Anda di halaman 1dari 7

A.

LANDASAN TEORI

 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh yang menyediakan 4 kalori
energi pangan per gram. Karbohidrat berperan dalam menentukan rasa, warna, tekstur,
dan lain-lain dari bahan makanan. Kerbohidrat juga menjadi komponen struktur
penting pada makhluk hidup berupa serat (fiber), seperti seluloasa, pectin, serta lignin
(Fitri & Fitriana, 2020).

Istilah karbohidrat awalnya digunakan pada senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n,
yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air.
(Wahyudiati, 2017). Senyawa karbohidrat mempunyai struktur molekul yang berbeda-
beda, namun semuanya terdiri atas unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).
(Nurhamida, 2014).

Karbohidrat adalah polihidroksi alkohol dengan gugus karbonil yang berpotensi aktif
yang dapat berupa gugus aldehida atau keton. Karbohidrat dapat diklasifikasikan
berdasarkan atom karbon yang ada menjadi empat jenis, yakni monosakarida,
disakarida, oligosakarida, polisakarida (Asif et al., 2011).

 Monosakarida
Gula paling sederhana dengan molekul tunggal yang tidak dapat dihidrolisis menjadi
karbohidrat yang lebih kecil. Monosakarida adalah karbohidrat sederhana yang
diklasifikasikan berdasarkan posisi intramolekul dari gugus karbonil, serta jumlah
dan kiralitas karbon. Gugus karbonil dapat berupa keton, mendefinisikan gula yang
sesuai sebagai ketosa, atau aldehida yang menghasilkan aldosa. Dengan demikian,
monosakarida membawa nama yang menentukan seperti aldoheksosa, yang
meliputi glukosa (Watts & Ristow, 2017).
Glukosa dapat berasal dari pati dan gula dalam makanan, dari glikogen yang
disimpan dalam tubuh, atau disintesis dari kerangka karbon asam amino, laktat,
gliserol, atau propionat melalui glukoneogenesis (Navarro et al., 2019).

 Disakarida
Disakarida adalah gula ganda yang terbentuk ketika dua monosakarida bergabung
melalui sintesis dehidrasi. Dalam jenis reaksi sintesis ini, satu molekul air hilang saat
ikatan dibuat. Disakarida dalam bahan makanan termasuk sukrosa, laktosa, dan
maltosa. Sukrosa secara alami ditemukan dalam madu, gula maple, & tebu (Moini,
2019).

 Oligosakarida
Oligosakarida dikenal sebagai oligosa, yaitu gula rantai lurus atau bercabang yang
mengandung 2-10 unit monosakarida yang identik atau berbeda yang dihubungkan
oleh ikatan glikosidik.
 Polisakarida
Polisakarida adalah molekul karbohidrat polimer yang terdiri dari rantai panjang
unit monosakarida yang diikat oleh ikatan glikosidik (Guo et al., 2017). Terdapat dua
jenis polisakarida, yakni (Julianto, 2015) homopolisakarida, polisakarida yang
mengandung hanya satu jenis monomer monosakarida, contohnya pati &
heteropolisakarida, polisakarida yang mengandung dua atau lebih jenis unit
monosakarida yang berbeda, contohnya asam hialuronat.

Polisakarida memiliki tiga peran dalam sistem kehidupan, yakni sebagai bahan
pembangun (selulosa dan kitin), makanan (pati dan glikogen) dan zat spesifik
(heparin, yaitu polisakarida yang mencegah koagulasi darah) (Soebagio et al., 2014).

Ada beberapa percobaan guna mengidentifikasi kandungan karbohidrat secara


kualitatif dalam suatu bahan, diantaranya ada uji Molisch untuk karbohidrat, uji
Benedict untuk gula pereduksi, uji Iodium untuk pati dan glikogen, uji Barfoed untuk
monosakarida, uji Resorcinol (Seliwanoff's) untuk ketoheksosa, dan uji Cermin Perak
(reagen Tollen) untuk gula pereduksi (Elzagheid, 2018).

 Uji Benedict

Uji Benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam larutan sampel.
Berprinsip bahwa gugus aldehid atau keton bebas pada gula reduksi yang terkandung
dalam sampel mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4.5H2O dalam suasana alkalis menjadi Cu+
yang mengendap menjadi Cu2O. (Kusbandari, 2015).

Uji ini dilakukan dengan mencampurkan reagen Benedict dan larutan uji dengan
volume sama dalam tabung reaksi. Kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama 5
menit. (Kalakoti & Kumar, 2015).

Keberadaan gula pereduksi dibuktikan dengan adanya endapan berwarna biru


kehijauan, kuning atau merah bata tergantung dari kadar glukosa dari bahan yang diuji
setelah dicampurkan dengan pereaksi Benedict & dipanaskan. Endapan berwarna biru
kehijauan, kuning atau merah bata merupakan hasil reduksi logam tembaga yang
berlangsung pada keadaan basa (Septiani, 2019).

B. ALAT & BAHAN


 Alat

Gelas plastik, pipet tetes, pengaduk, tabung reaksi, pemanas, gelas beker,

 Bahan

Air, gula pasir, madu, nasi, tepung, susu, minyak sayur, putih telur, bawang merah,
pereaksi iodium, pereaksi Benedict, larutan glukosa, larutan kentang, larutan tomat,
larutan pati
C. LANGKAH KERJA
 Uji Iodine
 Mengencerkan beberapa sampel
 Memasukkan sekitar 2 ml sampel ke dalam gelas plastik yang berbeda
 Menambahkan 2-3 tetes pereaksi iodium ke dalam setiap sampel
 Mengaduk sampel
 Mengamati perbedaan sampel sebelum & sesudah ditambah pereaksi iodium

 Uji Benedict
 Memanaskan air pada gelas beker
 Memasukkan larutan sampel ke dalam tabung reaksi yang berbeda
 Menambahkan sekitar 20 tetes pereaksi Benedict ke dalam setiap sampel
 Memasukkan tabung reaksi ke dalam air yang sudah mendidih selama 3 menit
 Mengamati perubahan yang terjadi pada sampel

D. DATA PENGAMATAN
 Uji Iodium

 Uji Benedict
E. HASIL & PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian karbohidrat secara kualitatif melalui dua
percobaan, yakni uji Iodine dan uji Benedict. Uji Iodine dilakukan guna mengidentifikasi
adanya kandungan karbohidrat jenis polisakarida pada suatu bahan. Sedangkan uji
Benedict bertujuan guna mengetahui adanya kandungan gula pereduksi (gula yang
mengalami hidrolisis dan penguraian menjadi sedikitnya dua buah monosakarida,
contoh: glukosa, galaktosa, fruktosa, maltosa, dan laktosa) dalam suatu larutan sampel.

 Uji Iodine

Pengujian karbohidrat melalui uji Iodin dilakukan pada 9 sampel bahan makanan, yaitu
air sebagai sampel kontrol, kemudian sampel nasi (Glukosa), susu (Galaktosa), madu
(Fruktosa), gula pasir (Sukrosa), tepung kanji (Pati), minyak sayur, putih telur, dan
bawang merah. Langkah percobaan diawali dengan menghaluskan dan mengencerkan
beberapa bahan seperti nasi, tepung, dan bawang merah dengan air, selanjutnya yaitu
memasukkan sebanyak 2 ml setiap sampel kedalam wadah yang berbeda-beda,
selanjutnya ditambahkan sekitar 2-3 tetes reagen Iodine kedalam setiap sampel bahan
dan diaduk guna meperlihatkan hasil pengujian lebih jelas.

Hasil pengujian yang didapat menunjukkan bukti positif adanya kandungan karbohidrat
kompleks pada dua sampel bahan yakni sampel nasi dan tepung. Hasil positif uji iodin
pada sampel dapat diketahui dengan adanya perubahan warna awal sampel setelah
diberikan reagen Iodine menjadi berwarna kebiruan. Hal tersebut sesuai dengan teori,
dimana polisakarida yang terkandung dalam sampel bahan akan membentuk kompleks
adsorbsi sehingga menampilkan warna yang spesifik. Kandungan amilum akan
menunjukkan warna biru kehitaman, kandungan dekstrin menunjukkan warna merah,
kemudian kandungan glikogen dan pati akan menunjukkan warna merah kecoklatan.

Sampel nasi dan tepung keduanya memiliki warna awal keputihan, perubahan warna
pada sampel nasi menjadi biru kehitaman bukan disebabkan adanya kandungan dari
glukosa namun akibat adanya kandungan amilum, dimana glukosa termasuk
monosakarida yang tentunya tidak dapat diuji kandungannya melalui uji Iodine,
sedangkan pengujian positif menunjukkan adanya kandungan amilum pada nasi,
dimana terjadi ikatan antara reagen Iodine dengan senyawa amilum sehingga
menghasilkan kompleks biru kehitaman. Perubahan pada sampel tepung disebabkan
karena adanya kandungan pati, dimana senyawa pati termasuk poliakarida yang
memiliki unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan
konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk
kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga
menyebabkan warna biru kehitaman pada kompleksnya.

Pada sampel bahan yang lain, yaitu sampel air, susu, madu, gula pasir, minyak sayur,
putih telur, dan bawang merah menunjukkan hasil negatif, dimana warna awal sampel
tidak menunjukkan adanya perubahan warna menjadi kebiruan, namun justru warna
yang dihasilkan yakni kuning hingga kecoklatan. Dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa sampel-sampel tersebut tidak memiliki kandungan karbohidrat jenis
polisakarida, kemungkinan juga disebabkan karena karbohidrat yang terkandung
adalah karbohidrat sederhana ataupun tidak mengandung karbohidrat sama sekali
seperti sampel air sebagai kontrol.

 Uji Benedict

Pengujian menggunakan reagen Benedict dilakukan pada 5 sample larutan, yakni air
sebagai kontrol, kemudian larutan glukosa, larutan kentang, larutan tomat, dan larutan
pati. Langkah percobaannya yaitu diawali dengan mencampurkan masing-masing
sampel dan reagen Benedict pada tabung reaksi dengan volume yang sama yakni sekitar
2 ml, selajutnya campuran tersebut dimasukkan kedalam air medidih selama 3 menit.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa setelah proses perendaman dengan air mendidih,
terlihat adanya perubahan warna pada beberapa sampel yang awalnya berwarna biru
akibat penambahan reagen Benedict. Pada larutan glukosa berubah menjadi berwarna
merah bata, larutan kentang berubah menjadi kehijauan, kemudian larutan tomat
berubah menjadi kuning, sedangkan pada sampel air dan larutan pati memiliki warna
yang tetap yakni biru.

Sesuai dengan teori, kandungan gula pereduksi dibuktikan dengan adanya endapan
Cu2O yang berwarna kehijauan, kuning atau merah bata akibat proses reduksi ion Cu2+
dari CuSO4.5H2O oleh gugus aldehid atau keton bebas pada gula pereduksi dalam
suasana alkalis menjadi Cu+, tergantung dari kadar gula dari bahan yang diuji. Semakin
banyak gula pereduksi yang terkandung pada sampel, maka hasil reaksinya akan
menunjukkan warna merah bata, kemudian berwarna kuning dan apabila kandungan
gula pereduksinya semakin sedikit akan menunjukkan warna kehijauan. Reaksi yang
terjadi antara reagen Benedict dengan gula pereduksi adalah sebagai berikut:

Dari hasil percobaan tersebut, dapat diketahui bahwa kandungan gula pereduksi pada
larutan glukosa paling banyak, kemudian larutan tomat lebih sedikit dan larutan
kentang paling sedikit. Sedangkan pada sampel air terbukti negatif atau tidak memiliki
kandungan karbohidrat apapun dan sampel pati termasuk jenis polisakarida yang tidak
dapat diuji kandungannya melalui uji Benedict.

F. SIMPULAN & SARAN


 Simpulan
 Hasil uji iodium yang dilakukan guna mengetahui adanya kandungan
karnohidrat pada sampel menunjukkan bahwa, sampel nasi dan tepung positif
mengandung karbohidrat dengan terjadinya perubahan pada warna sampel
menjadi kebiruan setelah ditambahkan reagen iodium. Sedangkan pada sampel
kontrol maupun sampel yang lain terbukti negatif mengandung karbohidrat
dengan tidak terjadi perubahan warna menjadi kebiruan.
 Uji Benedict bertujuan guna mengetahui adanya gula pereduksi dalam suatu
larutan melalui proses pemanasan campuran antara larutan uji dan reagen
Benedict dengan volume yang sama dalam air mendidih. Kandungan senyawa
gula pereduksi terbukti dengan terjadinya perubahan warna pada campuran
larutan uji dengan reagen Benedict menjadi berwarna kehijauan, kuning, atau
merah bata seperti yang ditunjukkan melalui hasil percobaan, yaitu pada sampel
larutan glukosa, kentang, & tomat. Sedangkan sampel yang tidak mengandung
senyawa pereduksi menunjukkan tidak adanya perubahan warna larutan.

 Saran
 .
 .
 .

G. DAFTAR PUSTAKA

Asif, H. M., Akram, M., Saeed, T., Khan, M. I., Akhtar, N., Rehman, R. Ur., Shah, S. M. A.,
Ahmed, K., & Shaheen, G. (2011). Carbohydrates. International Research Journal of
Biochemistry and Bioinformatics, 1(1), 01-05.

Elzagheid, M. I. (2018). Laboratory Activities to Introduce Carbohydrates Qualitative


Analysis to College Students. World Journal of Chemical Education, 6(2), 82–86.

Fitri, A. S., & Fitriana, Y. A. N. (2020). Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat.
Sainteks, 17(1), 45-52.

Guo, M. Q., Hu, X., Wang, C., & Ai, L. (2017). Solubility of Polysaccharides. Croatia: InTech.

Julianto, T. S. (2015). Biokimia: Biomolekul dalam Perspektif Al-Qur’an. Yogyakarta:


Deepublish.

Kalakoti, M., & Kumar, A. (2015). Phytochemical Screening of Leaf Extract of Meizotropis
pellita (Patwa): An Endangered Plant Species. International Journal of Advanced
Research, 3(4), 361–365.

Kusbandari, A. (2015). Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida dalam Tepung dan Pati
Umbi Ganyong (Canna edulis Ker.). Pharmaciana, 5(1), 35–42.

Moini, J. (2019). Epidemiology of Diabetes. Amsterdam: Elsevier Inc.

Navarro, D. M. D. L., Abelilla, J. J., & Stein, H. H. (2019). Structures and characteristics of
carbohydrates in diets fed to pigs: A review. Journal of Animal Science and
Biotechnology, 10(1), 1–17.

Siregar, N. S. (2014). Karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan, 13(2), 38–44.

Septiani. (2019). Modul Praktikum Biokimia. Yogyakarta: Zahir Publishing.


Soebagio, S. B., Soares, J. S., Indraswati, N., & Kurniawan, Y. (2014). Ekstraksi
polisakarida pada biji tamarind (Tamarindus Indica L). Jurnal Ilmia Widya Teknik,
13(2), 23–32.

Wahyudiati, D. (2017). Biokimia. Mataram: Leppim Mataram.

Watts, J. L., & Ristow, M. (2017). Lipid and carbohydrate metabolism in Caenorhabditis
elegans. Genetics, 207(2), 413–446.

Anda mungkin juga menyukai