Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

FONEM, SUKU KATA, DAN ALOFON

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kajian Kebahasaan

Dosen : Dra. Elfia Sukma, M.Pd

Di susun oleh :

1. Agtania Yunisa Putri


2. Elfiyani
3. Ensuriati
4. Muhammad Rifa'i
5. Nursella
6. Nurul Risna Oktavia

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Fanologi, Suku
Kata, dan Alofon"

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kajian


Kebahasaan. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
tentang Fanologi, Suku Kata, dan Alofon baik bagi penulis maupun bagi pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Dra. Elfia Sukma, M.pd
selaku Dosen pengampu mata kuliah Kajian Kebahasaan. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang, 6 September 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………..………………………..1

B. Rumusan Masalah……………………………..……………………….1

C. Tujuan Penulisan………………………………..……………………...1

D. Manfaat………………………………………….……………………..1

BAB II PEMBAHASAN

A. Fonologi……………………………………….………….……………2

B. Fonem……………………………………………….…….……3,4,5,6,7

C. Suku Kata…………………………………….………………..8,9,10,11

D. Alofon…………………………………….……………..12,13,14,15,16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………….17

B. Saran…………………………………………………………………...18

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

PEMBAHASAN

A. FONOLOGI

Fonologi, yang berasal dari gabungan kata Yunani phone bunyi dan logos
tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi. Bidang ini meliputi dua bagian
yaitu fonetok dan fonemik. Fonetik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari cara
menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh
alat ucap manusia. Fonemik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran
menurut fungsinya sebagai pembeda arti.

Pengertian fonologi menurut para ahli, yaitu:

1. Kridalaksana (2002)
Menurut Kridalaksana yang di kutip dari kamus linguistik, fonologi
mempunyai arti bidang pada linguistik yang mempelajari tentang berbagai
bunyi bahasa berdasarkan fungsinya.
2. Abdul Chaer (2003:102)
Berdasarkan etimologi “fonologi” terbentuk dari kata “fon” yang berarti
“bunyi” dan “logi” berarti sebagai “ilmu”. Maka, umumnya bisa di bilang
Fonologi memiliki arti Ilmu yang mempelajari bunyi bahasa yang di pakai
oleh manusia.
3. Verhaar (1984:36)
Verhaar menjelaskan bahwasanya fonologi mempunyai pengertian yang
signifikan yang mana sebuah Ilmu yang memperlajari tentang bidang
khusus pada linguistik yang meneliti bunyi suatu bahasa tertentu yang
sesuai dengan fungsinya bertujuan menjadi pembeda antara makna
leksikal suatu bahasa.

1
4. Keraf (1984:30)
Fonologi bisa di artikan bagian dari tatanan bahasa yang mempelajari dari
bunyi-bunyi bahasa
5. Fromkin & Rodman
Fromkin & Rodman menjelaskan Definisi Fonologi adalah suatu bidang
linguistik yang mengamati, mempelajari, mengalisa serta membecirakan
terkait dengan tata bunyi bahasa.
6. Trubetzkoy
Fonologi yaitu studi bahasa yang terkait dengan sistem bahasa, organisasi
bahasa dan merupakan suatu fungsi linguistis bahasa.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fonologi diartikan


sebagai kajian bahasa yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi alat
ucap manusia.

B. FONEM
a. Pengertian Fonem

Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat
fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna.
Fonem adalah bunyi dari huruf, dan huruf adalah lambang dari bunyi. Jadi, fonem
sama dengan bunyi, sedangkan huruf adalah lambang.

Jumlah huruf hanya 26. Setelah kita melafalkan ke-26 huruf itu, berarti kita
mendapatkan 26 bunyi huruf (fonem). Akan tetapi, jumlah fonem dalam bahasa
Indonesia ternyata lebih dari 26 karena beberapa huruf memilki lebih dari 1 lafal
bunyi.

Untuk mengetahui sebuah bunyi adalah fonem atau bukan, kita harus mencari
yang disebut pasangan minimal atau minimal pair, yaitu dua buah bentuk yang
bunyinya mirip dan hanya sedikit berbeda.

Umpamanya kita ingin mengetahui bunyi [a] fonem atau bukan, maka kita cari,
misalnya, pasangan kata jahat dan jahit. Kedua kata ini mirip sekali. Masing-
masing terdiri dari dua buah bunyi. Kata jahat terdiri dari bunyi [j], [a], [h], [a],
dan bunyi [t]; sedangkan kata jahit terdiri dari bunyi [j], [a], [h], [i], dan [t]. jadi,
pada pasangan jahat dan jahit terdapat empat buah bunyi yang sama, yaitu bunyi
pertama, kedua, ketiga, dan kelima. Yang benbeda hanya bunyi keempat, yaitu
bunyi [a] pada kata jahat dan bunyi [i] pada kata jahit.

j a h a t
j a h i t

Dengan demikian kita sudah dapat membuktikan bahwa bunyi [a] dalam
bahasa Indonesia adalah fonem. Karena kalau posisinya diganti oleh [i], maka
maknanya akan berbeda. Sebagai sebuah fonem, bunyi [a] itu ditulis diantara dua
garis miring menjadi /a/.

Apakah bunyi [i] pada kata jahat dan jahit itu juga sebuah fonem? Dengan
sendirinya, bunyi [i] itu juga adalah sebuah fonem, karena kalau posisinya diganti
oleh bunyi lain, maknanya juga akan berbeda.

Setiap bunyi bahasa memiliki peluang yang sama untuk menjadi fonem.
Namun, tidak semua bunyi bahasa pasti akan menjadi fonem, bunyi itu harus diuji
dengan beberapa pengujian penemuan fonem, ciri ciri fonem, berasal dari bunyi
bahasa. Adakalanya jumlah fonem sama dengan jumlah bunyi bahasa, tetapi
banyak jarang terjadi. Pada umumnya fonem suatu bahasa lebih sedikit dari pada
jumlah bunyi suatu bahasa.

Contoh :

 Pada pasangan kata bahasa Jawa pala dan bala.

3
Kedua kata itu mempunyai makna yang berbeda karena adanya
perbedaan
bunyi pada awal kata, yaitu bunyi [p] dan [b]. kata pertama
 berari ‘buah pala’, sedangkan kata kedua berarti ‘teman’. Kedua bunyi
itu merupakan fonem yang berbeda dan masing-masing ditulis
sebagai /p/ dan /b/.
 Pada pasangan kata kaki dan kaku. Kedua kata itu mempunyai makna
yang berbeda karena adanya perbedaan bunyi pada akhir kata, yaitu
bunyi [i] dan [u]. kata pertama berarti ‘anggota gerak bagian bawah’,
sedangkan kata kedua berarti ‘keras/ tidak ealtis’. Kedua bunyi itu
merupakan fonem yang berbeda dan masing-masing ditulis sebagai /i/
dan /u/.

Cara lain yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi sebuah


fonem ialah dengan mencermati distribusinya, Apabila sebuah fonem
berdistribusi komplemnter pada posisi yang berbeda, misalnya di awal deretan
bunyi atau di akhir deretan bunyi merupakan bunyi bahasa itu alofon. Apabila
sebuah fonem memiliki alofon, maka fonem itu benar. Alofon merupakan variasi
dari sebuah fonem, bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem.

b. Fonem-fonem resmi bahasa Indonesia


a. Distribusi fonem vocal

Bunyi vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami
halangan. Jenis vokal ditentukan oleh tiga faktor yaitu tinggi rendahnya
posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada
pembentukan vokal tersebut. Bahasa Indonesia memiliki enam buah
fonem vokal, yaitu: a,I,e,u, dan o.

Dalam banyak bahasa, kualitas dan bentuk bibir, dan kemampuan bibir
untuk membentuk formasi tertentu, sangat menentukan kualitas vokal.
Akan tetapi, di dalam bahasa Indonesia, fakta fisiologis demikian itu tidak
berpengaruh. (Setyaningsih dan Kunjana, 2014: 48).
Fonem vokal dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan berdasarkan:

1. Parameter posisi lidah, dan

2. Parameter bagian lidah pada waktu pembentukan vokal.

Berdasarkan parameter posisi lidah, dibedakan menjadi:

1. vokal tinggi, yaitu: i dan u


2. vokal sedang, yaitu: e, a, dan o
3. vokal rendah, yaitu: a

Berdasarkan parameter depan-belakangnya bagian lidah, dibedakan


menjadi:

1. vokal depan, yaitu: I dan e


2. vokal tengah, yaitu: a
3. vokal belakang, yaitu: u dan o
4. Jika kedua parameter tersebut digabungkan, akan dapat ditemukan
variasi distribusi vonem vokal, misalnya i merupakan fonem
tinggi-depan, dengan kedua bibir agak membuka dan terentang ke
arah samping.
b. Fonem Diftong
Diftong merupakan vokal rangkap yang meliputi ai, au, oi.

5
Contoh:
ai : badai
au : kemarau
oi : amboi
c. Fonem Konsonan
Konsonan adalah bunyi ujaran yang arus udaranya mengalami
hambatan ketika keluar dari paru-paru. Dalam pengujaran bunyi konsonan
terdapat tiga faktor yang terlibat, yaitu keadaan pita suara, penyentuhan
alat ucap yang satu dengan yang lain, dan cara alat ucap itu bersentuhan.
Alat ucap yang bergerak untuk menghasilkan bunyi bahasa disebut sebagai
artikulator aktif. Misalnya bibir bawah, gigi bawah, dan lidah. Daerah
yang disentuh atau didekati disebut sebagai daerah artikulator. Misalnya
bibir atas, gigi atas, gusi atas, langit-langit keras, langit-langit lunak, dan
anak tekak. Berdasarkan posisi pita suara, konsonan dibedakan atas
konsonan bersuara; pita suara hanya terbuka sedikit sehingga terjadilah
getaran pada pita suara. Misalnya: b, d, g, c. konsonan tidak bersuara;
pita suara terbuka agak lebar sehingga tidak ada getaran pada pita suara.
Misalnya: k, p, t, s. Berdasarkan tempat artikulasinya, konsonan dibedakan
menjadi 2 antara lain bilabial bibir atas merapat pada bibir bawah. Contoh:
m, b, p, bunyi oral bunnyi dikeluarkan melalui rongga mulut: p,
b.Berdasarkan cara artikulasinya, konsonan dibedakan atas hambat
(letupan, plosif, stop) artikulator menutup sepenuhnya aliran udara
sehingga udara mampat di belakang tempat penutupan itu. Kemudian
penutupan itu dibuka secara tiba-tiba sehingga terjadi letupan. b, d, g, p, t,
k. Geseran (frikatif) artikulator aktif mendekat artikulator pasif
membentuk celah sempit sempit sehingga udara yang lewat mendapat
gangguan di celah itu. f, s, z.

Paduan (afrikatif) gabungan antara hambat dan geseran. c, j. Sengauan


(nasal) artikulator menghambat sepenuhnya aliran udara melalui mulut dan
membiarkannya keluar melalui rongga hidung. m, n, N. Getaran (trill)
artikulator aktif melakukan kontak beruntun dengan artikulator pasif
sehingga getaran bunyi itu terjadi berulang-ulang. r. Sampingan (lateral)
artikulator aktif menghambat aliran udara pada bagian tengah mulut, lalu
membiarkan udara keluar melalui samping lidah. l. Hampiran (semivokal,
aproksiman) artikulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati
posisi terbuka seperti dalam pembentukan vokal tetapi tidak cukup sempit
untuk menghasilkan konsonan geseran. w, y.

d. Gugus konsonan

Konsonan adalah bunyi ujaran yang dihasilkan dari paru-paru dan


mengalami rintangan saat keluarnya. Contoh konsonan antara lain p, b, m,
w, f, v, t, d, n, c, j, k, g, h. Konsonan rangkap disebut kluster. Contoh
kluster pada kata drama, tradisi, film, modern. Hal ini tentu saja
memperkaya khasanah fonem bahasa Indonesia. Perubahan fonem bahasa
Indonesia bisa terjadi karena pengucapan bunyi ujaran memiliki pengaruh
timbal balik antara fonem yang satu dengan yang lain.

C. SUKU KATA
1. Pengertian Suku Kata

Setiap kata yang kita ucapkan pada umunya dibangun oleh bunyi-bunyi
bahasa, baik berupa bunyi vokal konsonan maupun berupa bunyi semi
konsonan. Kata yang dibangun tadi dapat terdiri atas satu segmen atau lebih.

Di dalam kajian fonologi segmen tersebut disebut suku. Suku kata merupakan
bagian atau unsur pembentuk suku kata. Setiap suku paling tidak harus terdiri atas
sebuah bunyi vokal atau merupakan gabungan antara bunyi vokal dan konsonan.

Bunyi vokal di dalam sebuah suku kata merupakan puncak penyaringan


atau sonority, sedangkan bunyi konsonan bertindak sebagai lembah suku. Di
dalam sebuah suku hanya ada sebuah puncak suku dan puncak ini di tandai
dengan bunyi vokal. Lembah suku yang di tandai dengan bunyi konsonan bisa
lebih dari satu jumlahnya. Bunyi konsonan yang berada di depan bunyi vokal
disebut tumpu suku, sedangkan bunyi konsonan yang berada di belakang bunyi
vokal disebut koda suku.
Jumlah suku di dalam sebuah kata dapat dihitung dengan melihat jumlah
bunyi vokal yang ada dalam kata itu. Dengan demikian, jika ada kata yang
berisi 3 buah bunyi vokal, maka dapat ditentukan bahwa kata itu terdiri atas 3
suku kata saja. Misalnya, kata teler [ tElEr] adalah kata yang terdiri atas dua
suku yaitu [tE] dan [lEr]. Masing-masing suku berisi sebuah bunyi vokal, yaitu
bunyi [ E ]. Dalam penguraian kata atas suku-sukunya ada beberapa hal yang
mesti diperhtikan, antara lain :

1. Jika sebuah konsonan diapit dua vokal maka konsonan tersebut berada di
belakang vokalnya. Contoh : Ibu menjadi I – bu.
2. Awalan dan akhiran harus dituliskan tercerai dari kata dasar.
Contoh :
A). Pelaksanaan, menjadi Pe – lak - sa – na – an
B). menjadi Mem – per – ba – ik – i
3. Jika dua konsonan diapit dua vokal, maka vokal kedua tersebut harus
diceraikan.

8
Contoh:
A). Anda, menjadi An – da
B). Bantu, jadilah Ban – tu

2. Pola Suku Kata

Jika jumlah suku dan suku pada suatu kata dapat ditentukan, maka untuk
mengetahui pola persukuannya amat mudah. Pola persukuan diambil dengan
merumuskan setiap suku yang ada dalam kata. Bubyi vokal (disingkat : V) dan
bunyi konsonan (yang disingkat K) serta bunyi semi konsonan (disingkat K) akan
menjadi rumusan pola setiap suku. Bunyi semi konsonan di dalam pola persukuan
diberikan rumus K, agar tidak menimbulkan kekaburan di dalam perumusan.

Di dalam bahasa Indonesia menemukan kata-kata yang setiap sukunya


hanya bisa berupa sebuah vokal bunyi, bunyi vokal dengan bunyi semi konsonan,
satu vokal dengan bunyi semi konsonan, satu vokal dengan bunyi konsonan, dan
satu vokal dengan dua buah bunyi konsonan. Berdaserkan ketentuan inilah, maka
didalam bahasa indonesia ditemukan beberapa jenis pola persukuan. Jenis – jenis
vola persukuan itu dapat dilihat dibawah ini.

a) Suku kata berpola V, suku kata ini dibangun olh sebuah bunyi vokal
saja sebagai puncak
Contoh:
saya + bu [ saya ] + [ bu ]
a + nak [ a ] + [na? ]
u + ibu [ u ] + [ mUm ]
b) Suku kata berpola VK, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi vokal
sebagai puncak dan sebuah bunyi konsonan sebagai kode.

9
Contoh:
an + jing [ an ] + [ jIn ]
an + tar [ an ] + [ tar ]
c) Suku kata berpola KV , suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan,
sebagai tumpu suku dan sebuah bunyi vokal sebagai puncak.
Contoh:
Pu + nah [ pu ] + [ nah ]
Pu + sing [ pu ] + sIn
mu + al [ mu ] + [ al ]
d) Suku kata yang berpola KVK , suku ini dibangun oleh sebuah bunyi
konsonan sebagai tumpu suku, sebuah bunyi vokal, sebagai puncak
sebuah bunyi konsonan sebagai koda suku.
Contoh:
Pan + tat [ pan ] + [ tat ]
Jumlah + ber [ sUm ] + [ bor ]
Tun + ber [ tUn ] + [ dUk ]
e) Suku kata yang berpola KKV , suku ini dibangun oleh dua buah bunyi
konsonan sebagai tumpu suku, dan sebuah bunyi vokl sebagai puncak
suku.
Contoh:
Dra + ma [ dra ] + [ ma ]
Gra + tis [ gra ] + [ tis ]
f) Suku kata yang berpola KKVK, suku ini dibangun oleh dua buah bunyi
konsonan yang bertindak sebagai tumpu suku, sebuah bunyi vokal
sebagai puncaknya dan sebuah bunyi konsonan sebagai koda suku.

10

Contoh:
Prak + tik [ prak ] + [ tik ]
Dras + tis [ dras ] + [ tIs ]
g) Suku kata yang berpola KV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi semi
konsonan sebagai tumpu suku, dan sebuah bunyi vokal sebagai puncak.
Contoh:
Wa + jah [wa] + [jah]
Ya + kerabat [ ya ] + [ kIn ]
Wa + ni + ta [ wa ] + [ ni ] + [ ta ]
h) Suku kata yang berpola KVK, yaitu sebuah suku yang di bangun oleh
bunyi semi konsonan sebagai tumpu suku, sebuah bunyi vokal sebagai
puncak dan sebuah bunyi konsonan sebagai koda suku. Hal ini dapat
dilihat dalam contoh di bawah ini.
Contoh:
Wak + tu [ wak ] + [ tu ]
Sa + wah [ sa ] + [ wah ]
i) Suku kata yang berpola KKVKK, yaitu suku kata yang dibangun oleh
dua buah bunyi konsonan yang bertindak sebagai tumpu suku, sebuah
vokal sebagai sonaritas dan dua buah bunyi konsonan yang bertindak
sebagai koda suku. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut.
Contoh :
Trans + mi + gra + si [ trans ] + [ mi ] + [ gra ] + [ si ]
Trans + por [ tras ] + [ por ]

11
D. ALOFON
1. Pengertian Alofon

alofon 1Alofon adalah variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan
arti kata. Alofon realisasi adalah bunyi-bunyi yang merupakan dari fonem.
Pendistribusian alofon terbagi menjadi duayakni bersifat komplementer dan
bersifat babas. Yang disebut saling melengkapi adalah distri busi yang saling
melengkapi distribusi yang tidak dapat dipisahkan juga tidak akan menimbulkan
perubahan makna. Yang dimaksud bersifat pendistribusian bebas adalah alofon-
alofon itu dapat digunakan tanpa persyaratan lingkungan bunyi tertentu. Jika
diperhatkan bahwa alofon merupakan realisasi dari fonem maka dapat dikatakan
bahwa fonem bersifat abstrak karena fonem itu hanya abstraksi dari alofon atau
alofon-alofon lain. Dengan kata lain yang nyata dalam bahasa adalah alofon.

2. Faktor yang mempengaruhi terjadinya alofon Variasi Fonem terjadi


karena faktor sebagai berikut
 Variasi fonem terjadi karena posisi atau letak suatu fonem dalam
suatu kata atau suku kata yang merupakan lingkungannya.
 Variasi fonem disebut juga variasi alofonis, yaitu alofon atau realisasi
fonem dalam suatu lingkungan.
 Variasi bebas adalah variasi fonem, yang tidak mengubah makna
pada suatu lingkungan tertentu. Variasi bebas dapat terjadi karena
ketidaksengajaan.
3. Macam-macam Alofon
a. Alofon vocal
 Alofon fonem /a/, yaitu [a] jika terdapat pada semua posisi suku kata.
[aku]à/aku, [sabtu]à/sabtu/

12
 Alofon fonem /i/, yaitu [i] jika terdapat pada suku kata terbuka.
Misalnya, [bibi]à /bibi/ [I] jika terdapat pada suku kata tertutup.
Misalnya, [karIb]à /karib/ [Iy] palatalisasi jika diikuti oleh vokal [aou].à
[kiyos]à /kios/ [ϊ] nasalisasi jika diikuti oleh nasal. [ϊndah]à /indah/
 Alofon fonem /u/, yaitu [u] jika terdapat pada posisi suku kata
terbuka. [aku]à/aku/, [buka]à/buka/ [U] jika terdapat pada suku kata
tertutup. [ampUn]à/ampun/, [kumpul]à/kumpul/ [uw] labialisasi jika
diikuti oleh[I,e,a], [buwih]à/buih/, [kuwe]à/kue/
 Alofon fonem /ε/, yaitu [e] jika terdapat pada suku kata terbuka dan
tidak diikuti oleh suku kata yang mengandung alofon [ε]. Misalnya,
[sore]à /sore/ [ε] jika terdapat di tempat-tempat lain. Misalnya,
[pεsta]à/pesta/ [¶] jika terdapat pada posisi suku kata terbuka.
[p¶ta]à/peta/ [¶] jika terdapat pada posisi suku kata tertutup.
[sentr]à/senter/
 Alofon fonem /o/, yaitu [o] jika terdapat pada suku kata akhir
terbuka. [soto]à/soto/ [É] jika terdapat pada posisi lain.
[jebls]à/jeblos/
b. Alofon konsonan
 Fonem /c/
[c] bunyi lepas jika diikuti vokal.
[cari]à/cari/, [cacing]à/cacing/
 Fonem /f/
[j] jika terdapat pada posisi sebelum dan sesudah vocal.
[fakir]a/fakir/, [fitri]a/fitri/.

13
 Fonem /g/
[g] bunyi lepas jika diikuti glottal.
[gagah]à/gagah/, [gula]à/gula/
[k>] bunyi penghambat-velar-tak bersuara dan lepas jika terdapat di
akhir kata.
[beduk>]à/bedug/,[gudek>]à/gudeg/
 Fonem /h/
[h] bunyi tak bersuara jika terdapat di awal dan akhir suku kata.
[hasil]à/hasil, [hujan]à/hujan/
[H] jika berada di tengah kata
[taHu]à/tahu/, [laHan]à/lahan/
 Fonem /j/
[j] bunyi lepas jika diikuti vokal.
[juga]à/juga/, [jadi]à/jadi/
 Fonem /k/
[k] bunyi lepas jika terdapat pada awal suku kata.
[kala]à/kala/, [kelam]à/kelam/
[k>] bunyi tak lepas jika tedapat pada tengah kata dan diikuti
konsonan lain.
[pak>sa]à/paksa/, [sik>sa]à/siksa/ [?] bunyi penghambat glotal jika
terdapat pada akhir kata.
[tida?]à/tidak/, [ana?]à/anak/
 Fonem /l/
[l] berada di awal dan akhir suku kata.
[lama]à/lama/, [palsu]à/palsu/
 Fonem /m/
[m] berada di awal dan akhir suku kata
[masuk]à/masuk/, [makan]à/makan/

14
 Fonem /n/
[n] berada di awal dan akhir suku kata.
[nakal]à/nakal/, [nasib]à/nasib/
[ň] berada di awal suku kata
[baňak]à/banyak/, [buňi]à/bunyi/
 Fonem /Ƞ/
[Ƞ] berada di awal dan akhir suku kata.
[Ƞarai]à/ngarai/, [paȠkal]à/pangkal/
 Fonem /p/
[p] bunyi konsonan penghambat-bilabial-tak bersuara
[piker]à/piker/, [hapal]à/h
 Fonem /p/
[p] bunyi lepas jika diikuti vokal.
[pipi]à/pipi/, [sapi]à/sapi/
[p>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.
[atap>]à/atap/, [balap>]à/balap/
[b] bunyi lepas jika diikuti oleh vokal.
[babi]à/babi/, [babu]à/babu/
[p>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup, namun
berubah menjadi [b] jika diikuti lagi vokal.
[adap>]à/adab/, [jawap>]à/jawab/ apal/
 Fonem /r/
[r] berada di awal dan akhir suku kata, kadang-kadang bervariasi
dengan bunyi getar uvular [R].
[raja] atau [Raja]à/raja/, [karya] atau [kaRya]à/karya/
 Fonem /š/
[š] umumnya terdapat di awal dan akhir kata
[šarat]à/syarat/, [araš]à /arasy/

15
 Fonem /t/
[t] bunyi lepas jika diikutkan oleh vokal.
[tanam]à/tanam/, [tusuk]à/tusuk/
[t>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.
[lompat>]à/lompat/,[sakit>]à/sakit/
[d] bunyi lepas jika diikuti vokal.
[duta]à/duta/, [dadu]à/dadu/
[t>] bunyi penghambat-dental-tak bersuara dan tak lepas jika terdapat
pada suku kata tertutup atau pada akhir kata. [abat>]à/abad/,
[murtat>]à/murtad/
 Fonem /w/
[w] merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi
vocal pada akhir suku kata.
[waktu]à/waktu/, [wujud]à/wujud/
 Fonem /x/
[x] berada di awal dan akhir suku kata. [xas]à/khas/,
[xusus]à/khusus/
 Fonem /y/
[y] merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi
vocal pada akhir suku kata.
[santay]à/santai/, [ramai]à/ramai/
 Fonem /z/
[z] [zat]à/zat/, [izin]-à/izin/
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Fonologi, yang berasal dari gabungan kata Yunani phone bunyi dan logos
tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi. Bidang ini meliputi dua
bagian yaitu fonetok dan fonemik. Fonetik, yaitu bagian fonologi yang
mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi
bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Fonemik, yaitu bagian fonologi
yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti.
Fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat
fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna.
Fonem adalah bunyi dari huruf, dan huruf adalah lambang dari bunyi. Jadi,
fonem sama dengan bunyi, sedangkan huruf adalah lambang. Alofon adalah
variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan arti kata. Alofon realisasi
adalah bunyi-bunyi yang merupakan dari fonem. Pendistribusian alofon
terbagi menjadi dua yakni bersifat komplementer dan bersifat babas. Yang
disebut saling melengkapi adalah distri busi yang saling melengkapi distribusi
yang tidak dapat dipisahkan juga tidak akan menimbulkan perubahan makna.
Yang dimaksud bersifat pendistribusian bebas adalah alofon-alofon itu dapat
digunakan tanpa persyaratan lingkungan bunyi tertentu. Jika diperhatkan
bahwa alofon merupakan realisasi dari fonem maka dapat dikatakan bahwa
fonem bersifat abstrak karena fonem itu hanya abstraksi dari alofon atau
alofon-alofon lain.

17
B. SARAN

Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan yaitu kita sebagai calon
pendidik, harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara
menggali potensi dapat dilakukan salah satunya dengan cara mempelajari
makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita ke
depannya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
18
DAFTAR PUSTAKA

https://rudijunti20.blogspot.com/2016/11/makalah-mata-kuliah-fonologi-
kajian.html?m=1

https://www.scribd.com/document/391596999/Fonem-Dan-Alofon

http://materibelajaronline.blogspot.com/2012/07/makalah-bunyi-bunyi-bahasa-
suku-kata.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai