Anda di halaman 1dari 5

EVIDENCE BASED PRACTICE

“PENGARUH NAFAS DALAM DAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP


SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NAFAS PADA PASIEN ASMA
DI IGD RSUD AMBARAWA”

Oleh:

Ifa Nuritasari

201931025

PROGRAM PROFESI NERS

STIKES ST. ELISABETH SEMARANG

2019/2020
APLIKASI PENELITIAN

A. Analisa Situasi
Asma merupakan penyakit inflmasi (peradangan) kronik saluran napas
yang ditandai adanya mengi episodik, batuk, dan rasa sesak di dada, akibat
penyumbatan saluran napas, termasuk dalam kelompok penyakit saluran
pernapasan kronik. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, melaporkan prevalensi
asma di Indonesia adalah 4,5% dari populasi, dengan jumlah kumulatif kasus
asma sekitar 11.179.032. Asma berpengaruh pada disabilitas dan kematian dini
terutama pada anak usia 10-14 tahun dan orang tua usia 75-79 tahun. Diluar usia
tersebut kematian dini berkurang, namun lebih banyak memberikan efek
disabilitas. Saat ini, asma termasuk dalam 14 besar penyakit yang menyebabkan
disabilitas di seluruh dunia.
Salah satu penanganan asma adalah dengan terapi nafas dalam dan
pemberian posisi semi fowler. Nafas dalam dapat meningkatkan ventilasi paru
dan meningkatkan oksigenasi darah dan posisi semi fowler dengan derajat
kemiringan 45o membantu pengembangan paru- paru dan mengurangi tekanan
dari abdomen pada diagfragma, sehingga mempengaruhi perubahan saturasi
oksigen dan frekuensi pernafasan.
Setelah dilakukan studi pendahuluan di IGD RSUD Ambarawa
didapatkan data banyak pasien yang mengalami asma. Hal ini membuat saya
tertarik untuk terapi nafas dalam dan pemberian posisi semi fowler untuk
meningkatkan saturasi oksigen dan menurunkan frekuensi pernafasan.
B. Judul Penelitian Yang Diaplikasikan
“Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Semi Fowler Terhadap Saturasi Oksigen dan
Frekuensi Nafas pada Pasien Asma di IGD RSUD Ambarawa”
C. Kriteria Penelitian
1. Kriteria Inklusi
a. pasien dengan asma
b. pasien dengan kondisi sadar dan kooperatif
c. pasien mampu berkomunikasi dengan baik
d. pasien dengan pendengaran yang baik
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien dengan kelainan bawaan seperti deformitas dinding dada yang
tidak memungkinkan dilakukan penelitian
b. pasien asma dengan penurunan kesadaran
D. SOP Aplikasi Penelitian
1. Pra Interaksi
a. Mempersiapkan alat
b. Memverifikasi data
2. Fase Orientasi
a. Memberi salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan langkah prosedur
e. Menanyakan kesiapan pasien
3. Fase Kerja
a. Mencuci tangan
b. Menutup pintu, jendela, tirai
c. Mengukur nilai SPO2 dan Frekuensi pernapasan selama 1 menit
d. Mengatur posisi tempat tidur semi fowler (45o)
e. Meminta pasien untuk relaksasi nafas dalam selama 30 menit
f. Mengevaluasi nilai SPO2 dan Frekuensi pernapasan selama 1menit
4. Fase Terminasi
a. Merapikan pasien
b. Mengevaluasi
c. Menyampaikan rencana tindakan lanjut
d. Berpamitan
e. Merapikan alat
f. Mencuci tangan
E. Hasil Aplikasi Penelitian
Nama Pasien SPO2 RR
NO
(Umur) sebelum sesudah sebelum sesudah
1 Tn. D
93 95 33 23
(35 tahun)
2 Ny. A
94 97 30 22
(27 tahun)
3 Tn. S
93 96 32 20
(45 tahun)
4 Ny. S
94 96 29 21
(31 tahun)
5 Ny.N
95 97 25 19
(29 tahun)
F. Pembahasan
Hasil penelitian didapatkan 5 responden mengalami perubahan yang
baik dalam saturasi oksigen dan frekuensi pernapasan. Latihan pernafasan
akan menyebabkan peningkatan peredaran darah ke otot-otot pernafasan.
Aliran darah yang lancar membawa nutrisi dan oksigen yang lebih banyak
ke otot-otot pernafasan. Kekuatan otot pernafasan yang terlatih ini akan
meningkatkan compliance paru dan mencegah alveoli menjadi kolaps.
Melatih otot-otot pernafasan dapat meningkatkan fungsi otot respirasi,
mengurangi beratnya gangguan pernafasan, meningkatkan toleransi terhadap
aktivitas, dan menurunkan gejala dyspnea, sehingga terjadi peningkatan
perfusi dan perbaikan kinerja alveoli untuk mengefektifkan difusi oksigen
yang akan meningkatkan kadar O2 dalam paru dan terjadi peningkatan pada
saturasi oksigen. Modifikasi teknik relaksasi nafas dalam dan posisi semi
fowler dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigen dalam
darah.
G. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dari data yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa terapi nafas
dalam dan posisi semi fowler dapat meningkatkan saturasi oksigen dan
menurunkan frekuensi pernapasan.
2. Saran
Bagi seorang perawat selalu melakukan tindakan mandiri secara
cepat dan tepat pada pasien asma dengan nilai saturasi oksigen dan
frekuensi pernapasan yang tidak normal.
REFERENSI

1. Kemenkes Republik Indonesia tentang Pedoman Pengendalian Penyakit


Asma.
2. Infodatin Asma. 2017
3. Anita Yulia,dkk. Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi
Oksigen dan Frekuensi Nafas Pada Pasien Asma . JurnalKeperawatan
Raflesia. Vol 1 No. 1. 2019

Anda mungkin juga menyukai