Makalah Kel 4
Makalah Kel 4
CORPORATE GOVERNANCE
“STRUKTUR KEPEMILIKAN”
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Rahma Yuliani, SE, M.Si., Ak.
Disusun Oleh :
Kelompok 4
2021
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami diberi kekuatan untuk
menyelesaikan makalah Corporate Governance yang berjudul “Struktur Kepemilikan”.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Corporate Governance yang diampu oleh Ibu Dr. Hj. Rahma Yuliani, SE, M.Si., Ak. yang
merupakan dosen pengampu kami dalam mata kuliah ini. Tak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu proses penyusunan
makalah ini sehingga bisa selesai tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini mungkin masih terdapat kesalahan baik dari
pengolahan kata, ejaan kata yang tidak benar dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
.1 Struktur Kepemilikan
3
Intitusi sebagai pihak ketiga dalam struktur kepemilikan memiliki peranan yang
sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang mungkin terjadi akibat
benturan kepentingan antara pihak pemegang saham dan pihak manajer. Hal ini
karena investor institusional dapat menjadi salah satu mekanisme monitoring dalam
setiap keputusan yang diambil oleh manajer sehingga peran pengawasan akan menjadi
lebih efektif. Adanya kepemilikan oleh institusional seperti perusahaan asuransi,
bank, perusahan-perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi-institusi lain
mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mekanisme monitoring
tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham (Kusumawati &
Nurafiati, 2016). Peran aktif pihak investor institusional dalam memonitoring suatu
perusahaan menjadikan kekuatan dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai
perusahaan akan semakin besar.
b. Kepemilikan manajerial
Menurut Sudana (2015:4) dalam Muntahanah & Murdijaningsih (2020)
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan di dalam perusahaan,
misalnya direktur dan komisaris. Sedangkan menurut Christiawan et al., (2007)
menyatakan Kepemilikan Manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham
perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham
perusahaan.
Manajer yang ikut berperan sebagai pemegang saham perusahaan di nilai dapat
mensejajarkan kedudukan antara manajer dan pemegang saham. Selain sebagai pihak
yang mengelola perusahaan, manajer juga turut berperan dalam pengambilan
keputusan sehingga hal ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajer. Sebagai
bagian dari struktur kepemilikan, manajer tetap berkewajiban bertindak sesuai dengan
keinginan pemegang saham dengan tingkatan lebih tinggi. Meskipun demikian, besar
kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan tetap dapat
dijadikan indikasi adanya kesamaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham
sehingga dapat meminimalisasi atau bahkan menghilangkan potensi terjadinya
perbedaan kepentingan karena manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham atau
seorang pemilik perusahaan.
c. Kepemilikan publik
4
Menurut Purba (2021) kepemilikan publik merupakan presentase saham yang
dimiliki oleh pihak luar (outsider ownership). Sedangkan menurut Wijayanti (2009),
kepemilikan publik adalah proporsi atau jumlah kepemilikan saham yang dimiliki
oleh publik atau masyarakat umum yang tidak memiliki hubungan istimewa dengan
perusahaan. Perusahaan yang menyediakan kepemilikan publik memiliki tujuan untuk
mendapatkan pendanaan yang maksimal melalui diperolehnya saham dari pihak
internal maupun pihak eksternal. Pihak eksternal diperoleh dari saham masyarakat
yang selanjutnya disebut dengan kepemilikan publik.
Sebagai perusahaan yang sahamnya juga dimiliki publik atau masyarakat luas,
tanggung jawab terhadap operasional perusahaan juga akan semakin besar karena
adanya pengawasan yang lebih ketat dari publik. Investor publik menuntut kinerja
yang baik dan pendapatan yang besar dari perusahaan agar modal yang mereka
tanamkan dapat memberikan pengembalian yang besar pula. Keterlibatan investor
publik dalam peran monitoring ini juga dapat mendorong para manajer untuk dapat
lebih mementingkan kepentingan pemegang saham.
5
2.1 Struktur Kepemilikan Perseroan Terbatas (PT)
Kekayaan perusahaan dan kekayaan pemilik modal dikelompokan secara terpisah
pada perseroan terbatas. Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan sedangkan
pengelola perusahaan diserahan kepada tenaga-tenaga ahli dalam bidangnya
(profesional). Struktur kepemilikan pada perseroan terbatas terdiri dari pemegang
saham, direksi, dan komisaris.
Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ
Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau
Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau
anggaran dasar. Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan
yang berkaitan dengan Perseroan dari Direksi dan/atau Dewan Komisaris, sepanjang
berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan
Perseroan. Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud
dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Direksi berwenang menjalankan
pengurusan sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan
dalam undang-undang ini dan/ atau anggaran dasar. Sedangkan Dewan Komisaris
adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau
khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.
Pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dantujuan Perseroan (Undang-
Undang RI Nomor 40 Tahun 2007).
Dalam PT, para pemegang saham, melalui komisarisnya melimpahkan
wewenangnya kepada direksi untuk menjalankan dan mengembangkan perusahaan
sesuai dengan tujuan dan bidang usaha perusahaan. Dalam kaitan dengan tugas tersebut,
direksi berwenang untuk mewakili perusahaan, mengadakan perjanjian dan kontrak, dan
sebagainya. Apabila terjadi kerugian yang amat besar (di atas 50 %) maka direksi harus
melaporkannya ke para pemegang saham dan pihak ketiga, untuk kemudian dirapatkan.
Komisaris memiliki fungsi sebagai pengawas kinerja jajaran direksi perusahaan.
Komisaris bisa memeriksa pembukuan, menegur direksi, memberi petunjuk, bahkan
6
bila perlu memberhentikan direksi dengan menyelenggarakan RUPS untuk mengambil
keputusan apakah direksi akan diberhentikan atau tidak.
Dalam RUPS/Rapat Umum Pemegang Saham, semua pemegang saham
sebesar/sekecil apapun sahamnya memiliki hak untuk mengeluarkan suaranya. Dalam
RUPS sendiri dibahas masalah-masalah yang berkaitan dengan evaluasi kinerja dan
kebijakan perusahaan yang harus dilaksanakan segera. Bila pemegang saham
berhalangan, dia bisa melempar suara miliknya ke pemegang lain yang disebut proxy.
Hasil RUPS biasanya dilimpahkan ke komisaris untuk diteruskan ke direksi untuk
dijalankan (Www.wikipedia.com, 2021b).
Isi RUPS(Rapat Umum Pemegang Saham) adalah sebagai berikut:
Mengevaluasi kinerja perusahaan
Menentukan kebijakan perusahaan
Mengumumkan pembagian laba (dividen)
Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, dan juga Badan
Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian
nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat (Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara). Pengertian Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) secara umum merupakan perusahaan yang seluruh sahamnya dikuasai oleh
Pemerintah, atau minimalnya 51% sahamnya dimiliki oleh Negara.
7
jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak, dan
juga menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor
swasta dan koperasi (Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003).
8
b. Perusahaan Umum (PERUM)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Perusahaan Umum, yang
disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak
terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
Dalam Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 pada Pasal 36 ayat 1 menyatakan
bahwa Maksud dan tujuan Perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan
untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas
dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan yang sehat. Contoh Perusahaan Umum atau Perum yaitu Perum Peruri
atau PNRI (Percetakan Negara Republik Indonesia), Perum Pegadaian, Perum
Perhutani, dll. Kepengurusan Perum terdiri atas :
1) Menteri
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Menteri adalah menteri
yang ditunjuk dan/atau diberi kuasa untuk mewakili pemerintah selaku
pemegang saham negara pada Persero dan pemilik modal pada Perum dengan
memperhatikan peraturan perundang undangan.
2) Direksi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Direksi adalah organ
Perum yang bertanggung jawab atas pengurusan Perum untuk kepentingan dan
tujuan Perum, serta mewakili Perum baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Dewan direksi berfungsi untuk mengurus perusahaan. Peran direksi sangat
penting dan cukup menentukan bagi keberhasilan implementasi GCG (Effendi,
2016).
3) Dewan Pengawas
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Dewan Pengawas adalah
organ Perum yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat
kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Perum.
Sama seperti Perjan, Perum dikelola oleh Negara dengan status Pegawainya
sebagai pegawai negeri. Namun perusahaan masih merugi meskipun status Perjan
9
diubah menjadi Perum, sehingga Pemerintah terpaksa menjual sebagian saham
tersebut kepada publik dan statusnya diubah menjadi Persero.
c. Persero
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Perusahaan Perseroan, yang
selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh
satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan
utamanya mengejar keuntungan. Pengertian Persero menurut Undang-undang
nomor 40 tahun 2007 tentang PT atau perseroan terbatas yang isinya bahwa PT
adalah suatu badan hukum dengan dilengkapi persekutuan modal. Jadi, perseroan
ini didirikan dengan perjanjian dan juga melakukan usaha dengan suatu modal yang
terbagi dalam bentuk saham.
Saham kepemilikan Persero sebagian besar atau setara 51% harus dikuasai oleh
Pemerintah. Karena Persero diharapkan dapat memperoleh laba yang besar, maka
otomatis Persero dituntut untuk dapat memberikan produk barang maupun jasa yang
terbaik agar produk output yang dihasilkan tetap laku dan terus-menerus mencetak
keuangan. Contoh Persero yaitu PT Jasa Marga, Bank BNI, PT Asuransi Jiwasraga,
PT PLN dan lain-lain.
Kepengurusan Persero terdiri atas:
1) RUPS
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Rapat Umum Pemegang
Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ Persero yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam Persero dan memegang segala wewenang yang tidak
diserahkan kepada Direksi atau Komisaris. Menteri bertindak selaku RUPS
dalam seluruh saham Persero dimiliki oleh negara dan bertindak selaku
pemegang saham pada Persero dan Perseroan terbatas dalam hal tidak seluruh
sahamnya dimiliki oleh negara.
Pemberhentian dan pengangkatan direksi adalah RUPS. Dalam hal ini juga
Manteri bertindak selaku RUPS, pengangkatan dan memberhentikan direksi
ditetapkan oleh menteri. Masa jabatan anggota direksi yaitu 5 tahun dan bisa
diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan.
2) Komisaris
Effendi (2016) menyatakan bahwa Dewan komisaris berfungsi untuk melakukan
pengawasan. Pengangkatan dan memberhentikan Komisaris adalah RUPS.
10
Dalam hal ini juga Menteri bertindak selaku RUPS, Pengangkatan dan
memberhentikan Komisaris ditetapkan oleh Menteri. Masa jabatan anggota
Komisaris yaitu 5 tahun.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Struktur kepemilikan adalah jenis tata kelola perusahaan yang digunakan untuk
mengendalikan masalah keagenan atau konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara
pemegang saham (pemilik perusahaan) dan manajer atau pihak yang menjalankan
perusahaan. Struktur kepemilikan saham dirancang untuk memaksimalkan
pengendalian dan pengawasan manajer untuk menjalankan tugasnya dalam pengelolaan
perusahaan, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan.
Perusahaan Terbatas merupakan suatu unit atau badan usaha berbadan hukum yang
mana modalnya terkumpul dari berbagai saham, dan setiap pemiliknya memiliki bagian
dari banyaknya lembar saham yang dimiliki oleh masing-masing investor. Struktur
kepemilikan pada perseroan terbatas terdiri dari pemegang saham, direksi, dan
komisaris.
Sedangakn Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perusahaan yang seluruh
sahamnya dikuasai oleh Pemerintah, atau minimalnya 51% sahamnya dimiliki oleh
Negara. Dimana BUMN memiliki tiga bentuk usaha negara yaitu Perusahaan Jawatan
(PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM), dan Persero.
11
DAFTAR PUSTAKA
Astianah, & Aji, T. S. (2017). Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Ukuran
Perusahaan, dan Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan di BEI Periode 2011-
2015. Jurnal Ilmu Manajemen, 5(4), 1–11.
Christiawan, Jogi, Y., Tarigan, & Josua. (2007). Kepemilikan Manajeral : Jurusan Ekonomi
Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra, 9, 1–8.
Effendi, M. A. (2016). The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi.
Jakarta: Salemba Empat.
Haryono, S. (2005). Struktur Kepemilikan dalam Bingkai Teori Keagenan. Jurnal Akuntansi
& Bisnis, 5(1), 63–71.
Ismail, I. (2020). PT (Perseroan Terbatas): Pengertian, Jenis, Ciri-ciri, dan Unsur-unsur PT.
Www.Accurate.Com. https://accurate.id/bisnis-ukm/pengertian-pt/
12
3(1), 311–329.
Muntahanah, S., & Murdijaningsih, T. (2020). Peran tata kelola perusahaan dalam
meningkatkan kinerja perusahaan pertambangan di indonesia. Jurnal Proaksi, 7(2), 234–
243.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2000 Tentang Perusahaan Jawatan
(Perjan), (2000).
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, (2003).
13
Kepemilikan Publik Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan (Studi
Empiris Pada Perusahaan LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia). Skripsi, Universitas Sebelas
Maret Surakarta, 1–83.
14