Anda di halaman 1dari 100

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK

USIA LANJUT DENGAN DIABETES MELITUS DI DESA


PASANGGRAHAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MUNJUL KECAMATAN MUNJUL KABUPATEN
PANDEGLANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Oleh :
DEPI DINATA, S.Kep
194291517008

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JAKARTA
2020
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ners

Oleh :
DEPI DINATA, S.Kep
194291517008

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK


USIA LANJUT DENGAN DIABETES MELITUS DI DESA
PASANGGRAHAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUNJUL
KECAMATAN MUNJUL KABUPATEN PANDEGLANG

Oleh :
DEPI DINATA, S.Kep
194291517008

Telah dipertahankan di hadapan penguji KIAN Program Studi Pendidikan


Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional
Pada Tanggal 01 September 2020

Pembimbing : Ns. Intan Asri N, M.Kep, Sp. Kep Kom (………. …………
. ..)

Penguji 1 : Ns. Dayan Hisni, MNS (…………. ………


. ..)

Penguji 2 : Ns. Devy Yudhi Sari, S.Kep (…………. ………


. ..)

Catatan: nama penguji dituliskan dengan gelar tanpa tanda kurung

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Dr. Retno Widowati, M.Si


HALAMAN PERSETUJUAN

Judul KIAN : Asuhan Keperawatan Komunitas Pada


Kelompok Usia Lanjut Dengan Diabetes
Mellitus Di Desa Pasanggrahan Wilayah Kerja
Puskesmas Munjul Kecamatan Munjul
Kabupaten Pandeglang

Nama Mahasiswa : DEPI DINATA, S.Kep

NPM : 194291517008

Mengesahkan, Pembimbing
Kesehatan
Dekan Fakultas Ilmu

ati, M.Si Ns. Intan Asri N, M.Kep, Sp. Kep Kom


Dr. Retno Widow
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : DEPI DINATA, S.Kep


NPM : 194291517023
Judul KIAN : Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok

Usia Lanjut Dengan Diabetes Mellitus Di Desa

Pasanggrahan Wilayah Kerja Puskesmas Munjul

Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini adalah benar

hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Jakarta, 2020

(DEPI DINATA, S.Kep)


KATA PENGANTAR

Segala puji dan puji sukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

semua umat, Tuhan seluruh alam dan Tuhan dari segala hal yang telah memberi

Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Karya

Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan judul “Asuhan Keperawatan Komunitas Pada

Kelompok Usia Lanjut Dengan Diabetes Mellitus Di Desa Pasanggrahan Wilayah

Kerja Puskesmas Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang”.

Saya menyadari bahwa penulisan KIAN ini tidak akan terselesaikan

tanpa adanya Ridho Illahi, dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

untuk itu pada kesempatan ini dengan rendah hati dan rasa hormat yang besar

saya mengucapkan “Alhamdulilahirobilalamin‟ beserta terimakasih yang

sebesar- besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional Dr. Retno Widowati,

M.Si.

2. Ketua Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Nasional Ns. Andi Mayasari Usman, M.Kep

3. Ns. Intan Asri N, M.Kep, Sp. Kep Kom selaku pembimbing yang telah

memberi dorongan, saran dan ilmu dalam proses pembuatan KIAN.

4. Ns. Dayan Hisni, MNS selaku penguji 1 yang telah memberikan masukan dan

saran demi kesempurnaan KIAN ini.

5. Ns. Devy Yudhi Sari, S.Kep selaku penguji 2 yang telah memberikan

masukan dan saran demi kesempurnaan KIAN ini.


6. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Nasional yang telah mendidik dan memfasilitasi proses pembelajaran di

Kampus.

7. Sarip Munir, selaku Kepala Desa Pasanggrahan Kecamatan Munjul

Kabupaten Pandeglang yang telah memberi izin, saran dan semangat dalam

penyusunan KIAN ini.

8. Seluruh staf Desa Pasanggrahan Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang

yang telah membantu dalam proses penyusunan KIAN ini.

9. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat, saran dan

bantuan lainnya sehingga kita bisa bersama-sama menyelesaikan penyusunan

skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

memberikan dukungan dalam bentuk apapun untuk menyelesaikan KIAN ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas

mereka yang telah memberikan bantuan kepada penulis untuk menyusun KIAN

ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan KIAN masih banyak

kekurangan dan keikhlafan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun

sangat penulis harapkan agar karya selanjutnya bisa lebih baik.

Jakarta, 2020

(Depi Dinata, S.Kep)


ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK


USIA LANJUT DENGAN DIABETES MELITUS DI DESA
PASANGGRAHAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUNJUL
KECAMATAN MUNJUL KABUPATEN PANDEGLANG

Depi Dinata, Intan Asri N

Diabetes Mellitus (DM) atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai “Penyakit
Gula” merupakan penyakit yang banyak bermunculan dewasa ini. Hal ini terkait
dengan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat di kalangan masyarakat kita.
Jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia diperkirakan mengalami
peningkatan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2010 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada
tahun 2030 mendatang. Berdasarkan hasil survei di Banten prevalensi diabetes
mellitus yaitu 1,43% di daerah urban dan 1,47% di daerah rural. Perawat
komunitas memiliki peran yang penting guna mendorong masyarakat terutama
usia lanjut untuk mampu memahami kondisinya sehingga dapat melakukan
perawatan diri secara mandiri (self-care). Tujuan penyusunan karya ilmiah ini
adalah mempelajari dan mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan
Asuhan Keperawatan Komunitas pada kelompok usia lanjut dengan Diabetes
Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Munjul Desa Pasanggrahan Kecamatan
Munjul Kabupaten Pandeglang. Terdapat 2 diagnosa keperawatan yang muncul
dan proses keperawatan dilaksanakan dengan menitik beratkan pada partisifasi
aktiv dari semua lansia. Semoga karya ilmiah ini dapat menambah keluasan ilmu
terapan bidang keperawatan, Puskesmas dan kader kesehatan bisa bersinergi
dalam mengelola asuhan keperawatan komunitas agar lebih baik, dan lansia bisa
meningkatkan kemandirian dan tarap kesehatan untuk hidup lebih baik dan
optimal.

Kata Kunci : Keperawatan Komunitas, Diabetes Melitus.


ABSTRACT

COMMUNITY NURSING CARE AMONG ELDERLY GROUP


WITH DIABETES MELLITUS IN PASANGGRAHAN
VILLAGE MUNJUL PUBLIC HEALTH CENTER
PANDEGLANG DISTRICT

Depi Dinata, Intan Asri N

Diabetes Mellitus (DM) or better known to the public as "Sugar Disease" is a


disease that is emerging today. This is related to unhealthy lifestyles and
eating patterns in our society. The number of Diabetes Mellitus sufferers in
Indonesia is estimated to have increased from 8.4 million in 2010 to around 21.3
million in 2030. Based on survey results in Banten, the prevalence of diabetes
mellitus was 1.43% in urban areas and 1.47% in rural areas. Community nurses
have an important role to play in encouraging the community, especially the
elderly, to be able to understand their condition so that they can perform self-
care independently (self-care). The purpose of preparing this scientific paper is
to learn and get real experience in implementing Community Nursing Care for
the elderly with Diabetes Mellitus in the working area of the Munjul Community
Health Center, Pasanggrahan Village, Munjul District, Pandeglang Regency.
There are 2 nursing diagnoses that emerge and the nursing process is carried out
with an emphasis on the active participation of all the elderly. Hopefully this
scientific work can increase the breadth of applied science in nursing, Puskesmas
and health cadres can work together in managing community nursing care to
make it better, and the elderly can increase independence and health care
for a better and optimal life.

Keywords : community nursing, Diabetes Melitus.


DAFTAR ISI

HAL

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................ v

ABSTRAK ............................................................................................. vii

ABSTRACT ........................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ..................................................................... 5

C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 5

D. Manfaat Penulisan ....................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 8

A. Konsep Diabetes Melitus ............................................................. 8

B. Konsep Usia Lanjut ..................................................................... 20

C. Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan Komunitas ......................... 27

BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ............................. 44

A. Pengkajian Keperawatan .............................................................. 44


B. Hasil Pengolahan Data ................................................................. 46

C. Analisa Data ................................................................................ 61

D. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 63

E. Perencanaan Keperawatan Komunitas ......................................... 63

F. Implementasi Keperawatan Komunitas Kelompok Lansia DM .... 67

G. Evaluasi Kegiatan Keperawatan Komunitas Kelompok Lansia DM 70

BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................... 74

A. Pengkajian ................................................................................... 74

B. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 76

C. Intervensi ..................................................................................... 77

D. Implementasi ............................................................................... 78

E. Evaluasi ....................................................................................... 79

F. Alternatif Pemecahan Masalah .................................................... 80

BAB V PENUTUP ................................................................................. 81

A. Simpulan ..................................................................................... 81

B. Saran ........................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Hal

1. Tabel 2.1 Skoring diagnosis keperawatan komunitas ..................... 36

2. Tabel 3.1 Komposisi lansia berdasarkan usia ................................. 46

3. Tabel 3.2 Komposisi lansia berdasarkan tingkat pendidikan .......... 47

4. Tabel 3.3 Komposisi lansia berdasarkan jenis kelamin ................... 47

5. Tabel 3.4 Komposisi lansia berdasarkan agama ............................. 47

6. Tabel 3.5 Komposisi lansia berdasarkan pekerjaan ........................ 48

7. Tabel 3.6 Distribusi lansia berdasarkan aktifitas membersikan

rumah ............................................................................ 48

8. Tabel 3.7 Distribusi lansia berdasarkan aktifitas membersikan

penampungan air............................................................. 49

9. Tabel 3.8 Distribusi lansia berdasarkan tinggi langit-langit rumah .. 49

10. Tabel 3.9 Distribusi lansia berdasarkan kondisi ruangan rumah ..... 49

11. Tabel 3.10 Distribusi lansia berdasarkan system ventilasi rumah ..... 50

12. Tabel 3.11 Distribusi lansia berdasarkan kepemilikan genting kaca

di rumah ........................................................................ 50

13. Tabel 3.12 Distribusi lansia berdasarkan Tipe rumah ....................... 50

14. Tabel 3.13 Distribusi lansia berdasarkan status kepemilikan rumah . 51

15. Tabel 3.14 Distribusi lansia berdasarkan perawatan bagi lansia di

rumah ............................................................................ 51
16. Tabel 3.15 Distribusi lansia berdasarkan sumber dana kesehatan

lansia ............................................................................. 52

17. Tabel 3.16 Distribusi lansia berdasarkan partisipasi dalam posyandu

lansia ............................................................................. 52

18. Tabel 3.17 Distribusi lansia berdasarkan partisipasi senam lansia .... 53

19. Tabel 3.18 Distribusi lansia berdasarkan penggunaan layanan

kesehatan ....................................................................... 53

20. Tabel 3.19 Distribusi lansia berdasarkan pemeriksaan gula darah .... 53

21. Tabel 3.20 Distribusi lansia berdasarkan pengetahuan lansia tentang

Diabetes Mellitus ........................................................... 54

22. Tabel 3.21 Distribusi lansia berdasarkan pengetahuan lansia tentang

diet pada Diabetes Millitus ............................................. 54

23. Tabel 3.22 Distribusi lansia berdasarkan pola makan ....................... 55

24. Tabel 3.23 Distribusi lansia berdasarkan kegemaran lansia dalam

mengkonsumsi makanaan atau minuman manis ............. 55

25. Tabel 3.24 Distribusi lansia berdasarkan kegemaran lansia dalam

mengkonsumsi gorengan ................................................ 55

26. Tabel 3.25 Distribusi lansia berdasarkan sumber penghasilan tiap

bulan .............................................................................. 56

27. Tabel 3.26 Distribusi lansia berdasarkan penghasilan yang

didapatkan lansia setiap bulan ........................................ 56

28. Tabel 3.27 Distribusi lansia berdasarkan sumber informasi

kesehatan yang digunakan lansia .................................... 57


29. Tabel 3.28 Distribusi lansia berdasarkan media informasi digunakan

oleh lansia ...................................................................... 57

30. Tabel 3.29 Distribusi lansia berdasarkan mengikuti pendidikan

kesehatan ....................................................................... 58

31. Tabel 3.30 Distribusi lansia berdasarkan kegiatan lansia mengikuti

pelatihan ketrampilan ..................................................... 58

32. Tabel 3.31 Distribusi lansia berdasarkan kemampuan lansia dalam

membaca dan menulis .................................................... 59

33. Tabel 3.32 Distribusi lansia berdasarkan kebiasaan lansia diwaktu

senggang ........................................................................ 59

34. Tabel 3.33 Distribusi lansia berdasarkan aktifitas lansia saat diluar

rumah ............................................................................ 60

35. Tabel 3.34 Distribusi lansia berdasarkan frekuensi lansia melakukan

rekreasi .......................................................................... 60

36. Tabel 3.35 Analisa Data Keperawatan Komunitas Kelompok Lansia

DM ................................................................................ 61
BAB I
LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai

“Penyakit Gula” merupakan penyakit yang banyak bermunculan dewasa ini.

Hal ini terkait dengan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat di

kalangan masyarakat kita. Kurangnya aktivitas fisik (olah raga) dan pola

makan serba fast food semakian mempertinggi kejadian penyakit diabetes

mellitus. Diabetes mellitus memiliki implikasi yang luas bagi usia lanjut

maupun keluarganya, terutama munculnya keluhan yang menyertai,

penurunan kemandirian usia lanjut dalam melakukan aktivitas keseharian,

dan menurunnya partisipasi sosial usia lanjut. Perawat komunitas sejak awal

dapat berperan dalam meminimalisasi perubahan potensial pada sistem tubuh

pasien. Beberapa penelitian eksperimental memperlihatkan bahwa perawat

mempunyai peran yang cukup berpengaruh terhadap perilaku pasien. Salah

satu peran yang penting guna mendorong masyarakat terutama usia lanjut

adalah agar usia lanjut dan keluarga mampu memahami kondisi usia lanjut

diabetisi sehingga dapat melakukan perawatan diri secara mandiri (Arisman,

2011).

Jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia diperkirakan

mengalami peningkatan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2010 menjadi sekitar

21,3 juta jiwa pada tahun 2030 mendatang (Persadia, 2010). Tingginya angka

tersebut menjadikan Indonesia peringkat keempat jumlah penderita diabetes


melitus terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina. Ketua

PB Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA), Achmad Rudijanto

mengatakan penyakit diabetes mellitus dengan penderita berumur di atas 45

tahun tercatat penyakit yang mematikan nomor urut dua di Indonesia (Pratiwi,

2007).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013),

prevalensi diabetes (DM) di banten yang terdiagnosis dokter sebesar 1,3 %

dan 0,4%. Diabetes melitus terdiagnosis dokter dan gejala sebesar 1,6%.

Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi maupun yang

terdiagnosis dokter dan gejala tertinggi terdapat di empat kabupaten/kota

yang sama, yaitu Kota Cilegon 2,2% dan 2,8%, Kota Tangerang 1,8% dan

2,5%, Kota Tangerang Selatan 1,7% dan 1,9% dan Kabupaten Tangerang

1,4% dan 1,7%.

Hasil tabulasi dari Puskesmas Munjul yang pada tahun 2018 sebanyak

339 dan tahun 2019 meningkat menjadi 428, hal ini berarti dalam waktu 1

tahun terjadi peningkatan sebanyak 26,3 %, peningkatan prevalensi juga

terjadi di wilayah kerja Puskesmas Munjul yaitu pada desa Pasanggrahan

berdasarkan informasi yang didapatkan dari kader lansia hampir 75% dari

170 lansia (±127 lansia) mengalami penyakit Diabetes Mellitus, peningkatan

tersebut dikarenakan kurangnya kesadaran lansia akan kesehatannya,

kurangnya pengetahuan tentang penyakit Diabetes Mellitus dan kurangnya

kepatuhan diet penderita Diabetes Mellitus sehingga meningkatkan jumlah

penderita Diabetes Mellitus (Puskesmas Munjul, 2019).


Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara

berkembang akibat peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan, akhir-

akhir ini banyak disoroti. Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan

gaya hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan peningkatan prevalensi

penyakit degeneratif, seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), hipertensi,

hiperlipidemia, diabetes dan lain-lain. Jumlah penyandang diabetes terutama

diabetes tipe 2 makin meningkat di seluruh dunia terutama di negara

berkembang karena perubahan gaya hidup salah yang menyebabkan obesitas

(Suyono, 2009).

Meningkatnya prevalensi DM di Indonesia diduga ada hubungannya

dengan cara hidup (pola makan). Pola makan bergeser dari pola makan

tradisional yang banyak mengandung karbohidrat, serat dan sayuran ke pola

makan kebarat – baratan dengan komposisi yang terlalu banyak mengandung

protein, lemak, gula, garam, dan sedikit serat. Hal ini didukung oleh

kurangnya peran keluarga dalam pengelolaan pada salah satu anggota

keluarga yang menderita DM (Suadana, 2008). Penyebab Diabetes Mellitus

pada lansia dikarenakan beberapa faktor, diantaranya perubahan komposisi

tubuh, menurunnya aktifitas fisik, perubahan life style, faktor perubahan

neurohormonal, serta meningkatnya stres. Pada usia lanjut diduga terjadi age

related metabolic adaptation, oleh karena itu munculnya diabetes pada usia

lanjut kemungkinan karena aged related insulin resistance atau aged related

insulin inefficiency sebagai hasil dari preserved insulin action despite age

(Rochmah, 2006).
Bila terlambat diketahui adanya penyakit diabetes pada lanjut usia,

penderita mungkin sudah dalam keadaan status dekompensasi dari sistem

metabolik seperti hiperglikemi, hiperosmolaritas, sindroma non ketotik atau

ketoasidosis diabetik. Penderita juga dapat dijumpai gejala-gelaja

hipoglikemi, yang biasanya disebabkan oleh obat-obat antidiabetik.

Penampilan klinis hipoglikemia yang khas tampak sebagai perubahan status

mental dan status neurologi seperti penurunan fungsi kognitif, konfusio,

kejang, diaphoresis dan bradikadi. Keadaan yang menyertai hiperglikemi

seperti hiponatremia (pseudohiponatremi), kondisi dehidrasi dan

hipomagnesia (akibat diuresis osmotik) dapat juga terjadi (Martono, 2007).

Perawat komunitas memiliki peran yang penting guna mendorong

masyarakat terutama usia lanjut untuk mampu memahami kondisinya

sehingga dapat melakukan perawatan diri secara mandiri (self-care). Perawat

komunitas berupaya untuk meningkatkan aspek kognisi, afektif dan

ketrampilan pengelolaan diabetes mellitus usia lanjut diabetisi dan

keluarganya sehingga keluhan dan gejala penyakit diabetes mellitus

berkurang serta mencegah komplikasi akut dan kronis sehingga diharapkan

kualitas hidup usia lanjut diabetisi dapat lebih optimal. Pada tahapan ini,

perawat komunitas perlu meningkatkan perannya dengan mengambil titik

awal pada pemberdayaan kesehatan keluarga. Penyakit ini dapat dikelola

dengan menyesuaikan perencanaan makanan, kegiatan jasmani dan

pengobatan yang sesuai dengan konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia

dan perlunya diadakan pendekatan individual bagi edukasi diabetes. Peran


perawat komunitas yang dapat dilakukan adalah sebagai pendidik (penyuluh

kesehatan) dan pelaksana konseling keperawatan. Materi penyuluhan

ditekankan pada kunci pokok keberhasilan program terapi diabetes mellitus

meliputi pengaturan diet yang ditekankan pada 3 J : jenis, jadwal dan jumlah

diet yang diberikan kepada pasien diabetes mellitus, aktifitas fisik secara

teratur dan penggunaan obat anti diabetik secara realistis (Stanley, 2007).

Peran pelaksana konseling yang dapat dilakukan meliputi memberikan

informasi, dukungan, asuhan dan menentukan pemecahan masalah yang dapat

dilakukan (Efendi, 2009).

Studi pendahuluan yang dilakukan, penulis mendapatkan masih ada

lansia dengan diabetes melitus tidak hadir di posyandu lansia. Kegiatan

tersebut sangat penting karena didalamnya ada kegiatan-kegiatan yang

dilakukan seperti penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang diabetes

melitus, cek gula darah, senam lansia, senam kaki dan sebagaianya. Maka

dari itu penulis menjadikan posyandu lansia sebagai salah satu rencana

keperawatan atau intervensi yang utama karena didalamnya ada kegiatan

yang penting untuk lansia. Dengan melihat penjabaran permasalahan diatas

oleh karena itu perlunya dilakukan asuhan keperawatan komunitas pada usia

lanjut dengan diabetes militus di wilayah kerja Puskesmas Munjul Desa

Pasanggrahan Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang.


B. Rumusan Masalah

“Bagaimana Asuhan Keperawatan Komunitas melalui intervensi

posyandu lansia pada kelompok usia lanjut dengan Diabetes mellitus di

wilayah kerja Puskesmas Munjul Desa Pasanggrahan Kecamatan Munjul

Kabupaten Pandeglang?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mempelajari dan mendapatkan pengalaman nyata dalam

melaksanakan Asuhan Keperawatan Komunitas pada kelompok usia

lanjut dengan Diabetes Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Munjul

Desa Pasanggrahan Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang.

2. Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan komunitas pada kolompok

usia lanjut dengan diabetes melitus, diharapkan penulis :

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan komunitas pada

kelompok usia lanjut dengan Diabetes Mellitus.

b. Mampu mengalisis diagnosa keperawatan komunitas pada kelompok

Usia lanjut dengan Diabetes Mellitus.

c. Mampu menyusun rencana keperawatan komunitas pada kelompok

usia lanjut dengan Diabetes Mellitus.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan komunitas pada

kelompok usia lanjut dengan Diabetes Mellitus.


e. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan komunitas pada

kelompok usia lanjut dengan Diabetes Mellitus.

D. Manfaat

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan

bagi mata kuliah keperawatan komunitas khususnya pengetahuan tentang

diabetes mellitus.

2. Bagi Instansi Pemerintahan

Memberikan informasi mengenai kondisi yang ada di masyarakat

untuk dijadikan sebagai dasar pembuatan program di pemerintahan.

3. Bagi Masyarakat

Memberi tambahan informasi masyarakat untuk memahami

keadaan sehingga dapat mengambil keputusan sesuai dengan masalah

serta memperhatikan dan melaksanakan tindakan yang diinformasikan

oleh petugas kesehatan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Mellitus

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen

yang di tandai oleh kenaikan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau

hiperglikemi. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu

dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi.

Insulin yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan

kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan

penyimpanannya (Brunner Suddart, 2013).

Kriteria diagnosis DM dapat mengacu pada rekomendasi ADA

(American Diabetes Association) yang tidak menunjukkan adanya

pertimbangan spesifik umur. Diagnosis DM dibuat setelah dua kali

pemeriksaan gula darah puasa > 126 mg/dl (dengan sebelumnya puasa

paling sedikit 8 jam). Pasien perlu dipastikan tidak dalam kondisi infeksi

aktif atau sakit akut dalam pemeriksaan, atau gula darah acak > 200

mg/dl dengan gejala-gejala diabetes (Gustaviani, 2006).

Jadi diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh

tingginya nilai gula dalam darah yang disebabkan oleh beberapa faktor

salah satunya adalah intoleransi insulin sehingga menimbulkan kondisi

dimana penderita mengalami komplikasi dan dan beberapa kondisi dalam

tubuhnya.
2. Etiologi

Menurut Soegondo (2005) faktor penyebab terjadinya diabetes

mellitus sebagai berikut :

a. Faktor lingkungan

Lingkungan mempengaruhi terjadinya DM. Individu yang

hidup di lingkungan dan mempunyai kebiasaan mengkonsumsi

makanan yang manis, maka orang yang ada di sekitarnya akan

terbiasa dengan kebiasaan tersebut.

b. Riwayat keturunan

Diabetes mellitus adalah merupakan penyakit yang di

turunkan oleh keluarga. Orang tua dengan diabetes mellitus tipe 2

maka anak akan cenderung terkena diabetes mellitus.

c. Riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg

Individu yang melahirkan anak lebih dari 4 kg merupakan

tanda dari kelebihan kadar glukosa di dalam darah

d. Kebiasaan diet

Orang yang banyak mengkonsumsi gula berlebihan, buah

atau makanan yang manis-manis, porsi makan lebih dari 3 kali

dengan kadar gula yang tinggi merupakan faktor pemicu terjadinya

diabetes mellitus.

e. Obesitas

Kegemukan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi

tejadinya diabetes mellitus. Berat badan yang berlebihan


menyebabkan metabolisme lemak dan karbohidrat menjadi lebih

berat dan menurut beberapa penelitian didapatkan ada hubungan

antara obesitas dengan terjadinya diabetes mellitus.

f. Kelainan sel beta

Bahan toksik yang dapat merusak sel beta secara langsung

adalah rodentesida, produk dari jenis jamu dan singkong. Kelainan

pada sel beta menyebabkan distruksi atau perusakan sel melalui

mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta pada pulau langerhans

dalam kelenjar pankreas sehingga insulin yang di hasilkan

berkurang.

3. Patofisiologi/Pathway

Patofisiologi diabetes melitus pada usia lanjut belum dapat

diterangkan seluruhnya, namun didasarkan atas faktor-faktor yang

muncul oleh perubahan proses menuanya sendiri. Faktor-faktor tersebut

antara lain perubahan komposisi tubuh, menurunnya aktifitas fisik,

perubahan life style, faktor perubahan neurohormonal khusunya

penurunan kadar DHES dan IGF-1 plasma, serta meningkatnya stres

oksidatif. Pada usia lanjut diduga terjadi age related metabolic

adaptation, oleh karena itu munculnya diabetes pada usia lanjut

kemungkinan karena aged related insulin resistance atau aged related

insulin inefficiency sebagai hasil dari preserved insulin action despite age

(Rochmah, 2006).

Berbagai faktor yang mengganggu homeostasis glukosa antara


lain faktor genetik, lingkungan dan nutrisi. Berdasarkan pada faktor-

faktor yang mempengaruhi proses menua, yaitu faktor intrinsik yang

terdiri atas faktor genetikdan biologik serta faktor ekstrinsik seperti

faktor gaya hidup, lingkungan, kultur dan sosial ekonomi, maka

timbulnya DM pada lanjut usia bersifat muktifaktorial yang dapat

mempengaruhi baik sekresi insulin maupun aksi insulin pada jaringan

sasaran (Martono, 2007).

Menurut Gustaviani (2006) faktor resiko diabetes mellitus akibat

proses menua adalah :

a. Penurunan aktifitas fisik

b. Peningkatan lemak

c. Efek penuaan pada kerja insulin

d. Obat-obatan

e. Genetik

f. Penyakit lain yang ada

g. Efek penuaan pada sel

Perubahan progresif metabolisme karbohidrat pada lanjut usia

meliputi perubahan pelepasan insulin yang dipengaruhi glukosa dan

hambatan pelepasan glukosa yang diperantarai insulin. Besarnya

penurunan sekresi insulin lebih tampak pada respon pemberian glukosa

secara oral dibandingkan dengan pemberian intravena. Perubahan

metabolisme karbohidrat ini antara lain berupa hilangnya fase pertama

pelepsan insulin. Pada lanjut usia sering terjadi hiperglikemia (kadar


glukosa darah >200 mg/dl) pada 2 jam setelah pembebanan glukosa

dengan kadar gula darah puasa normal (<126 mg/dl) yang disebut

Isolated Postchallenge Hyperglikemia (IPH) (Martono, 2007).

4. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Menurut Soegondo (2005), ada beberapa tipe diabetes mellitus

yang berbeda. Penyakit ini dibedakan berdasarkan penyebab, perjalanan

klinik dan terapinya. Klasifikasi diabetes yang utama adalah :

a. Tipe I (IDDM)

Diabetes tipe I disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas

karena reaksi autoimun. Pada tipe ini insulin tidak di produksi.

Menurut Brunner Suddart (2013), diabetes melitus tergantung insulin

(insulin dependent diabetes mellitus). Kuramg lebih 5% hingga 10%

penderita mengalami diabetes tipe I, yaitu diabetes yang tergantung

insulin. Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pankreas yang dalam

keadaan normal menghasilkan horman insulin dihancurkan oleh

suatu proses auto imun. Sebagai akibatnya, penyuntikan insulin

diperlukan untuk mengendalikan kadar gula darah. Diabetes Mellitus

tipe I ditandai oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia

30 tahun.

b. Tipe II (NIDDM)

Diabetes tipe II karena resistensi insulin, jumlah reseptor

insulin pada permukaan sel berkurang, walaupun jumlah insulin

tidak berkurang. Hal ini menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke


dalam sel insulin meskipun telah tersedia. Keadaan ini disebabkan

obesitas terutama tipe sentral, diet tinggi lemak dan rendah

karbohidrat, kurang gerak badan, faktor keturunan.

Menurut Bruner Suddart (2013), diabetes mellitus tidak

tergantung insulin (non insulin dependent diabetes melitus). Kurang

lebih 90% - 95% usia lanjut mengalami diabetes tipe II, yaitu

diabetes yang tidak tergantung insulin. Diabetes tipe II terjadi akibat

penurunan sensitivitas terhadap insulin (yang disebut resistensi

insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Diabetes tipe

II pada mulanya diatasi dengan diet dan latihan. Jika kenaikan

glukosa darah tetap terjadi, terapi diet dan latihan tersebut dilengkapi

dengan obat hipoglikemik oral. Pada sebagian penyandang diabetes

tipe II, obat oral tidak mengendalikan keadaan hiperglkemi sehingga

diperlukan penyuntikan insulin. Disamping itu, sebagian penyandang

diabetes tipe II yang dapat mengendalikan penyakit diabetesnya

dengan diet, latihan, dan obat hipoglikemia oral mungkin

memerlukan penyuntikan insulin dalam periode stres fisiologik akut

(seperti sakit atau pembedahan). Diabetes tipe II paling sering

ditemukan pada individu berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas.

c. Diabetes mellitus tipe spesifik

Karena kelainan genetik spesifik penyakit pankreas,

gangguan endokrin lain, efek obat-obatan, bahan kimia, infeksi virus

dan sebagainya.
5. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus

Menurut Junaidi (2009) secara umum tanda dan gejala penyakit

DM dibagi dalam dua kelompok, yaitu gejala dini dan kronis.

a. Gejala dan tanda dini, meliputi :

1) Penurunan berat badan, rasa lemas dan cepat capek.

2) Sering kencing (poliuri) pada malam hari. Dengan jumlah air

seni sebanyak 300 ml. Gejala awal DM berhubungan dengan

efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula

darah hingga di atas 160-180 mg/dl glukosa akan sampai ke air

kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang

air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang

hilang, karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang

berlebihan.

3) Banyak minum (polidipsi). Akibat poliuri penderita merasakan

haus yang berlebihan melibihi 2500 ml air dalam sehari.

4) Banyak makan (polifagi) disebabkan karena sejumlah besar

kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami

penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi hal ini

penderita sering merasa lapar dan jumlah makan yang banyak.

b. Gejala kronis, meliputi :

1) Gangguan penglihatan, berupa penglihatan kabur.

2) Gangguan saraf tepi berupa rasa kesemutan terutama pada

malam hari, sering terasa sakit dan rasa kesemutan pada kaki.
3) Gatal-gatal dan bisul. Gatal umumnya dirasakan pada daerah

lipatan kulit di ketiak, payudara, dan kemaluan. Bisul dan luka

lecet terkena sepatu atau jarum yang lama sembuh.

4) Rasa tebal pada kulit, yang menyebabkan penderita lupa

memakai sandal atau sepatunya.

5) Gangguan fungsi seksual. Dapat berupa gangguan ereksi,

impoten, yang disebabkan gangguan pada saraf, bukan karena

kekurangan hormon seks (testoteron).

6) Keputihan. Pada penderita wanita keputihan dan gatal sering

dirasakan. Hal ini dusebabkan daya tahan tubuh penderita

menurun.

6. Komplikasi

Klien dengan DM beresiko terjadi kompilkasi baik bersifat akut

maupun kronis diantaranya :

a. Komplikasi metabolik

1) Ketoasidosis diabetik

Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil

metabolisme lemak dan protein terutama terjadi pada IDDM.

2) Koma hiperglikemi

Biasanya disebabkan kadar gula tinggi terjadi pada NIDDM

3) Koma hiperglikemi akibat terapi insulin yang berlebihan atau

tidak terkontrol
b. Komplikasi menahun

1) Mikroangiopati (kerusakan pada pembuluh darah perifer) pada

organ-organ yang mempunyai pembuluh darah kecil sehingga

pada :

a) Retinopati diabetika (kerusakan yang terjadi pada retina

mata) menyebabkan terjadinya kebutaan

b) Neuropati diabetika (kerusakan yang terjadi pada pembuluh

darah perifer) yang menyebabkan gangguan sensoris pada

bagian tubuh

c) Nefropati diabetika (kerusakan/kelainan pada ginjal) yang

menyebabkan terjadinya gagal ginjal

d) Displidemia dan hipertensi (Marry Baradero et al. 2009)

2) Makroangiopati

a) Kelainan pada jantung dan pembuluh darah seperti miokard

infark maupun gangguan fungsi jantung karena

arteriskelosis

b) Penyakit gangguan pembuluh darah kaki

c) Gangguan sistem pembuluh darah otak atau stroke

3) Ganggren diabetika karena adanya neuropati dan terjadi luka

yang tidak sembuh-sembuh (Clevo Rendi, 2012).

a) Grade 0 : tidak ada luka

b) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit

c) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang


d) Grade III : terjadi abses

e) Grade IV : ganggren pada kaki bagian distal

f) Grade V : ganggren pada seluruh kaki dan tungakai bawah

distal

4) Disfungsi erektil diabetika.

Angka kematian dan kesaktian dari diabetes terjadi

akibat komplikasi seperti karena :

a) Hiperglikemia atau hipoglikemia.

b) Meningkatnya resiko infeksi.

c) Komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati.

d) Komplikasi neurofatik.

e) Komplikasi makrovaskuler seperti penyakit jantung

koroner, stroke (Ana Fitriana, 2009).

7. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut

Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang

dimakan setiap hari agar seseorang tetap sehat (Hartono, 2006).

Tujuan utama terapi diabetes melitus adalah mencoba menormalkan

aktifitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi

terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapiutik pada

setiap tipe diabetes adalah mencapa kadar glukosa darah normal

(euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada

pola aktifitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan

diabetes : diet, latihan, pemantauan, terapi (jika diperlukan), pendidikan


(Brunner Suddart, 2013).

Menurut Sidartawan (2002) pilihan utama terapi diabetes pada

lansia adalah terapi tanpa obat atau sering disebut sebagai perubahan

gaya hidup yang meliputi :

a. Diet

Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang

dimakan setiap hari agar seseorang tetap sehat (Hartono, 2006).

Diberikan diet dengan jumlah kalori sesuai BMI, dengan pembatasan

sesuai penyakit komorbid atau faktor resiko atherosklerosis lain yang

ada. Komposisi normal biasanya 60-65% karbohidrat komplek, 20%

protein dan 15-20% lemak. Disamping itu juga diberikan suplemen

dan vitamin A, C, B komplek, E, Ca, selenium, zinc dan besi. Untuk

hasil yang baik pada terapi diet ini perlu perhatian khusus pemberian

makanan pada lansia dengan diabetes :

1) Akses terhadap makanan terjadinya disabilitas fungsional

a) Keterampilan menyiapkan makanan yang kurang/jelek

b) Dukungan formal maupun informal yang buruk untuk

mendapatkan makanan

2) Sumber daya keuangan yang terbatas

3) Asupan makanan :

a) Apresiasi terhadap bau dan rasa yang menurun

b) Gigi yang buruk dan atau xerostomia

c) Kebiasaan makan yang sudah berakar


d) Kesukaan atas makanan masa lalu atau masakan tradisional

4) Fungsi kognitif yang menurun

b. Olahraga

Disesuaikan dengan kapasitas fungsionalnya. Bila masih bisa

berjalan disuruh berjalan, bila hanya bisa duduk olahraga dengan

duduk. Apabila tidak dapat, bisa dilakukan dengan gerakan atau

latihan pasif di tempat tidur. Prinsip terapi olahraga adalah dengan

memperbaiki aktifitas fisik, menurunkan kadar gula darah, mencegah

terjadinya imobilitas yang mempercepat munculnya kompliasi

makrovaskuler diabetes.

Apabila dengan terapi tanpa obat di atas gula darah atau

HbA1c belum turun atau terkendali, sesuai dengan target makan

diberikan terapi dengan obat antihiperglikemik.

c. Obat

Terutama obat untuk menurunkan gula darah harus dipilih

yang bekerja pendek, mempertimbangkan kapasitas ginjal, hepar dan

saluran cerna agar tidak terjadi efek samping. Patut juga diperhatikan

status sosial ekonomi penderita dalam memilih obat mengingat obat

ini biasanya dipakai dalam jangka waktu lama bahkan dapat seumur

hidup. Obat yang dipilih apakah obat anti diabetik oral atau insulin

disesuaikan dengan klisifikasi DMnya dan keadaan klinisnya seperti

penyakit komorbid atau BMI nya.

Untuk penderita diabetes lansia gemuk, obat hiperglikemik


oral yang dipilih adalah inhibitor alfa Glukosidase (acarbose),

biguanide atau thiazolidinedione, karena obat-obat ini selain

menurunkan kadar gula darah juga dapat menurunkan berat badan,

tetapi bila terdapat ganguan fungsi hati atau ginjal baik biguanide

atau thiazolodinedione tidak boleh dipakai. Sebaliknya penderita

yang kurus sebaiknya dipilih terapi dengan insulin karena dapat

menungkatkan berat badan. Sulfoniuria dan non sulfoniuria insulin

secretagoue (repaglinide/nateglinide) lebih tepat dipilih untuk

penderita dengan berat badan normal (Sidartawan, 2002)

8. Pengelolaan Usia Lanjut dengan Diabetes Mellitus

Penatalaksanaan Diabetes Mellitus pada usia lanjut tidak akan

berhasil bila tidak melakukan langkah berikutnya setelah diet, olahraga

dan obat, yaitu melakukan edukasi, evaluasi dan rehabilitasi pada

penderita (Rochmah, 2006).

a. Edukasi diabetes adalah suatu proses berkesinambungan dan perlu

dilakukan beberapa pertemuan untuk menyegarkan dan

mengingatkan kembali prinsip-prinsip penatalaksanaan diabetes.

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan adalah :

1) Berikanlah dukungan dan nasehat yang positif dan hindarilah

kecemasan.

2) Berikanlah informasi secara bertahap, jangan beberapa hal

sekaligus.

3) Mulailah dengan hal sederhana baru kemudian yang


kompleks.
4) Pergunakanlah alat bantu dengar-pandang (audio visual) seperti

set bahan informasi, slide, tape, vidio atau komputer.

5) Lakukanlah pendekatan dengan mengatasi permasalahan dan

lakukanlah stimulasi.

6) Perbaikan ketaatan pasien dengan memberikan pengobatan

sesederhana mungkin.

7) Lakukanlah kompromi dan negosiasi untuk mencapai tujuanyang

dapat diterima pasien, dan jangan memaksakan tujuan kita pada

pasien.

8) Lakukanlah motivasi dengan cara memberi penghargaan dan

mendiskusikan hasil tes Laboratorium.

b. Evaluasi : evaluasi harus dilakukan secara berkesinambungan

terutama untuk evaluasi status fungsional penderita, harapan hidup,

support social dan financial serta hasrat/ kemauan lansia itu sendiri

untuk berobat. Bila tidak memperhatikan hal-hal tersebut biasanya

akan terjadi kegagalan terapi atau kebosanan penderita diabetes

untuk terus berobat.

c. Rehabilitasi : sangat penting dilakukan dengan program individual

untuk tiap penderita, tergantung kepada kapasitas fungsional

penderita, komplikasi Diabetes Mellitus dan penyakit komorbid yang

diderita. Pada prinsipnya rehabilitasi harus dilakukan secepatnya

tidak perlu menunggu kondisi pasien stabil, tetapi harus sesuai

dengan keadaan penderita saat itu.


B. Konsep Usia Lanjut

1. Pengertian Usia Lanjut

Lansia adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena

hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup, dalam satu rumah

tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya untuk menciptakan

dan mempertahankan suatu budaya (Mubarok, 2006).

Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4), UU No. 13 tahun 1998 tentang

kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah

mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008).

2. Pembagian Usia Lanjut

Departemen kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut :

a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th);

b. Kelompok usia lanjut (55-64 th);

c. Kelompok usia lanjut (65 th >).

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45-59 tahun;

b. Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun;

c. Usia tua (old) antara 75- 90 tahun;

d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

3. Perubahan-Perubahan Pada Usia Lanjut

Perubahan kondisi fisik meliputi perubahan dari tingkat sel

sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan,

pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,


muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinariar, endokrin dan

integument (Mubarok, 2006).

a. Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia adalah

sebagai berikut :

1) Mudah lelah serta mudah jatuh;

2) Kekacauan mental akut;

3) Nyeri pada dada, berdebar-debar;

4) Sesak nafas pada saat melakukan aktifitas kerja fisik;

5) Pembengkakan pada kaki bawah;

6) Nyeri pinggang atau punggung dan pada sendi pinggul;

7) Sulit tidur dan pusing-pusing;

8) Berat badan menurun;

9) Gangguan pada fungsi penglihatan, pendengaran dan sukar

menahan air kencing.

b. Temperatur tubuh : Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan

metabolisme yang menurun. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak

dapat memproduksi panas yang banyak diakibatkan oleh rendahnya

aktifitas otot.

c. Sistem integument : kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak,

kuring kering dan kurang elastis karena menurunnya cairan dan

hilangnya cairan adiposa, kulit pucat dan bintik-bintik hitam akibat

menurunnya aliran darah ke kulit dan menurunnya sel-sel yang

memproduksi pigmen, kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal
dan rapuh, pada wanita usia . 60 tahun rambut wajah meningkat,

rambut menipis atau botak dan warna rambut kelabu, kelenjar

keringat berkurang jumlah dan fungsinya. Fungsi kulit sebagai

proteksi sudah menurun.

d. Sistem muscular : Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal

berkurang, pengecilan otot akibat menurunnya serabut otot, pada

otot polos tidak begitu terpengaruh, Osteoarthritis, hilangnya bone

subtance.

e. Sistem kardiovaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku,

kemampuan jantung memompa darah menurun 1% per tahun,

berkurangnya kardiac output, berkurangnya heat rate terhadap

respon stress, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah

meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer,

bertambah panjang dan lekukan arteri termasuk aorta, intima

bertambah tebal, fibrosis di media arteri.

f. Sistem perkemihan : Ginjal mengecil, nefron menjadi atropi, aliran

darah ke ginjal menurun sampai 50%, filtrasi glomerulus menurun

50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurang mampu

mempekatkan urin, BJ urin menurun, proteinuria, BUN meningkat,

ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, kapasitas kandung

kemih menurun 200 ml karena otot-otot yang melemah, frekuensi

berkemih meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan pada pria

akibatnya retensi urin meningkat, pembesaran prostat (75% usia di


atas 65 tahun), bertambahnya glomerulus yang abnormal,

berkurangnya kreatinin, berkurangnya renal blood flow,

berkurangnya maksimum urin osmoliti, berat ginjal menurun 30-

50%, dan jumlah nefron menurun, kemampuan memekatkan atau

mengencerkan oleh ginjal menurun.

g. Sistem pernafasan : Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan

menjadi kaku, menurunnya aktifitas silia, berkurangnya elastisitas

paru, alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlah berkurang,

oksigen arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 pada arteri tidak

berganti, berkurangnya refle batuk.

h. Sistem gastrointestinal : Kehilangan gigi, indra pengecap menurun,

esophagus melebar, rasa lapar menurun, asam lambung menurun,

peristaltik melemah sehingga dapat mengakibatkan konstipasi,

kemampuan absorsi menurun dan hati mengecil, produksi saliva

menurun, produksi HCL dan pepsin menurun pada lambung.

i. Sistem penglihatan : Kornea lebih berbentuk sferis, sfingter pupil

timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, lensa menjadi

keruh, meningkatnya ambang pengamatan sinar (daya adaptasi

terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat, cahaya gelap),

berkurangnya atau hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang

pandang : berkurang luas pandangan, berkurangnya sensivitas

terhadap warna (menurunnya daya membedakan warna hijau atau

biru pada skala dan dept perception).


j. Sistem pendengaran : Penurunan pendengaran pada lansia,

membrane timpani menjadi atropi menyebabkan otoklerosis,

penumpukan serumen sehingga mengeras karena meningkatnya

keratin, perubahan degeneratif osikel, bertambahnya obstruksi tuba

eustachi, berkurangnya persepsi nada tinggi.

k. Sistem syaraf : Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%,

berkurangnya sel kortikal, reaksi menjadi lambat, kurang sensitive

terhadap sentuhan, berkurangnya aktifitas sel T, bertambahnya

waktu jawaban motorik melemah, kemunduran fungsi saraf otonom.

l. Sistem endokrin : Produksi hampir semua hormon menurun, fungsi

parathyroid dan sekresinya tidak berubah, berkurangnya ACTH,

TSH, FSH dan LH, menurunnya aktifitas tiroid akibatnya basal

metabolisme menurun, menurunnya produksi aldosteron,

menurunnya hormon sekresi gonads : progesterone, estrogen dan

aldosteron, bertambahnya insulin, noreepinefrin, parathormone,

vasopresine, berkurangnya tridotironin, psikomotor melambat.

m. Daya pengecap dan pembauan : Menurunnya kemampuan untuk

melakukan pengecapan dan pembauan, sensitivitas terhadap 4 rasa

menurun : gula, garam, mentega, asam setelah usia 50 tahun.

n. Aspek Psikososial : perubahan Aspek Psikososial yang berkaitan

dengan keadaan kepribadian lansia. Menurut Fachrul (2011),

perubahan ini dapat ditandai dari adanya perubahan yang

berhubungan dengan adanya penurunan kapasitas mental, seperti


menurunnya kemampuan menyerap informasi baru,berkurangnya

ketrampilan beradaptasi dengan masalah. Perubahan peran dari

seorang ayah dan pelaku ekonomi menjadi seorang kakek dan

pengasuh cucu. Selain itu dihadapkan juga pada peristiwa kehilangan

(orang-orang terdekat, sahabat, saudara, pasangan hidup dll)

ditambah lagi dengan anak-anak yang biasa selalu dekat kemudian

berkeluarga dan mencari kehidupan masingmasing.Beberapa

perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian

lansia sebagai berikut :

1) Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy),

biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan

mantap sampai sangat tua.

2) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe

ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi

jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat

memberikan otonomi pada dirinya.

3) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada

tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila

kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia

tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka

pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika

tidak segera bangkit dari kedukaannya.


4) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe

ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan

kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak

diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi

ekonominya menjadi morat-marit.

5) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada

lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya

sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah

dirinya.

o. Aspek Psikologis (Mental) : perubahan kepribadian yang drastis

keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang tulus

dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor

penyakit-penyakit. Intelegentia Quation ; 1) tidak berubah dengan

informasi matematika dan perkataan verbal, 2) berkurangnya

penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor terjadi

perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan – tekanan dari

faktor waktu.

p. Aspek Spiritual : Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam

kehidupannya, lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya.


C. Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan Komunitas

1. Definisi Keperawatan Komunitas

Komunitas artinya masyarakat terbatas yang mempunyai

persamaan value, interest, dan merupakan kelompok khusus dengan

batas – batas geografis jelas, dengan norma dan nilai yang telah

melembaga (Mubarok, 2006)

Keperawatan komunitas adalah suatu bidang dalam keperawatan

yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan

masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat, serta

mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara

berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan

rehabilitative secara menyeluruh, terpadu, ditujukan kepadaa individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh

melalui proses keperawatanuntuk meningkatkan fungsi kehidupan

manusia secara optimal, sehingga dapat mandiri dalam upaya

kesehatannya (Mubarok, 2006)

2. Tugas Perawat Komunitas

a. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai pengelolaan diabetes

secara mandiri secara berkala,

b. Intervensi perilaku,

c. Konseling dan coaching pengelolaan diabetes secara mandiri


3. Peran Perawat Komunitas

a. Peran sebagai pelaksana kesehatan

Perawat komunitas juga memberikan intervensi keperawatan

langsung kepada lansia diabetisi sebagai individu, keluarga,

kelompok dan populasi.

b. Peran sebagai pendidik

Perawat komunitas memberikan pendidikan kesehatan baik

pada tingkat prevensi primer, sekunder maupun tersier agar lansia

diabetisi dapat mengelola DM secara mandiri.

c. Peran sebagai administrasi

Perawat kesehaatan masyarakat diharapkan dapat mengelola

berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat

sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang diemban

kepadanya.

d. Peran Konselor

Perawat komunitas melakukan konseling untuk membantu

lansia diabetisi dalam memilih penyelesaian masalah yang sedang

dihadapi.

e. Peran konsultan

Perawat komunitas berlaku sebagai konsultan bagi individu,

keluarga, dan kelompok lansia diabetisi.


f. Peran sebagai peneliti

Perawat komunitas berperan sebagai peneliti. Riset

keperawatan dilakukan untuk memperkuat dasar-dasar keilmuan

dalam kegiatan praktik klinik, pendidikan, dan menejemen

keperawatan pada agregat lansia diabetisi (Ross, Mackenzie, &

Smith, 2003). Sedangkan praktik keperawatan yang berdasarkan

fakta empiris (evidence based nursing) bertujuan untuk memberikan

cara menurut fakta terbaik dari riset yang diaplikasikan secara hati-

hati dan bijaksana dalam tindakan preventif, pendeteksian, maupun

asuhan keperawatan bagi agregat lansia diabetisi (Cullum, 2001).

Penerapan hasil penelitian dalam intervensi keperawatan komunitas

pada agregat lansia diabetisi bermanfaat untuk memperbaiki

pelayanan kesehatan yang berorientasi pada efektifitas pembiayaan

(cost effectiveness).

g. Peran Manajerial

Perawat komunitas dalam mengelola program PKPDM

menggunakan pendekatan manajemen kasus. Perawat komunitas

melaksanakan lima tahapan dalam pengambilan keputusan, yaitu:

pengkajian, perencanaan, mengadakan kerjasama (merujuk,

koordinasi dan advokasi), memonitoring dan melakukan evaluasi.

h. Peran Kolaborator

Perawat komunitas bekerjasama dengan berbagai profesi

kesehatan (dokter, ahli gizi, fisioterapis, dokter gigi), organisasi yang


berada di komunitas (TP-PKK, posbindu, LLI, Perkumpulan

Diabetisi, atau Klub Jantung Sehat Yayasan Jantung Indonesia),

sekolah, dan pemerintah (Dinas Kesehatan, Dinas Sosial).

i. Peran advokator

Advokasi pada lansia diabetisi bertujuan untuk membantu

lansia agar dapat mengelola DM secara mandiri. Peran advokasi,

yaitu: selaku penasehat bagi individu, keluarga dan kelompok lansia

diabetisi, memberikan informasi mengenai layanan kesehatan bagi

diabetisi, dan mengupayakan sistem pelayanan kesehatan yang

responsif terhadap kebutuhan lansia diabetisi.

4. Karakteristik Keperawatan Komunitas Sebagai Perawat Educator

Diabetisi

a. Berfokus pada populasi lansia baik yang sehat maupun yang berisiko

menderita DM;

b. Berorientasi pada peningkatan peran serta aktif lansia dalam

pengelolaan DM secara mandiri;

c. Berfokus pada upaya promotif dan preventif baik pencegahan

primer, sekunder dan tersier;

d. Intervensi pendidikan kesehatan dalam pengelolaan diabetes secara

mandiri (PKPDM) di tingkat komunitas atau populasi;

e. Memiliki perhatian terhadap peningkatan derajat kesehatan pada

semua kelompok umur terutama kelompok berisiko DM.


5. Proses Keperawatan Komunitas

Proses keperawatan komunitas adalah metode asuhan

keperawatan yang bersifat ilmiah, sistematis, dinamis, kontinyu, dan

berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari

klien, keluarga, kelompok, atau masyarakat (Mubarok, 2006)

6. Tujuan Dan Fungsi Proses keperawatan

a. Tujuan

Tujuan melakukan proses keperawatan dalam komunitas adalah :

1) Memperoleh hasil asuhan keperawatan yang bermutu, efektif,

effisien sesuai dengan permasalahan yang terjadi dimasyarakat.

2) Meningkatkan status kesehatan masyarakat.

b. Fungsi

Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan

ilmiah bagi tenaga kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam

memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan

7. Penerapan Asuhan Keperawatan Komunitas

Model keperawatan komunitas yang digunakan adalah model

Health Care System Betty Neuman. Model ini dikembangkan menjadi

model Community as partner Anderson dan Mc.Farlane (2000). Model

ini menekankan partisipasi aktif masyarakat dalam meningkatkan dan

mencegah masalah kesehatan (Ayu, 2011).

a. Pengkajian

Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap


dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis

sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik

individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan

pada fisiologis, psikologis, sosial ekonnomi, maupun spiritual dapat

ditentukan (Mubarok, 2006).

Pengkajian terdiri atas dua bagian utama yaitu inti komunitas

(core) dan delapan subsistem yang melengkapinya.

1) Inti komunitas menjelaskan kondisi penduduk yang dijabarkan

dalam demografi, Vital statistic, sejarah komunitas, nilai dan

keyakinan, serta riwayat komunitas.

2) Delapan subsistem meliputi lingkungan fisik, pendidikan,

keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, layanan

kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi.

Delapan subsistem yang harus dikaji adalah :

a) Data Lingkungan fisik

(1) Tempat tinggal yang dapat mempengaruhi kesehatan

(2) Batas-batas wilayah

(3) Luas daerah

(4) Denah atau peta wilayah

(5) Iklim

(6) Jumlah dan kepadatan penduduk

(7) Kesehatan lingkungan dan kegiatan penduduk sehari-

hari
b) Pelayanan Kesehatan dan sosial

(1) Ketersediaan layanan kesehatan

(2) Bentuk layanan

(3) Jenis layanan

(4) Sumber daya manusia

(5) Karakteristik konsumen

(6) Statistik

(7) Pembayaran

(8) Waktu pelayanan

(9) Pemanfaatan dan keterjangkauan

(10) Panti werdha bagi lansia

(11) Pusat perbelanjaan (pasar, toko, swalayan)

c) Subsistem Ekonomi

(1) Jenis pekerjaan

(2) Jumlah penghasilan rata – rata tiap bulan

(3) Status pekerjaan

(4) Sumber penghasilan

(5) Jumlah penduduk miskin

(6) Keberadaan industri

(7) Bantuan dana untuk pemeliharaan kesehatan

d) Subsistem komunikasi

(1) Orang – orang yang berpengaruh

(2) Media komunikasi yang digunakan dalam komunitas


(3) Keikutsertaan dalam pendidikan kesehatan

(4) Bagaimana biasanya komunitas memperoleh informasi

tentang kesehatan

(5) Perkumpulan atau wadah komunitas

e) Subsistem Pendidikan

(1) Status pendidikan komunitas,

(2) Ketersediaan dan keterjangkauan sarana pendidikan

(3) Fasilitas pendidikan yang ada dikomunitas

(4) Jenis pendidikan

(5) Tingkat pendidikan dan komunitas yang buta huruf

f) Subsistem Rekreasi

(1) Kebiasaan rekreasi

(2) Sarana penyaluran bakat komunitas

(3) Aktifitas diluar rumah termasuk dalam mengisi waktu

luang

(4) Jenis rekreasi yang dapat dimanfaatkan oleh komunitas

g) Komponen Politik dan pemerintahan

(1) Situasi politik dan pemerintahan dikomunitas

(2) Peraturan kebijakan pemerintah daerah terkit kesehatan

komunitas

(3) Adanya program kesehatan yang ditujukan pada

peningkatan kesehatan komunitas


h) Keamanan dan transportasi

(1) Keamanan : system kemanan lingkungan,

penanggulangan kebakaran, penanggulangan bencana,

penanggulangan polusi, udara, air dan tanah

(2) Transportasi : kondisi jalan, jenis transportasi yang

dimiliki, sarana transportasi yang ada.

b. Analisis Data

Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan

menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki

sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang

dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau

masalah keperawatan. Tujuan analisa data adalah :

1) Menetapkan kebutuhan komunitas

2) Menetapkan kekuatan

3) Mengidentifikasi pola respon komunitas

4) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan

kesehatan

c. Prioritas Masalah

Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat

dan keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai

kriteria, diantaranya adalah :

1) Perhatikan masyarakat

2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah

4) Kemungkinan masalah untuk diatasi

5) Tersedianya sumber daya masyarakat

6) Aspek politis

Dalam menyusun atau mengurutkan masalah atau diagnosis

komunitas sesuai dengan prioritas (penapisan) yang digunakan

dalam keperawatan komunitas

Tabel 2.1 Skoring diagnosis keperawatan komunitas (DEPKES,

2003)

Diagnosa Keperawatan A B C D E F G H Total

Keterangan : Pembobotan :

A : Resiko keparahan Sangat rendah = 1

B : Minat Masyarakat Rendah =2

C : Kemungkinan diatasi Cukup =3

D : Waktu Tinggi =4

E : Dana Sangat tinggi = 5

F : Fasilitas

G : Sumber daya

H : Tempat
d. Diagnosa keperawataan

Diagnosa keperawataan komunitas disusun berdasarkan jenis

diagnosanya :

1) Diagnosa sejahtera digunakan bila komunitas mempunyai

potensi untuk ditingkatkan, sebelum ada data mal adaptif.

2) Diagnosa Ancaman (Resiko) digunakan bila belum terdapat

paparan masalah kesehatan, tetapi sudah ditemukan beberapa

data maladaptif yang memungkinkan timbulnya gangguan.

3) Diagnosa aktual/gangguan ditekankan bila sudah timbul

gangguan atau masalah kesehatan komunitas, yang didukung

oleh beberapa data maladaptif.

Menetapkan masalah keperawatan kesehatan masyarakat

berdasarkan pada :

1) Masalah yang ditetapkan dari data umum

2) Masalah yang dianalisa dari hasil kesenjangan pelayanan

kesehatan dan menetapkan skala prioritas dilakukan untuk

menentukan tindakan yang lebih dahulu ditanggulangi karena

dianggap dapat mengancam kehidupan masyarakat secara

keseluruhan dengan mempertimbangkan :

a) Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat

b) Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat

c) Kemampuan dan sumber daya masyarakat

d) Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat


Kriteria skala prioritas :

a) Perhatian masyarakat, yang meliputi: pengetahuan, sikap,

keterlibatan emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan

yang dihadapi dan urgensinya untuk segera ditanggulangi

b) Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada

suatu kurun waktu tertentu

c) Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut

dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan

masyarakat

d) Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan

mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara

pengelolaan masalah yan menyangkut biaya, sumber daya,

sarana yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul.

e. Diagnosa Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Lansia

Dengan Diabetes Mellitus :

1) Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah diantara lansia di

komunitas RW X berhubungan dengan pola makan yang tidak

teratur, jumlah makan yang berlebihan.

2) Penurunan kualitas hidup diantara lansia Diabetes mellitus di

lansia RW X berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

dalam usaha pemeliharaan kesehatan

3) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan diantara lansia

Diabetes mellitus di komunitas RW X berhubungan dengan


sikap kelompok lansia yang kurang mendukung

4) Aktivitas fisik (senam lansia) di lansia RW X berhubungan

dengan sikap kelompok lansia yang kurang mendukung

5) Defisiensi kesehatan komunitas diantara lansia RW X

berhubungan dengan kurangnya kader kesehatan di RW X

f. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawan adalah penyusunan rencana tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

sesuai dengan diagnosis kerawatan yang telah ditentukan dengan

tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien (Mubarok, 2006)

Komponen dalam menyusun rencana asuhan keperawatan

komunitas menurut Falen (2010), antara lain :

1) Prioritas masalah, menggunakan scoring

2) Merumuskan tujuan

3) Berorientasi pada masyarakat

4) Berorientasi pada masalah dan faktor-faktor penyebabnya

5) Jangkau waktu pencapaian (jangka panjang dan jangka pendek)

Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan

melalui tahapan sebagai berikut :

1) Tahap pengorganisasian

Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja

kesehatan untuk menumbuhkan keperdulian terhadap kesehatan

dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah


suatu wadah kegiatan yang terbentuk oleh masyarakat secara

bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam

mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan

dan kesejahteraan, meningkatkan kemampuan masyarakat

berperan serta dalam pembangunan kesehatan di wilayahnya.

2) Tahap pendidikan

a) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok

masyarakat

b) Melakukan pengkajian

c) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnosa

keperawatan

3) Latihan (tindakan)

a) Melatih kader

b) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan

keperawatan komunitas

4) Menyusun Aktifitas/intervensi

a) Menurut Fallen (2010) terdapat Pendekatan 3 tingkat

pencegahan, yaitu :

(1) Pencegahan Primer

Pencegahan sebelum sakit dan di fokuskan pada

populasi sehat, mencangkup pada kegiatan kesehatan

secara umum serta perlindungan khusus terhadap

penyakit
(2) Pencegahan sekunder

Kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya

perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukan

masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini

menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk

menghambat proses penyakit

(3) Pencegahan Tersier

Kegiatan yang menekankan pngembalian

individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari

ketidakmampuan keluarga

b) Kerja sama lintas program dan sektor

(1) Menetapkan Penanggung jawab

(2) Menetapkan waktu pelaksanaan

(3) Menetapkan tempat pelaksanaan

(4) Menetapkan metode dan media yang digunakan

g. Pelaksanaan Keperawatan

Menurut Subekti (2005) pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang

telah direncanakan dengan melibatkan secara aktif masyarakat

melalui kelompok-kelompok yang ada di masyarakat, tokoh-tokoh

masyarakat dan bekerja sama dengan pimpinan formal di

masyarakat, Puskesmas, Dinas Kesehatan atau sektor terkait lainnya

yang meliputi kegiatan :


1) Promotif

a) Pelatihan kader kesehatan

b) Penyuluhan kesehatan atau pendidikan kesehatan

c) Standarisasi nutrisi yang baik

d) Penyedian perumahan

e) Tempat-tempat rekreasi

f) Konseling perkawinan

g) Pendidikan seks dan masalah-masalah genetika

h) Pemeriksaan kesehatan secara periodik

2) Preventif

a) Keselamatan dan kesehatan kerja

b) Pencegahan penyakit dan masalah kesehatan

c) Pemberian nutrisi khusus

d) Pengamanan atau penyimpanan barang, bahan yang

berbahaya

e) Pemeriksaan kesehatan secara berkala

f) Imunisasi khusus pada kelompok khusus

g) Personal Hygiene dan kesehatan lingkungan

h) Perlindungan kecelakaan kerja dan keselamatan kerja

i) Menghindari dari sumber alergi

3) Pelayanan kesehatan langsung

a) Pelayanan kesehatan di Posyandu lansia

b) Home care
c) Rujukan

d) Pembinaan pada kelompok-kelompok di masyarakat

h. Penilaian / evaluasi Keperawatan

Menurut Falen (2010) evaluasi merupakan nilai terhadap

program yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan tujuan

semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya.

Evaluasi proses dan evaluasi hasil. Sedangkan focus dari evaluasi

pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah :

1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan

target pelaksanaan

2) Perkembangan atau kemajuan proses : kesesuaian dengan

perencanaan, peran staf atau pelaksanaan tindakan, fasilitas

pelaksanaan dan jumlah peserta

3) Efisiensi biaya. Bagaimana pencarian sumber dana dan

penggunaannya serta keuntungan program

4) Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau

masyarakat puas terhadap tindakan yang dilaksanakan

5) Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah

dilaksanakan tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam 6

bulan atau 1 tahun.


BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

A. Pengkajian Keperawatan

Dari hasil pengkajian di kelompok lansia dengan diabetes mellitus

sejumlah 27 lansia RW 02 Desa Pasanggrahan Kecamatan Munjul selama 3

hari (tanggal 7-9 Juli 2020) didapatkan data hasil wawancara dan pengamatan

sebagai berikut :

1. Perumahan Dan Lingkungan Daerah

a. Bangunan : Sebagian besar (88%) rumah kelompok lansia dengan

DM bangunan terbuat dari tembok (permanen).

b. Arsitektur : bantuk rumah kelompok lansia dengan DM diwilayah

hampir sama antara satu rumah dengan yang lain. Sebagian besar

(96%) lantai rumah kelompok lansia dengan DM terbuat dari tegel,

sebagian besar (92%) rumah lansia memiliki jendela dan dibuka,

akan tetapi sebagian besar (52%) tidak memiliki genting kaca dan

jarak antar rumah saling berdekatan.

c. Halaman rumah lansia : sebagian besar (80%) rumah kelompok

lansia dengan DM tidak mempunyai halaman

2. Lingkungan Terbuka

Sebagian besar wilayah tempat tinggal kelompok lansia dengan

DM tidak terdapat lahan kosong, hampir semua lahan digunakan untuk

perumahan.
3. Batas Daerah :

Barat Timur Utara Selatan


Desa Kota Desa Curug
Desa Sukasaba Desa Dukuh
Dukuh Langlang

4. Tingkat Sosial Ekonomi

a. Tingkat Sosial : Lansia mempunyai hubungan sosial yang baik antar

lansia, terdapat beberapa lansia yang jarak rumah dengan

perkumpulan cukup jauh akan tetapi lansia tetap aktif mengikuti

kegiatan yang diselenggarakan dilingkungan sekitar.

b. Tingkat Ekonomi : sebagian besar (64%) lansia tidak memiliki

penghasilan tetap (dana pensiun), dan tidak memiliki dana bantuan

kesehatan.

5. Kebiasaan : sebagian besar lansia mengisi waktu luangnya hanya untuk

jalan-jalan disekitar lingkungan rumah, tidak ada ketrampilan khusus

yang diselenggarakan untuk mengisi waktu luang lansia

6. Transportasi

Lansia menggunakan sarana transportasi berupa sepeda motor,

dan jalan kaki untuk mendukung aktifitasnya. Situasi jalan disekitar

tempat tinggal lansia terbuat dari aspal dan jalan cor beton, dan sebagian

besar lansia menyatakan bahwa keadaan jalan tidak membahayakan bagi

mereka. Mobilisasi kendaraan cukup ramai baik pagi hingga malam hari.

7. Fasilitas Umum

a. Kesehatan : Terdapat Puskesmas Munjul sebagai puskesmas induk

sebagai sarana pelayanan kesehatan.


b. Agama : Terdapat 3 musholah

c. Ekonomi : Terdapat pasar tradisional, mini market, bengkel,

pedagang pedagang kaki lima, pedagang keliling, warung makan,

toko sembako, counter handphone, dan toko alat tulis.

d. Agen : Terdapat 6 agen air isi ulang

8. Suku Bangsa : Sebagian besar (96%) lansia berasal dari suku sunda

9. Agama : seluruh lansia beragama islam

10. Media informasi : sebagian besar (88%) lansia menggunakan media

informasi televisi.

B. Hasil Pengolahan Data

1. Data Demografi

a. Komposisi Lansia Berdasarkan Usia

Tabel 3.1 Komposisi lansia berdasarkan usia

Kelompok Usia Jumlah %


45 - 59 11 40,7
60 - 74 9 33,3
75 - 90 5 18,5
> 90 2 7,5
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (40,7 %) lansia berusia 45 - 59

tahun.
b. Komposisi Lansia Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 3.2 Komposisi lansia berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah %


18,5
Perguruan Tinggi 5
25,9
SMA 7
SMP 37,1
10
18,5
SD/SR 5
Jumlah 27 100

Dari gambar di atas, sebagian besar (37,1 %) berdidikan SMP.

c. Komposisi Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 3.3 Komposisi lansia berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %


Laki-laki 8 29,6
Perempuan 19 70,4
Jumlah 27 100

Dari tabel diatas, sebagian besar (70,4 %) berjenis kelamin

perempuan

d. Komposisi Lansia Berdasarkan Agama

Tabel 3.4 Komposisi lansia berdasarkan agama

Agama Jumlah %
Islam 27 100
Kristen 0 0
Hindu 0 0
Budha 0 0
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, seluruh lansia (100%) beragama Islam


e. Komposisi Lansia Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 3.5 Komposisi lansia berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Jumlah %
PNS/Pensiunan 9 33,3
Swasta/Pensiunan 0 0,0
Wiraswasta 4 14,8
Tidak Bekerja 14 51,9
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar lansia (51,9 %) tidak bekerja

2. Lingkungan Fisik

a. Kebersihan rumah

Tabel 3.6 Distribusi lansia berdasarkan aktifitas membersikan rumah

Perilaku membersihkan rumah Frekuensi %


1 kali sehari 2 7,4

2 kali sehari 18 66,6

>2 kali sehari 4 14,8

Tidak teratur 3 11,2

Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar lansia (66,6 %) membersihkan

rumah sebanyak 2 kali sekali


b. Kebersihan tempat penampungan air

Tabel 3.7 Distribusi lansia berdasarkan aktifitas membersikan

penampungan air

Perilaku Membersihkan
Penampungan Air Frekuensi %

1 kali sehari 4 14,8


3 kali sehari 0 0
1 minggu sekali 14 51,9
Tidak tentu 9 33,3
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (51,9 %) lansia membersihan

tempat penampungan air 1 minggu sekali

c. Tinggi langit-langit rumah dari lantai minimal 2,4 m

Tabel 3.8 Distribusi lansia berdasarkan tinggi langit-langit rumah

Tinggi 2,4 m Frekuensi %


Ya 19 70,4
Tidak 8 29,6
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (68%) lansia memiliki tinggi

langit-langit rumah 2,4 m

d. Kondisi ruangan dirumah

Tabel 3.9 Distribusi lansia berdasarkan kondisi ruangan rumah

Ruangan Terasa Sejuk Frekuensi %


Ya 23 85,2
Tidak 4 14,8
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (85,2 %) lansia terasa sejuk


e. Sistem ventilasi rumah

Tabel 3.10 Distribusi lansia berdasarkan system ventilasi rumah

Terdapat Jendela Frekuensi %


Ada, dibuka 24 88,9
Ada, ditutup 2 7,4
Tidak Ada 1 3,7
Jumlah 27 100

Dari tabal di atas, sebagian besar (92%) lansia memiliki jendela

rumah dalam keadaan terbuka

f. Kepemilikan genting kaca

Tabel 3.11 Distribusi lansia berdasarkan kepemilikan genting kaca di

rumah

Genting Kaca Frekuensi %


Ada 12 44,4
Tidak Ada 15 55,6
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (52%) lansia tidak memiliki

genteng

g. Tipe perumahan

Tabel 3.12 Distribusi lansia berdasarkan Tipe rumah

Tipe Rumah Frekuensi %


Permanen 22 81,5
Semi permanen 5 18,5
Tidak permanen 0 0
Jumlah 25 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (81,5 %) lansia type rumah adalah
permanen

h. Status kepemilikan rumah

Tabel 3.13 Distribusi lansia berdasarkan status kepemilikan rumah

Kepemilikan Rumah Frekuensi %


Milik sendiri 24 88,9
Numpang 3 11,1
Sewa 0 0
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, Sebagian besar (88,9 %) lansia status kepemilikan

rumah adalah milik sendiri

3. Pelayanan Kesehatan dan sosial

a. Perkesmas dan Laboratorium

1). Perawatan dirumah bagi lansia yang sakit

Tabel 3.14 Distribusi lansia berdasarkan perawatan bagi lansia

di rumah

Pemberian Perawatan Frekuensi %


Ya 6 22,2
Tidak 21 77,8
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (77,8 %) lansia tidak

melakukan perawatan dirumah saat sakit


2). Sumber Pendanaan Kesehatan keluarga

Tabel 3.15 Distribusi lansia berdasarkan sumber dana kesehatan

lansia

Pendanaan Kesehatan Frekuensi %


BPJS 9 33,3
SKTM 5 18,5
UMUM 13 48,2
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (48,2 %) lansia menggunakan

dana kesehatan keluarga adalah umum (bayar mandiri)

3). Partisipasi lansia dalam mengikuti posyandu lansia

Tabel 3.16 Distribusi lansia berdasarkan partisipasi dalam

posyandu lansia

Partisipasi Lansia Frekuensi %


Ya 20 74,1
Tidak 7 25,9
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (74,1 %) lansia mengikuti

posyandu lansia
4). Partisipasi lansia dalam mengikuti senam lansia

Tabel 3.17 Distribusi lansia berdasarkan partisipasi senam lansia

Senam Lansia Frekuensi %


Selalu 20 74,1
Kadang – kadang 4 14,8
Tidak pernah 3 11,1
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (74,1 %) lansia mengikuti

senam lansia

5). Penggunaan layanan Puskesmas dalam pengobatan

Tabel 3.18 Distribusi lansia berdasarkan penggunaan layanan

kesehatan

Penggunaan Puskesmas Frekuensi %


Ya 19 70,4
Tidak pernah 8 29,6
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (70,4 %) lansia menggunaan

puskesmas sebagai layanan kesehatan dalam pengobatan

6). Frekuensi pemeriksaan gula darah pada lansia dengan DM

Tabel 3.19 Distribusi lansia berdasarkan pemeriksaan gula darah

Pemeriksaan Gula Darah Frekuensi %


1x/minggu sewaktu 3 11,1
– waktu tidak 23 85,2
pernah periksa 1 3,7
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (85,2 %) lansia memeriksakan

gula darahnya sewaktu-waktu


b. Kesehatan lansia

1) Pengetahuan lansia tentang Diabetes Mellitus

Tabel 3.20 Distribusi lansia berdasarkan pengetahuan lansia

tentang Diabetes Mellitus

Pengetahuan Lansia Frekuensi %


Lansia Tahu 8 29,6
Lansia Tidak Tahu 19 70,4
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (70,4 %) lansia tidak

mengetahui mengenai penyakit yang dideritanya

2) Pengetahuan lansia tentang Diet (pola makan) pada Diabetes

Mellitus

Tabel 3.21 Distribusi lansia berdasarkan pengetahuan lansia

tentang diet pada Diabetes Millitus

Pengetahuan Lansia tentang Diet Frekuensi %


Lansia Tahu 6 22,2
Lansia Tidak Tahu 21 77,8
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (77,8 %) lansia tidak

mengetahui tentang diet yang harus dilakukan


3) Pola makan lansia dengan Diabetes Mellitus

Tabel 3.22 Distribusi lansia berdasarkan pola makan

Pola Makan Lansia Frekuensi %


Sewaktu-waktu tiap lapar 16 59,2
Teratur 3 x/hari 11 40,8
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (59,2 %) lansia mempunyai

pola makan sewaktu-waktu tiap lapar

4) Kegemaran lansia mengkonsumsi makanan atau minuman manis

Tabel 3.23 Distribusi lansia berdasarkan kegemaran lansia

dalam mengkonsumsi makanaan atau minuman manis

Kegemaran Lansia Frekuensi %


Lansia suka manis 17 62,9
Lansia tidak suka manis 10 37,1
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (62,9 %) lansia memiliki

kegemaran dalam mengkonsumsi makanan atau minuman manis

5) Kegemaran lansia dalam mengkonsumsi gorengan

Tabel 3.24 Distribusi lansia berdasarkan kegemaran lansia

dalam mengkonsumsi gorengan

Kegemaran Konsumsi Gorengan Frekuensi %


Lansia suka 18 66,7
Lansia Tidak suka 9 33,3
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (66,7 %) lansia mempunyai

kegemaran dalam mengkonsumsi gorengan


c. Status Ekonomi

1). Sumber penghasilan lansia setiap bulan

Tabel 3.25 Distribusi lansia berdasarkan sumber penghasilan

tiap bulan

Sumber Penghasilan Lansia Frekuensi %


Penghasilan Tetap (pensiunan) 11 40,7
Penghasilan tidak tetap 16 59,3
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (59,3 %) lansia memiliki

sumber penghasilan tidak tetap untuk tiap bulannya

2). Penghasilan yang didapatkan lansia setiap bulan

Tabel 3.26 Distribusi lansia berdasarkan penghasilan yang

didapatkan lansia setiap bulan

Jumlah Penghasilan Frekuensi %


≤ Rp. 2,758,909 20 74
> Rp. 2,758,909 7 26
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (74 %) lansia mempunyai

penghasilan setiap bulan ≤ Rp. 2,758,909


d. Sub Sistem Komunikasi

1). Sumber informasi kesehatan yang digunakan lansia

Tabel 3.27 Distribusi lansia berdasarkan sumber informasi

kesehatan yang digunakan lansia

Sumber Informasi Frekuensi %


Kader kesehatan 18 66,7
Dokter 9 33,3
Mahasiswa Praktek 0 0
Perawat/Bidan 0 0
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (66,7 %) lansia mecari

informasi kesehatan dari kader kesehatan

2). Media informasi yang digunakan oleh lansia :

Tabel 3.28 Distribusi lansia berdasarkan media informasi

digunakan oleh lansia

Media Informasi Frekuensi %


Televisi 24 88,8
Radio 2 7,5
Media cetak 1 3,7
Jumlah 25 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (88,8 %) lansia menggunakan

media informasi Televisi


3). Kebiasaan lansia mengikuti pendidikan kesehatan (penyuluhan)

Tabel 3.29 Distribusi lansia berdasarkan mengikuti pendidikan

kesehatan

Pendidikan Kesehatan Frekuensi %


Ya 17 62,9
Tidak 10 37,1
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (60%) lansia di RW II

mengikuti pendidikan kesehatan adalah penyuluhan

e. Status Pendidikan

1). Kegiatan lansia mengikuti pelatihan ketrampilan :

Tabel 3.30 Distribusi lansia berdasarkan kegiatan lansia

mengikuti pelatihan ketrampilan

Pelatihan Ketrampilan Frekuensi %


Ya 4 14,6
Tidak 23 85,4
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (85,4 %) lansia tidak

mengikuti pelatihan ketrampilan


2). Kemampuan lansia dalam membaca dan menulis

Tabel 3.31 Distribusi lansia berdasarkan kemampuan lansia

dalam membaca dan menulis

Kemampuan Lansia Frekuensi %


Ya 22 81,5
Tidak 5 18,5
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (81,5 %) lansia mampu

membaca dan menulis

f. Sub Sistem Rekreasi

1). Kebiasaan lansia diwaktu senggang

Tabel 3.32 Distribusi lansia berdasarkan kebiasaan lansia

diwaktu senggang

Kebiasaan Lansia Frekuensi %


Berkebun/pekerjaan rumah 6 22,2
Senam 2 7,4
Jalan-jalan 16 59,3
Tidak melakukan apa-apa 3 11,1
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (59,3 %) lansia memilki

kebiasaan diwaktu senggang adalah jalan-jalan


2). Aktifitas Lansia saat diluar rumah

Tabel 3.33 Distribusi lansia berdasarkan aktifitas lansia saat

diluar rumah

Aktifitas Lansia Frekuensi %


Mengikuti lomba ketrampilan 0 0
Perkumpulan rutin ditempat 16 59,3
tinggal
Jalan-jalan 10 37,0
Lainnya.... 1 3,7
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (59,3 %) lansia, aktifitas lansia

saat diluar rumah adalah mengikuti perkumpulan rutin ditempat

tinggal

3). Frekuensi lansia melakukan rekreasi

Tabel 3.34 Distribusi lansia berdasarkan frekuensi lansia

melakukan rekreasi

Frekuensi Lansia rekreasi Frekuensi %


1 x dalam minggu 3 11,1
1 x dalam bulan 9 33,3
1 x dalam setahun atau lebih 15 55,6
lama
Jumlah 27 100

Dari tabel di atas, sebagian besar (55,6 %) lansia melakukan

frekuensi rekreasi 1 x dalam setahun atau lebih lama


C. Analisa Data

Tabel 3.35 Analisa Data Keperawatan Komunitas Kelompok Lansia DM

Diagnosa
Data Subyektif Data Obyektif
Keperawatan
• Warga mengatakan • Masih ada 7 lansia (25,9 Resiko terjadi
bahwa lansia hanya %) tidak mengikuti penurunan kualitas
datang ke posyandu posyandu secara rutin hidup diantara
saat ada keluhan • Sebagian besar (59,3 %) lansia sehubungan
lansia memilki kebiasaan dengan kurangnya
diwaktu senggang adalah pengetahuan dan
jalan-jalan kesadaran lansia
• sebagian besar (70,4 %) dalam usaha
lansia tidak mengetahui pemeliharaan
mengenai penyakit yang kesehatan
dideritanya (DM)
• Sebagian besar (77,8 %)
lansia tidak mengetahui
tentang diet yang harus
dilakukan
• Sebagian besar (85,4 %)
lansia tidak mengikuti
pelatihan ketrampilan

• Lansia banyak • Sebagian besar (59,2 %) Resiko


yang bertanya jenis lansia mempunyai pola ketidakstabilan
makanan apa yg makan sewaktu-waktu kadar glukosa
diperbolehkan tiap lapar darah diantara
untuk penderita • Sebagian besar (62,9 %) lansia dengan DM
DM lansia memiliki berhubungan
kegemaran dalam dengan pola makan
mengkonsumsi makanan yang tidak teratur,
atau minuman manis jumlah makan yang
• Sebagian besar (66,7 %) berlebihan
lansia memiliki
kegemaran
mengkonsumsi gorengan
• Sebagian besar (74,1 %)
lansia mengikuti senam
lansia
• Sebagian besar (85,2 %)
lansia memeriksakan
gula darahnya secara
tidak teratur/sewaktu-
waktu

D. Diagnosa Keperawatan

Dari hasil analisa data, maka prioritas diagnosa keperawatan

komunitas lansia dengan Diabetes Mellitus adalah sebagai berikut :

1. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah diantara lansia dengan DM

berhubungan dengan pola makan yang tidak teratur, jumlah makan yang

berlebihan.

2. Resiko terjadi penurunan kualitas hidup diantara lansia sehubungan

dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran lansia dalam usaha

pemeliharaan kesehatan.
E. Perencanaan Keperawatan Komunitas

1. Diagnosa keperawatan 1

a. Dx : Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah diantara lansia

dengan DM berhubungan dengan pola makan yang tidak teratur,

jumlah makan yang berlebihan

b. Tujuan

Jangka Panjang : Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas

selama 2 kali pertemuan diharapkan lansia mampu mengontrol kadar

gula darahnya

Jangka Pendek :

1). Lansia mengetahui kadar gula darahnya

2). Lansia mampu menumjukkan penurunan kadar gula darahnya

c. Kriteria hasil :

1). Lansia mengalami penurunan kadar glukosa darah

2). Lansia tidak menunjukkan gejala-gejala memperberat penyakit

(timbul luka)

3). Pemeriksaan gula darah diikuti minimal 80% lansia

4). Lansia kooperatif saat dilakukan pemeriksaan

d. Intervensi keperawatan :

1). Mempersiapkan tempat dan peralatan yang diperlukan

2). Menyampaikan izin pemakaian tempat dan peralatan

3). Berkoordinasi dengan kader posyandu lansia

4). Mengundang lansia sejumlah 27 lansia


5). Melakukan pemeriksaan gula darah dengan tertib

2. Diagnosa keperawatan 2

a. Dx : Resiko terjadi penurunan kualitas hidup lansia behubungan

dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran lansia dalam usaha

pemeliharaan kesehatan

b. Tujuan

Jangka panjang : Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas

selama 2 kali pertemuan diharapkan lansia mengetahui penyakit

diabetes mellitus.

Jangka Pendek :

1) Lansia mampu mengerti tentang penyakit DM

2) Lansia mampu menjawab pertanyaan dari pemateri

3) Lansia mampu mengisi waktu luang dengan

senam c. Kriteria Hasil

1) Lansia mengerti tentang DM

2) Lansia mengetahui penyebab DM, Diit DM

3) Lansia dapat menyebutkan dan menjelaskan kembali tentang

materi penyuluhan

4) Peserta antusias mendengarkan materi penyuluhan dan bertanya

5) Penyuluhan diikuti minimal 50% lansia di RW II

6) Lansia hadir di tempat pelaksanaan senam kaki pada tepat waktu

Peserta antusias mengikuti senam kaki dari awal sampai akhir

7) Pelaksanaan senam kaki berjalan lancer


3. Rencana Keperawatan Diagnosa Potensial

a. Mempersiapkan tempat dan peralatan yang diperlukan

b. Menyampaikan izin pemakaian tempat dan peralatan yang

diperlukan

c. Berkoordinasi dengan kader posyandu lansia

d. Mengundang seluruh lansia RW II

e. Penyampaian materi penyuluhan

f. Tanya jawab dengan lansia

g. Membuat leaflet untuk memandu senam kaki

h. Melakukan demonstrasi senam kaki yang diikuti oleh lansia dengan

DM

i. Waktu : 09 Juli 2020 (pemberian pendidikan kesehatan), 11 Juli

2020 (pelaksanaan senam kaki)

j. Tempat : Balai RW

k. Metode : Ceramah, Tanya Jawab, Demonstrasi

F. Implementasi Keperawatan Komunitas Kelompok Lansia DM

1. Diagnosa Keperawatan : Resiko terjadi penurunan kualitas hidup lansia

behubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran lansia dalam

usaha pemeliharaan kesehatan

Pertama

a. Kegiatan : Posyandu Lansia dan Pendidikan Kesehatan tentang DM

b. Waktu/Tempat : 09 Juli 2020 (jam 08.00-10.00) diBalai RW


c. Peserta : kelompok lansia

d. Hambatan : Tidak tersedianya tempat untuk menampilkan LCD

karena lokasi terlalu sempit

e. Solusi : Menggunakan Leaflet dan lembar balik untuk penyuluhan

Kedua

a. Kegiatan : Pendidikan kesehatan tentang diet DM

b. Waktu/Tempat : 09 Juli 2020 (jam 08.00-11.00) di balai RW

c. Peserta : kelompok lansia

d. Hambatan : Tidak tersedianya tempat untuk menampilkan LCD

karena lokasi terlalu sempit

e. Solusi : Menggunakan Leaflet dan lembar balik untuk penyuluhan

Ketiga

a. Kegiatan : Senam kaki DM

b. Waktu/Tempat : 11 Juli 2020 (jam 08.00 - 11.00) di balai RW

c. Peserta : kelompok lansia dengan DM

d. Hambatan : Tidak tersedianya tempat untuk menampilkan LCD

karena lokasi terlalu sempit

e. Solusi : Memperagakan secara langsung senam kaki pada lansia

dengan DM menggunakan media bantuan leaflet

2. Diagnosa Keperawatan : Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah

diantara lansia dengan DM berhubungan dengan pola makan yang tidak

teratur, jumlah makan yang berlebihan

a. Kegiatan : Pemeriksaan Gula Darah


b. Waktu/Tempat : 12 Juli 2020 (jam 08.00 - 11.00) di balai RW

c. Peserta : kelompok lansia dengan DM

d. Hambatan : Banyak lansia yang ingin dilakukan pemeriksaan gula

darah oleh penulis

e. Solusi : Memberikan undangan bagi lansia yang menjadi klien studi

kasus

G. Evaluasi Kegiatan Keperawatan Komunitas Kelompok Lansia DM

Evaluasi adalah tindakan telektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan keberapa jauh diagnosa keperawatan rencana

tindakan dan pelaksanaannya sudah berasil tercapai. Evaluasi kegiatan

keperawatan komunitas ini dilakukan sesuai kegiatan. Adanya kegiatan

pemeriksaan gula darah, penyuluhan kesehatan, senam kaki diabetes mellitus

mendapat respons yang baik dari lansia sehingga nilai gula darahnya menurun

dan lansia lebih aktif dalam kegiatan posyandu

1. Evaluasi Diagnosis : Resiko terjadi penurunan kualitas hidup lansia

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran lansia dalam

usaha pemeliharaan kesehatan

Tanggal : 09 Juli 2020

Subyetif :

Sebagian besar (68%) tidak tahu tentang penyakit diabetes mellitus

Obyektif :

a. Lansia banyak yang bertanya saat penyuluhan


b. Lansia mampu menjawab nilai gula darah acak dan puasa

c. Lansia mampu menjawab penyebab dari diabetes mellitus

d. Kegiatan berlangsung lancar, 80% lansia hadir dalam penyuluhan

dan diikuti oleh lansia yang bukan undangan

Assesment :

Masalah teratasi sebagian

Planning : Intervensi dilanjutkan

Berkoordinasi dengan kader posyandu lansia untuk penyuluhan

selanjutnya

Tanggal : 09 Juli 2020 (Penyampaian materi penyuluhan tentang diet

diabetes mellitus)

Subyektif :

Sebagian besar (76%) tidak tahu tentang diit diabetes mellitus

Obyektif :

a. Lansia mampu menjawab pola makan untuk penderita diabetes

mellitus

b. Kegiatan berlangsung lancar, 72 % lansia hadir dalam penyuluhan,

60 % lansia aktif untuk bertanya

Assesment :

Masalah teratasi sebagian

Planning : Intervensi dilanjutkan

Berkoordinasi dengan kader posyandu lansia untuk selalu mengingatkan

diit yang harus dipenuhi penderita diabetes mellitus


Tanggal : 11 Juli 2020 (Pelaksanaan senam kaki DM)

Subyektif :

Sebagian besar mengatakan senang mengikuti senam kaki diabetes

mellitus

Obyektif :

a. Senam lansia diikuti oleh 27 lansia

b. Kegiatan senam kaki berjalan dengan lancar dan tertib

c. Demonstrasi senam kaki dilakukan secara perlahan – lahan

d. Sebagian besar lansia mampu untuk menirukan

Assesment :

Masalah teratasi sebagian

Planning : Intervensi dilanjutkan

Menganjurkan kader untuk melakukan demonstrasi senam kaki diabetes

mellitus sesuai dengan leaflet yang diberikan

2. Evaluasi Diagnosis : Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah diantara

lansia dengan DM berhubungan dengan pola makan yang tidak teratur,

jumlah makan yang berlebihan

Tanggal : 12 Juli 2020

Subyektif :

Lansia mengatakan senang bila diadakan pemeriksaan rutin gula darah

Obyektif :

a. Pemeriksaan gula darah diikuti oleh 27 lansia

b. Kegiatan pemeriksaan gula darah berjalan dengan lancar dan tertib


c. Apabila ada lansia yang perlu pengobatan lanjut disarankan ke

puskesmas

d. 60 % lansia telah terjadi penurunan nilai gula darah

Assesment :

Masalah teratasi sebagian

Planning : Intervensi dilanjutkan

Menganjurkan lansia untuk rutin memeriksakan gula darah guna

memantau kesehatannya
BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan di RW 02 Desa

Pasanggrahan Kecamatan Munjul pada kelompok lansia dengan Diabetes Melitus

yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Munjul dilakukan dengan pendekatan

proses keperawatan dimulai dari pengkajian dilanjutkan dengan diagnosa

keperawatan, menyusun rencana tindakan, melaksanakan rencana tindakan

perawatan dan membuat evaluasi yang ditemukan mulai dari pengkajian sampai

evaluasi dalam merawat kasus tersebut adalah sebagai berikut :

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan data

tentang individu, keluarga, dan kelompok. Pengkajian harus dilakukan secara

komperhensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial maupun

spiritual (Carpenito, 2009). Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan,

validasi dan dokumentasi data yang sistematis dan berkesinambungan.

Pengkajian merupakan tahap awal dari suatu proses keperawatan, kegiatan

yang dilakukan pada tahap ini adalah pengumpulan data, seperti riwayat

keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan data sekunder lainnya yang

meliputi: catatan, hasil pemeriksaan diagnostik, dan literature (Deswani

2009).

Hasil pengkajian yang dilakukan pada 27 orang lansia tanggal 07 Juli

2020 di Desa Pasanggrahan Kecamatan Munjul didapatkan beberapa data

baik data umum wilayah atau data demografi lansia yang ada di wilayah
tersebut. Data umum wilayah diantaranya mengenai perumahan dan

lingkungan daerah, lingkungan terbuka, batas daerah, tingkat sosial ekonomi,

data sosial budaya serta data fasilitas umum. Data demografi lansia

diantaranya usia, pendidikan, jenis kelamin, agama dan pekerjaan. Salah satu

data diantaranya adalah tingkat pendidikan dimana dari 27 lansia dapat

didistribusikan 5 orang lulus perguruan tinggi, 7 orang lulus SMA, 10 orang

lulus SMP dan 5 orang lulus SD/SR. Data ini berpengaruh pada perilaku

lansia dalam menyikapi kondisi yang dialami yaitu tentang penyakit diabetes

mellitus yang dideritanya. Pengkajian lingkungan fisik meliputi kebersihan

rumah, kebersihan penampungan air, tinggi langit-langit rumah, kondisi

ruangan, sistem ventilasi, kepemilikan genting kaca, tipe dan status

kepemilikan rumah. Pada pengkajian ini diantaranya diperoleh data bahwa

sebagian besar lansia yaitu 18 orang (66,6 %) selalu membersihkan rumahnya

sebanyak 2 kali tiap harinya. Pada pengkajian pelayanan kesehatan dan sosial,

data yang diperoleh diantaranya adalah keikutsertaan lansia dalam kegiatan

Posyandu lansia dan senam lansia. Sebagian besar lansia selalu mengikuti

kegiatan Posyandu dan senam lansia. Pengkajian selanjutnya adalah

mengenai pengetahuan lansia baik tentang penyakit diabetes mellitus, tentang

diet DM dan tentang pola makan yang dijalani oleh lansia. Pengkajian lainnya

diantaranya adalah status ekonomi, pola komunikasi, sumber informasi, alat

transfortasi, aktivitas sehari-hari dan rekreasi. Data tersebut digunakan

sebagai penunjang untuk penegakan diagnosa keperawatan.


B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu peryataan yang menjelaskan

respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu

atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi

dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan

menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2009).

Diagnosa keperawatan adalah “keputusan klinik tentang respon individu,

keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial,

sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan

keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Nanda, 2011).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada kelompok lansia dengan

diabetes mellitus didasarkan pada analisa data dimana data penunjangnya

diperoleh dari hasil pengkajian, diagnosa keperawatan yang muncul adalah

sebagai berikut :

1. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah diantara lansia dengan DM

berhubungan dengan pola makan yang tidak teratur, jumlah makan yang

berlebihan.

2. Resiko terjadi penurunan kualitas hidup diantara lansia sehubungan

dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran lansia dalam usaha

pemeliharaan kesehatan.
C. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang

diharapkan dari klien, dan atau/atau tindakan yang harus dilakukan

oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk membantuk klien mencapai hasil

yang diharapkan (Deswani, 2009).

Intervensi yang dilakukan berdasarkan masing-masing diagnosa

keperawatan yang ditemukan penulis selama mengkaji kasus kelolaan pada

kelompok lansia dengan diabetes mellitus. Pada diagnosa keperawatan resiko

ketidakstabilan kadar glukosa darah diantara lansia dengan DM berhubungan

dengan pola makan yang tidak teratur, jumlah makan yang berlebihan

dilakukan pemeriksaan gula darah serta wawancara tentang kebiasaan sehari-

hari khususnya tentang pola makan. Pada diagnosa keperawatan resiko terjadi

penurunan kualitas hidup lansia behubungan dengan kurangnya pengetahuan

dan kesadaran lansia dalam usaha pemeliharaan kesehatan dilakukan

pemeriksaan status kesehatan melalui kegiatan Posyandu lansia diantaranya

pemeriksaan tanda-tanda vital, berat badan, tinggi badan, dan konsultasi

kesehatan serta pelayanan pengobatan, pada diagnosa ini dilakukan juga

pemberian pendidikan kesehatan atau penyuluhan mengenai apa itu diabetes

mellitus dan bagaimana diet diabetes mellitus, selain itu juga dilakukan

pendidikan kesehatan mengenai senam kaki disertai dengan praktek langsung

senam kaki pada lansia dengan diabetes mellitus.


D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tahap keempat dalam proses

keperawatan dalam melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan

intervensi (Nurarif, 2015). Implementasi adalah tahap ketika perawat

mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi

keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan

(Asmadi, 2008). Implementasi keperawatan merupakan tahap melaksnakan

rencana tindakan keperawatan atau strategi-strategi keperawatan.

Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi

keperawatan yang telah ditetapkan serta sesuai dengan diagnosa keperawatan

yang telah diangkat berdasarkan masalah yang ada pada pasien.

Implementasi yang dilakukan berdasarkan masing-masing diagnosa

keperawatan yang ditemukan penulis selama mengkaji kasus kelolaan pada

kelompok lansia dengan diabetes mellitus. Pada diagnosa keperawatan resiko

terjadi penurunan kualitas hidup lansia behubungan dengan kurangnya

pengetahuan dan kesadaran lansia dalam usaha pemeliharaan kesehatan

dilakukan kegiatan Posyandu lansia, pendidikan kesehatan berupa

penyuluhan tentang apa itu diabetes mellitus dan bagaimana diet diabetes

mellitus, selain itu juga dilaksanakan pelaksanaan senam kaki untuk lansia

dengan diabetes mellitus. Dalam kegiatan ini antusiasme lansia cukup baik

hanya belum terbiasa datang tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan. Kegiatan ini diupayakan akan terus dilaksanakan karena sangat

penting untuk mengatasi permasalahan yang ada. Selain itu juga kegiatan ini
sebagai sarana lansia untuk bersilaturahmi dengan yang lain, dan juga sebagai

cara agar para lansia bisa lebih baik dalam hal kesehatan.Kegiatan

penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 09 Juli 2020 jam 08.00-10.00 WIB

bertempat dibalai RW. Pada diagnosa keperawatan resiko ketidakstabilan

kadar glukosa darah diantara lansia dengan DM berhubungan dengan pola

makan yang tidak teratur, jumlah makan yang berlebihan dilakukan

pemeriksaan gula darah. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2020

jam 08.00 - 11.00 WIB bertempat dibalai RW.

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah penilaian proses yang menentukan

apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian,

diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi itu sendiri (Ali, 2009). Evaluasi

merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan

keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu

masalah (Meirisa, 2013). Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah

tujuan tercapai atau tidak (Friedman, 1998). Evaluasi yang didasarkan pada

bagaimana efektifnya intervensi-intervensi yang di lakukan oleh keluarga,

perawat, dan lainnya. Faktor yang paling penting adalah bahwa metode harus

disesuaikan dengan tujuan dan intervensi yang sedang di evaluasi, bila tujuan

tersebut sudah tercapai, maka akan membuat rencana tindakan lanjut.

Setelah dilakukan implementasi, selanjutnya dilakukan evaluasi pada

setiap diagnosa keperawatan. Setelah dievaluasi ditetapkan bahwa pada


semua diagnosa keperawatan, masalah baru teratasi sebagian, untuk itu

intervensi atau perencanaan akan dilanjutkan dan diulang kembali. Intervensi

dilaksanakan bekerjasama dengan kader serta petugas kesehatan lainnya.

F. Alternatif Pemecahan Masalah

Pada studi kasus yang dilakukan oleh penulis menemukan hal-hal

yang menghabat jalanya studi kasus. Dari sisi penulis sendiri yaitu jarak dari

rumah ke tempat kerja, waktu yang terbatas, penulis hanya mengkaji pada

satu waktu saja, adanya tugas tambahan lain dan tugas pokok sebagai perawat

dan keterbatasan dari penulis serta keterbatasan sarana dan prasarana yang

ada. Untuk itu penulis bekerjasama denga kader dan petugas yang ada untuk

berusaha mengatasi permasalahan yang ada. Dari sisi lansia diantaranya

adalah kebiasaan pola makan yang kurang baik, belum teratur/sesuai jadwal

dikarenakan kebiasaan dan kurang pengawasan. Intervensi yang dilaksanakan

belum sepenuhnya terlaksanan dengan baik, selanjutnya akan dilaksanakan

kembali perencanaan yang telah dibuat dan melibatkan keluarga sebagai

orang tersekat untuk mengawasi kegiatan sehari-hari dari lansia salah satunya

adalah pola makan.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari pelaksanaan studi kasus yang telah dilakukan pada kelompok

lansia dengan Diabetes Melitus dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengkajian yang dilakukan pada kelompok lansia dengan Diabetes

Meliitus menggunakan model Health Care System dengan menekankan

partisipasi aktif masyarakat dalam meningkatkan dan mencegah masalah

kesehatan.

2. Diagnosa keperawatan yang diambil sebelumnya telah dilakukan

penapisan masalah sehingga dapat ditentukan diagnosa yang muncul

yaitu Resiko terjadi penurunan kualitas hidup lansia berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan dan kesadaran lansia dalam usaha pemeliharaan

kesehatan, Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah diantara lansia

dengan DM berhubungan dengan pola makan yang tidak teratur, jumlah

makan yang berlebihan.

3. Intervensi disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang telah

ditentukan dan lebih menekankan pada partisipasi aktif lansia dalam

meningkatkan kualitas hidup lansia salah satunya adalah dengan aktiv

hadir ke Posyandu lansia dan mengikuti kegiatan yang ada didalamnya.

4. Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun dan

dilaksanakan selama 4 hari secara bertahap


5. Evaluasi dari setiap tindakan lebih ditekankan pada evaluasi struktur,

evaluasi proses, dan evaluasi hasil dari setiap tindakan yang dilakukan,

sebagian besar hasil dari evaluasi tujuan tercapai dengan baik.

B. Saran

1. Institusi Pendidikan

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menambah keluasan ilmu terapan

bidang keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas

dan menjelaskan berbagai kondisi dan penyakit yang sering muncul di

keperawatan komunitas.

2. Puskesmas dan Kader Lansia

Untuk Puskesmas diharapkan dapat melakukan studi kasus untuk

permasalahan kesehatan masyarakat yang lain sehingga masalah

kesehatan yang ada dimasyarakat dapat teratasi lebih baik. Untuk kader

lansia diharapkan mampu meningkatkan keterampilan dalam mengelola

posyandu lansia sehingga lansia dapat termotivasi untuk mengikuti

posyandu lansia.

3. Masyarakat (Lansia)

Untuk lansia diharapkan setelah dilakukan studi kasus ini pengetahuan

dan keterampilan lansia lebih bertambah sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidupnya menjadi lansia sehat dengan diabetes mellitus.


DAFTAR PUSTAKA

Arisman, (2011). Diabetes Mellitus : Dalam Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas dan
Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC.

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta EGC

Carpenito, L. J. (2009). Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktek Klinik,


Edisi 9. Jakarta : EGC

Gustaviani, R, (2006), Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus, Buku Ajar


Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Editor Suyono, S., 1857, Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.

Judith M,W,. & Nancy R,A,. (2011). Diagnosis Keperawatan NANDA


NICNOC.Edisi Revisi. Jakarta ; EGC.

Nurarif, A.H., & Kusuma. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis & NANDA (NIC-NOC). Edisi Revisi Jilid 1.
Yogyakarta : MediaAction Publishing.

Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia). (2010). Angka Kejadian Diabetes


Melitus di Indonesia.

Puskesmas Munjul. (2019). Data Kunjungan Pasien

Pratiwi. (2007). Protein Vitamin Dan Bahan Pangan. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2013). Persentase kejadian Diabetes


Melitus. Banten : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Dinas Kesehatan, Propinsi Banten.

Rochmah, W., (2006), Diabetes Melitus Pada Usia Lanjut, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Editor Suyono, S., 1857, Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

Soegondo S. (1999). Diagnosis dan Klasifikasi DM Terkini dalam Pedoman


Diabetis Mellitus. Jakarta : FKUI.

Soegondo S. (2005), Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus Terkini dalam


Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Soegondo S. (2006), Penyuluhan sebagai Komponen Terapi Diabetes dan
Penatalaksanaan Terpadu, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Suyono, S, (1995), Diabetes Melitus, Patofisiologis, Diagnosis, dan Klasifikasi


dalam Diabetes Melitus Penatalaksanaan Terpadu, Editor Soegondo,
S., Soewondo, P., I., Jakarta : FKUI.

Suyono, S, (1995), Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes


Melitus dalam Diabetes Melitus Penatalaksanaan Terpadu, Editor
Soegondo, S., Soewondo, P., I., Jakarta : FKUI.

Suyono, S, (2006), Diabetes Mellitus di Indonesia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Edisi Ketiga, Editor Suyono, S., 1852, 1862, Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

Suyono, S. (2009). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu edisi kedua.


Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
LEMBAR KONSULTASI/BIMBINGAN KIAN

Nama : DEPI DINATA, S.Kep


NPM : 194291517008
Program Studi : NERS
Judul KIAN : Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok
Usia Lanjut Dengan Diabetes Mellitus Di Desa
Pasanggrahan Wilayah Kerja Puskesmas Munjul
Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang
Dosen Pembimbing : Ns. INTAN ASRI N, M.Kep, Sp. Kep Kom

Kegiatan Konsultasi
Tanda
Hari
No Materi Konsultasi Saran/Masukan Tangan
Tanggal
Pembimbing
Judul KIAN Sesuaikan Judul dengan
Senin
1 apa yang akan di analisis
03-08-2020
intervensi nya
Bab 1 dan Bab 2 Panduan KIAN di baca
Rabu
2 dan cari Reverensi untuk
05-08-2020
Tinjauan Pustaka/teori
Bab 1 s.d Bab 3 Bab 1 sd 2 pertahankan
untuk Bab 3 di lanjutkan
Jumat
3 sesuai dengan panduan
07-08-2020
dan intervensi prioritas
di susun
Bab 3 s.d Bab 4 Bab 3 sesuaikan denga
Selasa analisis intervensi pada
4
11-08-2020 jurnal bab 2, Bab 4
perbaiki lagi
Bab 4 dan Bab 5 Pada Bab 5 Simpulan
Kata Pengantar saran sesuaikan denga
Rabu Daftar Pustaka bahasan, kata pengantar
5
12-08-2020 sesuai dengan panduan,
Dafus penulisannya
perbaiki
Abstrak Cover Untuk lampiran
Rabu
6 dan Lampiran Askepnya sesuaikan
19-08-2020
dengan panduan
Bab 1 s.d 5 Sementara cukup nanti
Sabtu
7 mungin dari penguji ada
22-8-2020
Revisi saat sidang

Catatan :
1. Lembar konsultasi ini harus dibawa saat bimbingan
2. Lembar ini wajib disertakan dalam lampiran final KIAN
BIODATA DIRI

Nama : Depi Dinata, S.Kep

Tempat, Tgl Lahir : Pandeglang, 03 September 1982

NPM : 194291517008

Alamat : Kampung Cigeger Rt 05 Rw 02 Desa Pesanggrahan

Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang Banten

No Handphone : +62 813-8025-9952

Email : depidinata2@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai