Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

LAPORAN OBSERVASI

DISUSUN OLEH
ANGGOTA KELOMPOK = 2 (DUA)

1. Fadil Muharram 16120210010 12. Tri Novita Taslim 16120210021


2. Dwi Agista Yuningsih 16120210011 13. Muh. Iqbal Shoaleh 16120210022
3. Putri Rumra 16120210012 14. Arnis Yuniar Pasal 16120210023
4. Rahmat Nurmais 16120210013 15. Hilda Rahmawati 16120210024
5. Nur Qayyim 16120210014 16. K.Sanny Nurinfania T 16120210025
6. Siti Syafina Malika I 16120210015 17. Winalda Cahyani G 16120210026
7. Muh Andhyka Wira A 16120210016 18. Wahdaniyah 16120210096
8. Aknilatul Maqfirah Ako 16120210017 19. Nurfadilah 16120210097
9. Rara Yazhara Fatimah 16120210018 20. Ferry Syahrul R 16120210098
10. Nur Fadillah 16120210019 21. Khaerunnisa Az 16120210099
11. Isyatun Raadiah 16120210020

BLOK ETIKA KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas laporan hasil observasi dengan tepat waktu pada
blok Etika Kedokteran Gigi.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Blok Etika Kedokteran Gigi. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Etika PraktikKedokteran Gigi
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada drg.Hj.Nurasisah Lestari,M.Kes
dan drg.Sari Aldiawati,M.Kes . Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, Oktober 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar isi........................................................................................................................ii
BAB 1............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1


1.2 Tujuan observasi.........................................................................................2
1.3 Narasi video.................................................................................................2
BAB 2............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3

A. LANDASAN TEORI........................................................................................3

BAB 3............................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................5

3.1 Analisis........................................................................................................5
3.2 Pembahasan dan analisis bioetik...............................................................10
BAB 4..........................................................................................................................11
HASIL ……………………………………………………………………………...11

BAB V.........................................................................................................................13
PENUTUP.................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16

i
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengamatan atau observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau objek
dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah
fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui
sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk
melanjutkan suatu penelitian: QS. Yunus : 101 membahas mengenai observasi
dimana :

ُ ‫ض ۗ َو َما تُ ْغنِى ااْل ٰ ٰي‬


َ‫ت َوالنُّ ُذ ُر ع َْن قَوْ ٍم اَّل ي ُْؤ ِمنُوْ ن‬ ِ ‫قُ ِل ا ْنظُرُوْ ا َما َذا فِى السَّمٰ ٰو‬
ِ ْ‫ت َوااْل َر‬
Katakanlah, “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah
bermanfaat ayat-ayat dan peringatanperingatan bagi orang-orang yang tidak
beriman.” (QS. Yunus : 101)
Kandungan ayat tersebut antara lain Allah memerintahkan hamba-Nya untuk
memperhatikan dan merenungkan apa yang ada di langit dan di bumi.
Sesungguhnya semua yang ada di langit dan di bumi (keteraturan alam semesta
beserta isinya) merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah yang menunjukkan bukti
bahwa Allah sang Maha pencipta dan hanya Allah yang berhak disembah. Selain
itu, kandungan ayat tersebut mengajak umat manusia untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan melalui pengamatan, serta menggali pengetahuan yang berhubungan
dengan alam semesta beserta isinya
Observasi yang kami lakukan, merupakan salah satu kegiatan pembelajaran
dalam mata kuliah blok Etika Kedokteran dan Kedokteran Gigi yang sebelumnya
dilakukan dengan cara kunjungan langsung kelapangan tetapi karena kondisi
sekarang tidak memadai maka dilakukan dengan cara mengamati video yang
bertujuan untuk mengamati penerapan kaidah dasar boetika yang terjadi dalam
video yang di berikan .

1
Adapun pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara mengamati video berita
yang membahas mengenai pria yang mebuka praktik dokter gigi tetapi pria
tersebut bukanlah lulusan dari sekolah kedokteran melainkan lulusan SMK yang
diskusikan online melalui zoom.

1.2 Tujuan observasi


Untuk mengetahui bagaimana penerapan kaidah dasar bioetik yang terdapat
dalam video tersebut. Serta untuk memenuhi tugas dari Blok Etika
Kedokteran dan Kedokteran Gigi Malpraktek etik dalam bentuk pelanggaran
etikolegal: 1. pelayanan dokter dibawah standar; 2. menerbitkan surat
keterangan palsu melanggar (pasal 7 kodeki sekaligus pasal 267 KUHP).
1.3 Narasi video
Seorang pria lulusan SMK tersangka membuka praktek ilegal dengan
menyamar sebagai dokter gigi selama 2 tahun. Dokter gigi gadungan tersebut
telah melakukan praktek layaknya seorang dokter gigi asli seperti merawat
gigi, pemutihan, hingga operasi cabut gigi, dengan mendapat upah sebesar
300.000-500.000 ribu rupiah. Masyarakat mengira bahwa pria tersebut hanya
melakukan dagang online dan hanya asisten gigi biasa, masyarakat mengakui
bahwa pria tersebut adalah seorang tulang punggung keluarga.
Sejak bulan agustus lalu polisi sudah mengintai praktek pria tersebut, Untuk
mengetahui identitas dokter gadungan ini, polisi rela menyamar sebagai
pasien agar mengetahui praktik ilegalnya, dan polisi telah mengamankan
sejumlah barang bukti seperti alat kesehatan dan obat-obatan . Tersangka
melanggar UU praktik kedokteran dan mendapat hukuman 5 tahun penjara.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI
1. Malpraktek
a. Definisi Malpraktek
Malpraktek (malapraktek) atau malpraktik terdiri dari suku kata mal
dan praktik atau praktek. Mal berasal dari kata Yunani, yang berarti
buruk. Praktik (Kamus Umum Bahasa Indonesia, Purwadarminta,
1976) atau praktik (Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka kementrian
Pendidikan Malaysia, 1971) berarti menjalankan perbuatan yang
tersebut dalam teori atau menjalankan pekerjaan (profesi). Jadi,
malpraktik berarti menjalankan pekerjaan yang buruk kualitasnya,
tidak lege artis, tidak tepat. Malpraktik tidak hanya terdapat dalam
bidang kedokteran, tetapi juga dalam profesi lain seperti perbankan,
pengacara, akuntan publik, dan wartawan. Dengan demikian,
malpraktik medik dapat diartikan sebagai kelalaian atau kegagalan
seorang dokter atau tenaga medis untuk mempergunakan tingkat
keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam
mengobati pasien atau orang cedera menurut ukuran di lingkungan
yang sama. (Hanafiah, M.Yusuf dan Amri Amir, 1999: 96) Banyak
persoalan malpraktek, atas kesadaran hukum pasien diangkat menjadi
masalah pidana. Menurut Maryanti, hal tersebut memberi kesan
adanya kesadaran hukum masyarakat terhadap hak-hak kesehatannya
(Anny Isfandyarie,2005 :24 -25)
b. Kaidah Dasar Bioetika
1. Respect for Autonomy ( Menghormati otonomi pasien)
Dasar –Dasar Respect for autonomy terkait erat dengan dasar
mengenai rasa hormat terhadap martabat manusia dengan segala
karakteristik yang dimilikinya karena ia adalah seorang manusia
yang memiliki nilai dan berhak untuk meminta. Otonomi adalah
aturan personal yang bebas dari campur tngan pihak lain.
2. Beneficience ( Bebuat Baik)
Dasar- Dasar dari Beneicience menurut lebih banyak agent
disbanding denga dasar- dasar non maleficience. Beuchamp dan
childress menulis:” dalam bentuk yang umum, dasar-dasar

3
beneficience mempunyai tujuan untuk membantu orang lain
melebihi kepentingan dan minta mereka.”
3. Non-Maleficence (Tidak merugikan orang lain)
Tujuan prinsip ini adalah untuk melindungi seseorang yang tidak
mampu atau orang yang non-otonomi. Prinsip ini mengutamakan
bahwa keharusan untuk tidak melukai orang lain lebih kuat
dibandingkan keharusan berbuat baik.
4. Justice (Keadilan)
Beuchamp dan Childress menyatakan bahwa teori ini sangat erat
kaitanya dengan sikap adil seseorang pada orang lain, seperti
memutuskan siapa yang membutuhkan pertolongan kesehatan
terlebih dahulu dilihat dari derajat keparahan penyakitnya.

4
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Analisis
1. KAIDAH DASAR BIOETIK
BENEFICIENCE

Kriteria Ada Tidak Analisis


ada
1) Mengutamakan altruisme v Tidak terdapat dalam video.
yaitu menolong tanpa
pamrih, rela berkorban
untuk kepentingan orang
lain.
2) Menjamin nilai pokok v Dari awal Pria tersebut sudah
harkat dan martabat berbohong.
3) Memandang v Tidak terdapat dalam video.
pasien/keluarga/sesuatu
tak hanya sejauh
menguntungkan dokter.
4) Mengusahakan agar v Dari awal Pria tersebut
kebaikan/manfaatnya lebih hanya mencari keuntungan
banyak dibandingkan
dengan keburukan.
5) Paternalism bertanggung v Tidak terdapat dalam video.
jawab/berkasih saying
6) Menjamin kehidupan-baik- v Dapat membahayakan
minimal manusia keselamatan pasien.
7) Pembatasan goal based v Tidak terdapat dalam video.

8) Maksimalisasi pemuasan v Pasien dirugikan.


kebahagiaan/preferensi
pasien
9) Minimalisasi akibat buruk v Pria tidak dapat
meminimalisasi akibat
buruk.
10) Kewajiban menolong v Karena dia bukan seorang
pasien gawat darurat dokter.
11) Menghargai hak-hak v Karena pria tersebut dari

5
pasien secara keseluruhan awal sudah memalsukan
identitasnya.
12) Tidak menarik v Tujuannya menarik banyak
honorarium diluar pasien sehingga memasang
kepantasan harga yang relatif murah.
13) Maksmalisasi kepuasan v Karena Pria tersebut
tertinggi secara sejatinya bukanlah dokter.
keseluruhan
14) Mengembangkan profesi v Pria tersebut tidak pernah
secara terus menerus menempuh pendidikan
kedokteran gigi.
15) Memberikan obat v Memberikan obat layaknya
berkhasiat namun murah seorag dokter gigi.
16) Menerapkan Golden Rule v Tidak berkompetensi
Principle layaknya dokter gigi.

NONMALEFICINCE

Kriteria Ada Tidak Analisis


ada
1) Memolong pasien emergency v Tidak terdapat pasien
emergency dalam video
tersebut
2) Kondisi untuk v Karena pria tersebut seorang
menggambarkan kriteria ini tidak memiliki keterampilan
adalah: pasien dalam keadaan dan ilmu mengenai kedokteran
amat berbahaya atau berisiko gigi.
hilangnya sesuatu yang
penting (gawat), dokter
sanggup mencegah bahaya
atau kehilangan tersebut,
tindakan kedokteran tersebut
terbukti efektif, manfaat bagi
pasien > kerugian atau hanya
mengalami resiko minimal
3) Mengobati pasien yang luka v Pria tersebut mengobati pasien
namun tidak sesuai dengan
SOP.
4) Tidak membunuh pasien v Tidak terdapat di dalam video
(tidak melakukan euthanasia)
5) Tidak menghina/mencaci v Pria tersebut memanfaatkan

6
maki/memanfaatkan pasien pasiennya untuk mendapat
bayaran namun tindakan yang
dilakukan tidak sesuai SOP
6) Tidak memandang pasien v Pria tersebut hanya
hanya sebagai objek memandang pasien sebagai
objek untuk meraup
keuntungan
7) Mengobati secara v proporsional di ukur dari
proporsional kualitas dan kuantitas nya
sedangkan pada video hanya
memiliki alat tanpa memiliki
kualitas.
8) Tidak mencegah pasien dari v Pria tersebut dapat
bahaya membahayakan keselamatan
pasien
9) Menghindari misrepresentasi v Pria tersebut dari awal sudah
dari pasien melalukan pemalsuan praktik
10) Tidak membahayakan v Membahayakan karena tidak
kehidupan pasien mempunyai surat izin dan tidak
berkompeten di bidang tersebut
11) Tidak memberikan semangat v Tidak terdapat di dalam video
hidup
12) Tidak melindungi pasien dari v Tidak terdapat di dalam video
serangan
13) Tidak melakukan White v karena termasuk pemalsuan
Collar Chrime identitas

AUTONOMI

Kriteria Ada Tidak Analisis


ada
1) Menghargai hak v Tidak terdapat di dalam
menentukan nasib video.
sendiri,menghargai
martabat pasien
2) Tidak mengintervensi v Tidak terdapat di dalam
pasien dalam membuat video.
keputusan(pada kondisi

7
efektif)
3) Berterus terang v Tidak terdapat di dalam
video.
4) Menghargai privasi v Tidak terdapat di dalam
video.
5) Menjaga rahasia pasien v Tidak terdapat di dalam
video.
6) Menghargai rasionalitas v Tidak terdapat di dalam
pasien video.
7) Melaksanakan informed v Tidak terdapat di dalam
consent video.
8) Membiarkan pasien v Tidak terdapat di dalam
dewasa dan kompeten video.
mengambil keputusan
sendiri
9) Tidak mengintervensi atau v Tidak terdapat di dalam
menghalangi autonomi video.
pasien
10) Mencegah pihak lain v Tidak terdapat di dalam
mengintervensi pasien video.
dalam membuat
keptusan,termasuk
keluarga pasien sendiri
11) Sabar menunggu v Tidak terdapat di dalam
keputusan yang akan video.
diambil pasien pada kasus
non emergency
12) Tidak berbohong ke v Pria tersebut berbohong
pasien meskipun demi mengakui diri sebagai dokter
kebaikan pasien gigi
13) Menjaga hubungan v Karena pria tersebut bukan
(kontrak) seorang dokter gigi.

Justice

Kriteria Ada Tidak Alasan


ada
1) Memberlakukan segala sesuatu v Pria tersebut
secara universal menyembunyikan
aktivitas praktik yang
dia lakukan.

8
2) Mengambil porsi terakhir dari v Tidak terdapat di
proses membagi yang telah ia dalam video.
lakukan
3) Memberikan kesempatan yang v Tidak terdapat dalam
sama terhadap pribadi dalam posisi video.
yang sama
4) Menghargai hak sehat Karena pria terssebut
pasien(affordability,equality,accessi v tidak mengetahui
bility,availability,and quality) tentang kode etik
dokter dan dokter
gigi, serta tentang hak
dan kewajiban pasien.
5) Menjaga rahasia pasien v Tidak terdapat di
dalam video.
6) Menghargai hak orang lain v Tidak terdapat di
dalam video.
7) Menjaga kelompok yang rentan v Semua tindakan yang
yang paling dirugikan dilakukan pria
tersebut dapat
membahayakan dan
merugikan pasiennya.
8) Tidak melakukan penyalahgunaan v sejak awal pria
tersebut sudah
melakukan
penyalahgunaan
praktik dokter gigi.
9) Bijak dalam makro alokasi

10) Memberikan kontribusi yang v Tidak terdapat dalam


relatif sama dalam kebutuhan video.
pasien
11) Meminta partisipasi pasien sesuai v Pasien memberikan
dengan kemampuannya upah berkirsar harga
300-500 ribu.
12) Kewajiban mendistribusikan v Keuntungan yang
keuntungan dan kerugian diperoleh hanya untuk
(biaya,beban,dan sanksi) secara adil dirinya senediri.
13) Mengembalikan hak kepada v Tidak terdapat dalam
pemiliknya pada saat yang tepat video.
dan kompeten
14) Tidak memberi beban berat secara v Tidak terdapat dalam
tidak merata tanpa alasan sah/tepat video.

9
15) Menghormati hak populasi yang v Tidak terdapat dalam
sama-sama rentan video.
penyakit/gangguan kesehatan
16) Tidak membedakan layanan pasien v Tidak terdapat dalam
atas dasar SARA,status social,dan video.
lain-lain

3.2 Pembahasan dan analisis bioetik


Prinsip bioetik yang dominan dilanggar dari video tersebut yaitu Non
Maleficience yang merupakan tindakan membahayakan atau merugikan pasien.
Dokter gigi gadungan tersebut hanyalah tamatan SMK dan tidak pernah
menempuh pendidikan kedokteran gigi, sehingga tindakan pria tersebut tidak
sesuai dengan standar profesi layaknya seorang dokter gigi asli dan dapat
membahayakan atau mengancam keselamatan pasien.

10
BAB 4

HASIL

Berdasarkan hasil observasi pada video, Seorang dokter mempunyai


kewajiban untuk memenuhi kewenangan formil yang merupakan kewenangan yang
didasarkan pada Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Peraktik
Kedokteran pada Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 36. Adapun pada pasal 29 ayat (1) yang
menyatakan bahwa “ setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan peraktik
kedokteran di indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat
registrasi dokter gigi.

Unsur kesalahan dalam malpraktik tidak hanya semata melanggar aturan


hukum dalam hukum pidana, tetapi juga melanggar etika kedokteran yang telah
ditetapkan oleh kode etik kedokteran dan sumpah dokter, dalam memberikan
pelayanan medis terhadap pasien terdapat standar yang harus dilaksanakan oleh
seorang dokter, yang mana jika standar tersebut tidak dilaksanakan merupakan bentuk
pelanggaran yang dimaknai sebagai suatu kesalahan secara profesional dan dapat
dikenakan sanksi melanggar etika kedokteran hal ini terdapat di dalam ketentuan
Pasal 44 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Peraktik kedokteran.
Dalam menempatkan etika dan hukum sebagai suatu rangkaian perbuatan yang dapat
melahirkan suatu kesalahan, maka perbuatan tersebut haruslah mempunyai dimensi
hukum, bukan pada dimensi etika, sebab dimensi etika orientasinya lebih ditujukan
kepada perilaku moral yang tidak selamanya merugikan kepentingan orang lain,
adapun hukum bila terjadi pelanggaran kepentingan orang lain akan terganggu,
bahkan akan menyebabkan kerugian terhadap perbuatan tersebut sebagaimana halnya
dengan medikal malpraktik. Melihat kedudukan kesalahan dalam suatu perbuatan
pidana sangat penting artinya, Karena dengan menentukan ada tidaknya kesalahan itu
akan menentukan pula berat ringannya pidana yang dijatuhkan kepada seseorang.

11
Pasal 66 ayat (3) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004, apabila ada diduga
tindak pidana, maka dapat melaporkan kepada pihak yang berwenang yaitu Polisi
Negara Republik indonesia, sebagai penanggungjawab fungsi penyedikan
berdasarakn Pasal 6 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, selain
polisi yang dapat melakuka fungsi penyidikan, adalah pejawab Ngeri sipil tertentu
yang diberikan wewenang oleh Undang-Undang.

Adapun tata cara untuk mengajukan laporan atas dugaan malpraktik tindakan
medis pidana sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 108
yaitu sebagai berikut. :

1) Setiap orang boleh mengajukan laporan atau pengaduan atas hal-hal yang
dialaminya,dilihat, disaksikan dan atau sebagai korban, pasien atau keluarga pasien,
dengan menyertakan identitasnya.

2) Laporan atau pengaduan dapat berupa lisan atau tertulis yang ditandatangani oleh
pelapor atau pengadu

3) Setelah melapor atau mengadu, maka mendapat surat tanda penerimaan laporan
atau pengaduan.

Pelanggaran terhadap ketentuan kode etik kedokteran ada yang merupakan

pelanggaran etik semata-mata, ada juga merupakan pelanggaran etik dan sekaligus

pelnggaran hukum yang dikenal dengan istilah pelanggaran etikolegal yang antara

lain : (1) Pelayanan dokter di bawah standar ; (2) Menerbitkan surat keterangan palsu

(melanggar Pasal 7 Kodeki sekaligus Pasal 267 KUHP) ;(3) Membuka rahasia jabatan

atau pekerjaan dokter (melanggar Pasal 13 Kodeki dan Pasal 322 KUHP); (4) Tidak

pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi (5) Abortus provokatus : (6) Pelecehan seksual (7) Tidak mau

melakukan pertolongan darurat kepada orang yang menderita (melanggar Pasal 14

Kodeki dan Pasal 304 KUHP).

12
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

A. Malpraktek Administratif (Administrative malpractice)

Malpraktik administratif terjadi apabila dokter atau tenaga kesehatan


lain melakukan pelanggaran terhadap hukum administrasi negara yang
berlaku, misalnya menjalankan praktik dokter tanpa lisensi atau ijin praktek,
melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan lisensi atau ijinnya,
menjalankan praktik dengan ijin yang sudah kadaluarsa, dan menjalankan
praktik tanpa membuat catatan medik.

A. Sanksi Pemalsuan surat menurut UU


Pemalsuan surat-surat diatur dalam Pasal 263-276. Pemalsuan materi
dan merek diatur dalam Pasal 253-262, pemalsuan surat atau pembuatan surat
palsu menurut penjelasan Pasal 263 KUHP adalah membuat surat yang isinya
bukan semestinya atau membuat surat sedemikian rupa, sehingga
menunjukkan seperti aslinya. Surat dalam hal ini adalah yang dapat
menerbitkan: suatu hal, suatu perjanjian, pembebasan hutang dan surat yang
dapat dipakai sebagai sebagai suatu keterangan perbuatan atau peristiwa.
Ancaman pidana terhadap pemalsuan surat menurut Pasal 263 KUHP ini
adalah penjara paling lama 6 tahun, dan Pasal 264 KUHP paling lama 8 tahun.

13
“Berkata pada kami Nashr bin Āsim al-Anthākī dan Muhammad bin al-Shabbah bin

Sufyān, sesungguhnya al-Walīd bin Muslim mengabarkan pada mereka dari Ibnu
Juraij dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya, sesungguhnya Rasulullah
saw. bersabda:

Barangsiapa yang bertindak sebagai seorang dokter sedangkan ia belum pernah


mengkaji ilmu pengobatan sebelumnya, maka ia harus bertanggung jawab atas
kerugian yang terjadi (jika ada yang celaka oleh cara pengobatannnya). Nashr
berkata, berkata pada saya Ibnu Juraij, Abū Dāwud berkata, hadis ini tidak
diriwayatkan (secara musnad) kecuali dari jalur al-Walīd, sedang kami tidak tahu
apakah dia sahih (bisa diterima) atau tidak’’

“Berkata pada kami Muhammad bin al-„Alā‟, berkata pada kami Hafsh, berkata pada
kami „Abd al-„Azīz bin „Umar bin „Abd al-„Azīz, berkata pada saya sebagian utusan
yang didatangkan pada ayah saya, mereka berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Seseorang yang bertindak sebagai seorang dokter lalu merawat orang sakit,
sedangkan dirinya tidak mengetahui sebelumnya cara perawatan secara medis yang
mengakibatkan penyakit si pasien semakin parah, maka ia harus bertanggung jawab.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Risna Andi Fitriona, dkk. penegakan Hukum Malpraktek Melalui Pendekatan


Mediasi Penal. 1 januari- April 2016 Vol. 5 No .1 Surakarta Hal. 2
2. Dedi Afandi. Kaidah Dasar Bioetika Dalam Pengambilan Keputusan Klinis
yang Etis. 2 September 2017. vol 40. Hal 115-116
3. Benny Afwadzi, Nur Alifah. Malpraktek dan Hadis Nabi: Menggali Pesan
Kemanusian Nabi Muhammad saw. dalam Bidang Medis. Jurnal Studi
Alquran dan Hadis. 2019. Volume 3, Nomor 1. ISSN 2580-3174 (p), 2580-
3190 (e)
4. Deasy Soeikromo. KETENTUAN HUKUM PIDANA TERHADAP
PRAKTIK ILLEGAL LOGGING DAN UPAYA PELESTARIAN
LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA. Jurnal Hukum Unsrat. 2016.
Vol.21/No.5
5. RICKY, S.H. BATASAN DOKTER DALAM MELAKUKAN TINDAKAN
MEDIS YANG BUKAN KEWENANGAN KOMPETENSI PROFESINYA.
HUKUM KESEHATAN; Jumat, 20 November 2020; Hal 141

15

Anda mungkin juga menyukai