Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

CORPORATE GOVERNANCE
“STRUKTUR KEPEMILIKAN”
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Rahma Yuliani, SE, M.Si., Ak.

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Fitria Barirah (1810313220026)


Halimah (1810313220012)
Muhammad Iqbal (1810313210054)
Salma Nanda K.P (1810313220016)
Siti Nurhaliza (1810313320002)
Siti Raidatul Aufa (1810313220032)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN

2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami diberi kekuatan untuk
menyelesaikan makalah Corporate Governance yang berjudul “Struktur Kepemilikan”.

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Corporate Governance yang diampu oleh Ibu Dr. Hj. Rahma Yuliani, SE, M.Si., Ak. yang
merupakan dosen pengampu kami dalam mata kuliah ini. Tak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu proses penyusunan
makalah ini sehingga bisa selesai tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini mungkin masih terdapat kesalahan baik dari
pengolahan kata, ejaan kata yang tidak benar dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1 Struktur Kepemilikan...............................................................................................3

2.2 Perseroan Terbatas (PT)...........................................................................................5

2.2.1 Struktur Kepemilikan Perseroan Terbatas (PT)............................................6

2.3 Badan Usaha Milik Negara (BUMN).......................................................................7

2.3.1 Struktur Kepemilikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)........................7

BAB III PENUTUP................................................................................................................11

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sebuah perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang


kegiatannya dijalankan secara terus menerus. Pada dasarnya perusahaan memiliki suatu
tujuan yaitu memaksimalkan kesejahteraan pemilik saham perusahaan. Kesejahteraan
pemegang saham yang maksimal tersebut dapat terwujud apabila nilai perusahaan
dimaksimalkan. Jadi semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi tingkat
kemakmuran dari pemegang saham (Sudana, dalam Astianah & Aji, 2017). Nilai
perusahaan yang tinggi menjadi sebuah harapan bagi para pemilik perusahaan, karena
dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham yang juga tinggi.
Menurut Putri (2014) Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan
yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan,
pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan esktern
lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu
sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. GCG dapat diartikan juga sebagai
suatu pengendalian internal perusahaan guna mengelola risiko yang signifikan dengan
mendorong terbentuknya manajemen perusahaan yang bersih dan transparan. Tujuan
penerapan GCG adalah salah satunya sebagai upaya guna melindungi pihak yang
berkepentingan dalam perusahaan atau stakeholder dari perilaku manajemen yang tidak
bersih. Serta, dengan adanya GCG akan memberikan nilai tambah bagi para pemangku
kepentingan yang juga diiringi dengan meningkatnya nilai perusahaan.
Struktur kepemilikan merupakan satu mekanisme corporate governance untuk
mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham. Kepemilikan manajerial
dan kepemilikan institusional adalah bagian dari struktur kepemilikan yang termasuk
dalam mekanisme corporate governance yang dapat mengurangi masalah keagenan
(Sembiring, 2017). Dalam kepemilikan manajerial, manajer ikut serta berperan sebagai
pemegang saham sehingga dapat mensejajarkan kedudukan antara manajer dan pemegang
saham. Adapun dalam kepemilikan institusional, institusi merupakan pihak ketiga baik
pemerintah maupun swasta yang memiliki peranan penting dalam meminimalisasi
kemungkinan konflik yang dapat terjadi akibat benturan kepentingan.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Struktur Kepemilikan?


2. Apa yang dimaksud dengan Perseroan Terbatas (PT)?
3. Bagaimana Struktur Kepemilikan pada Perseroan Terbatas (PT)?
4. Apa yang dimaksud dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)?
5. Bagaimana Struktur Kepemilikan pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)?

.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Struktur Kepemilikan.


2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Perseroan Terbatas (PT).
3. Untuk mengetahui bagaimana Struktur Kepemilikan pada Perseroan Terbatas (PT).
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
5. Untuk mengetahui bagaimana Struktur Kepemilikan pada Badan Usaha Milik Negara
(BUMN).

2
BAB II

PEMBAHASAN

.1 Struktur Kepemilikan

Menurut Abdurrahman (2008) dalam Irawan (2015) Struktur kepemilikan adalah


komposisi pemegang saham dalam suatu perusahaan yang dihitung berdasarkan jumlah
saham yang dimiliki dibagi dengan seluruh jumlah saham yang ada. Proporsi dalam
kepemilikan ini akan menentukan jumlah mayoritas dan minoritas kepemilikan saham
dalam perusahaan. Haryono (2005) menjelaskan bahwa Struktur Kepemilikan adalah
komposisi modal antara hutang dan ekuitas termasuk juga proporsi antara kepemilikan
saham insider shareholders dan outsite shareholders. Sedangkan Menurut Sudana (2011)
dalam Runtu et al., (2019), struktur kepemilikan merupakan pemisahan antara pemilik
perusahaan dan manajer perusahaan. Pemilik atau pemegang saham adalah pihak yang
menyertakan modal kedalam perusahaan, sedangkan manajer adalah pihak yang ditunjuk
pemilik dan diberi kewenangan mengambil keputusan dalam mengelola perusahaan,
dengan harapan manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik.
Sehingga dapat disimpulkan, struktur kepemilikan merupakan suatu tata kelola
perusahaan yang digunakan untuk mengendalikan masalah keagenan atau benturan
kepentingan yang mungkin terjadi antara pemegang saham (pemilik perusahaan) dan
manajer atau pihak yang menjalankan perusahaan. Struktur kepemilikan bertujuan untuk
memaksimalkan pengendalian dan pengawasan terhadap para manajer dalam
melaksanakan tugasnya untuk mengelola perusahaan sehingga dapat memaksimalkan
nilai perusahaan. Proporsi kepemilikan yang berbeda akan menghasilkan tingkatan
kepemilikan yang berbeda pula pada suatu perusahaan sehingga setiap pemilik memiliki
hak dan wewenang tersendiri dalam hal pengambilan keputusan di dalam perusahaan.
a. Kepemilikan institusional
Kepemilikan institusional merupakan kondisi dimana institusi memiliki saham
dalam suatu perusahaan (Widarjo dan Herdiyanto, dalam Sugiyanto, 2018). Institusi
tersebut dapat berupa institusi pemerintah, institusi swasta, domestik maupun asing.
Sedangkan Menurut Bernandhi & Muid (2014), kepemilikan institusional adalah
kepemilikan saham suatu perusahaan oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan
asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lainnya.

3
Intitusi sebagai pihak ketiga dalam struktur kepemilikan memiliki peranan yang
sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang mungkin terjadi akibat
benturan kepentingan antara pihak pemegang saham dan pihak manajer. Hal ini
karena investor institusional dapat menjadi salah satu mekanisme monitoring dalam
setiap keputusan yang diambil oleh manajer sehingga peran pengawasan akan menjadi
lebih efektif. Adanya kepemilikan oleh institusional seperti perusahaan asuransi,
bank, perusahan-perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi-institusi lain
mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mekanisme monitoring
tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham (Kusumawati &
Nurafiati, 2016). Peran aktif pihak investor institusional dalam memonitoring suatu
perusahaan menjadikan kekuatan dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai
perusahaan akan semakin besar.
b. Kepemilikan manajerial
Menurut Sudana (2015:4) dalam Muntahanah & Murdijaningsih (2020)
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan di dalam perusahaan,
misalnya direktur dan komisaris. Sedangkan menurut Christiawan et al., (2007)
menyatakan Kepemilikan Manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham
perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham
perusahaan.
Manajer yang ikut berperan sebagai pemegang saham perusahaan di nilai dapat
mensejajarkan kedudukan antara manajer dan pemegang saham. Selain sebagai pihak
yang mengelola perusahaan, manajer juga turut berperan dalam pengambilan
keputusan sehingga hal ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajer. Sebagai
bagian dari struktur kepemilikan, manajer tetap berkewajiban bertindak sesuai dengan
keinginan pemegang saham dengan tingkatan lebih tinggi. Meskipun demikian, besar
kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan tetap dapat
dijadikan indikasi adanya kesamaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham
sehingga dapat meminimalisasi atau bahkan menghilangkan potensi terjadinya
perbedaan kepentingan karena manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham atau
seorang pemilik perusahaan.
c. Kepemilikan publik

4
Menurut Purba (2021) kepemilikan publik merupakan presentase saham yang
dimiliki oleh pihak luar (outsider ownership). Sedangkan menurut Wijayanti (2009),
kepemilikan publik adalah proporsi atau jumlah kepemilikan saham yang dimiliki
oleh publik atau masyarakat umum yang tidak memiliki hubungan istimewa dengan
perusahaan. Perusahaan yang menyediakan kepemilikan publik memiliki tujuan untuk
mendapatkan pendanaan yang maksimal melalui diperolehnya saham dari pihak
internal maupun pihak eksternal. Pihak eksternal diperoleh dari saham masyarakat
yang selanjutnya disebut dengan kepemilikan publik.
Sebagai perusahaan yang sahamnya juga dimiliki publik atau masyarakat luas,
tanggung jawab terhadap operasional perusahaan juga akan semakin besar karena
adanya pengawasan yang lebih ketat dari publik. Investor publik menuntut kinerja
yang baik dan pendapatan yang besar dari perusahaan agar modal yang mereka
tanamkan dapat memberikan pengembalian yang besar pula. Keterlibatan investor
publik dalam peran monitoring ini juga dapat mendorong para manajer untuk dapat
lebih mementingkan kepentingan pemegang saham.

.2 Perseroan Terbatas (PT)


Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas, yang
selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Pengertian PT secara umum adalah
suatu unit atau badan usaha berbadan hukum yang mana modalnya terkumpul dari
berbagai saham, dan setiap pemiliknya memiliki bagian dari banyaknya lembar saham
yang dimiliki oleh masing-masing investor. Lembar saham yang menjadi modal
pembentukan Perseroan Terbatas bisa diperjualbelikan sehingga akan ada perubahan
status kepemilikan perusahaan tanpa harus membubarkan perusahaan.
Beberapa ahli berpendapat bahwa pengertian PT adalah suatu bentuk  badan usaha
yang melakukan kegiatan perkumpulan modal atau saham dengan kemampuan mengatur
saham yang baik, yang mana para pemilik saham di dalamnya memiliki tanggung jawab
sesuai dengan banyaknya saham yang dimiliki (Ismail, 2020). Pemilik saham akan
memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen yang besarnya tergantung pada
besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas.

5
2.1 Struktur Kepemilikan Perseroan Terbatas (PT)
Kekayaan perusahaan dan kekayaan pemilik modal dikelompokan secara terpisah
pada perseroan terbatas. Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan sedangkan
pengelola perusahaan diserahan kepada tenaga-tenaga ahli dalam bidangnya
(profesional). Struktur kepemilikan pada perseroan terbatas terdiri dari pemegang
saham, direksi, dan komisaris.
Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ
Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau
Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau
anggaran dasar. Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan
yang berkaitan dengan Perseroan dari Direksi dan/atau Dewan Komisaris, sepanjang
berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan
Perseroan. Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud
dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Direksi berwenang menjalankan
pengurusan sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan
dalam undang-undang ini dan/ atau anggaran dasar. Sedangkan Dewan Komisaris
adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau
khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.
Pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dantujuan Perseroan (Undang-
Undang RI Nomor 40 Tahun 2007).
Dalam PT, para pemegang saham, melalui komisarisnya melimpahkan
wewenangnya kepada direksi untuk menjalankan dan mengembangkan perusahaan
sesuai dengan tujuan dan bidang usaha perusahaan. Dalam kaitan dengan tugas tersebut,
direksi berwenang untuk mewakili perusahaan, mengadakan perjanjian dan kontrak, dan
sebagainya. Apabila terjadi kerugian yang amat besar (di atas 50 %) maka direksi harus
melaporkannya ke para pemegang saham dan pihak ketiga, untuk kemudian dirapatkan.
Komisaris memiliki fungsi sebagai pengawas kinerja jajaran direksi perusahaan.
Komisaris bisa memeriksa pembukuan, menegur direksi, memberi petunjuk, bahkan

6
bila perlu memberhentikan direksi dengan menyelenggarakan RUPS untuk mengambil
keputusan apakah direksi akan diberhentikan atau tidak.
Dalam RUPS/Rapat Umum Pemegang Saham, semua pemegang saham
sebesar/sekecil apapun sahamnya memiliki hak untuk mengeluarkan suaranya. Dalam
RUPS sendiri dibahas masalah-masalah yang berkaitan dengan evaluasi kinerja dan
kebijakan perusahaan yang harus dilaksanakan segera. Bila pemegang saham
berhalangan, dia bisa melempar suara miliknya ke pemegang lain yang disebut proxy.
Hasil RUPS biasanya dilimpahkan ke komisaris untuk diteruskan ke direksi untuk
dijalankan (Www.wikipedia.com, 2021b).
Isi RUPS(Rapat Umum Pemegang Saham) adalah sebagai berikut:

 Menentukan direksi dan pengangkatan komisaris

 Memberhentikan direksi atau komisaris

 Menetapkan besar gaji direksi dan komisaris

 Mengevaluasi kinerja perusahaan

 Memutuskan rencana penambahan/pengurangan saham perusahaan

 Menentukan kebijakan perusahaan

 Mengumumkan pembagian laba (dividen)

2.1.3 Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, dan juga Badan
Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian
nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat (Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara). Pengertian Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) secara umum merupakan perusahaan yang seluruh sahamnya dikuasai oleh
Pemerintah, atau minimalnya 51% sahamnya dimiliki oleh Negara.

Maksud dan tujuan didirikannya BUMN adalah memberikan sumbangan bagi


perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada
khususnya, menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan atau

7
jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak, dan
juga menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor
swasta dan koperasi (Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003).

2.1 Struktur Kepemilikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)


Pada tahun 1969, ditetapkan Undang undang Nomor 9 Tahun 1969. Dalam Undang-
undang tersebut, BUMN disederhanakan bentuknya menjadi tiga bentuk usaha negara
yaitu Perusahaan Jawatan (Perjan) yang sepenuhnya tunduk pada ketentuan
Indonesische Bedrijvenwet (Stbl. 1927 419), Perusahaan Umum (Perum) yang
sepenuhnya tunduk pada ketentuan Undang-undang Nomor 19 Pip. Tahun 1960 dan
Perusahaan Perseroan (Persero) yang sepenuhnya tunduk pada ketentuan Kitab Undang-
undang Hakum Dagang (Sibl. 1847:23).

a. Perusahaan Jawatan (PERJAN)


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2000)
Perusahaan Jawatan (PERJAN) adalah Badan Usaha Milik Negara dimana seluruh
modalnya dimiliki oleh Pemerintah dan merupakan kekayaan Negara yang tidak
dipisahkan serta tidak terbagi atas saham-sahamnya. Atas dasar ini, tidak ada
pembagian kepemilikan, karena kepemilikan sepenuhnya dikuasai oleh pemerintah.
Dalam hal ini, jika perusahaan keagenan menderita kerugian, semua kerugian
ditanggung oleh pemerintah. Tujuan PERJAN adalah mengembangkan kegiatan
usaha yang bertujuan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat dalam bentuk
memberikan pelayanan yang bermutu tinggi, bukan sekedar mencari keuntungan.
Saat ini, tidak ada perusahaan BUMN yang menggunakan model perjan karena
besarnya biaya untuk memelihara perjan-perjan tersebut sesuai dengan Undang
Undang (UU) Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN, khususnya tentang Ketentuan
Peralihan Pasal 93 dinyatakan bahwa dalam waktu dua tahun terhitung sejak
undang-undang berlaku. Semua BUMN yang berbentuk Perjan harus sudah diubah
bentuknya menjadi Perum atau Perseroan. Sehingga, Perusahaan Jawatan telah
dibubarkan dan dihilangkan eksistensinya dalam perusahaan milik negara ini.
Menurut Wikipedia, contoh dari Perusahaan BUMN yang dulunya Perjan adalah
Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) yang berada di bawah Departemen
Perhubung, tahun 1991 berubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka),
kemudian menjadi Perusahaan Negara Kereta api (Penka), terakhir berubah menjadi
PT Kereta Api Indonesia (PT.KAI). Serta Perjan Pegadaian yang berada di bawah
Departemen Keuangan Berubah menjadi Perum Pegadaian. Dengan demikian, sejak
tahun 2003 tidak ada lagi BUMN yang berbentuk Perjan.

8
b. Perusahaan Umum (PERUM)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Perusahaan Umum, yang
disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak
terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
Dalam Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 pada Pasal 36 ayat 1 menyatakan
bahwa Maksud dan tujuan Perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan
untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas
dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan yang sehat. Contoh Perusahaan Umum atau Perum yaitu Perum Peruri
atau PNRI (Percetakan Negara Republik Indonesia), Perum Pegadaian, Perum
Perhutani, dll. Kepengurusan Perum terdiri atas :
1) Menteri
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Menteri adalah menteri
yang ditunjuk dan/atau diberi kuasa untuk mewakili pemerintah selaku
pemegang saham negara pada Persero dan pemilik modal pada Perum dengan
memperhatikan peraturan perundang undangan.
2) Direksi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Direksi adalah organ
Perum yang bertanggung jawab atas pengurusan Perum untuk kepentingan dan
tujuan Perum, serta mewakili Perum baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Dewan direksi berfungsi untuk mengurus perusahaan. Peran direksi sangat
penting dan cukup menentukan bagi keberhasilan implementasi GCG (Effendi,
2016).
3) Dewan Pengawas
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Dewan Pengawas adalah
organ Perum yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat
kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Perum.

Sama seperti Perjan, Perum dikelola oleh Negara dengan status Pegawainya
sebagai pegawai negeri. Namun perusahaan masih merugi meskipun status Perjan

9
diubah menjadi Perum, sehingga Pemerintah terpaksa menjual sebagian saham
tersebut kepada publik dan statusnya diubah menjadi Persero.
c. Persero
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Perusahaan Perseroan, yang
selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh
satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan
utamanya mengejar keuntungan. Pengertian Persero menurut Undang-undang
nomor 40 tahun 2007 tentang PT atau perseroan terbatas yang isinya bahwa PT
adalah suatu badan hukum dengan dilengkapi persekutuan modal. Jadi, perseroan
ini didirikan dengan perjanjian dan juga melakukan usaha dengan suatu modal yang
terbagi dalam bentuk saham.
Saham kepemilikan Persero sebagian besar atau setara 51% harus dikuasai oleh
Pemerintah. Karena Persero diharapkan dapat memperoleh laba yang besar, maka
otomatis Persero dituntut untuk dapat memberikan produk barang maupun jasa yang
terbaik agar produk output yang dihasilkan tetap laku dan terus-menerus mencetak
keuangan. Contoh Persero yaitu PT Jasa Marga, Bank BNI, PT Asuransi Jiwasraga,
PT PLN dan lain-lain.
Kepengurusan Persero terdiri atas:
1) RUPS
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Rapat Umum Pemegang
Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ Persero yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam Persero dan memegang segala wewenang yang tidak
diserahkan kepada Direksi atau Komisaris. Menteri bertindak selaku RUPS
dalam seluruh saham Persero dimiliki oleh negara dan bertindak selaku
pemegang saham pada Persero dan Perseroan terbatas dalam hal tidak seluruh
sahamnya dimiliki oleh negara.
Pemberhentian dan pengangkatan direksi adalah RUPS. Dalam hal ini juga
Manteri bertindak selaku RUPS, pengangkatan dan memberhentikan direksi
ditetapkan oleh menteri. Masa jabatan anggota direksi yaitu 5 tahun dan bisa
diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan.
2) Komisaris
Effendi (2016) menyatakan bahwa Dewan komisaris berfungsi untuk melakukan
pengawasan. Pengangkatan dan memberhentikan Komisaris adalah RUPS.
10
Dalam hal ini juga Menteri bertindak selaku RUPS, Pengangkatan dan
memberhentikan Komisaris ditetapkan oleh Menteri. Masa jabatan anggota
Komisaris yaitu 5 tahun.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Struktur kepemilikan adalah jenis tata kelola perusahaan yang digunakan untuk
mengendalikan masalah keagenan atau konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara
pemegang saham (pemilik perusahaan) dan manajer atau pihak yang menjalankan
perusahaan. Struktur kepemilikan saham dirancang untuk memaksimalkan
pengendalian dan pengawasan manajer untuk menjalankan tugasnya dalam pengelolaan
perusahaan, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan.

Struktur kepemilikan merupakan satu mekanisme corporate governance untuk


mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham. Kepemilikan manajerial
dan kepemilikan institusional adalah bagian dari struktur kepemilikan yang termasuk
dalam mekanisme corporate governance yang dapat mengurangi masalah keagenan
(Sembiring, 2017). Secara umum, ada dua jenis kepemilikan, yaitu: kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional.

Perusahaan Terbatas merupakan suatu unit atau badan usaha berbadan hukum yang
mana modalnya terkumpul dari berbagai saham, dan setiap pemiliknya memiliki bagian
dari banyaknya lembar saham yang dimiliki oleh masing-masing investor. Struktur
kepemilikan pada perseroan terbatas terdiri dari pemegang saham, direksi, dan
komisaris.

Sedangakn Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perusahaan yang seluruh
sahamnya dikuasai oleh Pemerintah, atau minimalnya 51% sahamnya dimiliki oleh
Negara. Dimana BUMN memiliki tiga bentuk usaha negara yaitu Perusahaan Jawatan
(PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM), dan Persero.

11
DAFTAR PUSTAKA

Astianah, & Aji, T. S. (2017). Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Ukuran
Perusahaan, dan Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan di BEI Periode 2011-
2015. Jurnal Ilmu Manajemen, 5(4), 1–11.

Bernandhi, R., & Muid, A. (2014). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan


Institusional, Kebijakan Dividen, Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai
Perusahaan. Diponegoro Journal of Accounting, 3(1), 177–191.

Christiawan, Jogi, Y., Tarigan, & Josua. (2007). Kepemilikan Manajeral : Jurusan Ekonomi
Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra, 9, 1–8.

Effendi, M. A. (2016). The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi.
Jakarta: Salemba Empat.

Haryono, S. (2005). Struktur Kepemilikan dalam Bingkai Teori Keagenan. Jurnal Akuntansi
& Bisnis, 5(1), 63–71.

Irawan, P., & Pangestuti, I. R. D. (2015). Pengaruh Struktur Kepemilikan , Corporate


Governance ,dan Underwriter Reputation Terhadap IPO Underpricing ( Studi Empiris
pada Perusahaan yang IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2014 ). Diponegoro
Journal Of Manajement, 4(4), 1–12.

Ismail, I. (2020). PT (Perseroan Terbatas): Pengertian, Jenis, Ciri-ciri, dan Unsur-unsur PT.
Www.Accurate.Com. https://accurate.id/bisnis-ukm/pengertian-pt/

Kusumawati, R., & Nurafiati, L. M. (2016). DETERMINAN NILAI PERUSAHAAN :


KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN
DIVIDEN, DAN KEBIJAKAN HUTANG. Change Agent For ManagementJourna,

12
3(1), 311–329.

Muntahanah, S., & Murdijaningsih, T. (2020). Peran tata kelola perusahaan dalam
meningkatkan kinerja perusahaan pertambangan di indonesia. Jurnal Proaksi, 7(2), 234–
243.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2000 Tentang Perusahaan Jawatan
(Perjan), (2000).

Purba, I. (2021). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dan


Kepemilikan Publik terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Properti dan Real
Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2018. Jurnal Riset
Akuntansi Dan Keuangan, 7(1), 18–29.

Putri, B. E. (2014). Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada PT Purnama


Semesta Alamiah. Agora, Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen
Universitas Kristen Petra, 2(2), 1–5.

Runtu, W. R., Rate, P. V, Maramis, J. B., & Institusional, P. K. (2019). Pengaruh


Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Leverage Terhadap Nilai Perusahaan Pada
Industri Food and Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013 €“
2017. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 7(3),
3938–3948. https://doi.org/10.35794/emba.v7i3.24909

Sembiring, E. G. G. R. (2017). Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Dan


Struktur Kepemilikan Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi pada perusahaan
Manufaktur sektor Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014).
Jom Fisip, 4(2), 1–18.

Sugiyanto, . (2018). Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan


Pemoderasi Kepemilikan Institusional. Jurnal Ilmiah Akuntansi Universitas Pamulang,
6(1), 82–96. http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/JIA/article/view/1209

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, (2003).

Undang-Undang RI. (2007). Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan


Terbatas.

Wijayanti, N. (2009). Pengaruh Profitabilitas, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, dan

13
Kepemilikan Publik Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan (Studi
Empiris Pada Perusahaan LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia). Skripsi, Universitas Sebelas
Maret Surakarta, 1–83.

Www.wikipedia.com. (2021a). Kereta Api Indonesia.


https://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_Api_Indonesia#cite_note-20

Www.wikipedia.com. (2021b). Perseroan terbatas. Www.Wikipedia.Com.


https://id.wikipedia.org/wiki/Perseroan_terbatas#Pembagian_wewenang_dalam_persero
an_terbatas

14

Anda mungkin juga menyukai