Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS HASIL LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ANAK

DAN REMAJA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Tugas pada Mata Kuliah Konseling Anak dan Remaja

Dosen Pengampu : Muhammad Sholeh Marsudi

Disusun Oleh

Kelompok 6

Anita Sarinah (2021038)

Herka Muhendi (2021032)

Suci (2021046)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK

BANGKA BELITUNG

2021

MAKALAH HADIST PENDIDIKAN

KONSEP TUJUAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu: Tini, M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 4

Rema Adha Renata (2015028)

Evi Nurliza (2015029)

Julita (2015042)

Muhammad Husni (2015035)

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah”Hadist Pendidikan”.

FAKULTAS TARBIYAH

FAKULTAS BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM IAIN SAS BANGKA BELITUNG

2020/2021

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat, karunia serta kasih sayangNya
kami dapat menyelesaikan makalah mengenai proses jasa pendidikan ini dengan sebaik mungkin.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutu para Nabi sekaligus satu-
satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa pula saya uacapkan terima kasih
kepada ibu Tini, M.Pd selaku dosen mata kuliah Hadist Pendidikan.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan keliruan, baik yang
berkenan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik pengetikan, walaupun demikian, inilah
usaha maksimal yang saya lakukan selaku penulis.

Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan
diharapkan kritik yang membangun dari pembaca guna memperbaiki kesalahan bagaimana meskinya.

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………… 1

KATA PENGATAR ……………………………………………. 2

DAFTAR ISI …………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ……………………………………. 4

Rumusan Masalah ………………………………… 4

Tujuan Masalah …………………………………… 4


BAB II PEMBAHASAN

A. Kebaikan Dunia dan Akhirat ……………………….. 6

B. Ubudiyah ……………………………………………. 7

C. Khalifah atau Pemimpin yang Baik ………………... 8

D. Contoh Hadis ……………………………………….. 10

E. Ibrah ………………………………………………… 17

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ……………………………………….… 19

B. Saran ……………………………………………….. 20

PENGERTIAN MODIFIKASI PERILAKU

Secara terminologi, modifikasi perilaku berasal dari bahasa Inggris, yaitu behavior modification. Yapsir
(1993) mengemukakan bahwa modifikasi perilaku ialah suatu metode untuk mengubah perilaku
manusia dengan cara menerapkan teknik conditioning. Lebih lanjut Soekadji (1983:1) mengemukakan
pengertian modifikasi pe

rilaku sebagai hampir segala tindakan yang bertujuan mengubah perilaku.

Abdul Hads, Modifikasi Perilaku Remaja

67

Sebenarnya definisi istilah modifikasi perilaku yang tepat ialah usaha menerapkan prinsi-prinsip proses
belajar ataupun prinsip-prinsip psikologis hasil eksperimen lain pada perilaku manusia (Bootzin dalam
Sockadji, 1983). Definisi yang telah dikemukakan di atas merupakan definisi yang lebih longgar daripada
definisi yang diberikan oleh behavioris. Mereka mendefinisikan modifikasi perilaku sebagai penggunaan
secara sistematis teknik conditioning pada manusia untuk menghasilkan perubahan frekuensi perilaku
sosial tertentu atau tindakan me ngontrol lingkungan perilaku tersebut (Powers dan Osborn, dalam
Soekadji. 1983).

Dengan merujuk kepada beberapa definisi di atas, dapat dinyatakan bahwa modifikasi perilaku adalah
suatu kegiatan yang sengaja dilakukan untuk menerap kan prinsip-prinsip proses belajar dan prosedur
psikologis dengan tujuan untuk memodifikasi perilaku individu atau klien yang tidak normal agar kembali
menjadi normal seperti semula.

Pengertian Modifikasi Perilaku

Modifikasi perilaku dapat diartikan sebagai: (1) upaya, proses, atau tindakan untuk mengubah perilaku,
(2) aplikasi prinsip-prinsip belajar yg teruji secara sistematis untuk mengubah perilaku tidak adaptif
menjadi perilaku adaptif, (3) penggunaan secara empiris teknik-teknik perubahan perilaku untuk
memperbaiki perilaku melalui penguatan positif, penguatan negatif, dan hukuman, atau (4) usaha untuk
menerapkan prinsip prinsip proses belajar maupun prinsip-prinsip psikologi hasil eksperimen pada
manusia.

Dalam pandangan kaum behavioristik aliran klasik, modifikasi perilaku dapat diartikan sebagai
penggunaan secara sistematik teknik kondisioning pada manusia untuk menghasilkan perubahan
frekuensi perilaku tertentu /mengontrol lingkungan perilaku tersebut. Jika teknik kondisioning
diterapkan secara ketat, dgn stimulus, respon dan akibat konsekuensi diharapkan terbentuk perilaku
lahiriah yg diharapkan. Dalam pandangan aliran operan, modifikasi perilaku akan terbentuk ketika
penguat / pengukuh diberikan berupa reward / punishment. Sedangkan dalam panangan aliran behavior
analist, modifikasi perilaku merupakan penerapan dari psikologi eksperimen seperti dalam laboratorium.
Proses, emosi, problema, prosedur, semua diukur. Pengubahan perilaku dilaksanakan dengan rancangan
eksperimen dibuat dengan cermat. Perilaku dihitung secara cacah untuk mendaparkan data dasar.
Variabel bebas dimanipulasi, metode statistik digunakan untuk melihat perubahan perilaku,
pengulangan jika perlu dilakukan hingga terjadi perubahan perilaku secara jelas.

Sedangkan dalam pandangan para ahli, menurut Eysenk modifikasi Perilaku adalah upaya mengubah
perilaku dan emosi manusia dgn cara yg menguntungkan berdasarkan teori yg modern dalam prinsip
psikologi belajar. Menurut Wolpe, yaitu penerapan prinsip-prinsip belajar yg telah teruji secara
eksperimental untuk mengubah perilaku yg tidak adaptif, dgn melemahkan atau menghilangkannya dan
perilaku adaptif ditimbulkan atau dikukuhkan. Sedangkan menurut Hana Panggabean, modifikasi
perilaku adalah penerapan dari teori Skinner, sering juga disebut sebagai behavior therapy. Merupakan
penerapan dari shaping (pembentukan TL bertahap), penggunaan positive reinforcement secara selektif,
dan extinction.

Pengertian

Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang modifikasi perilaku. Beberapa diantaranya
akan dikutipkan dalam uraian berikut. Powers Osborn 1976, antara lain menyebutkan bahwa modifikasi
perilaku merupakan penggunaan secara sistematis teknik kondisioning pada manusia untuk
menghasilkan perubahan frekuensi perilaku sosial tertentu atau tindakan mengontrol lingkungan
perilaku tersebut. Sejalan dengan pendapat tersebut, Wolpe 1973 sebagaimana dikutip oleh Purwanto
2005, mendefinisikan modifikasi perilaku sebagai penerapan prinsip-prinsip belajar yang telah teruji
secara eksperimental untuk mengubah perilaku yang tidak adaptif, kebiasaan- kebiasaan yang tidak
adaptif dilemahkan dan dihilangkan, perilaku adaptif ditimbulkan dan dikukuhkan. Ada dua prinsip yang
perlu mendapatkan perhatian dari batasan modifikasi perilaku, yaitu 1 penerapan prinsip-prinsip belajar,
dan 2 teknik mengubah perilaku menggunakan prinsip belajar. Dengan kedua prinsip tersebut maka
modifikasi perilaku berbeda dengan pengubahan perilaku yang mendasarkan pada teknik medis biologis
dan psikodinamika. Pada teknik medis-biologis yang dilihat adalah efek medik setelah orang diberikan
perlakuan, misalnya obat, pembedahan dsb. Jadi bukan efek dari penerapan prinsip-prinsip perilaku
dalam teori belajar. Pada teknik psikodinamika proses yang dibangun dalam mengubah perilaku kurang
nampak nyata, apa yang akan diubah tidak dideskripsikan, lebih sebagai proses batin. Sedangkan
modifikasi perilaku campur tangan terapis bersifat rasional, prediktif dan konkrit terhadap apa yang
akan diubah atau diberi penguatan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Modifikasi
Perilaku MP adalah teknik pengubahan tingkah laku yang dapat digunakan oleh orang tua maupun guru
untuk mengubah tingkah laku siswannya melalui prosedur yang sistematis dan mendasarkan pada
prinsip-prinsip teori pembelajaran. Prinsip-prinsip belajar mana akan menjelaskan adanya hubungan
antara gejala tingkah laku dengan lingkungannya.

3. Tujuan Modifikasi Perilaku

Tujuan modifikasi perilaku dapat mencakup empat perubahan perilaku. Pengertian perubahan perilaku
dalam modifikasi perilaku menurut Sutarlinah Soekadji 1983 mengandung empat hal : 1 peningkatan
perilaku yang dikehendaki. Peningkatan perilaku dapat dilihat dari frekuensi, intensitas dan lamanya
perilaku. 2 pemeliharaan perilaku yang dikehendaki. Pemeliharaan perilaku bertujuan agar perilaku yang
sudah terbentuk tidak hilang atau berkurang frekuensi, intensitas dan lamanya. 52 3 pengurangan atau
penghilangan perilaku yang tidak kita kehendaki. Pengurangan atau penghilangan perilaku dimaksudkan
agar perilaku yang tidak kita kehendaki dapat dihilangkan atau dikurangi. Bentuknya dapat berupa
extinction penghapusan, punishment hukuman, reinforcement penguatan aspek lain yang tidak disukai.
4 perkembangan atau perluasan perilaku. Perkembangan atau perluasan perilaku bertujuan untuk
membentuk perilaku yang lebih spesifik, serta variasi perilaku yang berhasil dikukuhkan bertambah luas
penggunaan dan macamnya.
Proses

Langkah pertama dalam melakukan modifikasi perilaku adalah mengumpulkan berbagai informasi yang
relevan dengan masalah yang akan ditangani. Informasi tersebut mengungkapkan faktor yang
berkontribusi terhadap terjadinya perilaku, yang memelihara, dan lingkungan terhadap lingkungan.

Analisis fungsi melibatkan:

(A) pendahulu

antacedent adalah suatu situasi tertentu yang mencetuskan perilaku yang dipermasalahkan. ini
mengarah pada rangsangan sebelum perilaku.

(B) perilaku

perilaku adalah segala hal yang mengenai perilaku yang dipermasalahkan, diantaranya adalah frekuensi
(intensitas) dan kejadian (durasi) yang mengarah pada tindakan itu sendiri.

(C) konsekuensi

konsekuensi adalah akibat yang diperoleh setelah perilaku terjadi. konsekusi ini biasanya yang
"memelihara" perilaku yang menjadi masalah juga mengarah pada peristiwa yang mengikuti perilaku.

Tujuan Modifikasi Perilaku

Tujuan utama dari modifikasi perilaku adalah menghendaki adanya perubahan, tujuan modifikasi
perilaku dapat mencakup empat perubahan perilaku. Pengertian perubahan perilaku dalam modifikasi
perilaku menurut Sutarlinah Soekadji (dalam Munawir Yusuf, 2007) mengandung empat hal :

Peningkatan perilaku yang dikehendaki. Peningkatan perilaku dapat dilihat dari frekuensi, intensitas dan
lamanya perilaku

Pemeliharaan perilaku yang dikehendaki. Pemeliharaan perilaku nertujuan agar perilaku yang sudah
terbentuk tidak hilang atau berkurang frekuensi, intensitas dan lamanya perilaku

Pengurangan atau penghilangan perilaku yang kita tidak hendaki. Pengurangan atau penghilangan
perilaku dimaksudkan agar perilaku yang tidak kita kehendaki dapat dihilangkan atau dikurangi.
Bentuknya dapat berupa extinction, punishment, reinforcement
Perkembangan atau perluasan perilaku. Perkembangan atau perluasan perilaku bertujuan untuk
membentuk perilaku yang lebih spesifik, serta variasi perilaku yang berhasil dikukuhkan bertambah luas
penggunaan dan macamnya.

Perubahan yang terjadi dapat berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan atau psikomotorik.
Modifikasi perilaku dinyatakan berhasil jika perilaku yang bermasalah diterapkan treatment (dikuatkan
maupun dihilangkan atau dikurangi) mengalami perubahan menjadi perilaku yang diinginkan.

Dimensi perilaku

Perilaku dapat diukur dengan dilihat dari 3 sisi dimensinya, yaitu durasi, frekuensi, dan intensitas. Durasi
berkaitan dengan panjang waku yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah perilaku. Frekuensi merujuk
pada jumlah perilaku yang muncul dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan intensitas berhubungan
dengan upaya fisik atau energi yang digunakan untuk melakukan perilaku.37 Variatifnya dimensi-
dimensi perilaku memunculkan perbedaan perilaku.
Akar penyebab dari perbedaan perilaku yang dimiliki oleh seseorang antara lain:
1) Perbedaan Individual
Perbedaan individual merupakan hal yang pasti ditemukan dalam kehidupan sosial. Setiap orang, baik
anak-anak atau dewasa, apakah dalam kelompok atau seorang diri, ia tetap disebut sebagai individu,
sebagai penunjuk kedudukannya yang memiliki kekhasan sendiri. Kekhasan yang ada pada individu
meliputi:
(a) perbedaan biologis, terkait dengan keadaan fisik seseorang seperti jenis kelamin, keadaan organ
pendengaran dan pengelihatan dll.
(b) perbedaan psikologis, berkaitan dengan minat, motivasi dan kepribadian.
(c) perbedaan intelegensi, berkenaan dengan kemampuan berfikir
(d) perbedaan bakat, terkait dengan kapasitas kinerja dalam melakukan sesuatu.38

36 Marwan bin Musa, Tafsir Al-Qur’an Hidayatul Insan, Jilid 3

(www.tafsir.web.id). Diakses 17 Oktober 2019. Pdf file.

https://ia803002.us.archive.org/17/items/HidayatulInsan3/
Hidayatul%20Insan%203.pdf

37 Garry dan Joseph, Modifikasi Perilaku, 5.

2) Faktor Lingkungan
Lingkungan memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam perkembangan indvidu, termasuk
perilaku. Lingkungan yang baik dibutuhkan untuk perkembangan yang baik pula, begitu pula sebaliknya.
Berikut ini adalah macam lingkungan yang dapat diidentifikasi:
(a) lingkungan fisik, melingkupi faktor geografis.
(b) lingkungan sosial, berkaitan dengan apa yang didengar anak, apa yang dirasakan dengan keadaan
sekitarnya, terutama keluarga. Keluarga telah dibebani hukum tradisional masyarakat terkait tanggung
jawab terhadap perilaku, karakter dari anak-anak. Ketika kaum mudanya berperilaku menyimpang,
secara alami masyarakat menyalahkan kekeliruan keluarga dalam mendidik. Meskipun tidak menjadi
satu-satunya faktor penyebab dari pola perilaku seseorang, pola kehidupan keluarga dapat
mempengaruhi pola perilaku seseorang.

Pengertian Perilaku

Perilaku sinonim dari aktivitas, aksi, kinerja, respons, atau reaksi. Dengan kata lain, perilaku adalah
segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakan oleh manusia. Secara teknis, perilaku adalah aktivitas
glandular, muscular, atau elektrikal seseorang. Termasuk perilaku adalah tindakan-tindakan sederhana
(simple actions), seperti mengedipkan mata, menggerakkan jari tangan, melirik, dan sebagainya.

Terdapat dua kelompok besar perilaku, yaitu perilaku yang tampak atau dapat diobservasi (overt,
observable) dan yang tidak tampak, tersembuyni, atau tidak dapat diobservasi (covert, not directly
observable). Perilaku yang nampak, adalah perilaku yang dapat diamati oleh orang lain, misalnya
berbicara, berjalan, lari, menangis, melempar bola, berteriak, dsb. Sedangkan perilaku yang tidak dapat
diamati secara langsung oleh orang lain, misalnya berfikir dan merasakan. Untuk mengetahui perilaku
yang tersembuyni harus disimpulkan dari respon-respon yang terbuka (covert behavior must be inferred
from overt responses). Perilaku juga dapat diartikan sebagai semua aktivitas yang merupaan reaksi
terhadap lingkungan, apakah itu reaksi yang bersifat motorik, fisiologis, kognitif, ataupun afektif.

Sedangkan tidak termasuk perilaku adalah: (1) Deskripsi penafsiran dari sifat-sifat kepribadian /
interpretive descriptions of a personality trait, (2) Label-label diagnostik / diagnostic labels, dan (3) Hasil
(akibat) perilaku / outcome of behavior. Termasuk deskripsi sifat-sifat kepribadian seseorang misalnya
pendiam, jujur, rajin, cemas, peduli, taat, pekerja keras, mandiri, setia, egois, menyenangkan, gugup,
minder dan sejenisnya. Kata-kata sifat tersebut bukan menunjuk pada perilaku tertentu tetapi
merupakan label yang diberikan sebagai kesimpulan dari beberapa tindakan. Misalnya, apabila
menyatakan bahwa jujur, orang lain yang mendengarkan akan memahami apa maksudnya dan dapat
membayangkan bagaimana ciri-ciri perilaku orang tersebut. Termasuk label diagnostik, misalnya autis,
lerning disability, ADHD, dsb. Sedangka termasuk akibat/hasil perilaku, misalnya kaya, segar, sehat, dan
sebagainya.

Secara umum yang termasuk perilaku, adalah apa yg dilakukan dan dikatakan seseorang.Perilaku dapat
memiliki satu / lebih dimensi yang dpt diukur yaitu frekuensi, durasi, dan atau intensitasnya. Suatu
perilaku dapat diamati, digambarkan, dicatat/direkam, diukur oleh orang lain atau pelaku itu sendiri.
Setiap perilaku mempunyai dampak/pengaruh pada lingkungan, dan perilaku mengikuti hukum (lawful)
prinsip belajar.

Dalam pandangan behavioral, diasumsikan bahwa perilaku itu, apakah baik atau buruk merupakan hasil
belajar. Perilaku maladaptif merupakan hasil belajar yang keliru dan dapat diubah melalui proses
belajar.

Sejarah

Latar Belakang (1938)

Hasil gambar untuk pavlov lifeder

Ivan Pavlov

Modifikasi perilaku didasarkan pada konsep pengkondisian, yang merupakan bentuk pembelajaran. Apa
yang kemudian menjadi modifikasi perilaku berasal dari hukum pengkondisian klasik Pavlov, hukum efek
Thorndike, dan formulasi Watson tentang behaviorisme.
Ada dua bentuk utama pengkondisian: klasik, berdasarkan stimulus atau sinyal tertentu yang memicu
suatu tindakan; dan operant, yang melibatkan penggunaan sistem penghargaan dan/atau hukuman
untuk mengubah perilaku.

Modifikasi perilaku dikembangkan dari teori-teori ini karena mereka mendukung gagasan bahwa
perilaku, dengan cara yang sama seperti yang dipelajari, juga dapat tidak dipelajari. Akibatnya, banyak
teknik yang dikembangkan untuk memprovokasi atau mengurangi terjadinya perilaku.

Namun, aplikasi sporadis ini untuk berlatih tampaknya berkurang atau berhenti sekitar tahun 1940.
Setelah itu, ada penarikan kembali ke laboratorium dan pengembangan teori pembelajaran yang lebih
konsisten, untuk mendapatkan teknik intervensi yang lebih efektif.

Muncul dan perkembangan awal (1938-1958)

Hasil gambar untuk skinner lifeder

Pengupas kulit

Pada periode ini teori belajar neo-behavioral dikembangkan: Hull, Guthrie, Mowrer, Tolman dan, di atas
segalanya, Skinner, yang mengatakan bahwa perilaku harus dapat dijelaskan, diprediksi dan
dikendalikan dari hubungan fungsional dengan pendahulunya dan konsekuensi lingkungan, menolak
penjelasan berdasarkan konstruksi internal.

Modifikasi perilaku muncul sebagai konsekuensi dari serangkaian fakta: ketidakpuasan dengan hasil
pengobatan tradisional dalam psikologi klinis; kritik terhadap jenis psikoterapi lain untuk mengobati
neurosis …

Peran psikolog klinis yang terbatas hanya pada diagnosis mulai ditolak dan permintaan akan bantuan
profesional dan prosedur alternatif dimulai dalam menghadapi efek Perang Dunia II, karena prosedur
tradisional (misalnya psikoanalisis) tidak berhasil.
Di bawah kondisi ini, modifikasi perilaku muncul di berbagai titik: Amerika Serikat, Afrika Selatan, dan
Inggris.

Konsolidasi modifikasi perilaku: landasan teori (1958-1970)

Hasil gambar untuk bandura lifeder

bandura

Ini adalah tahap yang sangat perilaku, di mana banyak penekanan ditempatkan pada peristiwa dan
perilaku yang dapat diamati. Intervensi ditujukan untuk memodifikasi perilaku maladaptif dan
kemungkinan bahwa ada proses mental yang mendasari perilaku ini tidak dipertimbangkan. Semua
gangguan dijelaskan dalam hal hubungan stimulus-respons.

Penekanannya adalah pada demonstrasi objektif kemanjuran pengobatan: perubahan yang dapat
diverifikasi diperlukan untuk memverifikasi bahwa terapi atau pengobatan telah efektif. Program
pengobatan dan caral penjelasan dari gangguan tersebut sederhana dan dengan sedikit variabel.

Di sisi lain, kontribusi teoritis berasal dari penulis dari pembelajaran sosial: Bandura, Kanfer, Mischel,
Staats. Semuanya menekankan pentingnya aspek kognitif dan mediasi dalam menjelaskan perilaku.

Perluasan dan landasan metodologis (1970-1990)

Ini adalah tahap terapan yang jauh lebih praktis, ditandai dengan definisi modifikasi perilaku yang sudah
lebih epistemologis. Penerapan alasan dalam penelitian dan teori turunan dipisahkan.

Perkembangan teknik kognitif seperti terapi rasional-emosional dan restrukturisasi kognitif dimulai,
serta kontrol diri, pecaralan dan teknik umpan balik.

Pada tahap ini, pelatihan keterampilan pengendalian diri mulai diimpor untuk generalisasi yang lebih
besar dari apa yang dipelajari dalam terapi dan untuk menyediakan sumber daya bagi pasien ketika
menghadapi masalah.
Perawatan menjadi lebih kompleks, mengintegrasikan berbagai teknik, dan diterapkan pada pola
perilaku yang lebih global dan umum. Peran hubungan terapis-klien dan keterampilan terapis
ditekankan.

Variabel seperti gaya atribusi, efikasi diri, dan repertoar perilaku dasar menjadi lebih penting dalam
terapi dan teori yang berkaitan dengan modifikasi perilaku saat ini.

Bidang penerapan modifikasi perilaku diperluas, karena tidak ada batasan teoretis, ke banyak bidang
kesehatan selain kesehatan mental dan lingkungan pendidikan, pekerjaan, dan masyarakat. Intervensi
mulai diterapkan dalam format individu, kelompok atau komunitas.

Rekonseptualisasi (1990-sekarang)

Pada tahap ini, upaya telah dilakukan untuk mempraktekkan teori dengan pengembangan berbagai caral
penjelas. Penekanan telah pada landasan teoretis dari teknik dan caral penjelasan gangguan untuk
memandu penilaian dan intervensi.

Pengetahuan psikologi sebagai ilmu mulai digunakan, terutama psikologi kognitif eksperimental
(penelitian tentang persepsi, perhatian, memori , pemikiran, dll).

Penekanan dipertahankan pada evaluasi kemanjuran prosedur terapeutik, karena tidak masuk akal
untuk mempelajari proses yang mendasari teknik jika tidak terbukti efektif.

Selain pengetahuan psikologi kognitif, pengetahuan disiplin lain seperti fisiologi, neuropsikologi dan
farmakologi terintegrasi.

Variabel lingkungan seperti konteks memperoleh lebih penting, serta pengendalian diri emosional.
1. Pembentukan Perilaku
Menurut (Walgito, 1999) dalam jurnal (Audinovic, 2012 : 14) proses pembentukan perilaku yaitu :
a. Cara pembentukan perilaku dengan kebiasaan

Salah satu pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri
untuk berperilku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut (Audinovic,
2012 : 14).

b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (Insight)


Cara ini berdsarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan disertai adanya pengertian.
Contohnya bila naik motor harus menggunakan helm, karena helm tersebut untuk keamanan diri, dan
masih banyak contoh untuk menggambarkan hal tersebut (Audinovic, 2012 : 14).
c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model
Teoti ini didasarkan atas teori belajar sosial (social learning theory) atau obsevationallearning theory.
Misalnya pemimpin sebagai panutan yang dipimpinnya, orang tua sebagai contoh anak-anaknya
(Audinovic, 2012 : 14).

Sedangkan proses pembentukan perilaku menurut Abraham Harlord Maslow dalam (Sunaryo, 2002 : 6)
manusia memiliki kebutuhan dasar, yaitu :
a. Kebutuhan fisiologis/biologis, yang merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu O2, H2O, cairan
elektrolit, makanan, dan seks. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan
fisiologis. Misalnya, kekurangan O2 yang menimbulkan sesak napas dan kekurangan H2O dan elektrolit
yang menyebabkan dehidrasi (Sunaryo, 2002 : 6).

b. Kebutuhan rasa aman, misalnya :


 Rasa aman terhindar dari pencurian, penodongan, perampokan dan kejahatan lain.
 Rasa aman terhindar dari sakit dan penyakit.
 Rasa aman memperoleh perlindungan hokum.

c. Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya :

 Mendambakan kasih sayang/cinta kasih orang lain baik dari orang tua, saudara, teman, kekasih, dan
lain-lain.
 Ingin dicintai/mencintai orang lain.

d. Kebutuhan harga diri, misalnya :


 Ingin dihargai dan menghargai orang lain.

Toleransi atau saling menghargai dalam hidup berdampingan.


e. Kebutuhan aktualisasi didi, misalnya :
 Ingin dipuja dan disanjung oleh orang lain.
 Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam karier, usaha, kekayaan, dan lain-lain.

Jadi, menurut beberapa sumber diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembentukan perilaku ada
didalam kehidupan kita sehari-hari. Selain itu, beberapa kebutuhan diatas juga bersangkutan dengan diri
kita masing-masing.

Proses Classical Conditioning

Berikut ini adalah beberapa mekanisme atau tahapan yang ada di dalam suatu proses pengondisian
klasik Ivan Pavlov.

1. Menentukan Refleks yang Ingin Dikondisikan

Langkah pertama yang perlu dilakukan atau menjadi awal dari proses pengondisian klasik adalah empat
hal pokok, yaitu stimulus yang tak dikondisikan atau unconditioned stimulus, respons yang tidak
dikondisikan atau unconditioned response, stimulus yang dikondisikan dan respons yang dikondisikan.
Conditioned Stimulus atau stimulus yang dikondisikan merupakan stimulus netral yang tidak
menimbulkan respons alamiah pada organisme, atau dengan kata lain stimulus yang terkondisikan akan
menimbulkan respons yang terkondisikan. Sementara itu, respon yang dikondisikan adalah respons yang
timbul akibat adanya campuran atau kombinasi antara stimulus yang tak dikondisikan dengan stimulus
yang telah dikondisikan.

Untuk menghasilkan sebuah respons yang terkondisikan, maka stimulus yang terkondisikan (SK) harus
dipasangkan dengan stimulus yang tidak terkondisikan (ST). Pavlov memberikan contoh adanya
pengkondisian tersebut melalui sebuah demonstrasi pengeluaran air liur pada anjingnya. Dalam
demonstrasi tersebut, ST adalah larutan asam, respons yang tak terkondisikan (RT) adalah air liur dan SK
adalah suara. Pada kondisi normal tentu saja suara tidak akan menyebabkan anjing berliur. Akan tetapi
apabila dipasangkan suara tersebut dengan larutan asam, maka suara memiliki kemampuan untuk
menyebabkan anjing mengeluarkan air liur. Pengeluaran air liur akibat mendengarkan suara adalah
sebuah respons yang terkondisikan.

2. Pengondisian Tingkat Tinggi


Setelah stimulus yang terkondisikan dipasangkan dengan stimulus yang tidak terkondisikan beberapa
kali, maka stimulus yang pada awalnya terkondisikan tersebut dapat dipakai seperti stimulus yang tidak
terkondisikan. Maksudnya adalah, stimulus yang terkondisikan dan telah dipasangkan beberapa kali
dengan stimulus yang tidak terkondisikan tersbut akan menimbulkan pengeuatan tersendiri dan menjadi
sebuah stimulus yang pada akhirnya bersifat alamiah dan dapat dipasangkan dengan stimulus
terkondisikan yang berikutnya untuk menghasilkan sebuah respons terkondisi yang lainnya.

3. Generalisasi atau Diskriminasi

Setelah dilakukan upaya untuk memberikan berbagai macam stimulus, maka lambat laun rangsangan
yang sama akan menghasilkan suatu bentuk respons yang sama. Pada tahap ini, maka terjadi
generalisasi pada subjek yang membuat subjek akan berperilaku tertentu ketika berhadapan dengan
stimulus yang mirip dengan stimulus yang diberikan pada saat proses pembentukan perilaku.

[AdSense-A] Misalnya, ada seorang anak kecil yang merasa sangat takut pada anjing besar dan galak
karena setiap kali bertemu dengan anjing galak ia digigit dan lain sebagainya. Anak tersebut lambat laun
akan memberi respons rasa takut yang sama pada semua anjing, akan tetapi rentang stimulus rasa takut
akan menyempit hanya pada anjing yang galak saja karena stimulus yang diberikan adalah stimulus
anjing yang galak. Ketika anak kecil tersebut melihat anjing berukuran agak besar, maka respons yang
muncul adalah ketakutan namun mungkin dalam kadar yang relatif rendah, dibandingkan dengan
apabila ia bertemu dengan anjing besar yang galak.

Akan tetapi, selain generalisasi, juga dimungkinkan munculnya sikap yang berlawanan dengan
generalisasi, yaitu suatu sikap yang disebut dengan sikap diskriminasi. Diskriminasi adalah suatu sikap
individu terhadap rangsang tertentu yang berbeda dari pada yang telah dimunculkan berulang-ulang
sehingga dia dapat memilih respons lain yang berbeda dengan apa menjadi responsnya pada rangsang
yang sama. Dalam kasus anak kecil dan anjing di atas misalnya, anak kecil yang takut pada anjing galak,
maka cenderung memberi respons rasa takut pada setiap anjing, akan tetapi ketika stimulus yang sama
dengan apa yang telah sering diberikan padanya yaitu pada anjing galak yang terikat dan terkurung
dalam kandang maka rasa takut anak itu menjadi berkurang.

Selain tiga proses di atas, terdapat pula proses pelenyapan eksperimental, iradiasi dan konsentrasi yang
dapat terjadi pada subjek dalam proses pengondisian klasik. Pelenyapan eksperimental adalah hilangnya
suatu perilaku tertentu karena adanya stimulus yang dihilangkan pada subjek sekalipun ada stimulus lain
yang diberikan pada subjek tersebut. Apabila dilakukan pada massa yang banyak, maka penerapan
pengondisan klasik dapat dinilai sebagai salah satu penerapan sistem komunikasi massa.

Tipe Pengondisian

Secara umum, berdasarkan penuturan Pavlov terdapat dua jenis pengondisian dalam proses
pengondisian klasik. Tipe atau jenis pengondisian tersebut adalah pengondisian eksitatoris dan
pengondisian inhibitoris. Pada prinsipnya, pengondisian eksitatoris adalah suatu pengondisian yang akan
menimbulkan suatu respons tertentu, sementara pengondisian inhibitoris adalah suatu pengondisian
yang berupaya untuk menghambat munculnya suatu respons tertentu melalui pemberian stimulus-
stimulus tertentu baik stimulus terkondisi dan juga stimulus alamiah. Stimulus ini dapat berbentuk pesan
nonverbal, seperti bahasa tubuh dalam komunikasi sebagai salah satu wujud fungsi komunikasi non-
verbal.

Prinsip Classical Conditioning


a) Penguasaan (Akuisisi)
Penguasaan atau bagaimana organisme mempelajari sesuatu respon atau respon baru berlaku beberapa
tingkatan. Juga semakin sering organisme itu mencoba, lebih kuat penguasaan berlaku.
2.1. Stimulus Clasical Conditioning
a) Generalisasi (Generalitation)
Dalam eksperimennya, Pavlov juga telah menggunakan lonceng yang berbeda nada, membuat
generalisasi bahwa suara yang berbeda atau hampir sama mungkin diikuti dengan respon.

b) Diskriminasi (Discrimination)
Dikriminasi antara rangsangan yang dikemukakan dan memilih untuk tidak bertindak atau bergerak
balas. Yaitu, sesuatu organisme mampu untuk bergerak balas ke sesuatu rangsangan tetapi tidak ke
rangsangan yang lain.
c) Penghapusan ( Extinction)

Jika sesuatu rangsangan terlazim tidak diikuti dengan rangsangan tak terlazim, lama kelamaan
organisme itu tidak akan melakukan respon.

Saran
Dalam penulisan makalah ini, yang berjudul “Konsep Tujuan Pendidikan” merupakan suatu wacana
yang beragam pendapat dari sekian referensi. Sehingga kami membutuhkan referensi lain untuk
memberikan masukan atas kekurangan penulisan makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
bermanfaat serta membantu para pembaca untuk memahami materi tentang konsep tujuan pendidkan.

Anda mungkin juga menyukai