyelesaian Masalah :
Puskesmas, Klinik ataupun Rumah Sakit jika mengalami gejala gejala TB Paru.
- Turun ke lapangan atau masing masing desa untuk melakukan screening kepada
ataupun mempunyai faktor resiko terkena TB Paru agar dapat terdata dan dapat
3. Material
Masalah :
Penyelesaian Masalah :
4. Environment
Masalah :
- Masih banyak anggapan masyarakat bahwa meminum obat TB Paru akan
berbahaya.
Penyelesaian Masalah
Setelah itu, penyuluhan dilakukan dengan materi yang disajikan yaitu mengenai TB
Paru dimana dijelaskan apa saja gejala, pengobatan, pencegahan dan komplikasi yang dapat
terjadi. Dan pentingnya melakukan pengobatan TB Paru secara teratur dan tuntas, serta
menerapkan pola hidup sehat tentang bagaimana etika batuk atau membuang dahak.
Dijelaskan pula cara penggunaan obat hipertensi dan efek samping obat.
Kegiatan dilaksanakan pada bulan Juni – September 2021 di Puskesmas Kebun Kopi.
3.4 Sasaran
Sasaran kegiatan adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kebun Kopi.
3.5 Media
Media penyuluhan yang digunakan adalah menggunakan slide power point yang
BAB IV
HASIL
diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya
serta pengobatan.
kesehatan yang memeberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan
Puskesmas Kebun Kopi memiliki wilayah kerja sebanyak 2 kelurahan yaitu kelurahan The
Hok dan kelurahan Pasir Putih. Puskesmas Kebun Kopi memiliki 3 PUSTU (Puskesmas
Pembantu) yaitu Pustu The Hok, Pustu Pasir Putih, Pustu Wahyu.
Oleh sebab itu, data kependudukan suatu daerah dalam penyusunan perencanaan
Puskesmas Kebun Kopi memiliki sumber daya kesehatan yang terdiri dari dokter spesialis
tidak ada, dokter umum 3 orang, dokter dokter gigi 1 orang, bidan, perawat, tenaga kesehatan
memiliki sarana pelayanan kesehatan berupa poli umum, poli MTBS, poli gigi, poli KIA-KB,
Pada tahun 2021 jumlah pasien yang datang ke poli TB Paru baik pasien yang
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional penanggulangan
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi IV Jilid II. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Peyakit Dalam Fakultas
Adane AA, Alene KA, Koye DN, Zeleke BM. (2013). Nonadherence to Anti-
Kepatuhan Pengobatan Pada Pasien Tuberkulosis di RSUD dr. Soehadi. Jurnal Farmasi