OLEH
I GEDE KRISNATA SUBAGIO
209012715
b. Kerongkongan (Esofagus)
c. Lambung (Ventrikulus)
Lambung berupa kantung yang terletak di dalam rongga perut di sebelah kiri.
bagian-bagian lambung dibagi menjadi tiga daerah, yaitu:
1. Kardiak adalah bagian lambung yang paling pertama untuk tempat
masuknya makanan dari kerongkongan (esofagus)
Usus halus merupakan saluran terpanjang yang terdiri dari tiga bagian, yaitu usus
dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
Panjang usus halus sekitar 6 hingga 8 meter yang dibagi menjadi 3 bagian, yakni:
duodenum (± 25 cm); jejunum (± 2,5 m); dan illeum (± 3,6 m).
Di duodenum bermuara kantung empedu dari hati (hepar) dan pankreas. Kantung
empedu mensekresikan empedu yang berfungsi untuk mengemulsi lemak.
Sementara pankreas menghasilkan getah pankreas yang tersusun dari:
1. Amilase/amylopsin : memecah amilum menjadi disakarida
2. Tripsinogen : akan diaktifkan oleh enterokinase menjadi tripsin yang
berfungsi merubah protein menjadi asam amino.
3. Lipase : memecah emulsi lemak menjadi asam lemak dan gliserol
4. NaHCO3 : memberi suasana pH menjadi basa
6. Pathway Diare
Pathway terlampir.
7. Klasifikasi Diare
Diare dibedakan menjadi diare akut, diare kronis dan persisiten. Diare akut
adalah buang air besar pada bayi atu anak-anak melebihi 3 kali sehari, disertai
dengan perubahan konsisitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender dan
darah yang berlangsung kurang dari satu minggu, sedangkan diare kronis sering
kali dianggap suatu kondisi yang sama namun dengan waktu yang lebih lama
yaitu diare melebihi satu minggu, sebagian besar disebabkan diare akut
berkepanjangan akibat infeksi, diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-
30 hari, merupakan diare berkelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare
akut dan kronis biasanya ditandai dengan penurunan berat badan dan sukar untuk
naik kembali (Amabel, 2011).
Klasifikasi diare menurut (Octa, dkk 2014) ada dua yaitu berdasarkan
lamanya dan berdasarkan mekanisme patofisiologik.
1) Berdasarkan lama diare dibagi menjadi 2 yaitu:
(1) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
(2) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to
thrive) selama masa diare tersebut.
2) Berdasarkan mekanisme patofisiologik diare dibagi menjadi 2 yaitu:
(1) Diare sekresi Diare tipe ini disebabkan karena meningkatnya sekresi air
dan elekrtolit dari usus, menurunnya absorbs. Ciri khas pada diare ini
adalah volume tinja yang banyak.
(2) Diare osmotik Diare osmotic adalah diare yang disebabkan karena
meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang
disebabkan oleh obatobat/zat kimia yang hiperosmotik seperti
(magnesium sulfat, Magnesium Hidroksida), mal absorbs umum dan
defek lama absorbi usus missal pada defisiensi disakarida, malabsorbsi
glukosa/galaktosa.
Ket.
<2 Tanda di kolom B dan C : Tanpa dehidrasi
>2 Tanda di kolom B : Dehidrasi ringan-sedang
2 Tanda di kolom C : Dehidrasi berat
4) Terapi farmakologik
(1) Antibiotik
Menurut Suraatmaja (2010), pengobatan yang tepat terhadap
penyebab diare diberikan setelah diketahui penyebab diare dengan
memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja. Pada
penderita diare, antibiotic boleh diberikan bila:
Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan
atau biakan.
Pada pemeriksaan mikroskopis dan atau mikroskopis ditemukan
darah pada tinja.
Secara kinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi
maternal.
Di daerah endemic kolera.
Neonatus yang diduga infeksi nosocomial
(2) Obat antipiretik
Menurut Suraatmaja (2010), obat antipiretik seperti preparat salisilat
(asetosol, aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/ tahun/ kali) selain
berguna untuk menurunkan panas akibat dehidrai atau panas karena
infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.
(3) Pemberian Zinc
Pemberian zinc selama diare terbuki mampu mengurangi lama dan
tingkat keparah diare, mengurangi frekuensi buang air besar (BAB),
mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan diare pada
tiga bulan berikutnya (Lintas diare, 2011).
Menurut Lia dewi (2014) prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut:
1) Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan).
2) Dietetik (pemberian makanan).
3) Obat-obatan.
(1) Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1
kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan ini
diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitum.
2) Hipovolemia
Hipovolemia
Definisi:
Penurunan volume cairan intravascular, interstisial, dan/atau
intraseluler
Penyebab:
(1) Kehilangan cairan aktif
(2) Kegagalan mekanisme regulasi
(3) Peningkatan permeabilitas kapiler
(4) Kekurangan intake cairan
(5) Evaporasi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: Objektif:
(tidak tersedia) (1) Frekuensi nadi meningkat
(2) Nadi teraba lemah
(3) Tekanan darah menurun
(4) Tekanan nadi menyempit
(5) Turgor kulit menurun
(6) Membrane mukosa kering
(7) Volume urin menurun
(8) Hematokrit meningkat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: Objektif:
(1) Merasa lemah (1) Pengisian vena menurun
(2) Mengeluh haus (2) Status mental berubah
(3) Suhu tubuh meningkat
(4) Konsentrasi urin meningkat
(5) Berat badan turun tiba-tiba
Kondisi klinis terkait:
(3) Penyakit Addison
(4) Trauma/ perdarahan
(5) Luka bakar
(6) AIDS
(7) Penyakit Crohn
(8) Muntah
(9) Diare
(10) Kolitis ulseratif
(11) hipoalbuminemia
3) Hipertermi
Hipertermi
Definisi:
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
Penyebab:
(1) Dehidrasi
(2) Terpapar lingkungan panas
(3) Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
(4) Ketidaksesuain pakaian dengan suhu lingkungan
(5) Peningkatan laju metabolism
(6) Respon trauma
(7) Aktivitas berlebihan
(8) Penggunaan inkubator
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: Objektif:
(tidak tersedia) (1) Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: Objektif:
(tidak tersedia) (1) Kulit merah
(2) Kejang
(3) Takikardi
(4) Takipnea
(5) Kulit terasa hangat
Kondisi klinis terkait:
(1) Proses infeksi
(2) Hipertiroid
(3) Stroke
(4) Dehidrasi
(5) Trauma
(6) Prematuritas
4) Defisit Nutrisi
Defisit Nutrisi
Definisi:
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Penyebab:
(1) Ketidakmampuan menelan makanan
(2) Ketidakmampuan mencerna makanan
(3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
(4) Peningkatan kebutuhan metabolism
(5) Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
(6) Faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: Objektif:
(tidak tersedia) (1) Berat badan menurun minimal
10% di bawah rentang ideal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: Objektif:
(1) Cepat kenyang setelah makan (1) Bising usus hiperaktif
(2) Kram/ nyeri abdomen (2) Otot mengunyah lemah
(3) Nafsu makan menurun (3) Otot menelan lemah
(4) Membrane mukosa pucat
(5) Sariawan
(6) Serum albumin tutun
(7) Rambut rontok berlebihan
(8) Diare
Kondisi klinis terkait:
(1) Stroke
(2) Parkinson
(3) Mobius syndrome
(4) Cerebal palsy
(5) Cleft lip
(6) Cleft palate
(7) Amvotropic lateral sclerosis
6) Defisit Pengetahuan
Defisit Pengetahuan
Definisi:
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan
topik teretntu
Penyebab:
(1) Keterbatasan kognitif
(2) Gangguan fungsi kognitif
(3) Kekeliruan mengikuti anjuran
(4) Kurang terpapar informasi
(5) Kurang minat dalam belajar
(6) Kurang mampu mengingat
(7) Ketidakpatuhan menemukan sumber informasi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: Objektif:
(tidak tersedia) (1) Menunjukkan perilaku tidak
sesuai anjuran
(2) Menunjukkan persepsi yang
keliru terhadap masalah
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: Objektif:
(tidak tersedia) (1) Menjalani pemeriksaan yang
tidak tepat
(2) Menunjukkan perilaku
berlebihan (mis. Apatis,
bermusuhan, agitasi, histeria)
Kondisi klinis terkait:
(1) Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien
(2) Penyakit akut
(3) Penyakit kronis
Kriteria hasil:
1) Pengeluaran feses terkontrol
2) Konsistensi feses membaik
3) Frekuensi defeksi normal
4) Peristaltik usus normal
Intervensi Rasional
Manajemen Diare Manajemen Diare
Observasi Observasi
1) Identifikasi penyebab diare 1) Untuk mengetehaui penyebab
(mis. Inflamasi gastrointestinal, terjadinya diare dan menentukan
iritasi gastrointestinal) perawatan serta pengobatan
2) Identifikasi riwayat pemberian yang tepat
makanan 2) Untuk mengetahui penyebab
3) Identifikasi gejala invaginasi terjadinya diare melalui
4) Monitor warna, volume, makanan yang dikonsumsi
frekuensi, dan konsistensi tinja pasien apakah tertera bakteri,
5) Monitor tanda dan gejala kuman, ataupun basi.
hypovolemia 3) Untuk mencegah terjadinya
6) Monitor iritasi dan ulserasi penyumbatan atau obstruksi
kulit didaerah perineal usus dimana bagian usus
7) Monitor jumlah pengeluaran berpindah kebagian sebelahnya.
diare 4) Untuk mengetahui kondisi
8) Monitor keamaan penyimpanan pasien apakah fesenya sudah
makanan normal atau masih abnormal
sehingga mencegah komplikasi
Terapeutik yang serius.
1) Berikan asupan cairan oral 5) Untuk mencegah terjadinya
2) Pasang jalur intravena dehidrasi yang berat saat diare
3) Berikan cairan intravena sehingga tidak mengancam
4) Ambil sampel darah untuk nyawa pasien.
pemeriksaan darah lengkap dan 6) Untuk melihat adanya tanda-
elektrolit tanda iritasi perineal.
5) Sambil sampel feses untuk 7) Untuk mengetahui seberapa
kultur, jika perlu jumlah cairan yang kluar
melalui feses dan dapat
Edukasi diberikan cairan sesuai yang
1) Anjurkan makanan porsi kecil keluar melalui feses.
dan sering secara bertahap 8) Makanan perlu disimpan dengan
2) Anjurkan menghindari baik mencegah kuman, bakteri
makanan, pembentukan gas, atau lalat hinggap dan
pedas, dan mengandung lactose memperparah diare.
3) Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI Terapeutik
1) Asupan cairan oral membantu
Kolaborasi memenuhi cairan tubuh yang
1) Kolaborasi pemberian obat keluar melalui feses dan
antimotilitas mencegah dehidrasi.
2) Kolaborasi pemberian obat 2) Jalur intravena membantu untuk
antispasmodic/ spasmolitik pemasangan cairan melalui IV
3) Kolaborasi pemberian obat dan mempermudah
pengeras feses memasukkan obat yang melalui
intravena sehingga pasien tidak
Pemantauan Cairan mengalami keskitan harus
Observasi ditusuk berkali-kali
1) Monitor frekuensi dan kekuatan 3) Membantu memenuhi
nadi kebutuhan cairan dan mencegah
2) Monitor frekuensi napas dehidrasi.
3) Monitor berat badan 4) Untuk memantau kondisi kadar
4) Monitor tekanan darah elektrolit dan serum darah
5) Monitor waktu pengisian apakah masih dalam kondisi
kapiler normal atau tidak.
6) Monitor elastisitas atau turgor 5) Untuk mengetahui agen
kulit penyebab terjadinya diare.
7) Monitor jumlah, warna dan
berat jenis urine
8) Monitor kadar albumin dan
protein total Edukasi
9) Monitor hasil pemeriksaan 1) Untuk menghindari terjadinya
serum (mis. Osmolaritas serum, mual namun nutrisi tetap
hematocrit, natrium, kalium, terpenuhi.
BUN) 2) Makanan pedas mengandung
10) Monitor intake dan output lactose akan membuat usus
cairan bertambah menjadi iritasi,
11) Identifikasi tanda-tanda menghindarinya dapat
hipovolemia (mis. frekuensi mencegah iritasi usus menjadi
nadi meningkat, nadi teraba lebih parah.
lemah, tekanan darah menurun, 3) ASI pada bayi membantu
tekanan nadi menyempit, turgor memenuhi asupan nutrisi bayi
kulit menurun, membrane tersebut.
mukosa kering, volume urine
menurun, hematocrit Kolaborasi
meningkat, haus, lemah, 1) Pemberian obat antimotalitas
konsentrasi urine meningkat, dapat membantu dalam
berat badan menurun dalam mengurangi frekuensi diare dan
waktu singkat) menghentikan diare.
12) Identifikasi tanda-tanda 2) Pemberian obat antispasmodic
hypervolemia (mis. dispnea, dapat membantu merelaksasi
edema perifer, edema anasarka, otot polos yaitu usus halus
JVP meningkat, CVP sehingga diare dapat berkurang.
meningkat, reflek hepatojugular 3) Pemberian obat pengeras feses
positif, berat badan menurun dapat membantu menghentikan
dalam waktu singkat) diare dan membentuk feses
13) Identifikasi factor resiko menjadi lebih padat.
ketidakseimbangan cairan (mis.
prosedur pembenahan mayor, Pemantauan Cairan
trauma/perdarahan, luka bakar, Observasi
apheresis, obstruksi intestinal, 1) Untuk mengetahui keadaan
peradangan pancreas, penyakit frekuensi nadi adanya
ginjal dan kelenjar, disfungsi perubahan atau tidak dalam
intestinal) keadaan umum pasien.
2) Untuk mengetahui apakah
Terapeutik status respirasi pasien dalam
1) Atur interval waktu kondisi normal atau tidak.
pemantauan sesuai dengan 3) Berat badan menunjukkan
kondisi pasien adanya perubahan pada tubuh.
2) Dokumentasikan hasil Pada kondisi kelebihan cairan
pemantauan maka berat badan akan
bertambah.
Edukasi 4) Untuk mengetahu keadaan
1) Jelaskan tujuan dan prosedur umum pasien dan mencegah
pemantauan terjadinya komplikasi.
2) Informasikan hasil pemantauan, 5) Untuk mengetahui apakah
jika perlu tubuh mengalami kekurangan
oksigen atau hipoksia.
6) Turgor kulit elastis
menunjukkan bahwa status
cairan pada tubuh dalam
kondisi baik.
7) Pemantauan urine sangat
diperlukan untuk mengetahui
jumlah cairan yang keluar.
8) Untuk mencegah cairan dalam
pembuluh darah tidak bocor ke
jaringan tubuh sekitar.
9) Untuk mencegah
keseimbangan cairan berubah
kearah abnormal.
10) Untuk mengetahui
keseimbangan cairan antara
yang dikonsumsi dan keluar
sehingga tidak terjadi
kekuarangan atau kelebihan
cairan.
11) Untuk mencegah terjadinya
hipovolemia menjadi lebih
parah dan mencegah
komplikasi yang terjadi.
12) Untuk mengetahui kondisi
kelebihan cairan menjadi parah
dan mencegah komplikasi.
13) Untuk mencegah terjadinya
kemungkinan perburukan
kondisi pasien.
Terapeutik
1) Memantau kondisi pasien
dibutuhkan waktu yang tepat
sehingga disaat perubahan
kondisi pasien sebagai perawat
dapat mengantisipasi
kemungkinan perubahan kondisi
pasien yang terjadi secara
mendadak.
2) Sebagai bukti perbandingan
kondisi pasien dan bisa
diinformasikan kepada keluarga
pasien dan informasi tersebut
dapat dipertanggungjawabkan
sebagai bukti.
Edukasi
1) Segala sesuatu tindakan
prosedur perlu dikomunikasikan
agar tidak terjadi salah persepsi.
2) Agar keluarga pasien
mengetahui mengenai kondisi
pasien baik kondisinya bagus
atau buruk dan mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan.
Hipovolemia
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama …. X 24 jam diharapkan
status cairan membaik.
Kriteria Hasil:
1) Turgor kulit meningkat
2) Output urine meningkat
3) Kekuatan nadi membaik
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Tekanan darah membaik
6) Tekanan nadi membaik
7) Membrane mukosa membaik
8) Kadar hematocrit membaik
9) Status mental membaik
10) Suhu tubuh membaik
11) Keluahan haus menurun
12) Mata cekung membaik
13) Berat badan membaik
Intervensi Rasional
Manajemen Hipovolemia Manajemen Hipovolemia
Observasi Observasi
1) Observasi tanda-tanda vital dan 1) Mengetahui keadaan umum
gelaja hypovolemia pasien dan memantau adanya
2) Monitor intake dan output perubahan tanda-tanda vital
cairan serta gejala-gejala yang
memberparah hypovolemia.
Terapeutik 2) Menentukan status
1) Hitung kebutuhan cairan keseimbangan cairan tubuh
2) Berikan posisi modified pasien dan menentukan tingkat
trendelenburg dehidrasi ataupun tingkat
3) Berikan asupan cairan oral kelebihan cairan pasien.
Edukasi Terapeutik
1) Anjurkan memperbanyak 1) Agar kebutuhan cairan pasien
asupan cairan oral terpenuhi sesuai dengan
2) Anjurkan menghindari kondisinya.
perubahan posisi mendadak 2) Posisi modified Trendelenburg
mampu digunakan untuk
Kolaborasi menstabilkan pasien syok
1) Kolaborasi pemberian cairan IV hemodinamik karena mampi
isotonis (mis. NaCl, RL) meningkatkan aliran balik vena
2) Kolaborasi pemberian cairan IV dan meningkatkan curah
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, jantung.
NaCl 0,4%) 3) Asupan oral diberikan untuk
3) Kolaborasi pemberian cairan mempercepat pemenuhan
koloid (mis. Albumin, kebutuhan cairan selain cairan
plasmanate) IV.
4) Kolaborasi pemberian produk
darah Edukasi
1) Membantu keluarga pasien
memberikan asupan oral kepada
pasien agar mempercepat
pemenuhan cairan yang kurang.
Manajemen syok hipovolemik 2) Perubahan posisi yang
Observasi mendadak menyebabkan
1) Monitor status kardiopulmonal menjadi pusing dan berkunang-
(frekuensi dan kekuatan nadi, kunang.
frekuensi napas, dan TD)
2) Monitor status oksigenasi Kolaborasi
(oksimetri nadi, AGD) 1) Cairan IV isotonis membantu
3) Monitor status cairan (masukan menenuhi sejumlah cairan yang
dan keluaran, turgor kulit, CRT) telah hilang yang sesuai dengan
4) Periksa tingkat kesadaran dan komponen osmolalitas darah
respon pupil dan membantu meningkatkan
5) Periksa seluruh permukaan volume ekstraseluler.
tubuh. 2) Cairan hipotonis bersungsi
untuk menggantikan cairan
Terapeutik seluler, dan menyediakan air
1) Pertahankan jalan napas paten bebas untuk eksresi sampah
2) Berikan oksigen untuk tubuh, sehingga mendorong air
mempertahankan saturasi masuk ke dalam sel untuk
oksigen >94% memperbaiki keseimbangan di
3) Persiapkan intubasi dan intrasel dan ekstrasel.
ventilasi mekanis, jika perlu 3) Pemberian cairan koloid
4) Berikan posisi syok (modified membantu mempercepat
trendelenberg) pemenuhan cairan yang mana
5) Pasang jalur IV berukuran besar cairan berpindah dari sel ke
(mis, no 14/16) intravaskuler sehingga
6) Pasang kateter urin untuk menyebabkan sel-sel
menilai produksi urin mengkerut.
7) Pasang selang nasogastrik untuk 4) Pemberian darah membantu
dekompresi lambung dalam meningkatkan volume
8) Ambil sampel darah untuk darah sehingga proses
pemeriksaan darah lengkap dan homeostatis tubuh tetap terjaga.
elektrolit
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian infus Manajemen syok hipovolemik
cairan kristaloid 20 mL/kgBB Observasi
pada anak 1) Memastikan tidak adanya
perubahan keadaan umum
melewati batas normal dan
menunjukkan syok yang parah.
2) Untuk mengetahui
perkembangan status kesehatan
pasien dan mencegah
komplikasi lanjutan.
3) Mencegah terjadinya
kekurangan cairan dan
kebutuhan cairan tetap terjaga
4) Untuk menjaga kesadaran
pasien tidak menurun dan pasien
masih meberikan respon
terhadap lingkungan sekitar.
Terapeutik
1) Pasien dapat memenuhi
kebutuhan oksigen dengan
maksimal
2) Untuk mencegah dan
memperbaiki hipoksia jaringan.
3) Pemasangan ventilasi mekanik
bertujuan untuk mendapatkan
PaO2 lebih daro 90 mmHg atau
SaO2 lebih dari 90% sehingga
pemenuhan oksigenasi terpenuhi
dengan baik.
4) Posisi modified Trendelenburg
mampu digunakan untuk
menstabilkan pasien syok
hemodinamik karena mampi
meningkatkan aliran balik vena
dan meningkatkan curah
jantung.
5) Pemberian cairan dengan jalur
IV besar dapat membantu
kekurangan cairan yang besar
terpenuhi dengan cepat.
6) Pemasangan kateter diperlukan
karena untuk memantau cairan
yang keluar sehingga antara
cairan yang masuk dan keluar
tetep balance.
7) Pemasangan NGT membantu
untuk dekompresi lampung
bertujuan untuk mengeluarkan
darah yang ada pada lambung
(bilas lambung)
8) Untuk mengukur keasaman
(pH), jumlah oksigen, dan
karbondioksida dalam darah.
Pemeriksaan ini digunakan
untuk menilai fungsi kerja paru-
paru dalam menghantarkan
oksigen ke dalam sirkulasi darah
dan mengambil karbondioksida
dalam darah.
Kolaborasi
1) Mempertahankan atau
mengganti cairan tubuh yang
mengandung air, elektrolit,
protein, karbohidrat, dan lemak,
memperbaiki keseimbangan
asam basa, dan memperbaiki
volume komponen darah.
Hipertermi
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama …. X 24 jam diharapkan
suhu tubuh tetap berada pada rentang normal
Kriteria hasil:
1) Tidak menggigil
2) Suhu tubuh dalam rentang normal
3) Suhu kulit membaik
4) Nadi dan respirasi dalam rentang normal
Intervensi Rasional
Manajemen Hipertermi Manajemen Hipertermi
Observasi Observasi
1) Identifikasi penyebab 1) Untuk mengetahui penyebab
hipertermia (mis. Dehidrasi, terjadinya hipertermi dan dapat
terpapar lingkungan panas, memberikan perawatan serta
penggunaan incubator). pengobatan yang tepat.
2) Monitor suhu tubuh 2) Untuk mengetahui apakah suhu
3) Monitor kadar elektrolit tubuh pasien mengelami
4) Monitor haluaran urine peningkatan atau penurunan saat
5) Monitor komplikasi akibat diberikan berawatan.
hipertermi 3) Untuk mencegah terjadinya
dehidrasi saat terjadinya
Terapeutik penguapan karena demam.
1) Sediakan lingkungan yang 4) Untuk memantau keseimbangan
dingin cairan pasien sehingga saat
2) Longgarkan atau lepaskan hipertermi pasien tidak
pakaian mengalami dehidrasi.
3) Basahi dan kipasi permukaan 5) Untuk mencegah terjadinya
tubuh keadaan serius dan dengan cepat
4) Berikan cairan oral melakukan tindakan
5) Ganti linen setiap hari atau penanganan sehingga tidak
lebih sering jika mengalami mengancam jiwa pasien.
hiperhidosis (keringat
berlebihan) Terapeutik
6) Lakukan pendinginan eksternal 1) Lingkungan yang dingin dapat
(mis. Selimut hipotermia atau membantu mencegah terjadinya
kompres dingin pada dahi, penguapan dan mencegah
leher, dada, abdomen, aksila) terjadinya dehidrasi.
7) Hindari pemberian antiperetik 2) Pakaian yang longgar dapat
atau aspirin membantu menurunkan suhu
8) Berikan oksigen, jika perlu tubuh pasien dan mencegah
keringat keluar lebih banyak.
Edukasi 3) Untuk mencegah pengeluaran
1) Anjurkan tidah baring keringan berlebihan sehingga
dapat mencegah terjadinya
Kolaborasi dehidrasi karena evaporasi.
1) Kolaborasi pemberian cairan 4) Asupan cairan oral dapat
dan elektrolit intravena, jika membantu memenuhi asupan
perlu cairan dalam tubuh yang hilang
pada saat penguapan melalui
keringat dan mencegah
dehidrasi.
5) Untuk mencegah terjadinya
peningkatan suhu karena
ketidaknyamanan tempat tidur.
6) Dengan kompres dingin atau
hangat-hangat kuku dapat
membantu memperlancar aliran
darah sehingga suhu panas di
dalam tubuh dapat keluar
melalui keringat.
7) Pemberian antiperitek yang tiba-
tiba dapat menurunkan drastic
suhu tubuh tetepi perlu
diperhatikan jika tiba-tiba suhu
Kembali meninggi.
8) Jika kondisi demam pasien
mengalami sesak napas dapat
diberikan oksigen untuk
membantu pemenuhan oksigen
pasien
Edukasi
1) Tirah baring sangat diperlukan
saat kondisi demam untuk
mencegah terjadinya banyak
aktivitas dan pengeluaran
keringat yang berlebihan
sehingga suhu tubuh dapat
segera Kembali normal.
Kolaborasi
1) Pemberian cairan melalui
intravena dapat membantu
memenuhi cairan tubuh yang
hilang yang disebabkan oleh
penguapan karena suhu tubuh
yang tinggi.
Defisit Nutrisi
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama …. X 24 jam diharapkan
status nutrisi membaik
Kriteria hasil:
1) Frekuensi makan membaik
2) Nafsu makan meningkat
3) Perasaan cepat kenyang menurun
4) Berat badan dalam kondisi ideal
5) Porsi makan dihabiskan sesuai diet
Intervensi Rasional
Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
Observasi Observasi
1) Identifikasi status nutrisi 1) Pengkajian penting dilakukan
2) Identifikasi alergi dan untuk mengetahui status nutrisi
intoleransi makanan pasien sehingga dapat
3) Identifikasi makanan yang menentukan intervensi yang
disukasi diberikan.
4) Identifiksi kebutuhan kalori dan 2) Untuk mencegah terjadinya
jenis nutrient komplikasi yang serius saat
5) Identifikasi perlunya makanan yang tidak sesuai
penggunaan selang nasogastric dikonsumsi oleh pasien dan
6) Monitor asupan makanan mengakibatkan memperburuk
7) Monitor berat badan kondisi pasien.
8) Monitor hasil pemeriksaan 3) Makanan yang disukai
laboratorium cenderung memberikan nafsu
makan yang baik untuk pasien
Terapeutik sehingga pasien dapat makan
1) Lakukan oral hygiene sebelum lebih lahap.
makan, jika perlu 4) Untuk memberikan diet yang
2) Fasilitasi menentukan pedoman tepat kepada pasien sesuai
diet (mis. Piramida makanan) dengan kondisi tubuhnya
3) Sajikan makanan secara sehingga kebutuhan nutisinya
menarik dan suhu yang sesuai terpenuhi.
4) Berikan makanan tinggi kalori 5) Penggunaan selang nasogastric
dan tinggi protein membantu jika pasien suit
5) Berikan suplemen makanan, menelan makanan secara
jika perlu spontan sehingga pemenuhan
6) Hentikan pemberian makan nutrisi tetap terpenuhi walaupun
melalui selang nasogastric jika melalui selang.
asupan orang dapat ditoleransi 6) Untuk memantau frekuensi
makan pasien apakah sudah
Edukasi mengalami peningkatan atau
1) Anjurkan posisi duduk, jika sebaliknya.
mampu 7) Dengan menimbang berat badan
2) Anjurkan diet yang dapat memantau peningkatan
diprogramkan dan pemenuhan nutrisi pasien.
8) Hasil laboratorium yang
Kolaborasi mendukung pemenuhan nutrisi
1) Kolaborasi pemberian medikasi dapat membantu kita apakah
sebelum makan (mis. Pereda pasien sudah mendapat asupan
nyeri, antiemetic), jika perlu nutrisi yang pas atau mengalami
2) Kolaborasi dengan ahli gizi kekurangan sehingga dapat
untuk menentukan jumlah membantu memberikan
kalori dan jenis nutrient yang perawatan yang tepat.
dibutuhkan, jika perlu
Terapeutik
Promosi berat badan 1) Mulut yang bersih dapat
Observasi meningkatkan nafsu makan.
1) Identifikasi kemungkinan 2) Dapat membantu pasien
penyebab BB kurang memenuhi kebutuhan nutrisi
2) Monitor asanya mual dan dan meningkatkan nafsu makan
muntah dengan makanan pilihannya
3) Monitor jumlah kalori yang sendiri.
dikonsumsi sehari-hari 3) Makanan selagi hangat dan suhu
4) Monitor berat badan pas dapat mencegah terjadi
5) Monitor albumin, limfosit, dan mual dan lebih enak
elektrolit dikonsumsi.
4) Makanan berprotein tinggi
Terapeutik membantu memperbaiki
1) Berikan perawatan mulut jaringan yang rusak dan tinggi
sebelum pemberian makan, jika kalori mebantu memenuhi
perlu kebutuhan energi untuk
2) Sediakan makan yang tepat melakukan aktivitas.
sesuai kondisi pasien (mis. 5) Suplemen makanan dapat
Makanan dengan tekstur halus, membantu meningkatkan nafsu
makanan yang di blander, makan pasien dengan
makanan cair yang diberikan kandungan yang berada
melalui NGT atau gastrostomy, didalamnya.
total parenteral nutrition sesuai 6) Mencegah pasien
indikasi) ketergantungan menggunakan
3) Hidangkan makanan secara selang saat mengkonsumsi
menarik makanan.
4) Berikan suplemen, jika perlu
5) Berikan pujian pada pasien atau Edukasi
keluarga untuk peningkatan 1) Posisi duduk dapat membantu
yang dicapai mencegah naiknya asam
lambung dan perut kembung
Edukasi sehingga saat duduk makanan
1) Jelaskan jenis makanan yang cepat dicerna oleh tubuh.
bergizi tinggi, namun tetap 2) Sesuai dengan kondisi pasien
terjangkau sehingga tidak melebihi asupan
2) Jelaskan peningkatan asupan nutrisi kebutuhan tubuh pasien.
kalori yang dibutuhkan
Kolaborasi
1) Pemberian obat antiemetic dapat
membantu mencegah rasa mual
saat akan makan sehingga
asupan makan dapat masuk
kedalam tubuh dengan baik.
2) Untuk menentukan kebutuhan
nutrisi yang tepat sesuai
kebutuhan tubuh pasien.
Terapeutik
1) Mulut yang bersih dapat
meningkatkan nafsu makan.
2) Agar mempermudah pasien
makan dan asupan makanan
terpenuhi.
3) Makanan yang menarik dapat
membantu meningkatkan nafsu
makan pasien.
4) Suplemen dapat membantu
meningkatkan nafsu makan
pasien karena kandungan yang
terkandung di dalamnya.
5) Dengan memberikan pujian
pasien dan keluarganya merasa
dihargai atas usahanya dalam
membantu perawatan pasien.
Edukasi
1) Dengan memberikan edukasi
mengenai jenis makanan dapat
membantu keluarga
menyiapakan makanan yang
sesaui dengan kondisi pasien
saat dirumah.
2) Asupan kalori yang dibutuhkan
disesuaikan dengan kondisi
pasien maka dari itu penjelasan
sangat diperlukan sehingga
tidak terjadinya salah persepsi.
Edukasi
1) Agar pasien dan keluarga
mengetahui tanda dan gejala
terjadinya infeksi sehingga
dapat mencegah terjadinya
infeksi berulang.
2) Tinggi kalium dan protein
membantu memberbaiki kondisi
sel dna jaringan yang rusak.
3) Agar pasien dan keluarga
mampu melakukan perawatan
luka secara mandiri dirumah.
Kolaborasi
1) Debridement luka membantu
membersihkan luka dari
jaringan nekrotik dan bakteri
sehingga dasar luka menjadi
bersih.
2) Pemberian antibiotic membantu
mencegah terjadinya infeki
bakteri dan membantu
penyembuhan luka lebih cepat.
Defisit Pengetahuan
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama …. X 24 jam diharapkan
tingkat pengetahuan membaik
Kriteria hasil:
1) Menunjukkan perilaku sesuai anjuran
2) Kemampuan menjelaskan pengetahuan suatu topik meningkat
3) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
4) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat menurun
Intervensi Rasional
Edukasi Kesehatan Edukasi Kesehatan
Observasi Observasi
1) Identifikasi kesiapan dan 1) Untuk mengetahui respon
kemampuan menerima pasien apakah sudah mampu
informasi dan siap untuk diberikan
2) Identifikasi faktor-faktor yang informasi mengenai Kesehatan,
dapat meningkatkan dan jika tidak siap maka edukasi
menurunkan motivasi perilaku yang diberikan tidak akan
hidup bersih dan sehat mampu memberikan efek yang
baik kepada pasien ataupun
Terapeutik keluarganya.
1) Sediakan materi dan media 2) Untuk mengetahui penyebab
Pendidikan Kesehatan pasien atau keluarga kurang
2) Jadwalkan Pendidikan menerapkan hidup bersih dan
Kesehatan sesuai kesepakatan sehat atau sebaliknya.
3) Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi Terapeutik
1) Jelaskan faktor risiko yang 1) Media yang tepat dan materi
dapat mempengaruhi Kesehatan yang tepat perlu disesuaikan
2) Ajarkan perilaku hidup bersih dengan tingkat pengetahuan
dan sehat pasien dan keluarganya
3) Ajarkan strategi yang dapat sehingga mempermudah
digunakan untuk meningkatkan penyampaian informasi
perilaku hidup bersih dan sehat mengenai Kesehatan.
2) Dengan melakukan kontrak
waktu untuk memberikan
edukasi Kesehatan maka akan
lebih efektif pengetahuan itu
diserap dan mencegah
terjadinya penyimpangan
persepsi jika kondisi yang tidak
kondusif.
3) Agar pasien dan keluarganya
merasa dihargai dengan
diberkan kesempatan untuk
bertanya yang tidak
diketahuinya sehingga kita tidak
terlehat seperti menggurui
pasien.
Edukasi
1) Agar pasien semakin paham apa
saja yang menjadi faktor-faktor
yang mempengaruhi Kesehatan
sehingga pasien dan
keluarganya dapat mencegah
penyakit yang diderita menjadi
parah
2) Perilaku hidup bersih dan sehat
sangat bermanfaat pada diri
sendiri sehingga melakukan
aktivitas pun tidak ada
hambatan dan hidup menjadi
lebih nyaman.
3) Perlunya strategi dalam
penerapan hidup sehat guna
menjalankan hidup sehat yang
tepat dan tidak menyimpang
dari apa yang seharusnya.
4. Implementasi
Pelaksaan (Implementasi) adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah & Wahid, 2016:99)
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah melakukan intervensi yang telah dibuat untuk
mengetahui respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan.
Berdasarkan diagnosa keperawatan di atas, evaluasi hasil yang diharapkan adalah
sebagai berikut:
1) Eleminasi fekal membaik / tidak diare.
2) Status cairan membaik/ tidak terjadi hipovolemia.
3) Suhu tubuh berada dalam rentang normal.
4) Nutrisi pasien terpenuhi.
5) Integritas kulit membaik.
6) Tingkat pengetahuan membaik.
DAFTAR PUSTAKA
Amabel,S. 2011. Diare Pada Anak. available: https://ml.scribd.com/doc
/61043992/Diare-pada-Anak (12/06/2017 23:22).
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2014. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak
Balita. Jakarta: Salemba Medika.
Kemenkes, RI. 2015. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, volume 2.
Triwulan 2, diakses dari http://www. depkes. go. id/ downloads/ Buletin
% 20Diare Final%281%29.pdf.diakses pada 20 Oktober 2020.
Mardanela, Ida. 2017. Dasar-dasar Ilmu Gizi Dalam Keperawatan Konsep dan
Penerapan Pada Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Mendri. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Balita Sakit dan Bayi Resiko Tinggi (1
st ed.). Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Octa,D. R. L., Maita, E., Maya S. & Yulfiana,R., (2014), Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah Untuk Para
Bidan. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Rohmah & Wahid. 2016. Proses Keperawatan Teori & Aplikasi. Yogyakarta: ar-
Ruzz Media.
Tim Pogja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
Tim Pogja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pogja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
UNICEF. 2016. Ending child deaths from pnumonia and diarrhoea. Retrieved
from https://data.unicef.org/wp-content/uploads
/2016/11/UNICEFPneumonia-Diarrhoea-report2016-web-
version_final.pdf.
World Health Organization (WHO). 2012. The ten leading causes of death in the
world (2000) and (2012). (online). (http://www.who.int, diakses tanggal
20 Oktober 2020.
Pathway
Faktor psikologis
Faktor malabsorbsi Faktor makanan Faktor infeksi (cemas dan takut)
(karbohidrat, (makanan basi,
lemak, protein) beracun, alergi
terhadap makanan) Hormon
Internal kortison
Absorbsi Parenteral
meningkat
Dampak Kerusakan
Distensi Abdomen Defekasi sering
hospitalisasi rongga usus
lebih dari 3x
Anoreksia Kemerahan pada
Info tentang Proses infeksi
Cemas Hipovolemia daerah anus
penyakit
Defisit Nutrisi kurang
Hipertermia
Gangguan
Defisit Pengetahuan
Integritas Kulit
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. B DENGAN DIARE
DI RSUD SANJIWANI GIANYAR
TANGGAL 15-17 JANUARI 2021
OLEH
I GEDE KRISNATA SUBAGIO
209012715
KASUS
Seorang bayi perempuan berusia 12 bulan datang ke IRD diantar ibunya dengan
keluhan BAB encer sebanyak 5 kali sejak kemarin sore. Ibu mengatakan anaknya rewel dan
jarang mau menyusui. Berdasarkan hasil pengkajiam didapatkan data bahwa anak terlihat
lemas, mukosa bibir kering, CRT kembali > 2 detik. Hasil pemeriksaan TTV: Frekuensi
napas 30x/menit, suhu 37,8˚C dan frekuensu nadi 70x/menit.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. B
No Rekam Medis : 124658
Tempat/ tanggal lahir : Denpasar , 01 Januari 2020
Umur : 12 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Bali
Bahasa yang dimengerti : Bahasa Indonesia
Agama : Hindu
Nama Ayah/ Ibu/ wali : Ny. E
Pendidikan ayah/ibu/wali : SMP sederajat
Pekerjaan ayah/ibu/wali : IRT
Alamat/ no telp : Gianyar/ 081738991450
Diagnosa medis : Diare
Tanggal MRS : 15 Nopember 2021
i. Pengobatan
Ibu pasien mengatakan jika pasien sakit atau demam dibawa ke bidan terdekat untuk
mendapatkan pengobatan
V. RIWAYAT PERTUMBUHAN
Ibu pasien mengatakan pasien lahir dengan berat badan 2800 gram dan panjang 50
cm. Ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada mengalami gangguan pertumbuhan,
saat ini pasien sudah berusia 12 bulan, pasien mengalami pertumbuhan dengan BB 8
kg, TB 74 cm, LILA 16 cm, LK 42 cm.
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
: Menikah
: Garis Keturunan
: Tinggal Serumah
k. Genetalia
Tidak ada masalah pada daerah genetalia.
l. Ekstrimitas
Atas:
I: bentuk simetris, warna kulit sawo matang, turgor kulit menurun, tidak ada edema,
CRT > 2 detik, tidak ada lesi.
P: tidak ada benjolan pada ekstremitas atas, tidak ada krepitasi.
Bawah:
I: bentuk simetris, warna kulit sawo matang, turgor kulit menurun, tidak ada edema,
CRT > 2 detik, tidak ada lesi.
P: tidak ada benjolan pada ekstremitas bawah,
m. Neurologi
Tidak dilakukan pemeriksaan.
XIII. INFORMASI LAIN (mencakup rangkuman kesehatan klien dari gizi, fisioterapis, dll)
Tidak ada infomasi lain yang terangkum mengenai kesehatan pasien.
1. ANALISIS DATA
DATA MASALAH/ PROBLEM PENYEBAB/ ETIOLOGI
DS : Diare Proses Infeksi
Ibu pasien mengatakan
pasien BAB 5x perhari Toksis dari bakteri dan
dengan konsistensi cair. virus
DO :
Konsistensi BAB cair, Menginfeksi mukosa usus
tidak ada darah dan lendir
Penyerapan cairan dan
Frekuensi BAB 5x/hari
elektrolit meningkat
Bising Usus 24 x/menit
Bising usus hiperaktif Hiperperistaltik
Diare
DS : Hipovolemia Diare
Ibu pasien mengatakan
anaknya BAB 5x perhari Defekasi lebih dari 3x
dengan konsistensi cair
Ibu pasien mengatakan Cairan tubuh banyak keluar
anaknya lemas melalui feses
DO :
Dehidrasi
Pasien tampak lemas
Turgor kulit menurun Hipovolemia
Mukosa bibir kering
Mata cekung
TTV :
Nadi : 70 x/menit
Suhu: 37,8˚C
RR : 30x/menit
Terpasang IVFD RL 20
tpm
4. IMPLEMENTASI
No Tanggal No. Jam Implementasi Evaluasi Nama/
Diagnosa TTD
1 15 Nopemberi 1 10.00 1) Mengidentifikasi S :
2021 Wita penyebab diare Ibu pasien
dan pemberian mengatakan pasien Giy
makanan diare 5 kali sejak ok
2) Monitor warna, kemarin sore.
frekuensi, dan O:
konsistensi tinja Warna feses kuning,
3) Monitor tanda tidak ada darah dan
dan gejala lender, BAB masih
hypovolemia 2x, feses masih cair.
Mata cekung, turgor
4) Monitor iritasi
kulit menurun,
dan ulserasi kulit
membrane mukosa
didaerah perineal
kering. Tidak ada
5) Delegatif iritasi perineal.
pemberian obat Pemberian obat
antimotilitas dan ZINC dengan dosis
antibiotik 20 mg dan
ceftriaxone 175 mg
saat diberikan obat
pasien tidak muntah,
tidak ada gatal,
merah-merah,
11.00 bengkak, panas.
Wita 1) Menganjurkan
makanan porsi S: Giy
kecil dan sering. Ibu pasien ok
2) Menganjurkan mengatakan sudah
menghindari memberikan
makanan yang anaknya makan
mengandung sedikit-sedikit dan
lactose, pedas, memberikan ASI
O:
dan gas
Pasien tampak lemas
dan rewel
2 11.30 1) Mengobservasi S:
Wita tanda-tanda vital Ibu pasien
dan gejala mengatakan anaknya Giyo
hypovolemia lemas. k
2) Memberikan O:
asupan cairan oral Suhu :37,8 0C
3) Menganjurkan RR: 30 x/menit
Nadi: 70 x/menit
memperbanyak
Mukosa bibir kering,
asupan cairan oral
turgor kulit
4) Delegatif
menurun, mata
pemberian cairan cekung, diberikan
IVFD RL 20 tpm IVFD RL 20 tpm,
tidak ada bengkak
pada daerah
pemasangan infus,
infus lancar.
2 16 Nopember 1 14.00 1) Mengidentifikasi S :
2021 Wita penyebab diare Ibu pasien
dan pemberian mengatakan Giyo
makanan pasienBAB k
2) Monitor warna, 3x/perhari dengan
frekuensi, dan konsistensi cair.
konsistensi tinja O:
Warna feses kuning,
3) Monitor tanda
tidak ada darah dan
dan gejala
lender, feses masih
hypovolemia
cair. Mata tidak
4) Monitor iritasi cekung, turgor kulit
dan ulserasi kulit membaik, membrane
didaerah perineal mukosa sudah
membaik. Tidak ada
iritasi perineal.
15.00
Wita 1) Menganjurkan
makanan porsi
kecil dan sering. S:
2) Menganjurkan Ibu pasien
menghindari mengatakan sudah
makanan yangmemberikan
mengandung anaknya makan
lactose, sedikit-sedikit tapi
pedas,
dan gas sering dan mulai
menyusui.
O:
Pasien tampak lebih
baik dari
sebelumnya dan dan
kooperatif.
2 16. 00 1) Mengobservasi S:
Wita tanda-tanda vital Ibu pasien
dan gejala mengatakan diare Giyo
hypovolemia sudah mulai k
2) Memberikan berkurang
O:
asupan cairan oral Suhu :370C
3) Menganjurkan RR: 30 x/menit
memperbanyak Nadi: 80 x/menit
asupan cairan oral Mukosa bibir sudah
1) Delegatif membaik, turgor
pemberian cairan kulit sudah
IVFD RL 20 tpm membaik, mata
sudah tidak cekung,
1) Mengobservasi
19.00
tanda-tanda vital
Wita
dan gejala
S:
hypovolemia Ibu pasien
2) Memberikan mengatakandiare
asupan cairan oral sudah mulai
3) Menganjurkan berkurang.
memperbanyak O:
asupan cairan oral Suhu :370C
RR: 30 x/menit
Nadi: 80 x/menit
Mukosa bibir sudah
membaik, turgor
kulit sudah
membaik, mata
sudah tidak cekung,
3 17 1 14.00 1) Mengidentifikasi S:
Nopember202 Wita penyebab diare Ibu pasien
1 dan pemberian mengatakan pasien Giyok
makanan sudah tidak ada
2) Monitor warna, BAB cair lagi. BAB
frekuensi, dan pasien sudah lembek
konsistensi tinja dan hanya 1x dalam
sehari.
3) Monitor tanda
O:
dan gejala
Warna feses kuning,
hypovolemia
tidak ada darah dan
4) Monitor iritasi lender, feses sudah
dan ulserasi kulit lembek. Mata tidak
didaerah perineal cekung, turgor kulit
elastis, membrane
mukosa lembab.
Tidak ada iritasi
perineal. Peristaltic
usus 10x/menit
14.30
Wita 1) Menganjurkan S:
makanan porsi Ibu pasien
kecil dan sering. mengatakan sudah
2) Menganjurkan memberikan
menghindari anaknya makan
makanan yang sedikit-sedikit tapi
mengandung sering dan sudah
menyusui
lactose, pedas, dan
O:
gas
Ibu pasien dan
pasien kooperatif
2 16.00 1) Mengobservasi S:
Wita tanda-tanda vital Ibu pasien
dan gejala mengatakan anaknya
hypovolemia sudah tidak diare.
2) Memberikan O:
asupan cairan oral Suhu :370C
3) Menganjurkan RR: 30 x/menit
Nadi: 100 x/menit
memperbanyak
Mukosa bibir
asupan cairan oral
lembab, turgor kulit
4) Delegatif
elastis, mata sudah
pemberian cairan tidak cekung,.
RL 20 tpm Pemberian RL
dengan 20 tpm,
tidak ada bengkak
pada daerah
pemasangan infus.
5. EVALUASI
No Tanggal No. Evaluasi Nama/TTD
Diagnosa
1 17 1 S : Ibu pasien mengatakan pasien sudah
Nopember tidak BAB cair
2021 O:Pengeluaran feses 1x perhari, Giyok
Konsistensi feses lembek, Frekuensi
defeksi normal 1x perhari,
Peristaltik usus 10x/menit
A : Masalah eliminasi fekal pasien
sudah membaik
P :Pertahankan kondisi pasien
2 17 2 S : Ibu pasien mengatakan pasien sudah
Nopember tidak BAB cair dan tidak lemas
2021 O:Turgor kulit elastis, Giyok
membranemukosa lembab, mata
sudah tidak cekung, tidak lemas
TTV : Nadi :100x/menit, RR :
30x/menit, S: 37˚C
A :Masalah status cairan pasien sudah
membaik
P : Pertahankan kondisi pasien