Makalah Pel Gizi Darurat KLP 2
Makalah Pel Gizi Darurat KLP 2
DOSEN PEMBIMBING :
OLEH KELOMPOK 2 :
T.A 2021/2022
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Teknik-Teknik Penilaian Status Gizi pada Keadaan Gawat Darurat ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah pelayanan gizi kegawatdaruratan. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang penilian gizi
masyarakat pada keadaan darurat bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah pelayanan gizi
kegawatdaruratan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
A.Kesimpulan ....................................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................................. 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
terus menerus untuk pengambilan keputusan dalam menentukan tindakan
intervensi pada keadaan darurat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Masalah gizi darurat adalah keadaan gizi dimana jumlah kurang gizi
pada sekelompok masyarakat pengungsi meningkat dan mengancam
memburuknya kehidupan. Keadaan gawat (serious situation) adalah
keadaan yang ditandai dengan prevalensi balita kurus dan sangat kurus
lebih besar atau sama dengan 15% atau 10-14,9% dan disertai faktor
pemburuk. Keadaan kritis (risky situation) adalah keadaan yang ditandai
dengan prevalensi balita kurus dan sangat kurus lebih besar atau sama
dengan 10-14,9%, atau 5-9,9% dan disertai faktor pemburuk. Penilaian
gizi pada saat darurat adalah proses pengamatan keadaan gizi pengungsi
secara terus menerus untuk pengambilan keputusan dalam menentukan
tindakan intervensi pada keadaan darurat.
Penanganan gizi dalam situasi darurat terdiri dari 2 tahap yaitu tahap
penyelamatan dan tahap tanggap darurat
1. Tahap Penyelamatan
3
Adanya penyelenggaraan dapur umum.
1) Tempat pengolahan,
3) Petugas pelaksana,
4) Cara mengolah,
5) Cara distribusi,
4
8) Pengawasan bantuan bahan makanan untuk melindungi korban
bencana dari dampak buruk akibat bantuan tersebut seperti
diare, infeksi, keracunan, dan lain-lain,yang meliputi :
e. Koordinator Pelaksana.
5
risiko kesakitan dan kematian yang lebih tinggi pada situasi
darurat.
1) Bagi anak usia 2-5 tahun, Ibu hamil, Ibu menyusui, dan Usia
lanjut, ditentukan:
Jenis makanan :
6
Agustus. Ibu hamil tetap mendapatkan tablet Fe sesuai
aturan.
7
b. Populasi lebih dari 10.000 rumah tangga, Gunakan cluster
sampling, yaitu minimum 30 cluster. Dan tiap cluster
minimum 30 balita.
8
denganmenggunakan Tabel Baku Berat Badan menurut Panjang
Badan(BB/PB) dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
usia 0-60 bulan. Dalam penilaian status gizi ini masing-masing
anak dikategorikan ke dalam status gizi sebagai berikut :
9
pemberian Ransum ditambah PMT darurat kepada semua
kelompok rawan khususnya balita, ibu hamil, dan ibu menyusui
(blanket supplementary feeding program).Untuk balita gizi
buruk tingkat berat ditangani sesuai dengan tatalaksana gizi
buruk.
10
4) Usia Lanjut, perlu makanan dalam porsi kecil tet api padat gizi
dan mudah dicerna. Dalam pemberian makanan pada usia
lanjut harus memperhatikan faktor psikologis dan fisiologis
agar makanan yang disajikan dapat dihabiskan. Dalam situasi
tertentu, kelompok usia lanjut dapat diberikan bubur atau
biskuit.
11
lokasi kelompok rentan, serta menentukan dukungan yang diperlukan
untuk penyelamatan jiwa dan mempertahankan status gizi mereka. Kajian
dampak bencana dan analisis kebutuhan gizi pada masa tanggap darurat
dilakukan sejak tahap siaga darurat melalui berbagai rangkaian kegiatan
kajian yang terdiri dari:
12
dilakukan untuk melindungi gizi dan kesehatan. Standar emas PMBA
dimulai dengan pemenuhan gizi ibu hamil dan menyusui yang optimal,
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dalam satu jam pertama setelah kelahiran,
pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan pertama, dan pemberian
Makanan Pendamping ASI berkualitas dimulai usia 6 bulan, dan terus
memberikan ASI hingga dua tahun atau lebih. Dukungan PMBA
dilakukan diantaranya melalui pelaksanaan konseling menyusui dan
PMBA serta penyediaan asupan bergizi melalui dapur PMBA.
Pada saat bencana, pemenuhan zat gizi pada anak balita, ibu hamil
dan menyusui berperan penting untuk melindungi gizi dan kesehatan
mereka. Intervensi suplementasi gizi pada situasi becana mencakup
pemberian biskuit makanan tambahan untuk ibu hamil dan Balita,
pemberian vitamin A pada balita untuk meningkatkan kekebalan tubuh,
Zinc untuk pencegahan diare, serta pemberian tablet tambah darah (TTD)
untuk ibu hamil untuk pencegahan anemia.
13
Intervensi gizi sensitif pada situasi bencana adalah berbagai
kegiatan penanganan bencana di luar sektor kesehatan yang juga
diperlukan untuk mendukung kesehatan dan pemenuhan gizi kelompok
rentan. Beberapa bentuk intervensi gizi sensitif adalah penyediaan air
bersih, penyediaan ruang ramah ibu dan anak, pemenuhan gizi pada anak
sekolah, suplementasi obat cacing dan zinc untuk penanganan diare,
penyediaan sarana sanitasi, berbagai program perlindungan sosial dan
penanggulangan kemiskinan, ketahanan pangan dan gizi, fortifikasi
pangan, kesetaraan gender, dan masih banyak lagi.
7. Koordinasi
14
masyarakat merupakan menjadi bagian integral dari setiap respon sejak
awal bencana untuk memastikan kualitas, efektivitas dan ketepatan waktu
aksi kemanusiaan melalui keterlibatan dari masyarakat.
9. Manajemen Informasi
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah gizi darurat adalah keadaan gizi dimana jumlah kurang gizi pada
sekelompok masyarakat pengungsi meningkat dan mengancam memburuknya
kehidupan. Keadaan gawat (serious situation) adalah keadaan yang ditandai
dengan prevalensi balita kurus dan sangat kurus lebih besar atau sama dengan
15% atau 10-14,9% dan disertai faktor pemburuk. Keadaan kritis (risky situation)
adalah keadaan yang ditandai dengan prevalensi balita kurus dan sangat kurus
lebih besar atau sama dengan 10-14,9%, atau 5-9,9% dan disertai faktor
pemburuk. Penilaian gizi pada saat darurat adalah proses pengamatan keadaan gizi
pengungsi secara terus menerus untuk pengambilan keputusan dalam menentukan
tindakan intervensi pada keadaan darurat.
Kegiatan penanganan gizi pada situasi siaga darurat sesuai dengan situasi
dankondisi yang ada dapat dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggapdarurat.
Kegiatan penanganan gizi pada saat tanggap darurat dapatdikelompokkan dalam 2
(dua) tahap, yaitu tahap tanggap darurat awal dantanggap darurat lanjut. Kegiatan
penanganan gizi pada tahap Tanggap DaruratLanjut, diantaranya meliputi:
Analisis faktor penyulit berdasarkan hasil RapidHealth Assessment (RHA),
Pengumpulan data antro pometri balita (berat badan, panjang badan / tinggi
badan). Kegiatan penanganan gizi pada situasitransisi darurat disesusaikan dengan
situasi dan kondisi yang ada, dapatdilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap
darurat.
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
https://gizi.kemkes.go.id/home/blogdetail/63/
https://www.google.com/amp/s/docplayer.info/amp/35141546-Penanganan-gizi-
dalam-situasi-darurat.html
17