Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH KOMPETENSI, KECERDASAN EMOSIONAL DAN DISIPLIN KERJA

TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN


ASET DAERAH KOTA DENPASAR

OLEH:
NAMA : LUH TINA RESMAYANI
NIM : 1902612010573
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS


MAHASARASWATI DENPASAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang harus ada dan paling
penting di dalam suatu perusahaan, karena manusia merupakan unsur dasar yang dapat
melaksanakan pekerjaan dan menjalankan perusahaan. Sumber daya manusia memiliki
peran yang sangat penting dalam perusahaan, karena sumber daya manusia adalah
penggerak utama atas kelancaran kinerja perusahaan. Selain itu, tidak dapat dipungkiri
bahwa manusia merupakan sumber daya yang potensial dan sangat strategis perannya
dalam perusahaan (Daulay et al., 2017).
Karyawan merupakan aset yang sangat vital bagi perusahaan. Karena kinerja yang
dilakukan sangat mempengaruhi efektivitas kinerja perusahaan. Sumber daya manusia
merupakan ujung tombak perusahaan agar tujuan yang telah di rencanakan atau
ditetapkan akan tercapai. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk tahu bagaimana cara
mengelola sumber daya manusia agar perusahaan tetap berjalan dengan baik. Salah satu
langkah untuk mempertahankan atau meningkatkan kinerja karyawan dapat dilakukan
dengan 2 mengevaluasi kinerja karyawan dan melakukan serangkaian perbaikan agar
selalu meningkatkan kualitas karyawan tersebut sehingga perusahaan tumbuh dan unggul
dalam persaingan, atau minimal tetap dapat bertahan (Giri dan Adnyani 2016).
Kinerja adalah suatu hal yang berhasil dicapai seseorang dalam melaksanakan
tanggung jawab dan perkerjaan yang diberikan. Menurut Mangkunegara (2014) kinerja
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja karyawan tidak hanya dilihat dari kemampuan kerja yang sempurna, tetapi
juga kemampuan menguasai dan mengelola diri sendiri serta kemampuan dalam membina
hubungan dengan orang lain (Eman dan Soesatyo, 2014). Kemampuan tersebut oleh
Daniel Goleman disebut dengan Emotional Intelligence atau kecerdasan emosi. Goleman
(2015) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kecerdasan emosi didalamnya
termasuk kemampuan mengontrol diri, memacu, tetap tekun, serta dapat memotivasi diri
sendiri. Untuk melaksanakan pekerjaan dibutuhkan juga kecerdasan emosional
(emotional quotient) dari seorang karyawan atau karyawan karena seseorang yang
mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi mempunyai kemampuan untuk mengelola
perasaannya antara lain dapat memotivasi dirinya sendiri dan orang lain, tegar
menghadapi frustasi, sanggup mengatasi dorongan-dorongan primitif dan menunda
kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang aktif dan mampu berempati dan mampu
memberikan pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan orang lain.
Penelitian yang dilakukan mengenai kecerdasan emosional terhadap kinerja telah
banyak dilakukan diantaranya adalah penelitian yang dilakukan Sulastri et.al (2016)
menyatakan kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan. Apabila kecerdasan emosional karyawan terus membaik maka kinerja
karyawan juga semakin meningkat. Rexhepi dan Berisha (2017) menyatakan kecerdasan
emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dimana
karyawan yang memiliki tingkat kecerdasan emosional lebih tinggi akan berhasil dalam
pekerjaannya dan memiliki kinerja yang lebih tinggi. Hal yang sama dibuktikan oleh
Kumari dan Priya (2018) menyatakan kecerdasan emosional berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja pekerjaan. Jadi, semakin tinggi kecerdasan emosional
karyawan bank, semakin tinggi pula kinerja pekerjaan mereka. Choerudin,A (2016)
menyatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pekerjaan. Hasil pengujian ini menunjukkan semakin tinggi kecerdasan emosi,
semakin tinggi pula tingkat 4 kinerja pekerjaan. Ahmed et.al (2016) menyatakan
hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan,
bahwa kecerdasan emosional berkontribusi secara terbuka oleh kesadaran diri sendiri,
manajemen diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Perusahaan yang mempunyai kompetensi yang baik bisa mendukung karyawan
meningkatkan kinerjanya. Sumber daya manusia yang kompeten, adalah sumber daya
manusia yang memilliki kompetensi tertentu seperti pengetahuan, keterampilan, sikap dan
perilaku yang nantinya dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan pekerjaannya. Dengan
demikian tujuan perusahaan akan lebih mudah dicapai apabila karyawan ditempatkan
pada posisi yang sesuai dengan kompetensinya.
Kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi
(Moeheriono, 2012 hal. 95). Kemudian kinerja dapat diukur dari kemampuannya
menyelesaikan tugas-tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Kinerja dari seorang
pegawai dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menentukan baik buruknya atau
tinggi rendahnya pencapaian seorang pegawai dalam menyelesaikan tugas atau
pekerjaannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dalam praktiknya tidak selamanya bahwa
kinerja karyawan dalam kondisi yang diinginkan baik oleh karyawan itu sendiri ataupun
organisasi. Banyak kendala yang mempengaruhi kinerja baik kinerja organisasi maupun
kinerja individu (Kasmir, 2016 hal. 189). Kinerja seorang pegawai dapat dipengaruhi oleh
banyak faktor baik internal maupun eksternal. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam
kinerja seorang pegawai adalah kemampuan atau keahliannya dalam menyelesaikan tugas
dan tanggungjawab yang diberikan. Hal tersebut berkaitan dengan kompetensi seseorang.
Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu
pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung
oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut (Wibowo, 2007 hal. 86). Namun
dalam prakteknya, masih banyak juga individu atau pegawai yang masih belum mampu
atau kurang pemahaman tentang tugas/pekerjaannya sehingga penyelesaian pekerjaan
masih belum maksimal. Hal tersebut tentu diakibatkan oleh kurangnya kemampuan dan
keterampilan seorang individu atas pekerjaan atau bidang yang sedang dijalaninya dan
tentunya akan berdampak pada efektivitas perusahaan.
Selain membutuhkan kecerdasan emosional, kompetensi dalam bekerja, seorang
pegawai juga harus memiliki kedisiplinan dalam bekerja. Menurut Fahmi (2016, hal. 65)
kedisiplinan adalah tingkat kepatuhan dan ketaataan kepada aturan yang berlaku serta
bersedia menerima sanksi dan hukuman jika melanggar aturan yang 3 ditetapkan dalam
kedisiplinan tersebut. Masalah kedisiplinan merupakan masalah pelik yang dihadapi
terutama di dalam suatu perusahaan. Masih banyak ditemui karyawan atau pegawai suatu
perusahaan yang tak disiplin baik waktu, pakaian dan masih banyak lagi. Disiplin kerja
dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar manfaatnya baik bagi perusahaan maupun bagi
para pegawai. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja sangat
diperlukan untuk menunjang kelancaran segala aktivitas perusahaan agar tujuan
perusahaan dapat tercapai secara maksimal (Arianty et al., 2016).
Hubungan kedisiplinan dengan kinerja sebenarnya semua itu dilakukan dengan
tujuan agar kualitas kinerja SDM perusahaan mengalami peningkatan, dan setiap
pembuatan itu semua sudah melihat dari berbagai segi dan sudut pandang (Fahmi, 2016
hal. 69).
Dalam suatu perusahaan, tentu dibutuhkan kinerja tinggi dari sumber daya manusia
guna membantu dalam mencapai tujuan perusahaan. Hal tersebut tentunya didorong oleh
beberapa faktor seperti yang telah dijelaskan diawal. Sumber daya manusia juga dituntut
untuk mengembangkan diri agar mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan
baik serta berprestasi. Semakin berpotensi sumber daya manusia yang dimiliki suatu
perusahaan maka suatu perusahaan akan mampu bersaing dan mengikuti perkembangan
dunia bisnis. Selain memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugasnya, seorang
pegawai juga dituntut untuk disiplin agar waktu yang harusnya dimanfaatkan untuk
menyelesaikan pekerjaan tidak terbuang sia-sia.
Namun salah satu masalah yang sering terjadi setiap perusahaan di Indonesia adalah
masih kurang tanggapnya penanganan kualitas sumber daya 4 manusia yang masih
rendah. Sudah selayaknya untuk melakukan sebuah usaha untuk menumbuhkan sumber
daya manusia untuk lebih berkompeten dan disiplin agar memiliki kinerja yang baik
sebagai modal perusahaan untuk lebih maju Penyelenggaraan roda pemerintahan di
daerah, bupati dan Walikota sebagai kepala daerah tidak dapat bekerja dengan baik tanpa
adanya unsur dinas yang membantu penyelenggaraan roda pemerintahan.
Keberadaan dinas daerah yang dipimpin oleh seorang kepala Dinas yang merupakan
unsur pelaksana pemerintahan yang langsung berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada bupati/walikota sangat diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintah didaerah
yang baik dan optimal dalam pelayanan kepada masyarakat.
Pemerintahan sebagai pelaksanaan tugas dan pekerjaan merupakan suatu kewajiban
bagi organisasi pemerintah maupun non pemerintah. Dalam pelaksanaan tugas dan
kewajiban tersebut terdapat suatu tujuan yang sama yakni mengharapkan suatu hasil yang
baik serta memuaskan sesuai dengan apa yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk
mendapatkan suatu hasil kerja yang baik sesuai dengan tujuan, dan kemampuan yang
dimiliki. Seperti profesi pegawai yang merupakan suatu tombak pemberian pelayanan di
pemerintahan hendaknya memiliki kemampuan dan pengetahuan yang profesional agar
dapat memberikan pelayanan yang positif bagi masyarakat dan kemajuan lembaga
pemerintahan melalui peningkatan kinerja. Akan tetapi tidak semua pegawai yang
dipemerintahan memiliki kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan keinginan
lembaga. Karena salah satu penyebabnya adalah banyaknya pegawai yang ditempatkan
tidak sesuai dengan pendidikan formal yang dimiliki pegawai. Sehingga berpengaruh
terhadap kinerja si pegawai. Dalam hal ini Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kota Denpasar sebagai pusat perkantoran daerah dalam menjalankan tugasnya dituntut
untuk menghasilkan kinerja yang baik. Meningkatnya kinerja pegawai secara tidak
langsung akan berpengaruh pada kinerja organisasi. Yang terlihat pegawai dalam Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Denpasar dalam bekerja sudah sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki, hanya saja pegawai memiliki perilaku dan
ketidakdisplinan dalam bekerja.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai