Askep KMB Hernia
Askep KMB Hernia
CO NERS
NARMIN ADNAN
CO NERS
NARMIN ADNAN
Mengetahui
PRESEPTOR INSTITUSI
NIDN. 1203029002
A. LAPORAN PENDAHULUAN
1.1. KONSEP PENYAKIT
1.1.1 PENGERTIAN
Anatomi Fisiologi Hernia inguinalis indirek atau lateralis keluar dari peritonium
melalui celah anulus inguinalis internal yang terletak di lateral dari pembuluh epigastrika
inferior, kemudian hernia masuk ke kanalis inguinalis yang dapat menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternal (Haryono, 2012).
1.1.3 ETIOLOGI
1. Faktor congenital
Pada pria terdapat suatu processus yang berasal dari peritoneum parietalis,
yang dalam masa intra uterin merupakan guide yang diperlukan dalam desenskus
testikulorm, processus ini seharusnya menutup. Bila testis tidak sampai ke
skrotum, processus ini tetap akan terbuka, atau bila penurunan baru terjadi 1 hari
sebelum kelahiran, processus ini belum sempat menutup dan pada waktu lahir masih tetap
terbuka.
2. Faktor utama
Terjadi setelah operasi sebagai akibat gangguan penyembuhan luka.
3. Faktor umur dan jenis kelamin
Orang tua lebih sering daripada anak muda, pria lebih banyak dari pada wanita.
4. Faktor adipositas
Pada orang gemuk jaringan lemaknya tebal tetapi dinding ototnya tipis sehingga
mudah terjadi hernia.
5. Faktor kelemahan muskulo aponeurosis
Biasanya ditemukan pada orang kurus.
6. Faktor tekanan intra abdominal
Ditemukan pada orang - orang dengan batuk yang kronis, juga pada penderita
dengan kesulitan miksi seperti hypertrofi prostat, gangguan defekasi, serta pada
orang yang sering mengangkatberat
Hal yang mengakibatkan hernia menurut Haryono (2012) adalah :
1.1.4 KLASIFIKASI
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan hernia menurut
sifat atau tingkatanya.
1. Adapun hernia menurut letaknya adaalah :
a. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah
lateral vasa epigastrika inferior,menyusuri kanalis inguinalis dan keluar
kerongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi
pada bayi & anak kecil
b. Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika
inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.
c. Hernia femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita dibanding
pria. Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang membesar
secara bertahap menarik peritonium dan akibatnya kandung kemih masuk ke
dalam kantung.
d. Hernia umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan kelainan
yang didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan pada pasien
yang memliki keadaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan,
obesitas, asites, atau distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi
bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah
pasca operasi seperti infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat.
e. Hernia Skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum
Menurut Heather Herdman (2012), tanda dan gejala yang sering muncul pada
pasien hernia adalah :
a. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak
menonjol. Benjolan ini dapat menghilang ketika berbaring atau tidur.
b. Adanya rasa nyeri di daerah benjolan .
c. Obstruksi usus parsial dapat menyebabkan anoreksia, nyeri, nyeri tekan,
massa yang tidak dapat direposisi, bising usus yang berkurang, mual dan
muntah.
d. Obstruksi total dapat menimbulkan syok, demam tinggi, bising usus yang
tidak terdengar, feses yang mengandung darah.
e. Nyeri punggung hebat pada punggung bagian bawah yang menjalar hingga
gluteus, tungkai, kaki, dan biasanya unilateral
1.1.6 PATOFISIOLOGI
Tonjolan yang semakin besar, lama kelamaan tidak bisa masuk kembali secara
spontan maupun dengan berbaring tetapi membutuhkan dorongan dengan jari yang
disebut hernia reponable. Jika kondisi seperti ini dibiarkan saja maka dapat terjadi
perlengketan dan lama kelamaan perlengketan tersebut menyebabkan tonjolan yang tidak
dapat dimasukan kembali dan disebut hernia irreponable. Untuk mencegah terjadinya
komplikasi pada hernia maka dilakukan pembedahan. Dari pembedahan tersebut terdapat
luka insisi yang biasanya dapat menimbulkan nyeri yang dapat membuat tidak nyaman
sehingga mengurangi pergerakan dan resiko infeksi. ( Liu & Campbell, 2011 ).
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah factor
congenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang
dapat menyebabkan masuknya isi rongga perutmelalui kanalis inguinalis faktor yang
kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat
benda berat dan factor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis,
jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari annulus ingunalis ekstermus.
Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal
inguinalis berisi talis perma pada laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada
yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat
kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia
dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga
aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi
hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan
gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah
terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa
menyebabkan iskemik.
Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus
dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local atau prioritas
jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan
penurunan peristaltikusus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan
strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntahdan obstipasi pada
strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolanmenjadi merah.
1.1.7 PEMERIKSAAN FISIK
1.1.8 KOMPLIKASI
Komplikasi yang muncul antara lain:
1. Perlekatan / hernia akreta
2. Hernia irreponibel
3. Jepitan → vaskularisasi terganggu → iskhemi → gangrene → nekrosis
1.1.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.1.11 PENATALAKSANAAN
Menurut Mansjoer, A, (2000) Penatalaksanaan hernia dibagi menjadi dua yaitu
konservatif dan operatif antara lain :
a. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan pengembalian posisi (dengan cara
mendorong masuk tonjolan yang ada secara manual) dan pemakaian penyangga
atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Pengurangan hernia secara non-operatif dapat segera dilakukan dengan berbaring,
posisi pinggang ditinggikan, lalu diberikan analgetik (penghilang rasa sakit) dan
sedatif (penenang) yang cukup untuk memberikan relaksasi otot. Perbaikan hernia
terjadi jika benjolan berkurang dan tidak terdapat tanda-tanda klinis strangulasi.
Penggunaan bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
Hal ini biasanya dipilih jika kita menolak dilakukan perbaikan secara operasi atau
terdapat kontraindikasi terhadap operasi. Cara ini tidak dianjurkan karena
menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut
di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak
cara ini dapat menimbulkan atrofi (pengecilan) testis karena tekanan pada tali
sperma yang mengandung pembuluh darah testis. Penggunaan penyangga tidak
menyembuhkan hernia.
b. Operasi merupakan penatalaksanaan rasional hernia inguinalis, terutama jenis
yang strangulasi. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Banyak
pasien hernia inguinal yang memiliki gejala minimal. Menurut sebuah penelitian
pada pasien ini observasi dapat menjadi pilihan yang baik, karena pasien dengan
gejala minimal jarang menyebabkan komplikasi akut. Penundaan operasi hingga
gejala memberat dinyatakan aman. Operasi hernia dapat dilakukan secara
laparoskopi (semi tertutup). Menurut beberapa penelitian dinyatakan metode ini
memiliki hasil yang lebih baik daripada operasi anterior konvensional (terbuka).
Penelitian menyatakan bahwa perbaikan hernia inguinal secara laparoskopi lebih
nyaman (pasien mengalami nyeri pre dan post operatif yang lebih rendah)
dibandingkan operasi terbuka dan pemulihan pasien lebih cepat. Selain itu angka
rekurensi pada metode laparoskopi lebih rendah daripada pasien yang menjalani
operasi anterior konvensional. Namun kekurangannya ialah waktu operasi yang
sedikit lebih panjang, penggunaan anestesi umum, dan biaya yang lebih
mahal.Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan
pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosis ditegakkan.
Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah sebagai berikut:
1. Herniotomi : membuang kantong hernia. Hal ini terutama pada anak-anak
karena dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.
2. Hernioplasti.
3. Herniorafi : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastic untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah dibelakang kanalis inguinalis.
1.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HERNIA
1.2.1 PENGKAJIAN
Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010), hal yang perlu di kaji pada
penderita hernia inguinalis adalah memiliki riwayat pekerjaan mengangkat
beban berat, duduk yang terlalu lama, terdapat benjolan pada bagian yang
sakit, nyeri tekan, klien merasa tidak nyaman karena nyeri pada perut.
1. Keluhan utama
keluhan yang menonjol pada pasien hernia untuk datang ke rumah sakit
adalahbiasanya pasien datang dengan benjolan di tempat hernia, adanya rasa
nyeri pada daerah benjolan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Diawali timbulnya/munculnya benjolan yang mula mula kecil dan hilang
dengan istirahat,berlanjut pada fase benjolan semakin membesar dan
menetap,benjolan tidak hilang meskipun dengan istirahat. Benjolan yang
menetap semakin membesar oleh karena tekanan intra abdominal yang
meningkat mengakibatkan benjolan semakin membesar yang berakibat
terjadinya jepitan oleh cincin hernia. Biasanya klien yang mengalami nyeri.
Pada pengkajian nyeri (PQRST)
P : klien mengatakan ke rumah sakit dengan keluhan ada benjolan pada bagian
perut bawah yang di sebab kankarna ada bagian dinding abdomen yang lemah.
Q : benjolan tersebut menimbulkan rasa nyeri di daerah bagian bawah perut/
sesuai tempat terjadinya hernia, klien mengatakan rasa nyeri seperti di tusuk –
tusuk jarum.
R : nyeri tersebut sangat terasa di bagian perut bagian bawah.
S: skala nyeri 4-8.
T: nyeri terasa hebat saat di bawa beraktivitas dan nyeri berlangsung selama ±
3 menit ada gejala mual-muntah bila telah ada komplikasi.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita Hernia, keluhan pada masa kecil, hernia dari organ lain,
dan penyakit lain yang memperberat Hernia seperti diabetes mellitus. Biasanya
Ditemukan adanya riwayat penyakit menahun seperti: Penyakit Paru Obstruksi
Kronik, dan Benigna Prostat Hiperplasia.
4. Pemeriksaan Ranger Of System ( B1-B6 )
a. B1 (Breathing) : biasanya tidak terjadi gangguan pernafasan yang
spesifik untuk pasien post operasi hernia
b. B2 (Blood) : biasanya tekanan darah masih dalam batas normal
c. B3 (Brain) : Kesadaran secara kuantitatif (GCS) dalam batas
normal (Eye 4,verbal 5, motorik 6) Kesadaran secara kualitatif : kompos
mentis, kadang dijumpai kesadaran yang apatis dan gelisah pada hernia
inkarcerata dan strangulata.
d. B4 (Bladder) : Biasanya di jumpai penurunan produksi urine
e. B5 (Bowel) : Terdapat penurunan peristaltic usus
f. B6 (Bone) : Pasien biasanya mengalami kesulitan dalam berpindah
dan berejalan akibat luka post operasi herniotomi.
5. Pemeriksaan PenunjangPenatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang lazim muuncul pada pasien dengan Hernia menurut SDKI DAN
SIKI (2018) yaitu sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan benjolan di inguinal
2. Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
4. Resiko jatuh berhubungan dengan anastesi narkotik
5. Resiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
7. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, J dan Nita, N. 2015. Nutrisi dan Keperawatan. Yogyakarta: Dua Satria Offset
Herdman. T.H dan S.Kamitsuru. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Defenisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Edisi 11.Jakarta: EGC
Tarwoto, Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 5.
Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Medika.
Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4.
Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standard Diagnosis Keperawatan Indonesia Defenisi dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1. Cetakan III (Revisi). Jakarta :Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standard Diagnosis Keperawatan Indonesia Defenisi dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II.Jakarta Selatan; Dewan Pengurus Pusat PPNI
Nuraraif A H & Kusuma H (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan
Nanda Nic Noc. Jilid 2. Jogjakarta : Mediaction
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi
1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi
1. Jakarta : DPP PPNI
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN .I DENGAN HERNIA INGUINALIS DI
RUANGAN MAKILA RSUD PIRU SERAM BAGIAN BARAT
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. Isak Hitipeu
Umur : 36 Tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Alamat : Translok, Piru
Status : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Suku : Ambon
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Supir Mobil
Tanggal Masuk RS : 29 April 2021
Tanggal Pengkajian : 30 April 2021
Dx Medis : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. Antonia Puttileihalat
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Translok, Piru
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
C. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama : Benjolan Pada Buah zakar kanan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien MRS dengan keluhan muncul benjolan pada
buah zakar kanan, hilang timbul, Nyeri dirasakan jika bergerak, demam(+)
3. Riwayat Penyakit Dahulu : pasien mengatakan tidak ada penyakit yang di derita
dahulu.
4. Riwayat Penyakit Keluarga : -
5. Riwayat Pekerjaan / Kebiasaan : Pasien bekerja sebagai supir, yang
kesehariannya duduk di mobil, tapi jika tidak pasien bekerja bertani di dekat
rumah.
6. Riwayat Alergi : -
7. Pengkajian Sistem Tubuh
a. Sistem Pernapasan
Pernapasan normal = 20 x/menit, tidak menggunakan alat bantu pernapasan,
tidak menggunakan cuping hidung.
b. Sistem Kardiovaskuler
c. Tidak ada kelainan pada jantung pasien
d. Sistem Persyarafan
Persyarafan pasien normal.
e. Sistem Perkemihan
Pasien mengatakan BAB 2-3 x sehari, sedangkan untuk BAB 1-2x sehari.
f. Sistem Pencernaan
Pasien makan dengan teratur, tapi pasien makan hanya sedikit, pasien takut
jika mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak. Akan kesulitan dalam
BAB
g. Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada masalah dalam sistem muskuloskletal pasien
h. Sistem Endokrin
i. Sitem Sensori Persepsi / Penginderaan
Semuanya normal, penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan.
j. Sistem Integumen
Kulit pasien berwarn sawo matang. Tidak kering.
k. Sistem Imun dan Hematologi
l. Sistem Reproduksi
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil Laboratorium
Hemoglobin = 14,7 g/dl
Eritrosit = 5,08
Leukosit = 7,8
Hematokrit = 42,5
Trombosit = 245
MCV = 83,7
MCH = 28,9
MCHC = 34,6
Hitungan jenis = 59,5
Limfosit = 26,9
Monosil = 13,6
Glukosa = 98
b. Pemeriksaan Diagnostik
9. Program Terapi
IVFD cairan Rl 28 tpm
Inj Ceftriaxone 1g /12jm/iv
Inj Ranitidine 1amp/12jm/iv
Inj ketorolac 1 amp/12jm/iv
D. ANALISA DATA
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan benjolan di inguinal
2. Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
F. INTERVENSI
H. LEMBAR EVALUASI