Anda di halaman 1dari 7

BAB II

CARA PEMECAHAN MASALAH

Strategi yang penulis lakukan dalam melakukan pembinaan dengan


model Coaching Grow Me pada guru-guru rumpun mata pelajaran IPA di
SMA Negeri 2 Konawe Selatan meliputi tahapan sebagai berikut;
1).Identifikasi Permasalahan Guru; 2).Pembinaan dengan Model
Coaching Grow Me
A. Identifikasi Permasalahan Guru
SMA Negeri 2 Konawe Selatan merupakan salah satu sekolah
pelaksana terbatas (piloting) Kurikulum 2013 lingkup Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Konawe Selatan sejak tahun
2013, penulis adalah pengawas bina rumpun mata pelajaran IPA di
sekolah tersebut, pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014
penulis melaksanakan Supervisi akademik terhadap guru-guru mata
pelajaran rumpun IPA di sekolah dimaksud. Pasca pemantauan
pelaksanaan pembelajaran penulis melakukan pertemuan tindak lanjut
hasil pemantauan pelaksanaan pembelajaran.
Pada kesempatan inilah guru mata pelajaran IPA secara
individu menyampaikan permasalahan dan kendala yang ditemukan
pada saat melaksanakan pembelajaran, penulis mencatat kendala-
kendala yang disampaikan, pada dasarnya masalah yang mereka
hadapi berkaitan dengan implementasi pendekatan saintifik
sebagaimana diamanatkan oleh Permendikbud No. 65 tahun 2013
tentang Standar Proses dan lampiran IV Permendikbud No. 81A
tahun 2013 tentang Pedoman Umum Pembelajaran, yang mana
kedua regulasi tersebut menghendaki agar pelaksanaan pembelajaran
di kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik/ penyingkapan
meliputi kegiatan; mengamati, menanya, mengumpulkan data/
mencoba melakukan, menganalisis dan mengkomunikasikan.
Selanjutnya penulis identifikasi permasalahan yang
disampaikan, sebagaimana disajikan pada tabel 1 berikut :

4
Tabel 1: Identifikasi Permasalahan Guru dalam penyelenggaraan Pembelajaran

Mata
No Nama guru Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran
Pelajaran
1. Tahrir, S.Pd Biologi  Memancing peserta didik untuk bertanya
 Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati
2. Putri Sari,M.M.Pd Biologi  Memancing peserta didik untuk bertanya
 Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis/ asosiasi
3. Ahmar Djamaludin, S.Pd Fisika  Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati
 Memancing peserta didik untuk bertanya
4. Amrias, S.Pd Fisika  Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati
 Memancing peserta didik untuk bertanya
 Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis/ asosiasi
5. Sukidi, S.Pd Kimia  Memancing peserta didik untuk bertanya
 Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis/ assosiasi
6. Hellyana A K, S.Pd Kimia  Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati
 Memancing peserta didik untuk bertanya
Sumber : dari hasil diskusi pasca pelaksanaan pembelajaran

5
Dari tabel 1 diatas ternyata bahwa permasalahan yang
dihadapi oleh para guru variatif, namun ada permasalahan yang sama
untuk setiap guru yakni bagaimana memancing siswa agar mau
mengajukan pertanyaan dalam pembelajaran ini merupakan
permasalahan paling dominan bagi guru mata pelajaran rumpun IPA
di SMA Negeri 2 Konawe Selatan. Menyikapi hal tersebut maka
penulis selanjutnya bertekad untuk membantu dengan mengadopsi
model coaching grow me.
B. Pembinaan dengan Model Coaching Grow Me
Secara sederhana coaching merupakan proses mengantar atau
mendampingi orang yang dibina dari kondisi saat ini kepada kondisi
yang lebih baik sesuai dengan kebutuhannya. Hayes (2003) menulis
bahwa coaching adalah kunci dari keberhasilan dalam suatu proses
managemen, karena coaching membawa orang-orang untuk selalu
berkontribusi dan berpartisipasi sebagai mitra kerja yang aktif.
Coaching yang efektif adalah proses yang dapat memaksimalkan
potensi yang dimiliki seseorang.
Pelaksanaan coaching di sekolah oleh pengawas, kepala
sekolah dan guru sangat penting dilakukan dalam mendukung
implementasi kurikulum 2013. Agar pelaksanaannya berjalan optimal
maka coaching harus dilakukan dengan menggunakan prinsip
kerjasama, berbagi, menjembatani gap, formal dan informal,
kemitraan, motivasi, fokus, saling percaya dan rasa hormat. Oleh
karena itu seorang pengawas (coach) harus memiliki karakteristik,
diantaranya: (1) selalu membuat perencanaan yang tepat, (2) mampu
melihat potensi dalam diri guru/pembelajar (coache), (3) sebagai
sumber motivasi, mengenali coache dengan baik, (4) pembelajar yang
unggul, dan (5) terampil berkomunikasi secara efektif.
Pembinaan dengan model coaching grow me yang penulis
lakukan pada dasarnya terdiri dari dua tahap utama yakni yang
pertama tahapan coaching grow yang penulis laksanakan di bulan Juli
tahun 2014 dimana pada tahap ini penulis mengadakan pertemuan

6
dengan masing-masing guru mata pelajaran rumpun IPA secara
individual. Tahap selanjutnya adalah Monitoring dan Evaluasi untuk
melihat sejauh mana tujuan sudah tercapai dan mengevaluasi
kelemahan-kelemahannya, tahap ini penulis lakukan dari awal bulan
Agustus. Selengkapnya tahap pembinaan secara umum dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Goals (Tujuan)
pada tahap ini penulis yang berperan sebagai coach bertanya
kepada guru yang dibina (coachee) apa tujuan yang ingin dicapai
sehubungan dengan kegiatan pembelajaran, guru menyatakan
tujuan mereka ingin melaksanakan pembelajaran yang melibatkan
peserta didik (student center), bagaimana pembelajaran bisa
menarik perhatian , tidak membosankan, peserta didik aktif
bertanya, aktif melakukan sesuatu, mau untuk diajak berpikir kritis
(menganalisis) dalam pemecahan masalah. Selanjutnya sebagai
coach penulis menyampaikan sebaiknya guru merumuskan
indikator keberhasilan pencapaian tujuan tersebut.
b. Reality (Realitas)
setelah tujuan ditetapkan beserta indikator keberhasilannya
selanjutnya coachee diminta untuk mereview apa yang sudah
dilakukan selama ini dalam penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran, mengemukakan apa alasan/ penyebab berlakunya
kondisi berikut; (1) mengapa peserta didik tidak mengajukan
pertanyaan, (2) mengapa kegiatan pengamatan tidak bisa
dilaksanakan dan (3) mengapa pada tahapan menganalisis/
mengasosiasi tidak berjalan semestinya. Coachee juga diminta
menyampaikan upaya apa saja yang sudah pernah dilakukan
untuk mengatasi permasalahan dimaksud.
c. Options (Alternatif)
setelah coachee menyampaikan upaya-upaya yang pernah
dilakukan sebelumnya untuk menjawab permasalahannya, coach
meminta dan mengarahkan guru untuk memikirkan kembali upaya

7
apa lagi yang dapat dilakukan sebagai solusi dari permasalahan.
Dalam hal ini pengawas meminta guru untuk mengekplorasi
berbagai alternatif pemecahan masalah untuk pelaksanaan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik, bilamana guru sudah
tidak memiliki alternatif lain maka penulis memberikan saran
pemecahan dengan sangat hati-hati. Misalnya untuk solusi dari
mengapa siswa tidak bertanya penulis menyarankan untuk
menampilkan kegiatan pembelajaran yang lebih menantang dan
menarik minat peserta didik seperti memberikan permasalahan
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan alat multimedia untuk
penayangan video pembelajaran.
d. What’s Next/ Will (Langkah selanjutnya)
pada tahap ini penulis meminta coachee untuk mengungkapkan
rencana alternatif pemecahan masalah yakni apa-apa yang akan
dilakukan untuk menjembatani kesenjangan antara kenyataan
yang berlaku sekarang/ kondisi sekarang dengan tujuan yang
ingin dicapai.
Rencana tindak penulis sampaikan harus memuat tahapan yang
rinci sehingga diketahui kecukupan waktu yang tersedia,
berikutnya penulis tidak lupa mengingatkan apakah sarana
pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan rencana tindak
tersedia. Akhirnya penulis mengingatkan kepada coachee bahwa
bagaimanapun sempurnanya sebuah perencanaan tentu
kemungkinan kendala-kendala yang akan mengacaukan program
dapat saja terjadi oleh sebab itu coachee sudah dapat
meramalkan kendala-kendala tersebut untuk mempersiapkan
antisipasi atau solusinya.
penulis juga menegaskan agar coachee memegang teguh pilihan
rencana tindakan yang sudah diyakini sebagai solusi dari
beberapa alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan. Pada
tahap ini antara pengawas sebagai coach dan guru sebagai

8
pembelajar membuat komitmen tentang rencana pelaksanaan
pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
e. Monitoring (Pengecekan)
pada tahap ini yang penulis lakukan adalah mengecek dan
mereview kemajuan pencapaian tujuan, sudah sejauh mana posisi
pencapaian tujuan misalnya untuk memancing siswa bertanya apa
sudah ada perubahan atau belum demikian pula dengan tujuan-
tujuan lainnya. Penulis juga mengecek apa rencana coachee
selanjutnya apakah coachee masih konsisten dengan alternatif
solusi yang disepakati bersama sebelumnya atau ingin
mengadakan perubahan-perubahan sesuai kebutuhan. Penulis
menggali informasi dari guru yang dibina apakah ada sesuatu
yang bisa dipelajari dari pelaksaan yang sudah berjalan sejauh ini,
tujuannya adalah sebagai dasar untuk menyempurnakan proses
selanjutnya.
Selanjutnya Penulis dengan guru yang dibina memadukan hasil
pengecekan atau pengamatan masing-masing, dalam hal ini
penulis memberikan umpan balik yang kreatif, akurat dan
konstruktif, memberikan penghargaan terhadap apa yang sudah
dicapai oleh coachee agar coachee lebih termotivasi untuk
melakukannya dengan lebih baik dalam kegiatan pembelajaran
berikutnya.
f. Evaluasi
ini merupakan tahap akhir dari pembinaan model coaching grow
me, pada tahap ini penulis melakukan pengamatan (observasi)
terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru-guru rumpun IPA secara bergantian. Untuk mendapatkan
data yang akurat terhadap keterlibatan peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran tersebut penulis melaksanakan
pemantauan dengan menggunakan instrumen pemantauan
pelaksanaan pembelajaran yang penulis rumuskan sendiri sesuai
kebutuhan (instrumen terlampir) yang intinya melihat kegiatan

9
pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Hasil evaluasi ini
selanjutnya disampaikan kepada coachee jika terjadi kesenjangan
antara hasil pengamatan pengawas dengan guru maka dilakukan
pembicaraan untuk menyamakan persepsi serta kriteria.
C. Permasalahan dan hambatan dalam pelaksanaan pembinaan
Hambatan yang penulis hadapi selama melaksanakan pembinaan
adalah sebagai berikut :
1. Waktu
Karena banyaknya pendidik disekolah lain yang juga butuh
pembinaan dari penulis maka penulis merasa kekurangan waktu
untuk melaksanakan pembinaan terhadap guru-guru IPA di SMA
Negeri 2 Konawe Selatan, sehingga dari 6 orang guru IPA yang
ada baru 4 orang yang bisa penulis bina secara intensif.
2. Pendidik yang kurang komunikatif
Untuk dapat melaksanakan pembinaan dengan model coaching
grow me dituntut adanya komunikasi yang terbuka antara pembina
dengan yang dibina . saat melaksanakan pembinaan adakalanya
guru tidak mampu mengemukakan ide/ gagasan untuk alternatif
solusi pemecahan masalahnya.
3. Sarana dan Prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana seperti ; sumber belajar (buku
guru dan buku siswa), jaringan internet, alat peraga, dan bahan
praktikum merupakan faktor penentu untuk penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran yang menarik minat siswa, aktif dan
menantang, bila sarana yang dibutuhkan tersebut tidak tersedia
tentu akan sangat terbatas alternatif model pembelajaran yang
bisa dilakukan, ini merupakan permasalahan yang penulis rasakan
paling mendasar dan memerlukan dukungan semua pihak yang
terkait dalam pendidikan.

10

Anda mungkin juga menyukai