Anda di halaman 1dari 5

TUGAS FILSAFAT ILMU

KUDA LIAR IPTEK DALAM ILMU FILSAFAT

Oleh :

NI KADEK CHRIS NARIASIH


NIM. 2082311004

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR

Om Swastiastu,
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kuasa-NYAlah Penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kuda Liar Iptek Dalam Filsafat Ilmu” dengan
baik. Makalah ini Penulis buat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Filsafat Ilmu Program
Magister Kedokteran Hewan. Pada kesempatan kali ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dr. drh Nyoman Adi Suratma, M.P, selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu
2. Kepada semua pihak yang telah membatu dalam proses pengerjaan makalah ini baik
berupa dukungan tenaga, moril maupun material.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat Penulis harapkan demi kebaikan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat berrmanfaat bagi Penulis dan Pembaca. Atas perhatiannya, Penulis
mengucapkan terima kasih.
Om Santih, Santih, Santih, Om

Denpasar, 13 Desember 2020

Penulis
I. Awal Teori Kuda Liar Iptek Dikemukakan
Para filosof Yinani Kuno yang membicarakan peranan kehendak dalam diri manusia
adalah Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Plato dalam Filsafat menyebutkan
bahwa jiwa manusia itu terdiri atas tiga bagian atau lapisan. Bagian tertinggi adalah bagian
rasional yang diarahkan untuk melihat ide-ide. Bagian rasional ini menjadi pemimpin bagi
seluruh aktifitas manusia. Bagian rasional ini bertindak ibarat seorang sais yang
mengendalikan kuda dalam suatu rangkaian kereta. Bagian tengah adalah kehendak yang
menjadi alat dari akal atau rasio. Kehendak dalam pengertian Plato diibaratkan dengan
seekor kuda yang sedang menarik gerobak atau kereta. Dalam kehendak bersemayam
perasaan-perasaan yang lebih tinggi, seperti; keberanian, gila hormat, kemarahan dan
sebagainya. Bagian terendah adalah tempat bersemayamnya nafsu-nafsu liar atau nafsu
kebinatangan. Dalam diri manusia nafsu kebinatangan ini diatur oleh akal atau rasio (Harun-
Hadiwijono, 1980:43).
Argumen ontologis ini pertama kali dilontarkan oleh Plato (428-348 SM) dengan teori
ideanya. Menurut Plato, tiap-tiap yang ada di alam nyata ini mesti ada ideanya. Idea yang
dimaksud oleh Plato adalah definisi atau konsep universal dari tiap sesuatu. Plato
mencontohkan pada seekor kuda, bahwa kuda mempunyai idea atau konsep universal yang
berlaku untuk tiap-tiap kuda yang ada di B0Landasan Penelaahan Ilmu: Ontologi,
Epistemologi, dan Aksiologi alam nyata ini, baik itu kuda yang berwarna hitam, putih
ataupun belang, baik yang hidup ataupun yang sudah mati. Idea kuda itu adalah paham,
gambaran atau konsep universal yang berlaku untuk seluruh kuda yang berada di benua
mana pun di dunia ini.
Demikian pula manusia punya idea. Idea manusia menurut Plato adalah badan hidup
yang kita kenal dan dapat berpikir. Dengan kata lain, idea manusia adalah "binatang
berpikir". Konsep binatang berpikir ini bersifat universal, berlaku untuk seluruh manusia
besar-kecil, tua- muda, lelaki-perempuan, manusia Eropa, Asia, India, Cina, dan sebagainya.
Tiap-tiap sesuatu di alam ini mempunyai idea. Idea inilah yang merupakan hakikat sesuatu
dan menjadi dasar wujud sesuatu itu. Idea-idea itu berada di balik yang nyata dan idea itulah
yang abadi. Benda-benda yang kita lihat atau yang dapat ditangkap dengan pancaindra
senantiasa berubah. Karena itu, ia bukanlah hakikat, tetapi hanya bayangan, kopi atau
gambaran dari idea-idea- nya. Dengan kata lain, benda-benda yang dapat ditangkap dengan
panca-indra ini hanyalah khayal dan ilusi belaka (Adib, 2010).
II. Teori Kuda Liar Iptek
Adalah rasa keingintahuan manusia yang tidak ada habisnya dengan kata lain, selalu
ingin tahu dan selalu mencari kebenaran yang lebih konkret kebenarannya daripada
kebenaran yang ada sebelumnya. Seperti sifat dasar dari manusia yaitu curiousity yaitu
selalu memiliki rasa/kebutuhan untuk memenuhi rasa ingin tahu. Sifat keingintahuan dalam
mencari hakikat ilmu dan teknologi ini diibaratkan dengan kuda liar (Adib, 2010).
III.Pengertian llmu Pengetahuan,Teknologi, dan Kebudayaan
Ilmu pengetahuan pada dasarnya bersumber pada rasio dan fakta. Mereka yang
berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran, telah mengembangkan paham yang
disebut rasionalisme. Sedang mereka yang menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat
pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran, telah mengembangkan paham
empirisme. Kaum rasionalisme menyatakan alam nyata dan gaib adalah ilmu pengetahuan,
sedang kaum empirisme menganggap bahwa yang nyata saja yang termasuk ilmu
pengetahuan sedang yang gaib bukan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan berdasar
objeknya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (i) objek vertikal (trancendental)
menyangkut sang pencipta dan sifat-sifatnya, "kata-kata" sang pencipta; (ii) objek horisontal
menyangkut ciptaan nya seperti manusia, alam binatang, alam tumbuh-tumbuhan, alam
benda materi, dan alam jagat raya; dan (iii) objek "alam rekayasa" merupakan buatan
manusia.
IV.Hubungan antara llmu dengan Teknologi
Dilihat dari perkembangan ilmu pengetahuan sendiri, diandaikan bahwa ilmu
pengetahuan yang mampu menerjemahkan produk pengetahuannya menjadi teknologi lebih
maju taraf perkembangannya dari ilmu pengetahuan tanpa teknologi. Teknologi sangat
membantu perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, sambil memberi lebih banyak waktu
luang kepada manusia, yang sudah dibebaskan dari kerja fisik. Teknologi dari dirinya
dianggap mempunyai suatu watak yang liberal. Dari perkembangan rasionalitas, maka
diandaikan bahwa masyarakat yang telah dimasuki oleh teknologi, akan semakin
menyesuaikan dirinya dengan tuntutan dari rasionalitas tersebut. Di sini sering dilupakan
kemungkinan lain bahwa kebudayaan suatu masyarakat yang belum cukup disiapkan untuk
menerima teknologi, justru menyerap teknologi itu tidak sesuai dengan tuntutan rasionalitas
teknologi tetapi sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam kebudayaan itu, yang
menyebabkan teknologi itu tidak berfungsi optimal atau mengalami disfungsi.
V. Penerapan Konsep Kuda Liar Iptek.
Dalam hal ini penerapan konsep kuda liar dalam hal pemikiran sebagai manusia adalah,
seperti kasus endemik virus AI-H9N2. Dilakukan penelitian lebih jauh tentang strain virus
AI-H9N2 yang ada, dengan melakukan karakterisasi strain virus melalui metode PCR
kemudian dilanjutkan dengan metode sequencing. Ketika Virus AI-H9N2 sudah
dikarakterisasi dan diperoleh macam-macam strain maka akan dapat dilakukan tindakan
preventif melalu pembuatan vaksin yang sesuai dengan virus lapang. Sebagai contoh Strain
A,B,C, dan D, dari masing-masing strain tersebut dapat dibuatkan vaksinnya. Sehingga
vaksin yang diedarkan tepat sasaran pada daerah yg memiliki virus dengan strain yg sudah
dikarakterisasi.

Anda mungkin juga menyukai