Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH DIABETES MELITUS

DI SUSUN OLEH

1. IMANUEL RATO NONO 2120001


2. HESTILIA DUA HALE 2120003
3. JENIRIANA BULU 2120007
4. URSULA ANGELISTA 2119011
5. YUSTINA N. JONALITA 2119002
6. ICA INAKU 2119008

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat,serta penyertaan-Nya,sehingga makalah  “DIABETES
MILLETUS” ini dapat kami selesaikan.
Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan
bahasa  yang sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para
pembaca.kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih
terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini.Maka kami
berharap adanya masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang
akan mendatang.
Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya.

Makassar 18 maret 2022

       
Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. 1
DAFTAR ISI......................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN
1.       Latarbelakang........................................................................... 3
2.       Tujuan...................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
1.       Definisi .................................................................................... 5
2.       Etiologi..................................................................................... 6
3.       Faktor resiko............................................................................ 7
4.       Klasifikasi................................................................................. 8
5.       Manifesta klinis........................................................................ 9
6.       Patofisiologi..............................................................................
............................................................................................................10
7.       Pemeriksaan penunjang............................................................
............................................................................................................11
8.       Penatalaksanaan.......................................................................
............................................................................................................12
9.       Diagnosa keperawatan...............................................................
............................................................................................................13
10.   komplikasi..................................................................................
............................................................................................................14

BAB III PENUTUP


1.       Kesimpulan ..............................................................................
............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

   Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan


yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya
Manusia.
   Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem
kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan
perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia
diperkirakan penderita
  DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa
keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan
penyakit DM belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan
kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup
besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi,
otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.
              Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai
oleh ketiadaan absolute insulinatau insensivitas terhadap insulin. Diabetes
mellitus disebabkan oleh oenurunan kecepatan insulin oleh sel-sel beta pula
Langerhans. Biasanya dibagi dalam dua jenis berbeda: diabetes javanilis, yang
biasanya tetapi tak selalu, dimulai mendadak pada awal kehidupan
dandiabetes dengan awitan maturitas yang dimulai di usia lanjut dan
terutama pada orangkegemukan.Penderita penyakit diabetes mellitus dapat
meninggal karena penyakit yang dideritanya ataukarena komplikasi yang
ditimbulkan oleh penyakit ini, misalnya penyakit ginjal, gangguan jantung dan
gangguan saraf. Penyebab diabetes mellitus dapat disebabkan oleh berbagai
hal,dan juga terdapat berbagai macam tipe diabetes mellitus. Ada beberapa
gejala yangditiimbulkan bagi penderita diabetes mellitus,
serta cara mengobatinya. Kesemuanya akan dibahas di dalam makalah ini.

1.2  TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan makalah, yaitu untuk mengetahui lebih spesifik
mengenai penyakit diabetes mellitus
BAB II
PEMBAHASAN

2.1     DEFINISI
           
    Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes
melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan
absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2009).
  Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes
mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis
dan penyakit vaskular mikroangiopati (Sylvia & Lorrain, 2006).
 Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
akibat kadar glukosa darah yang tinggi yang disebabkan jumlah hormone
insulin kurang atau jumlah insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi
kurang efektif (Sarwono, 2006).
 Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah,
disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
elektron (Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus
merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan
kehilangan toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008)
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi
insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart,
2002).
2.2    ETIOLOGI
            Faktor-faktor penyebab diabetes melitus antara lain genetik, faktor
keturunan memegang peranan penting pada kejadian penyakit ini. Apabila
orang tua menderita penyakit diabetes mellitus maka kemungkinan anak-
anaknya menderita diabetes mellitus lebih besar.
Virus hepatitis B yang menyerang hati dan merusak pankreas sehingga sel
beta yang memproduksi insulin menjadi rusak. Selain itu peradangan pada sel
beta dapat menyebabkan sel tidak dapat memproduksi insulin.
 Faktor lain yang menjadi penyebab diabetes melitus yaitu gaya hidup,
orang yang kurang gerak badan, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat,
kegememukan dan kesalahan pola makan. Kelainan hormonal, hormon insulin
yang kurang jumlahnya atau tidak diproduksi.

2.3    FAKTOR RESIKO

  Riwayat Keluarga
  Obesitas 
  Usia
  Kurangnya Aktivitas Fisik
  Suka Merokok
  Suka Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
  Penderita Hipertensi Atau Tekenan Darah Tinggi
  Masa Kehamilan
  Ras Tertentu
  Tekanan Stres Dalam Jangka Waktu Yang Lama
  Sering Mengkonsumsi Obat-Obatan Kimia

                  
2.4    KLASIFIKASI

American Diabetes Assosiation (2018) dalam Aru Sudoyo (2019)


mengklasifikasikan diabetes mellitus menjadi :
1) Diabetes mellitus tipe 1
Dibagi dalam 2 subtipe yaitu autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan
kerusakan sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti autoimun dan tidak
diketahui sumbernya.

2) Diabetes mellitus tipe 2


Bervariasi mulai yang predominan resisten insulin disertai defisinsi
insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama
resisten insulin.
3) Diabetes mellitus Gestasional
      Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional yaitu usia tua,etnik,
obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat gestasional
terdahulu.Karena terjadi peningkatan sekresi beberapa hormone yang
mempunyai efek metabolic terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan
adalah suatu keadaan diabetogenik.

4) Diabetes mellitus tipe lain :

a) Defek genetik fungsi sel beta

b) Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe A,leprechaunism, sindrom


rabson mandenhall, diabetes loproatrofik, dan lainnya.
c) Penyakit eksokrin pankreas : pankreastitis, trauma / pankreatektomi,
neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus,
dan lainnya.

d) Endokrinopati : akromegali, sindron cushing, feokromositoma,


hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, dan lainnya.

e) arena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat,


glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxic,agonis β adrenergic, tiazid, dilantin,
interferon alfa, dan lainnya.

f) Infeksi : rubella konginetal, dan lainnya.

g) Immunologi (jarang) : sindrom “stiff-man” , antibody antireseptor insulin,


dan lainnya.

h) Sindroma genetik lain : sindrom down, sindrom klinefilter, sindrom turner,


sindrom wolfram’s, ataksia friedriech’s, chorea Huntington, sindrom
Laurence/moon/biedl, distrofi miotonik,porfiria, sindrom pradelwilli, dan
lainnya (ADA, 2005)

2.5    MANIFESTASI KLINIS

            Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula


darah yang tinggi.Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL,
maka glukosa akan sampai ke air kemih.
    Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan
untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal
menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita
sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).
         Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan
sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam
air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar
biasa sehingga banyak makan (polifagi).
            Dengan memahami proses terjadinya kelainan pada diabetes melitus
tersebut diatas, mudah sekali dimengerti bahwa pada penderita diabetes
melitus akan terjadi keluhan khas yaitu lemas, banyak makan, (polifagia) ,
tetapi berat badan menurun, sering buang air kecil (poliuria), haus dan
banyak minum (polidipsia).
            Penyandang diabetes melitus keluhannya sangat bervariasi,
dari tanpa keluhan sama sekali, sampai keluhan khas diabetes
melitusseperti tersebut diatas. Penyandang diabetes melitus sering pula
datang dengan keluhan akibat komplikasi seperti kebas, kesemutan akibat
komplikasi saraf, gatal dan keputihan akibat rentan infeksi jamur pada kulit
dan daerah khusus, serta adapula yang datang akibat luka yang lama
sembuh tidak sembuh (Sarwono, 2006).
         Penderita Diabetes militus  umumnya menampakkan tanda dan gejala
dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

1.  Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)


2.  Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3.  Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4.  Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5.  Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6.  Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7.  Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8.  Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9.  Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

2.6   PATOFISIOLOGI

Menurut Brunner & Sudddart (2018) patofisiologi terjadinya penyakit


diabetes mellitus tergantung kepada tipe diabetes yaitu :
1) Diabetes Tipe I
  Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal
dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah
makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya
glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan
disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).

2) Diabetes Tipe II
        Resistensi insulin menyebabkan kemampuan insulin menurunkan
kadar gula darah menjadi tumpul. Akibatnya pankreas harus mensekresi
insulin lebih banyak untuk mengatasi kadar gula darah. Pada tahap awal
ini, kemungkinan individu tersebut akan mengalami gangguan toleransi
glukosa, tetapi belum memenuhi kriteria sebagai penyandang diabetes
mellitus. Kondisi resistensi insulin akan berlanjut dan semakin bertambah
berat, sementara pankreas tidak mampu lagi terus menerus meningkatkan
kemampuan sekresi insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah.
Peningkatan produksi glukosa hati, penurunan pemakaian glukosa oleh otot
dan lemak berperan atas terjadinya hiperglikemia kronik saat puasa dan
setelah makan. Akhirnya sekresi insulin oleh beta sel pankreas akan
menurun dan kenaikan kadar gula darah semakin bertambah berat.

3) Diabetes Gestasional

Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum


kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi
hormone-hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah
pada wanita yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal.
(Brunner & Suddarth, 2017).

2.7  PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko


tinggi DM. Yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan
darah tinggi, riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan
lahir bayi >4.000 g, riwaya DM pada kehamilan, dan dislipidemia.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu, kadar gula darah puasa (Tabel 53.1), kemudian dapat diikuti
dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok resiko
tinggi yang hasil penyaringannya negatif, perlu pemeriksaan penyaring
ulang tiap tahun. Bagi pasien berusia 45 tahun tanpa faktor resiko,
pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.

Tabel 53.1 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
Bukan Belum pasti DM
DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200
Darah kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110-125 >126
Darah kapiler <90 90-109 >110

Cara pemeriksaan TTGO, adalah :


1. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.
2. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak.
3. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.
4. Periksa glukosa darah puasa.
5. Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam
waktu 5 menit.
6. Periksa glukosa darah 1 jam sesudah beban glukosa.
7. Selama pemeriksaan, pasien diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok. 7

Pemeriksaan hemoglobin glikosilasi


Hemoglobin glikosilasi merupakan pemeriksaan darah yang
mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata selama periode waktu 2
hingga 3 bulan. Ketika terjadi kenaikan kadar glukosa darah, molekul
glukosa akan menempel pada hemoglobin dalam sel darah merah.
Ada berbagai tes yang mengukur hal yang sama tetapi memiliki nama
yang berbeda, termasuk hemoglobin A1C dan hemoglobin A1. Nilai normal
antara pemeriksaan yang satu dengan yang lainnya, serta keadaan
laboratorium yang satu dan lainnya, memilikmi sedikit perbedaan dan
biasanya berkisar dari 4% hingga 8%.
Pemeriksaan urin untuk glukosa
Pada saat ini, pemeriksaan glukosa urin hanya terbatas pada pasien yang
tidak bersedia atau tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan glukosa
darah. Prosedur yang umum dilakukan meliputi aplikasi urin pada strip
atau tablet pereaksi dan mencocokkan warna pada strip dengan peta warna.
Pemeriksaan urin untuk keton
Senyawa-senyawa keton (atau badan keton) dalam urin merupakan sinyal
yang memberitahukan bahwa pengendalian kadar glukosa darah pada
diabetes tipe I sedang mengalami kemunduran. Apabila insulin dengan
jumlah yang efektif mulai berkurang, tubuh akan mulai memecah simpana
lemaknya untuk menghasilkan energi. Badan keton merupakan produk-
sampingan proses pemecahan lemak ini, dan senyawa-senyawa keton
tersebut bertumpuk dalam darah serta urin.

2.7    PENATALAKSANAAN

1. Edukasi
            Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemahamantentang
perjalanan penyakit DM, perlunya pengendalian dan pemantauan DM
secara berkelanjutan, penyulit/komplikasi DM dan risikonya, dan cara
penggunaan obat diabetes/insulin. Selain itu, untuk mencapai pengelolaan
diabetes yang optimal pada penyandang DM dibutuhkan perubahan
perilaku agar dapat menjalani pola hidup sehat
meliputi:EDUKASIPERENCANAAN MAKLATIHAN
a. Mengikuti pola makan sehat
b. Merningkatkan kegiatan jasmani
c. Menggunakan obat diabetes dan obat–obatan pada keadaan khusus secara
aman dan teratur
d. Melakukan pemantauan gula darah mandiri
e. Melakukan perawatan kaki secara berkala
f. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut
seperti hipoglikemia

2. Diet atau perencanaan makan


 Perencanaan makan menggambarkan apa yang dimakan, berapa
banyak, dan kapan makan. Dietisien atau ahli diet dapat membantu
membuat perencanaan makan yang cocok. Makanan sehari- hari hendaknya
cukup karbohidrat, serat, protein,rendah lemak jenuh, kolesterol,
sedangkan natrium dan gula secukupnya. Karbohidrat adalah sumber zat
tenaga dan zat gizi utama yang menyebabkan kadar gula darah naik.Namun
penyandang diabetes tidak usah takut mengkonsumsi karbohidrat.
Kebutuhan karbohidrat pada penyandang diabetes antara 45-65%
kebutuhan kalori dengan asupan karbohidrat tersebar dalam sehari, hindari
makan karbohidrat dalam jumlah besar dalam satu kali makan. Sumber
karbohidrat yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks seperti nasi, roti,
mie, dan kentang. Batasi karbohidrat sederhana seperti gula, kue, tarcis,
dodol, sirup, dan madu. Serat merupakan bagian dari karbohidrat yang
tidak dapat diserap tubuh, rendah lemak serta berpengaruh baik untuk
kadar gula darah. Pada umumnya gula darah setelah makan akan naik
lebih lambat bila makan makanan yang mengandung banyak serat.
Makanan berikut yang mengandung banyak serat makanan adalah
havermout, kacangkacangan,sayur-sayuran, dan buah-buahan seperti apel,
jeruk, pir, sirsak, jambu biji dan lain-lain. Protein digunakan untuk
pertumbuhan & mengganti jaringan tubuh yang rusak. Sumber protein
terdiri dari protein hewani & protein nabati. Sumber protein hewani utama
adalah ikan atau ayam tanpa kulit oleh karena rendah kandungan
lemaknya. Sumber protein lemak sedang seperti daging atau telur sebagai
pengganti protein rendah lemak dapat dikonsumsi kira-kira 3x seminggu.
Sedangkan sumber protein tinggi lemak seperti otak, merah telur, dan
jerohan perlu dibatasi. Sumber protein nabati adalah kacang-kacangan
seperti kacanghijau, kacang merah, kacang tanah, kacang kedele, tahu, &
tempe. Kebanyakan makanan nabati rendah kandungan lemaknya dan
mengandung lemak tidak jenuh tinggi sehingga dapat membantu
menurunkan kolesterol darah. Sayuran merupakan bahan makanan yang
sehat, tinggi kandungan vitamin, mineral, dan serat. Sayuran boleh
dimakan bebas tanpa dibatasi dan dianjurkan mengkonsumsi aneka ragam
sayuran. Buah-buahan juga merupakan makanan yang sehat, selain
berkalori juga merupakan sumber vitamin,mineral, dan serat. Dianjurkan
makan buah 2 sampai 3 buah sehari. Susumerupakan sumber protein, dan
mengandung lemak, karbohidrat, dan vitamin serta kalsium Penyandang
diabetes dianjurkan minum susu yang tanpa atau rendah lemak. Bagi yang
menyukai susu dapat menggantikan 1 lauk hewani dengan 1 penuh takar
susu.
3. Latihan jasmani
                        Kegiatan jasmani sehari–hari dan latihan secara teratur 3-4
kali seminggu selama kurang lebih 30 menit. Tujuan latihan jasmani untuk
menjaga kebugaran,menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitivitas
insulin sehingga akan memperbaiki kendali gula darah. Latihan jasmani
yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan
kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Hindarkan kebiasaan hidup
yang kurang gerak.

4. Intervensi obat oral farmakologis


                        Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan
makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral &
bentuk suntikan insulin. Saat ini terdapat 5 macam obat tablet yang
beredar di pasaran untuk menurunkan kadar gula darah. Beberapa obat yg
sering digunakan adalah:
a. Golongan insulin sekretagok
       Obat ini bekerja dengan cara merangsang pankreas untuk menghasilkan
insulin. Obat ini merupakan pilihan utama pada penyandang diabetes
dengan berat badan kurang atau normal. Obat golongan ini terdapat 2 jenis
yaitu: golongan sulfonilurea dan glinid.
b. Golongan Biguanid
         Obat yang termasuk golongan biguanid hanyalah metformin. Obat ini
terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Penggunaan obat ini
dikontraindikasikan pada gangguan fungsi ginjal & hati. Metformin
sebaiknya diberikan pada saat atau sesudah makan karena dapat
menyebabkan mual & iritasi pada lambung.
c. Golongan Glitazone
         Cara kerja obat ini adalah dengan membantu tubuh menggunakan
insulin yang tersedia sehingga lebih efektif. Penggunaan obat ini
dikontraindikasikan pada mereka dengan gagal jantung, penyakit hati akut,
diabetes tipe 1, dan kehamilan.
d. Golongan Penghambat Alpha Glukosidase (Acarbose)
         Obat ini bekerja dengan cara menghambat penyerapan glukosa di usus
sehingga mempunyai efek menurunkan gula darah sesudah makan. Obat
ini hanya mempengaruhi konsentrasi gula
darah setelah makan. Efek samping yang sering terjadi pada penggunaan
obat ini adalah perut
kembung, sering buang angin, dan mencret.
e. Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor
         Pengobatan dengan golongan ini merupakan pendekatan baru
pengelolaan DM. Obat ini menghambat pelepasan glukagon, yang pada
gilirannya meningkatkan sekresi insulin, menurunkan pengosongan
lambung, dan menurunkan kadar glukosa darah. Beberapa obat golongan
ini sudah masuk di Indonesia sejak tahun 2007 antara lain vildagliptin dan
sitagliptin.
5. Insulin
            Insulin diperlukan pada keadaan seperti penurunan berat badan yang
cepat, komplikasi akut DM (hiperglikemia berat yang disertai ketosis,
ketoasidosis diabetik, hiperglikemia hiperosmolar nonketotik, hiperglikemia
dengan asidosis laktat), gagal dengan pengobatan obat diabetes oral dosis
optimal, kehamilan dengan DM, stress berat (infeksi sistemik, operasi besar,
stroke, dll), gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat, dan adanya kontra
indikasi/alergi terhadap obat diabetes oral.

2.8    DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan perifer)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1)
3. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d. kelebihan
intake nutrisi (tipe 2)
4. Resiko syok
5.  Resiko infeksi
6. Kerusakan intergritas kulit
7. Retensi urine b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sefingter kuat
dan poliuri
8.  Ketidakefektifan jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah
keperifer,proses penyakit (DM)
9.      Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d gejala poliuri dan dehedrasi

2.9     KOMPLIKASI

1). Kerusakan saraf (Neuropathy)


        Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak dan
sum-sum tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan organ
lain, serta susunan saraf otonom yang mengatur otot polos di jantung dan
saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi setelah glukosa darah terus tinggi,
tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10 tahun atau lebih.
Apabila glukosa darah berhasil diturunkan menjadi normal, terkadang
perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila dalam jangka yang lama glukosa
darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka akan melemahkan
dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke
saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik
(diabetic neuropathy). Neuropati diabetik dapat mengakibatkan saraf tidak
bisa mengirim atau menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf,
salah kirim atau terlambat kirim. Tergantung dari berat ringannya
kerusakan saraf dan saraf mana yang terkena.

2). Kerusakan ginjal (Nephropathy)


       Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta pembuluh
darah kecil yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi sebagai saringan
darah. Bahan yang tidak berguna bagi tubuh akan dibuang ke urin atau
kencing. Ginjal bekerja 24 jam sehari untuk membersihkan darah dari
racun yang masuk ke dan yang dibentuk oleh tubuh. Bila ada nefropati atau
kerusakan ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan, sedangkan protein yang
seharusnya dipertahankan ginjal bocor ke luar. Semakin lamaseseorang
terkena diabetes dan makin lama terkena tekanan darah tinggi, maka
penderita makin mudah mengalami kerusakan ginjal. Gangguan ginjal pada
penderita diabetes juga terkait dengan neuropathy atau kerusakan saraf.

3). Kerusakan mata (Retinopathy)


       Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan menjadi
penyebab utama kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada mata yang
disebabkan oleh diabetes, yaitu:
a. retinopati, retina mendapatkn makanan dari banyak pembuluh darah
kapiler yang sangat kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa merusak
pembuluh darah retina.

b. katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh
sehingga menghambat masuknya sinar dan makin diperparah dengan
adanya glukosa darah yang tinggi.

c. glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola matasehingg merusak


saraf mata.

4). Penyakit jantung


       Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan
penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh
darah. Akibatnya suplai darah ke otot jantung berkurang dan tekanan
darah meningkat, sehingga kematian mendadak bisa terjadi.
 5). Hipertensi
        Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan
yang dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus
diingat hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati,
kerusakan ginjal, atau stroke. Risiko serangan jantung dan stroke menjadi
dua kali lipat apabila penderita diabetes juga terkena hipertensi.
6). Penyakit pembuluh darah perifer

       Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang
dinamakan Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini dan
prosesnya lebih cepat pada penderita diabetes daripada orang yang tidak
mendertita diabetes. Denyut pembuluh darah di kaki terasa lemah atau
tidak terasa sama sekali. Bila diabetes berlangsung selama 10 tahun lebih,
sepertiga pria dan wanita dapat mengalami kelainan ini. Dan apabila
ditemukan PVD disamping diikuti gangguan saraf atau neuropati dan
infeksi atau luka yang sukar sembuh, pasien biasanya sudah mengalami
penyempitan pada pembuluh darah jantung.

7). Gangguan pada hati


       Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak makan
gula bisa bisa mengalami kerusakan hati. Anggapan ini keliru, hati bisa
terganggu akibat penyakit diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang yang
tidak menderita diabetes, penderita diabetes lebih mudah terserang infeksi
virus hepatitis B atau hepatitis C. Oleh karena itu, penderita diabetes harus
menjauhi orang yang sakit hepatitis karenamudah tertular dan memerlukan
vaksinasi untuk pencegahan hepatitis. Hepatitis kronis dan sirosis hati (liver
cirrhosis) juga mudah terjadi karena infeksi tau radang hati yang lama atau
berulang. Gangguan hati yang sering ditemukan pada penderita diabetes
adalah perlemakan hati atau fatty liver, biasanya (hampir 50%) pada
penderita diabetes tipe 2 dan gemuk. Kelainan ini jangan dibiarkan karena
bisa merupakan pertanda adanya penimbunan lemak di jaringan tubuh
lainnya.

8). Penyakit paru-paru


      Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru-paru
dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara
sosio-ekonomi cukup. Diabetes memperberat infeksi paru-paru, demikian
pula sakit paru-paru akan menaikkan glukosa darah.

9). Gangguan saluran makan


     Gangguan saluran makan pada penderita diabetes disebabkan karena
kontrol glukosa darah yang tidak baik, serta gngguan saraf otonom yang
mengenai saluran pencernaan. Gangguan ini dimulai dari rongga mulut
yang mudah terkena infeksi, gangguan rasa pengecapan sehingga
mengurangi nafsu makan, sampai pada akar gigi yang mudah terserang
infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta pertumbuhan menjadi tidak
rata. Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare juga bisa terjadi. Ini
adalah akibat dari gangguan saraf otonom pada lambung dan usus.
Keluhan gangguan saluran makan bisa juga timbul akibat pemakaian obat-
obatan yang diminum.

10). Infeksi
      Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh dalam
menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes
mudah terkena infeksi. Tempat yang mudah mengalami infeksi adalah
mulut, gusi, paru-paru, kulit, kaki, kandung kemih dan alat kelamin. Kadar
glukosa darah yang tinggi juga merusak sistem saraf sehingga mengurangi
kepekaan penderita terhadap adanya infeksi.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

   Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau


mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2019).

Klasifikasi Diabetes Miletus :


1.  Diabetes mellitus tipe 1
2. Diabetes mellitus tipe 2
3. Diabetes mellitus Gestasional
4. Diabetes mellitus tipe lain
Penatalaksanaan :
1. Edukasi
2. Diet atau perencanaan makan
3. Latihan jasmani
4. Intervensi obat oral farmakologis
5. Insulin

DAFTAR PUSTAKA

 
 Corwin, Elizabeth. 2018.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC
Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit . Jakarta: EG
CIrianto, Kus. 2019.Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.
Bandung:

Anda mungkin juga menyukai