Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DEWASA DENGAN


GASTRITIS

OLEH :
AINUN AMALIA
NH0117006

CI INSTITUSI

(Amriati mutmainna., S. Kep., NS., MSN)

( 0929069101)

PROGRAM STUDI S1I LMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. DEFINISI
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung. Gastritis akut berlangsung selama
beberapa jam sampai beberapa hari dan sering kali disebabkan oleh diet yang tidak
bijaksana (memakan makanan yang mengiritasi dan sangat berbumbu atau makanan
yang terinfeksi). Penyebab lain mencakup penggunaan aspirin secara berlebihan dan
penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) lain, asupan alkohol yang
berlebihan, refluks empedu, dan terapi radiasi. Bentuk gastritis akut yang lebih berat
disebabkan oleh asam atau alkali yang kuat, yang dapat menyebabkan gangren atau
perforasi pada mukosa lambung. Gastritis dapat juga menjadi tanda pertama sistemik
akut (Lippincott, 2016).
Gastritis adalah suatu inflamasi dinding lambung, yang disebabkan oleh iritasi pada
mukosa lambung. Gastritis biasa terjadi, dapat disebabkan oleh bermacam-macam
faktor. Tipe paling umum dari gastritis adalah gastritis akut yang biasanya bersifat
benigna dan dapat sembuh sendiri terkait dengan ingesti iritan lambung seperti, aspirin,
alkohol, kafein, atau makanan yang terkontaminasi oleh bakteri tertentu. Manifestasi
gastritis akut dapat berkisar dari asimtomatik sampai nyeri ulu hati ringan bahkan
sampai distress lambung yang hebat, muntah, dan perdarahan disertai hematemesis
(muntah darah) (Priscilia Le Mone, 2017).
Gastritis (radang lambung) adalah suatu radang menyangkut lapisan perut entah
karena erosi maupun atrofi (berhentinya pertumbuhan). Penyebab erosif meliputi stres
seperti penyakit fisik atau medikasi seperti obat Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug
(NSAID). Penyebab atrofi meliputi sejarah operasi sebelumnya (seperti gastrectomy),
anemia pernicious, penggunaan alkohol, atau infeksi Helicobacter Pylori (Mary
Digiulio, 2014).
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronis, difusi, atau lokal. Dua jenis gastritis yang sering terjadi
adalah gastritis superficial akut dan gastritis atrofik (Kusuma, 2015).
Gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan
kerusaakan erosi. Gastritis ini paling banyak ditemukan. Gastritis adalah suatu
peradangan pada mucosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik atau lokal
(Margareth, 2012).

B. ETIOLOGI
Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter Pylori dan pada awal infeksi
mukosa lambung menunjukkan respons inflamasi akut dan jika diabaikan akan menjadi
kronik (Kusuma, 2015).
Selain itu penyebab lain dari timbulnya gastritis yaitu (Margareth, 2012):
1. Obat analgetik-antiinflamasi terutama aspirin. Aspirin dalam dosis yang rendah
sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.
2. Bahan kimia misalnya lisol.
3. Merokok
4. Alkohol
5. Stress fisis disebabkan oleh luka bakar sepsis, trauma, pembedahan, gagal
pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.
6. Refluks usus lambung
7. Endotoksin
(Margareth, 2012)

Gastritis akut :
1. Pemakaian sering obat-obatan NSAID seperti aspirin yang tanpa pelindung
selaput enterik.
2. Peminum alkohol.
3. Perokok berat
4. Stress fisik (luka bakar)
5. Keracunan makanan (enterotoksin)
(Margareth, 2012)

Gastritis kronik atau tipe spesifiknya dapat tampak terutama pada keadaan klinik
berikut :
1. Penderita dengan ulkus peptikum.
2. Hubungan dengan karsinoma lambung.
3. Pada penderita dengan anemia
4. Pada penderita setelah gastrektomi
5. Pada orang sehat terutama usia tua

(Margareth, 2012)

C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala secara umum yang sering dirasakan itu adalah :
1. Mual
2. Sebagian penderita bisa muntah darah
3. Nyeri epigastrium
4. Nausea
5. Muntah dan cegukan
6. Sakit kepala
(Margareth, 2012)

Gastritis akut :
- Nyeri epigastrium
- Dapat ditemukan hematemesis dan melena
- Mual, muntah dan perdarahan terselubung maupun nyata. Dengan endoskopi
terlihat mukosa lambung hyperemia dan udem, mungkin juga ditemukan erosi
dan perdarahan aktif.

Gastritis kronis :
- Kebanyakan tidak mempunyai keluhan, hanya sebagai mengeluh nyeri ulu hati,
anoreksia, nausea
- Keluhan lebih berkaitan dengan komplikasi gastritis atrofik, seperti tukak
lambung, defisiensi zat besi, anemia pernisiosa, dan karsinoma lambung.
(Kusuma, 2015) dan (Margareth, 2012)

D. PATOFISIOLOGI
Perfusi mukosa lambung penyebabnya yaitu (konsumsi obat NSAID,alkohol..)
sehingga terjadi erosi mukosa lambung yang menyebabkan timbulnya infark kecil/
perdarahan sehingga menyebabkan terganggunya sekresi asam lambung, keadaan ini
menyebabkan asam pada mucosa lambung dapat memepercepat kerusakan mukosa
sehingga menimbulkan gejala kembung, mual, muntah, dan nyeri epigastrium
(Margareth, 2012).
Patofisiologi dasar dari gastritis adalah gangguan keseimbangan faktor agresif (asam
lambung dan pepsin) dan faktor defensif (ketahanan mukosa). Penggunaan aspirin atau
obat anti inflamasi non steroid (AINS) lainnya, obat-obatan kortikosteroid,
penyalahgunaan alkohol, menelan substasnsi erosif, merokok, kafein, atau kombinasi
dari faktor-faktor tersebut dapat mengancam ketahanan mukosa lambung. Gastritis
dapat menimbulkan gejala berupa nyeri, sakit, atau ketidaknyamanan yang terpusat pada
perut bagian atas (Priscilia Le Mone, 2017).
Gaster memiliki lapisan epitel mukosa yang secara konstan terpapar oleh berbagai
faktor endogen yang dapat mempengaruhi integritas mukosanya, seperti asam lambung,
pepsinogen/pepsin dan garam empedu. Sedangkan faktor eksogennya adalah obat-
obatan, alkohol dan bakteri yang dapat merusak integritas epitel mukosa lambung,
misalnya Helicobacter Pylori. Oleh karena itu, gaster memiliki dua faktor yang sangat
melindungi integritas mukosanya, yaitu faktor defensif dan faktor agresif. Faktor
defensif meliputi produksi mukus yang didalamnya terdapat prostaglandin yang
memiliki peran penting baik dalam mempertahankan maupun menjaga integritas
mukosa lambung, kemudian sel-sel epitel yang bekerja mentransport ion untuk
memelihara pH intraseluler dan produksi asam bikarbonat serta sistem mikrovaskuler
yang ada dilapisan subepitelial sebagai komponen utama yang menyediakan ion HCO₃ˉ
sebagai penetral asam lambung dan memberikan suplai mikronutrien dan oksigenasi
yang adekuat saat menghilangkan efek toksik metabolik yang merusak mukosa
lambung. Gastritis terjadi sebagai akibat dari mekanisme pelindung ini hilang atau
rusak, sehingga dinding lambung tidak memiliki pelindung terhadap asam lambung
(Priscilia Le Mone, 2017).
Obat-obatan, alkohol, pola makan yang tidak teratur,stress, dan lain-lain dapat
merusak mukosa lambung, mengganggu pertahanan mukosa lambung, dan
memungkinkan difusi kembali asam pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini
menimbulkan peradangan. Respons mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab
iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan
tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus-menerus,
jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam
dan basa kuat yang bersifat korosif mengakibatkan nekrosis pada dinding lambung.
Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya
perdarahan dan peritonitis (Priscilia Le Mone, 2017).

Pathway Gastritis

E. Klasifikasi
Klasifikasi gastritis ada 3 yaitu :
1. Gastritis akut
- Gastritis akut tanpa perdarahan

- Gastritis akut dengan perdarahan (gastritis hemoragik atau gastritis erosiva)


Gastritis akut berasal dari makan terlalu banyak atau terlalu cepat, makan-
makanan yang terlalu berbumbu atau yang mengandung mikroorganisme
penyebab penyakit, iritasi bahan semacam alcohol, aspirin, NSAID, lisol, serta
bahan korosif lain, refluks empedu atau cairan pankreas
2. Gastritis kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna
dari lambung, atau boleh bakteri Helicobacter Pylory (H.pylory).
3. Gastritis bacterial
Gastritis bacterial yang disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh refluks
dari duodenum
(Kusuma, 2015)

F. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan medis
1. Gastritis akut
Mukosa lambung mampu memperbaiki dirinya sendiri setelah episode gastritis.
Biasanya, pasien pulih dalam 1 hari, meskipun nafsu makan mungkin hilang
selama 2 atau 3 hari. Pasien tidak boleh mengonsumsi alkohol dan makan
sampai gejala reda. Kemudian diet pasien dapat dilanjutkan menjadi diet
noniriatif. Jika gejala menetap, cairan intravena mungkin diperlukan. Jika
perdarahan terus terjadi, penatalaksanaannya serupa dengan penatalaksanaan
untuk hemoragi saluran GI atas (Lippincott, 2016).
Jika gastritis disebabkan oleh menelan asam atau alkali yang kuat, encerkan dan
netralkan asam dengan antasic yang umum (misalnya alumunium hidroksida),
netralkan alkali dengan jus lemon encer atau cuka encer. Jika korosi luas atau
berat, hindari emetik dan lavase karena terdapat bahaya perforasi. Terapi
suportif dapat mencakup intubasi nasogastrik, agens analgesik dan sedatif,
antasid, dan cairan IV (Lippincott, 2016).
Endoskopi fiberoptik mungkin diperlukan, pembedahan darurat mungkin
diperlukan untuk mengangkat jaringan gangren atau jaringan yang mengalami
perforasi, reseksi lambung (gastrojejunostomi) mungkin diperlukan untuk
mengatasi obstruksi pilorik (Lippincott, 2016).
2. Gastritis kronis
Modifikasi diet, istirahat, kurangi stres, hindari alkohol dan NSAID, dan
farmakoterapi adalah tindakan terapi inti. Gastritis yang disebabkan oleh
H.Pylori ditangani dengan kombinasi obat tertentu (Lippincott, 2016).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Mengurangi Ansietas
⮚ Laksanakan tindakan darurat untuk kasus ingesti asam atau alkali.
⮚ Berikan terapi suportif kepada pasien dan keluarga selama terapi dan
setelah asam atau basa yang tertelan telah dinetralisasi atau diencerkan.
⮚ Persiapkan pasien untuk menjalani pemeriksaan diagnostik tambahan
(endoskopi) atau pembedahan.
⮚ Dengarkan secara tenang dan jawab pertanyaan selengkap-lengkapnya
dan jelaskan semua prosedur dan terapi.
(Lippincott, 2016)
2. Meningkatkan nutrisi yang optimal
⮚ Berikan dukungan fisik dan emosional untuk pasien gastritis akut.
⮚ Bantu pasien menangani gejala (misalnya muntah, nyeri ulu hati, dan
keletihan),
⮚ Hindari makanan dan minuman per oral selama beberapa jam atau
beberapa hari sampai gejala akut reda.
⮚ Berikan kepingan es dan cairan jernih ketika gejala reda.
⮚ Anjurkan pasien untuk melaporkan setiap gejala yang menunjukkan
episode gastritis berulang ketika makanan dimasukkan.
⮚ Cegah konsumsi minuman berkafein (kafein meningkatkan aktivitas
lambung dan sekresi pepsin), alkohol, dan merokok sigaret (nikotin
menghambat netralisasi asam lambung di dalam duodenum).
⮚ Rujuk pasien untuk menjalani konseling alkohol dan berhenti merokok
jika tepat.
(Lippincott, 2016)
3. Meningkatkan keseimbangan cairan
⮚ Pantau asupan dan haluaran harian untuk mengetahui adanya dehidrasi
(minimal asupan 1,5 L/ hari dan haluaran 30 mL/jam). Infusikan cairan
intravena jika diprogramkan.
⮚ Kaji nilai elektrolit setiap 24 jam untuk mendeteksi ketidakseimbangan
cairan.
⮚ Waspadai indikator gastritis hemoragik (hematemesis, takikardia,
hipotensi), dan beri tahu dokter.
(Lippincott, 2016)
4. Meredakan nyeri
⮚ Instruksikan pasien untuk menghindari makanan dan minuman ringan
yang dapat mengiritasi mukosa lambung.
⮚ Ajarkan pasien cara penggunaan obat secara benar untuk meredakan
gastritis kronis.
⮚ Kaji nyeri dan kenyamanan yang dirasakan melalui penggunaan
medikasi dan menghindari zat-zat mengiritasi.
(Lippincott, 2016)
5. Mengajarkan pasien tentang perawatan diri
⮚ Kaji pengetahuan pasien mengenai gastritis dan buat rencana pendidikan
individual yang menggabungkan pola makan pasien, kebutuhan kalori
harian, dan pilih-pilih makanan.
⮚ Berikan daftar zat yang harus dihindari (kafein, nikotin, makanan pedas,
makanan yang mengiritasi atau makanan yang sangat berbumbu,
alkohol), konsultasikan dengan ahli gizi jika diindikasikan
⮚ Beri penjelasan mengenai agens antibiotik, antasid, garam bismuth,
medikasi sedatif/ penenang atau agens antikolinergik yang dapat di
resepkan.
⮚ Jika perlu, tekankan pentingnya melengkapi regimen medikasi sesuai
program untuk mengatasi infeksi H.Pylori.
(Lippincott, 2016)

G. KOMPLIKASI
1. Gastritis akut
Komplikasi yang timbul pada gastritis akut adalah pendarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA), berupa hematemesis dan melena, yang berakhir dengan
shock hemoragik. Apabila prosesnya hebat, sering juga terjadi ulkus, namun
jarang terjadi perforasi (Ardiansyah, 2012).
2. Gastritis kronis
Komplikasi yang timbul pada kasus gastritis kronis adalah gangguan penyerapan
vitamin B12 ini. Menyebabkan timbulnya anemia pernesiosa, gangguan
penyerapan zat besi, dan penyempitan daerah pilorus (pelepasan dari lambung
ke usus dua belas jari) (Ardiansyah, 2012).
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Pada biodata, bisa diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat
tinggal, pekerjaan, pendidikan, dan status perkawinan (Ardiansyah, 2012).
2. Keluhan utama
Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan gejala
pada pasien. Kaji, apakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan,
mual, atau muntah? (Ardiansyah, 2012)
3. Riwayat penyakit sekarang
Kaji, apakah gejala terjadi pada waktu-waktu tertentu saja, seperti sebelum atau
sesudah makan, setelah mencerna obat tertentu atau alkohol? (Ardiansyah, 2012)
4. Riwayat penyakit dahulu
Kaji, apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stres, alergi, makan atau
minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat? Kaji, adakah riwayat penyakit
lambung sebelumnya atau pembedahan lambung? (Ardiansyah, 2012)
5. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji riwayat keluarga yang mengonsumsi alkohol, mengidap gastritis, kelebihan
diet, atau diet sembarangan. Riwayat diet, ditambah jenis diet yang baru
dimakan selama 72 jam, juga akan membantu dalam melakukan diagnosis.
(Ardiansyah, 2012)
6. Pemeriksaan fisik
⮚ Kesadaran : pada awalnya CM (Compos Mentis), yaitu perasaan tidak
berdaya.
⮚ Respirasi : tidak mengalami gangguan.
⮚ Kardiovaskuler : hipotensi, takikardia, disritmia, nadi perifer lemah,
pengisian kapiler lambat (vasokontriksi), warna kulit pucat, sianosis, dan
kulit/membran mukosa berkeringat (status shock, nyeri akut).
⮚ Persarafan : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi/bingung, dan nyeri epigastrium.
⮚ Pencernaan : anoreksia, mual, muntah oleh karena luka duodenal, nyeri
pada ulu hati, tidak toleran terhadap makanan (cokelat dan makanan
pedas), dan membran mukosa kering.
(Ardiansyah, 2012)
7. Faktor pencetus
Faktor-faktor pencetus dari gangguan ini adalah :
a. Makanan, rokok, alkohol, obat-obatan, dan stressor (faktor-faktor pencetus
stress),
b. Kondisi psikologis
c. Muskuloskeletal (ditunjukkan dengan adanya kelemahan dan kelelahan)
d. Integritas ego, yaitu faktor stress akut, kronis, dan perasaan tidak berdaya.
(Ardiansyah, 2012)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan keluar/ hilangnya cairan
tubuh secara berlebihan (muntah, pendarahan) ditambah dengan asupan cairan
yang tidak memadai.
2. Nyeri yang berhubungan dengan iritasi mukosa gaster.
3. Risiko tinggi mengalami kekurangan nutrisi yang berhubungan dengan tindakan
pembatasan asupan nutrisi (makanan) atau karena berpuasa.
4. Kecemasan/ ketakutan yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan,
ancaman kematian, dan timbulnya rasa nyeri.
C. INTERVENSI

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


KEPERAWATAN (NOC) (NIC)

1. Kekurangan volume cairan yang Tindakan ini bertujuan untuk menjaga 1) catat karakteristik muntah dan drainase
berhubungan dengan keluar/ agar pemenuhan kebutuhan cairan tubuh 2) observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
hilangnya cairan tubuh secara tetap memadai (adekuat). 3) pertahankan tirah baring
berlebihan (muntah, Kriteria hasil 4) berikan cairan per oral dua liter/hari.
pendarahan) ditambah dengan 1) Pengeluaran urine yang 5) Jelaskan pada pasien untuk menghindari
asupan cairan yang tidak memadai/adekuat. kafein.
memadai. 2) Tanda-tanda vital dalam batas
normal.
3) Membran mukosa lembab
4) turgor kulit baik
5) pengisian kapiler <3 detik
2. Nyeri yang berhubungan dengan Tujuan dari tindakan ini adalah nyeri 1) Kaji dan catat keluhan nyeri, termasuk
iritasi mukosa gaster. teratasi. lokasi, lamanya, dan intensitasnya
Kriteria hasil ( dengan skala nyeri 0-10)
1) Pasien rileks, 2) Berikan makan dalam porsi sedikit tapi
2) Pasien dapat tidur, dan sering.
3) Skala nyeri 0-2. 3) Jelaskan agar pasien menghindari makanan
yang dapat merangsang lambung, seperti
makanan yang pedas dan asam.
4) Atur posisi tidur yang nyaman bagi pasien
5) Anjurkan pasien untuk melakukan
teknik relaksasi, seperti menarik napas
dalam, mendengarkan musik, menonton
TV, dan membaca.
3. Risiko tinggi mengalami Tindakan ini bertujuan untuk memenuhi 1) Kaji status nutrisi dan pola makan pasien.
kekurangan nutrisi yang asupan gizi sesuai dengan kebutuhan 2) Puasakan pasien selama fase akut.
berhubungan dengan tindakan tubuh. 3) Jelaskan agar pasien menghindari minuman
pembatasan asupan nutrisi Kriteria hasil yang mengandung kafein.
(makanan) atau karena 1) Pasien bisa menghabiskan satu 4) Timbang berat badan pasien setiap hari
berpuasa. porsi makanan, dengan alat ukur yang sama.
2) Berat badan meningkat, dan 5) Berikan terapi multivitamin dan antasida
3) Hasil laboratorium menunjukkan sesuai program medis.
kadar albumin (jenis protein
yang terkandung dalam plasma
darah) dan Hb normal
4. Kecemasan/ ketakutan yang Tindakan ini bertujuan untuk mengatasi 1) Awasi respons fisiologi, misalnya takipnea,
berhubungan dengan perubahan rasa cemas. palpitasi, pusing, sakit kepala, sendasi
status kesehatan, ancaman Kriteria hasil kesemutan.
kematian, dan timbulnya rasa 1) Kecemasan berkurang 2) Dorong pasien untuk mau menyatakan
nyeri. perasaan takut dan kecemasan yang ia
hadapi dengan memberikan umpan balik.
3) Berikan informasi yang akurat.
4) Berikan lingkungan tenang untuk pasien
beristirahat.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Penatalaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien.
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal
yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi  yang tepat dengan 
selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai
implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah
dilakukan dan bagaimana respon pasien.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan. Bentuk evaluasinya antara lain menilai kemampuan dalam
merespon rangsangan nyeri, Koping klien efektif, Klien mampu melakukan
aktivitas sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: DIVA


Press.

Kusuma, A. H. (2015). Nanda Nic Noc. Yogyakarta: Mediaction.

Lippincott, W. &. (2016). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi


12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Margareth, C. R. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Mary Digiulio, D. J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Penerbit


Andi.

Priscilia Le Mone, K. M. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Anda mungkin juga menyukai