Penyusun:
Martina Sinta Kristanti, S.Kep., Ns., MN., PhD.
Dr. Christantie Effendy, S.Kp., MKes.
Dr. Sri Setiyarini, S.Kp., M.Kes
Ema Madyaningrum, S.Kep., Ns., MKes., PhD
Suis Galischa Wati, S.Kep., Ns., M.Kep
Editor:
Martina Sinta Kristanti, S.Kep., Ns., MN., PhD
DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2021
MODUL 2.
PENDEKATAN KEPERAWATAN
DALAM PELAYANAN PALIATIF
Bab 2.1 Instrumen-instrumen
Dr. Christantie Effendy, S.Kp., MKes.
Bab 2.2 Asuhan keperawatan paliatif
Suis Galischa Wati, S.Kep., N.s, M.Kep.
Martina Sinta Kristanti, S.Kep., Ns., MN., PhD.
Bab 2.3 Pengkajian dan manajemen gejala
Dr. Sri Setiyarini, S.Kp., M.Kes.
Bab 2.4 Dukungan nutrisi pada pasien terminal
Martina Sinta Kristanti, S.Kep., Ns., MN., PhD.
Suis Galischa Wati, S.Kep., Ns, M.Kep.
Bab 2.5 Basic care training
Martina Sinta Kristanti, S.Kep., Ns., MN., PhD
Bab 2.1
Instrumen-Instrumen
Dr. Christantie Effendy, S.Kp., M.Kes
INTISARI
Beberapa format dapat digunakan untuk pengkajian paliatif
Perawat perlu memahami jenis dan fungsi masing-masing format
dalam upaya memberikan pelayanan paliatif sesuai dengan
kebutuhan pasien
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran selama 60 menit, peserta
pelatihan mampu:
1. Memahami pentingnya instrumen dalam pelayanan paliatif
2. Memahami berbagai instrumen untuk screening kebutuhan
perawatan paliatif
3. Memahami berbagai instrumen untuk mengukur masalah bio-
psiko-sosio-spiritual dalam perawatan paliatif
4. Memahami peranan perawat pada screening paliatif
Tabel 5.2. Kuesioner The RADboud indicators for PAlliative Care needs
(RADPAC)*
NO ITEM-ITEM YA TIDAK
1 Pasien memiliki tumor primer dengan prognosis
buruk
2 ketidakmampuan pasien dalam kategori
cukup, tergantung; membutuhkan bantuan
50%)
3 Pasien mengalami penurunan fungsi fisik yang
progresif
4 Pasien hanya mempu terbaring di tempat tidur yang
terjadi secara progresif
5 Keterbatasan asupan makanan pasien berkurang
6Pasien mengalami penurunan berat badan
secara progresif
7 Terjadi sindrom anoreksia-cachexia (kurang
nafsu makan, kelemahan umum, emaciating,
atrofi otot)
* hanya untuk pasien kanker
KESIMPULAN
Dalam memberikan pelayanan paliatif, perawat akan terbantu
dengan adanya instrumen-instrumen yang digunakan untuk melakukan
screening dan penilaian lainnya.
INTISARI
Dukungan nutrisi pada kondisi paliatif: hidrasi, terapi nutrisi oral,
enteral dan parenteral
Tugas dan kewenangan perawat dalam perawatan paliatif
berhubungan dengan status nutrisi
Edukasi dan optimalisasi peran pemberi perawatan keluarga
(family caregiver) dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada
pasien dengan perawatan paliatif.
PENDAHULUAN
Kondisi defisit nutrisi adalah hal paling umum yang dialami
oleh 15-40% pasien kanker (de Las Peñas et al., 2019). Kondisi ini
tentunya akan mempengaruhi kualitas hidup serta dapat mengganggu
keberhasilan regimen perawatan yang saat itu tengah dijalani oleh
pasien, misalnya proses kemoterapi. Selain itu beberapa regimen terapi
onkologis seperti kemoterapi dan radiasi juga dapat menyebabkan
status nutrisi menurun akibat mual, muntah yang dirasakan membuat
pasien merasa tidak nyaman sehingga mengalami penurunan nafsu
makan. Kondisi tersebut dapat menurunkan imunitas tubuh yang akan
berbahaya bagi pasien dengan keganasan (kanker).
HIDRASI
Air merupakan komponen penting dalam tubuh manusia. Fungsi
sel kompleks termasuk sintesis protein dan metabolisme nutrisi akan
bergantung pada status hidrasi. Menjaga hidrasi meliputi menjaga
keseimbangan antara input dan output (Betty Ferrell & Coyle, 2010).
Dehidrasi adalah kondisi dimana tubuh mengalami kekurangan cairan.
Disebut sebagai dehidrasi isotonic bila pasien mengalami kehilangan
cairan elektrolit berupa air dan sodium. Dehidrasi terjadi pada kondisi
puasa (tidak ada asupan makanan) atau kehilangan cairan karena
muntah dan diare. Tanda dehidrasi mencakup: mukosa mulut kering,
penurunan jumlah ekskresi keringat, munculnya rasa haus, kelelahan,
demam, perubahan status fungsi/mental, kebingungan, dan lain-lain.
Pengkajian dehidrasi mencakup pencatatan keseimbangan intake
dan output cairan, mengkaji turgor kulit dan mukosa membrane, monitor
status mental dan tekanan darah. Data subjektif pada pengkajian
dehidrasi meliputi: kelelahan, kelemahan otot, anorexia, dan perubahan
sensasi rasa. Treatment dehidrasi dapat diawali dengan mengkaji
medikasi yang mungkin berpengaruh, misalnya pemberian diuretik.
Pada pasien dengan dehidrasi maka perawatan oral perlu secara rutin
diberikan. Ajarkan kepada keluarga mengenai mouth care/oral care,
dimana cara teraman untuk hidrasi adalah dilakukan secara oral.
NUTRISI
Terdapat 2 pemicu kehilangan berat badan pada pasien dengan
kondisi akhir hayat yaitu kelaparan dan refraktori cachexia. Seperti
TERAPI NUTRISI
Tenaga Kesehatan berkewajiban untuk mengidentifikasi serta
memberikan terapi nutrisi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
Peran terapi nutrisi untuk pasien kondisi paliatif adalah:
1. Untuk membantu menjaga berat badan dan kekuatan
2. Untuk mencegah rusaknya lapisan kulit dan membangunnya
lapisan baru
3. Untuk melawan dengan infeksi
4. Untuk mencegah dan deficit nutrisi
NUTRISI ORAL
Termasuk di dalamnya adalah dengan pemberian suplemen nutrisi.
Pemberian nutrisi secara oral menjadi pilihan utama dan pertama bagi
pasien paliatif. Terapi nutrisi per-oral ini harus mampu menyediakan
kebutuhan nutrisi pasien secara kualitatif dan kuantitatif. Pasien dengan
intervensi nutrisi oral ini hanya diberikan pada pasien dengan kondisi
mampu untuk mengunyah. Pemberian nutrisi oral biasanya terhalang
karena adanya kondisi mual, kehilangan rasa ataupun kesulitan
menelan (disfagia). Untuk dapat menyediakan nutrisi oral maka perlu
modifikasi antara lain melakukan perubahan konsistensi dan pemberian
suplemen cair, penurunan densitas dan pemberian nutrisi dengan
frekuensi yang sedikit tapi sering.
Nutrisi enteral
Pilihan pemberian nutrisi enteral diberikan saat pemberian nutrisi
secara oral tidak lagi mampu diberikan atau bila dengan pemberian
nutrisi dengan oral tidak adekuat. Indikasi ini diberikan bila intake oral
adalah bila: 60% dari kebutuhan nutrisi dan fungsi gastrointestinal
masih adekuat (de Las Peñas et al., 2019). Pemberian nutrisi dengan
enteral juga dilakukan saat perlu memberi kesempatan bagi usus
untuk kembali berfungsi dengan normal. Terapi nutrisi enteral bisa
bersifat jangka pendek (dengan NGT) ataupun jangka panjang (dengan
gastrotomi dan jejunostomy). Bila diberikan selama lebih dari 4-6
minggu maka terapi ostomy diperlukan. Saat pasien mendapatkan
EN, waspadai adanya resiko reflux, dll. Kontraindikasi pemasangan
EN adalah pada kondisi dimana pasien mengalami obstruksi bowel,
distensi abdominal dan ketidakmampuan menyerap nutrisi karena
gangguan GI track. Pasien dengan bowel syndrome dan diare yang
parah juga perlu mendapatkan pertimbangan untuk tidak dipasang EN.
Nutrisi parenteral
Diberikan bila terapi nutrisi secara oral dan enteral tidak bisa lagi
diberikan atau pada kondisi dimana gastrointestinal tidak lagi berfungsi
dengan adekuat. Pada awalnya, di tahun 1960an, PN menjadi standar
pelayanan saat pasien membutuhkan AN. PN kala itu sangat membantu
saat kondisi operasi dan pasien dengan kondisi kritis dalam masa
penyembuhan dari kondisi mengancam jiwa (Cotogni, 2016). PN dapat
diberikan secara perifer dan central. Pada terapi cairan pekat, maka
pasien membutuhkan pemasangan IV central dalam pemberian terapi
KESIMPULAN
Pasien dengan kondisi paliatif membutuhkan dukungan nutrisi baik
secara oral, enteral dan parenteral. Perawat bertugas untuk mengkaji
kebutuhan dan memberikan dukungan nutrisi pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Bozzetti, F. (2020). Is there a place for nutrition in palliative care? Support Care
Cancer, 28(9), 4069-4075. doi:10.1007/s00520-020-05505-x
INTISARI:
BCT merupakan metode pendampingan edukasi keluarga untuk
memberikan bantuan personal hygiene pada pasien di rumah
Perawat komunitas dapat memberikan pendampingan BCT saat
kunjungan rumah
PENDAHULUAN
Personal hygiene merupakan hal yang sederhana, namun pada
pasien kanker, karena keterbatasan kondisi fisiknya, mereka mengalami
kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan perawatan pribadi ini. Yang
kami maksud dengan personal hygiene adalah kebersihan diri dasar
yang mencakup mandi, keramas, sikat gigi, toileting (BAB dan BAK)
dan memberikan bantuan makan baik dengan oral atau dengan NGT.
Pada bab ini, kami akan memaparkan mengenai pemberian edukasi
dengan Basic Care Training (BCT). Metode edukasi ini diberikan
dengan modul dan video. Kami akan mengajarkan kepada perawat
tentang bagaimana melakukan screening terhadap kebutuhan keluarga
serta mengajarkan BCT.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Di akhir sesi pembelajaran selama 60 menit, peserta pelatihan
diharapkan mampu untuk:
1. Memahami manfaat BCT
2. Mengajarkan BCT baik dengan memperagakan sendiri atau
dengan video BCT yang telah disediakan
MANFAAT BCT
BCT merupakan metode pendampingan keluarga untuk dapat
memberikan bantuan perawatan diri (personal hygiene) bagi pasien
secara mandiri, terlebih bila pasien sudah berada di rumah. Dengan
KESIMPULAN
Keluarga perlu mendapatkan dukungan dalam proses perawatan
pasien di rumah. Kebersihan personal adalah hal sederhana
namun fundamental bagi kondisi pasien secara fisik dan psikologis.
BCT merupakan salah satu intervensi keperawatan mandiri yaitu
mengajarkan keluarga melakukan bantuan perawatan diri bagi pasien.
Tujuan BCT adalah untuk membantu keluarga serta meingkatkan
kualitas hidup pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Kristanti, M. S., Setiyarini, S., & Effendy, C. (2017). Enhancing the quality
of life for palliative care cancer patients in Indonesia through family
caregivers: a pilot study of basic skills training. BMC Palliat Care, 16(1),
4. doi:10.1186/s12904-016-0178-4