Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH PENDIDIKAN ANAK TUNARUNGU


Sebelum mengerjakan UTS, mahasiswa diwajibkan membaca ketentuan berikut:
a. UTS dikerjakan secara Mandiri.
b. Jika terjadi kecurangan dalam pengerjaan UTS maka hasil uts tidak akan diperiksa dan
dianggap gagal.
c. Jika terdapat jawaban yang sama, baik dikelas yang sama ataupun berbeda maka kedua
orang/lebih yang memiliki jawaban yang sama tidak mendapat poin untuk nomor yang
memiliki jawaban sama.
d. Keterlambatan pengiriman jawaban UTS tidak mendapatkan toleransi.
e. Tidak ada UTS susulan atau pengulangan.
f. Jawaban UTS diketik dan dikirimkan dalam bentuk file PDF.

Nama lengkap :Ivana Ameylia Likoelangi


NIM : 21040550141
Angkatan/Kelas : 2021/C
Dosen Pengampu : Drs.Andi Budiman, M.Kes
Wizerti Ariastuti Saleh, S.pd.,M.pd

Soal UTS Pendidikan Anak Tunarungu


1. (poin 10) Apa yang anda ketahui mengenai Anak tunarungu (ATR)?
2. (poin 10) Menurut anda apakah tunarungu dan tunawicara itu sama? Jelaskan!
3. (poin 10) Jelaskan proses mendengar dalam system pendengaran manusia!
4. (poin 10) Jelaskan cara kerja telinga dalam fungsi menjaga keseimbangan tubuh!
5. (poin 15) Apa perbedaan pada anak yang kehilangan fungsi pendengaran sejak lahir dengan
anak yang kehilangan fungsi pendengaran pada usia sekolah? Jelaskan!
6. (poin 15) Jelaskan bagaimana proses pemerolehan Bahasa pada anak dengar dan anak dengan
hambatan pendengaran (sejak lahir)
7. (poin 30) Bagaimana sikap/tindakan anda, jika di lingkungan tempat tinggal anda :
a. Terdapat 1 atau lebih ATR yang belum mendapatkan layanan Pendidikan, akibat mindset
orang tua/keluarga yang menganggap ATR tidak perlu sekolah.
b. Terjadi perilaku bullying terhadap ATR

Jawab:
1) Anak Tunarungu adalah anak yang mengalami kehilangan sebagian atau seluruh
pendengarannya sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan sempurna atau
bahkan tidak dapat mendengar sama sekali, dan mengalami hambatan dalam
berkomunikasi secara lisan atau verbal.
2) Menurut saya tunarungu dan tunawicara itu berbeda karena berdasarkan dari
penyebabnya saja sudah berbeda. Tunarungu merupakan kelainan pada sistem
pendengaran sedangkan tunawicara merupakan hambatan atau kelainan dalam
berbucara. Tunarungu biasanya terjadi karena faktor genetik, cedera, penyakit
tertentu dan usia, sedangkan tunawicara biasanya disebabkan oleh gangguan
pada pita suara, paru-paru, tenggorokan, lidah dan mulut. Terkadang juga anak
tunawicara bisa mendengar namun tidak bisa mengungkapkan kata-kata secara
jelas. Namun jika anak-anak mengalami tunarungu biasanya disertai dengan
tunawicara tapi ada beberapa kasus anak-anak tunarungu dapat berbicara.
3) Proses mendengar diawali dengan lubang telinga yang menerima gelombang dari
sumber suara. Gelombang suara yang masuk ke dalam lubang telinga, akan
memeberi getaran dalam gendang telinga. Getaran dalam gendang telinga
kemudian disebarkan (transmisi) untuk melintasi telinga tengah melalui tiga
tulang kecil (tulang martil, landasan, dan sanggurdi). Kemudian, telinga tengah
dihubungkan ke faring oleh tabung eustachius. Getaran dari tulang sanggurdi
disebarkan ke telinga dalam, melalui membran jendela oval ke koklea yang berisi
cairan limfa. Getaran dari jendela oval ke dalam cairan limfa dalam ruangan
koklea dengan organ korti. Kepekaan sel rambut yang terdapat dalam organ korti
itu lah, yang menjadi reseptor getaran yang sebenarnya. Sel-sel rambut tersebut
akan bergerak ketika ada getaran di dalam koklea, sehingga menstimulasi getaran
yang diteruskan oleh saraf auditori ke otak.
4) Cara kerja telinga dalam fungsi menjaga keseimbangan tubuh:
Pada telinga dalam terdapat bagian berbentuk semi lingkaran berisi cairan
endolimfa dan sensor gerakan yang menyerupai rambut-rambut halus. Bagian ini
dikenal sebagai kanalis semisirkularis. Kanalis semisirkularis dihubungkan oleh
bentukan seperti kantung, yaitu utrikulus dan sakulus yang juga memiliki sensor
gerakan. Ketiga organ inilah yang sama-sama berperan dalam menjaga
keseimbangan tubuh. Saat badan bergerak, cairan di dalam organ ini juga akan
ikut bergeser sehingga menggerakkan rambut-rambut halus di dalamnya. Setelah
itu, sensor gerak dan keseimbangan akan mengirimkan pesan ke otak untuk
memberi tahu tubuh agar tetap menyeimbangkan tubuh. Otak akan merespon
dengan memberikan perintah kepada otot-otot di seluruh tubuh untuk
berkoordinasi sedemikian rupa sehingga tubuh berada dalam keadaan seimbang.
Sistem inilah yang membuat tubuh bisa tetap berdiri stabil dan seimbang dalam
kegiatan kita beraktivitas sehari-hari seperti ketika kita sedang berdiri untuk
mengikuti upacara selama satu jam, atau duduk dengan tenang di dalam mobil
yang sedang berjalan maju atau mundur.
5) Perbedaan pada anak yang kehilangan fungsi pendengaran sejak lahir dengan anak
yang kehilangan fungsi pendengaran pada usia sekolah terlihat. Kalau anak yang
mengalami tunarungu dari lahir tidak mendapatkan pengalaman berbahasa
sehingga biasanya sangat sulit untuk anak berkomunikasi jika tidak dilatih
menggunakan oral dan bahasa isyarat, sedangkan anak-anak yang mengalami
kehilangan fungsi pendengaran usia sekolah biasanya disebabkan oleh cedera,
ataupun kecelakaan kemungkinan sudah mendapatkan pengalaman atau
pemerolehan bahasa meskipun belum matang atau belum banyak kosakata yang ia
ketahui, biasanya mereka yang kehilangan pendengaran usia sekolah psikisnya
terganggu sehingga untuk itu mereka harus diberikan kepercayaan diri serta
kemandirian agar bisa berbaur dan dapat menerima dirinya.
6) Dalam mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu, kita perlu
memahami perolehan bahasa yang terjadi pada anak dengar dan juga yang terjadi
pada anak tunarungu. Pemerolehan bahasa anak dengar berawal dari adanya
pengalaman atau situasi bersama antara bayi dan ibunya atau orang lain yang
berarti dalam lingkungan terdekatnya. Untuk anak tunarungu sejak lahir kita dapat
melatih anak untuk menghubungkan pengalaman yang diperolehnya dengan gerak
bibir dan mimik lawan bicaranya atau biasa disebut teknik oral. Setelah itu, anak
tunarungu mulai memahami hubungan antara lambang bahasa (visual & auditori)
dengan benda atau kejadian sehari-hari, sehingga terbentuklah bahasa reseptif
visual/auditori. Sama halnya seperti anak mendengar, kemampuan bahasa
ekspresif (bicara) baru dapat dikembangkan setelah memiliki kemampuan bahasa
reseptif. Selanjutnya anak tunarungu dapat mengembangkan kemampuan bahasa
reseptif visual (membaca) dan bahasa ekspresif visual (menulis). Demikian
perilaku bahasa verbal yang dapat terjadi pada anak tunarungu. Pada umumnya,
anak tunarungu memasuki sekolah tanpa/kurang memiliki kemampuan berbahasa
verbal, berbeda dengan anak mendengar yang memasuki sekolah setelah
memperoleh bahasa. Oleh karena itu, dalam pendidikan anak tunarungu, proses
pemerolehan bahasa anak tunarungu diberikan di sekolah melalui layanan khusus,
seperti layanan bina bicara, dan layanan dalam mengajarkan bahasa isyarat seperti
SIBI ataupun BISINDO sebagai perantara komunikasi anak tunarungu. Dalam
pelaksanaanya, layanan bina bicara, meliputi:
 Pertama, latihan prabicara: latihan keterarahwajahan, keterarahsuaraan,
dan pelemasan organ bicara.
 Kedua, latihan pernafasan, misalnya meniup dengan hembusan, meniup
dengan letupan, menghirup serta menghembuskan nafas melalui hidung.
 Ketiga, latihan pembentukan suara: menyadarkan anak untuk bersuara,
merasakan getaran, menirukan ucapan guru sambil merasakan getaran,
melafalkan vokal bersuara,
serta meraban sambil mersakan getaran.
 Keempat, pembentukan fonem.
 Kelima, penggemblengan, pembetulan, serta penyadaran irama/aksen.
 Keenam, pengembangan.

7)

a. Tindakan yang akan saya lakukan, yaitu memberikan sosialisasi


kepada orangtua ATR agar memiliki kesadaran supaya anaknya
mendapatkan program khusus, sehingga anaknya bisa mandiri
dan juga berbaur atau berinteraksi dengan orang sekitar. Saya
juga mensosialisasikan bahwa ATR bukanlah terganggu
kemampuan intelegensinya karena pada dasarnya kemampuan
intelegensinya setara dengan anak dengar maka itu perlu di
sekolahkan sebagai intervensi untuk mengoptimalkan
kemampuan yang dimilikinya sehingga kelak dapat bermanfaat
dan bekerja ataupun berkarir layaknya orang mendengar. Dan
memberikan pengertian agar ATR bisa disekolahkan agar
kebutuhan-kebutuhannya dapat terpenuhi.

b. Menurut saya tindakan yang paling tepat yaitu, membuat ATR


sadar bahwa dirinya sedang mendapatkan perlakuan yang buruk,
kemudian jika ia menerima perlakuan yang buruk agar ia melapor
kepada guru atau tenaga pendidik agar dapat diberikan solusi,
kemudian memberikan pengertian kepada sang pembully bahwa
ATR berbeda dan memiliki kebutuhan yang special dari anak
dengar, saya juga mengambil tindakan yaitu menimbulkan rasa
empati kepada anak yang melakukan pembullyan dengan cara
mencoba memposisikan diri, bagaimana jika hal tersebut terjadi
kepada dirinya. Dan kalau bisa saya akan memisahkan sang
pembully dengan ATR dan memberi punishment lebih dulu
kepada sang pembully agar dapat merenungi bahwa apa yang
dilakukan merupakan tindakan yang salah.

Anda mungkin juga menyukai