Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN


KEDELAI EDAMAME (Glycine max (L) Merill) DI
PT. MITRA TANI DUA TUJUH JEMBER

OLEH:
BAIDHATUL KHOIRIMAH
1910311015

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2022
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANG

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN


KEDELAI EDAMAME (Glycine max (L) Merill) DI
PT. MITRA TANI DUA TUJUH JEMBER

Yang disiapkan dan disusun oleh:

Baidhatul Khoirimah
1910311015

Jember, 22 Februari 2022

Telah disetujui oleh:

Dekan Fakultas Pertanian, Dosen Pembimbing,

Ir. Iskandar Umarie, M.P. Ir. Insan Wijaya, M.P.


NIP/NIDN. 196401031990091001 NIP/NIDN. 0728086202
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Allah SWT karena berkat rahmat dan
anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Praktik Kerja Lapang yang
berjudul “Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kedelai Edamame (Glycine
max (L) Merill) di PT. Mitra Tani Dua Tujuh Jember” dengan baik. Proposal ini
disusun untuk melengkapi salah satu syarat Praktik Kerja Lapang (PKL).
Dalam penyusunan proposal ini, kami sadar sepenuhnya bahwa tidak
terlepas dari bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak baik bersifat moril
maupun materil. Maka dari itu penulis ingin menyampaikan terima kasih Kepada:
1. Ir. Iskandar Umarie, M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Jember.
2. Ir. Insan Wijaya, M.P. selaku dosen pembimbing.
3. Orang tua tercinta yang mendukung dan selalu memberikan semangat serta
berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu satu.
Penyusunan proposal PKL ini disusun dengan sebaik baiknya akan tetapi
masih ada kekurangan dalam penyusunannya, maka dari itu kritik dan saran kami
harapkan.

Jember, 22 Februari 2022


Penyusun

Baidhatul Khoirimah
1910311015
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................. 1

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ 2

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 3

DAFTAR ISI ...................................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 5

1.2 Tujuan Kegiatan .................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7

2.1 Tanaman Edamame ............................................................................... 7

2.2 Hama pada Tanaman Edamame ............................................................. 8

2.3 Penyakit pada Tanaman Edamame ....................................................... 10

2.4 Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Edamame ................ 12

BAB III METODE PELAKSANAAN............................................................. 13

3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................... 13

3.2 Metode Kegiatan ................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 14


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan pertanian di Indonesia dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi, misalnya teknologi dalam budidaya pertanian, teknologi industri
pertanian, teknologi informasi dalam pemasaran. Sejalan dengan hal itu
diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang mampu mendayagunakan
kemampuannya di segala bidang khususnya di bidang teknologi informasi dalam
dunia kerja yang sebenarnya. Permasalahan yang terjadi dalam dunia kerja
berbeda dengan permasalahan saat perkuliahan. Dengan situasi tersebut,
mahasiswa Fakultas Pertanian dituntut untuk mengikuti dan beradapatasi dengan
lingkungan pekerjaan sehingga setelah memasuki dunia kerja telah memiliki bekal
yang cukup dan siap menghadapi dunia kerja. Dalam usaha untuk menyesuaikan
dan mengikuti perkembangan industri, kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
instansi dinilai sebagai sarana yang efektif untuk menyesuaikan diri dengan
perkembangan di dunia kerja. Saya tertarik dengan tanaman edamame karena
merupakan sayuran yang nikmat dan kaya akan manfaat. Edamame juga
merupakan hasil pertanian yang bernilai ekonomi tinggi dan dapat berbuah
sepanjang tahun.
Edamame merupukan species tanaman yang sama dengan kedelai,
edamame memiliki biji yang lebih besar, rasa yang lebih manis, tekstur yang lebih
lembut dan lebih mudah di cerna. Kedelai edamame merupakan salah satu jenis
tanaman yang termasuk kedalam kategori sayuran (green soybean vegetable)
Klasifikasi botani tanaman edamame adalah sebagai berikut kingdom plantae,
division spermatophyte, subdivision angiospermae, classis dicotyledoneae, ordo
polupetales, family leguminosa, subfamilia papilionoideae, genus glycine, spesies
Glycine max (L) Merill (Pambudi, 2013). Edamame memiliki berbagai
keunggulan diantaranta produktivitas yang tinggi dimana satu hektar bisa
menghasilkan 10-12 ton bahkan bisa lebih, kedua kedelai edamame memiliki
keunggulan kandungan protein yang tinggi dimana protein dalam edamame
mencapai 36%, edamame juga mengandung sembilan asam amino esensial yang
diperlukan tubuh, edamame juga tidak mengandung kolesterol dan lemak jenuh,
plus kaya serat, vitamin C dan B, kalsium, zat besi dan asam fosfat. Menimbang
hal-hal tersebut diatas, maka kami memilih PT. MITRA TANI DUA TUJUH
sebagai lembaga untuk melakukan Praktek Kerja Lapang.

1.2 Tujuan Kegiatan


1.2.1 Tujuan Umum
1. Mampu menerapkan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
2. Membandingkan ilmu pengetahuan yang didapat dengan penerapan
dilapang.
3. Dapat melatih mahasiswa untuk lebih bekerja mandiri dilapang dan
sekaligus dapat berlatih menyesuaikan diri dengan kondisi lapangan
pekerjaan yang nantinya akan diterjuni.
4. Dapat menambah wawasan dalam bidang pertanian.
5. Sebagai bekal dalam bekerja baik dalam perusahaan ataupun instansi
maupun berwirausaha.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan mempelajari secara langsung rangkaian kegiatan dalam
pengendalian hama dan penyakit pada tanaman edamame.
2. Memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja dalam bidang pertanian
khususnya dalam pengendalian hama dan penyakit pada tanaman
edamame di PT. Mitra Tani Dua Tujuh Jember.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Edamame


Tanaman Edamame (Glycine max (L) merril) salah satu tanaman potensial
yang perlu dikembangkan di Indonesia. Edamame memiliki kandungan protein
yang tinggi yang setara dengan kandungan protein pada susu, dan telur. Selain itu
edamame memiliki keseimbangan asam lemak dalam 100 g edamame terkandung
361 mg asam lemak omega- 3-1794 mg omega-6 asam lemak.Selain itu edamame
juga mengandung zat anti kolesterol sehingga sangat baik untuk dikonsumsi
(Sudiarti,2017). Edamame merupukan species tanaman yang sama dengan
kedelai, edamame memiliki biji yang lebih besar, rasa yang lebih manis, tekstur
yang lebih lembut dan lebih mudah di cerna. Kedelai edamame merupakan salah
satu jenis tanaman yang termasuk kedalam kategori sayuran (green soybean
vegetable) Klasifikasi botani tanaman edamame adalah sebagai berikut kingdom
plantae, division spermatophyte, subdivision angiospermae, classis
dicotyledoneae, ordo polupetales, family leguminosa, subfamilia papilionoideae,
genus glycine, spesies Glycine max (L) Merill (Pambudi, 2013).
Edamame merupakan tanaman semusim, tumbuh tegak, daun lebat,
dengan beragam morfologi. Tinggi tanaman edamame berkisar antara 30 - 50 cm,
bercabaang sedikit, bergantung pada varietas dan lingkungan hidupnya. Tanaman
kedelai memiliki daun majemuk berbentuk bulat dan lancip berwarna hijau muda
tau hijau kekuningkuningan. Tanaman kedelai edamame mempunyai bunga yang
menyerupai kupu-kupu, pada tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai
daun yang biasanya disebut rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai
tanaman kedelai edamame sangat beragam anatara 2-25 bunga, tegantung dari
kondisi lingkungan tumbuhan dan varietas kedelai edamame yang ditanam.
Tanaman kedelai edamame pada berbagai varietas umumnya memiliki warna
bunga putih dan ungu (Pambudi, 2013).Polong kedelai terbentuk 7-10 hari setelah
munculnya bunga mekar. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak daun
beragam antara 1-10 polong sedangkan jumlah polong setiap tanaman dapat
mencapai lebih dari 50 polong. Pada setiap polong terdapat biji yang berjumlah
1,2 dan 3 biji, polong kedelai berukuran 5,5 cm sampai 6,5 cm bahkan bias
mencapai 80 cm. Biji edamame memiliki diameter anatar 5 mm sampai 11
(Pambudi, 2013).

2.2 Hama pada Tanaman Edamame


a. Valanga Stenocatantops angustifrons
Valanga Stenocatantops angustifrons merupakan salah satu hama daun
yang penting karena menyukai kisaran inang tanaman yang luas diantaranya
rumput, padi, jagung, kelapa, palem dan kedelai. Taksonomi dari Valanga
Stenocatantops angustifrons adalah sebagai berikut, Valanga Stenocatantops
angustifrons termasuk dalam famili acricidae dengan ciri-ciri memiliki antena
pendek, tarsus tiga ruas, fermur kaki belakang membesar, ovipositor pendek.
Tubuh Valanga Stenocatantops angustifrons berwarna abu-abu kecoklatan dan
beberapa berwarna cerah pada sayap bagian belakang. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Kassek dkk., (2015), belalang umumnya memiliki ciri fisik fermur
yang membesar, berwarna cerah pada bagian sayap belakang dan antena yang
pendek.
Serangan hama Valanga Stenocatantops angustifrons disebabkan oleh
adanya aktivitas makan hama yang cukup tinggi sehingga menyebabkan
terjadinya kerusakan seperti lubang pada daun tanaman. Gejala serangan atau
kerusakan pada bagian daun yang disebabkan oleh aktivitas makan nimfa dan
imago belalang sehingga menyebabkan daun berlubang dan tidak teratur. Belalang
termasuk dalam kategori hama migran. Menurut Holland et al., (2006)
menyatakan bahwa migrasi pada serangga bertujuan untuk penyebaran populasi
hama.
b. Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esper)
Hama ulat jengkal berwarna hijau dengan garis putih/cerah sepanjang
bagian sisi tubuh mulai dari kepala. Ulat jengkal pada umumnya menyerang
tanaman kedelai, dan termasuk hama utama pada tanaman kedelai. Ulat jengkal
menyeran tanaman kedelai sepanjang masa vegetatif sampai masa generatif. Fase
larva merupakan fase yang membahayakan pada tanaman kedelai. Larva ulat yang
masih kecil hanya akan memakan jaringan daun tanaman kedelai dan tidak sampai
kebagian tulang daun, karena itu daun terlihat transparan atau berlubang kecil
seperti jendela, sedangkan larva yang sudah besar akan memakan seluruh bagian
daun tanaman dan 90% lebih kerusakan pada daun tanaman disebabkan larva pada
fase dewasa (Tample et al., 2010).
Tingkat kerusakan pada daun sangat berpengaruh terhadap hasil tanaman
kedelai (kerusakan ekonomi) adalah apabila jumlah daun yang hilang sebelum
fase pembungaan sebesar 30% dan 15% sesudah fase pembungaan (Champin dan
Sulivan, 2011). Hama ulat jengkal menyerang pada daun tanaman yang masih
muda maupun daun yang sudah tua. Hama ulat jengkal menyerang pada bagian
pucuk tanaman dan polong muda. Ulat jengkal memakan daun dari arah pinggir.
Menurut Marwoto dkk., (2017) hama ulat jengkal menyerang pada bagian daun
sehingga mengakibatkan yang tersisa tinggal tulang-tulang daunnya dan
biasannya terjadi pada saat fase pengisian polong. Ulat jengkal bersifat polifag
(makan hamper semua bagian tanaman).
c. Lalat Bibit Kacang (Ophiomyia phaseoli)
Lalat bibit kacang (Ophiomya phaseoli) adalah salah satu hama yang
menyerang tanaman kedelai sejak tanaman mulai muncul atau tumbuh
dipermukaan tanah hingga 10 hari setelahnya. Jika kondisi memungkinkan
serangan hama lalat bibit dapat mencapai 60 – 80%. Tingginya persentase
serangan lalat bibit pada saat tanaman masih berumur muda akan mengurangi
populasi tanaman dan mengakibatkan produksi tanaman yang dihasilkan tidak
dapat maksimal (Wibowo, 2017). Lalat bibit kacang dewasa berubah menjadi lalat
berwarna hitam mengkilat. Pada pertumbuhan penuh, panjang larva mencapai
3,55 mm. Serangan lalat kacang ditandai oleh adanya bintik-bintik putih pada
keping biji, serangan pada daun tanaman pertama atau daun kedua. Bintik-bintik
tersebut adalah bekas tusukan alat peletak telur (ovipositor) dari imago betina
(Marwoto dkk., 2017).
Serangan dari lalat bibit ditandai dengan adanya serangan bintik putih
pada keping biji pada pertumbuhan kedelai, bintik – bintik tersebut merupakan
bekas tusukan dari peletakan telur lalat kacang jantan oleh lalat kacang betina.
Tanda dari serangan larva pada keping biji dan daun berupa garis berkelok – kelok
berwarna coklat, pada bagian batang ulat menggerek melengkung mengelilingi
batang di bawah kulit batang dan akhirnya berkepompong didalam batang, akibat
dari gerakan tersebut tanaman menjadi layu, mengering dan akhirnya tanaman
mati (Wibowo, 2017). Serangan ringan lalat kacang dapat menyebabkan tanaman
menjadi kerdil, apabila serangan banyak pada umur muda di bawah 2 minggu
tanaman menjadi mati, telur lalat bibit kacang diletakkan pada umur 7 – 10 hari
setelah tanaman.
d. Penghisap Polong/Kepik Coklat (Riptortus linearis fabricius)
Penghisap polong dewasa mirip dengan walang sangit, berwarna kuning
cokelat dengan garis putih kekuningan di sepanjang sisi abdomen. Panjang tubuh
kepik betina 13-14 mm dan yang jantang 11-13 mm. Hama kepik cokelat datang
pertama kali pada area tanaman kedelai pada waktu tanaman dalam fase berbunga
pada umur 35-42 hari setelah tanam. Pada waktu tersebut, imago datang dengan
tujuan untuk meletakan telur pada daerah permukaan daun bagian atas, bagian
bawah maupun pada bagian lainnya (Marwoto dkk., 2017).
Kepik cokelat kebanyakan menyerang tanaman kacang- kacangan seperti
kacang panjang, kacang hijau dan kedelai, Kepik cokelat yang masih muda dan
sudah dewasa menyerang dengan cara menghisap cairan pada polong dan biji.
Cara menyerang yaitu dengan menusukkan stilet pada kulit polong dan terus ke
biji kemudian menghisap cairan yang ada pada biji. Tingkat kerusakan akibat
hama penghisap polong bervariasi tergantung dari tahap perkembangan polong
dan biji. Tingkat kerusakan biji dipengaruhi oleh letak dan jumlah tusukan pada
biji yang disebabkan oleh penghisap polong (Todd dan Turnpseed,1974 dalam
prayogo dan suharsono, 2005). Serangan yang terjadi pada fese pengisian polong
dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji menjadi kempis, kemudian
mengering dan polong gugur (Rahmi, 2017).

2.3 Penyakit pada Tanaman Edamame


a. Penyakit Karat Daun
Pada daun pertama berupa bercak-bercak berisi uredia (badan buah yang
memproduksi spora). Bercak ini berkembang ke daun-daun di atasnya dengan
bertambahnya umur tanaman. Bercak terutama terdapat pada permukaan bawah
daun. Warna bercak coklat kemerahan seperti warna karat. Bentuk bercak
umumnya bersudut banyak berukuran sampai 1 mm. Bercak juga terlihat pada
bagian batang dan tangkai daun. Pengendaliannya dengan cara menanam varietas
tahan, aplikasi fungisida mankoseb, triadimefon, bitertanol, difenokonazol.
(Marwoto dkk., 2017).
b. Rebah Kecambah
Penyakit yang disebabkan R. solani mencakup rebah kecambah, busuk
atau hawar daun, polong, dan batang. Pada tanaman yang baru tumbuh terjadi
busuk (hawar) di dekat akar; kemudian menyebabkan tanaman mati karena rebah.
Pada daun, batang, dan polong timbul hawar dengan arah serangan dari bawah ke
atas. Bagian tanaman terserang berat akan kering. Pada kondisi sangat lembab
timbul miselium yang menyebabkan daun-daun akan lengket satu sama lain,
menyerupai sarang laba-laba (web blight). Pengendaliannya bisa dengan
perawatan benih dengan fungisida dan aplikasi fungisida sistemik, perawatan
benih dengan cendawan antagonis, mempertahankan drainase tetap baik (Marwoto
dkk., 2017).
c. Hawar Batang/Busuk Pangkal Batang
Infeksi terjadi pada pangkal batang atau sedikit di bawah permukaan tanah
berupa bercak coklat muda yang cepat berubah menjadi coklat tua/warna gelap,
meluas sampai ke hipokotil. Gejala layu mendadak merupakan gejala pertama
yang timbul. Daun-daun yang terinfeksi mula-mula berupa bercak bulat berwarna
merah sampai coklat dengan pinggir berwarna coklat tua, kemudian mengering
dan sering menempel pada batang mati. Gejala khas patogen ini adalah miselium
putih yang terbentuk pada pangkal batang, sisa daun, dan pada tanah di sekeliling
tanaman sakit. Miselium tersebut menjalar ke atas batang sampai beberapa
sentimeter. Pengendalian penyakit ini adalah dengan memperbaiki pengolahan
tanah dan drainase dan perawatan benih dengan fungisida atau cendawan
antagonis (Marwoto dkk., 2017).
d. Penyakit virus mosaik (SMV)
Gejala serangan penyakit yaitu tulang daun pada daun yang masih muda
menjadi kurang jernih. Selanjutnya daun berkerut dan mempunyai gambaran
mosaik dengan warna hijau gelap di sepanjang tulang daun. Tepi daun sering
mengalami klorosis. Tanaman terinfeksi SMV ukuran biji mengecil dan jumlah
biji berkurang sehingga hasil biji turun. Bila penularan virus terjadi pada tanaman
berumur muda, penurunan hasil berkisar antara 50-90%. Penurunan hasil sampai
93% telah dilaporkan pada lahan percobaan yang dilakukan inokulasi virus
mosaik kedelai. Pengendalian penyakit ini adalah dengan cara mengurangi sumber
penularan virus, menekan populasi serangga vektor dan menanam varietas toleran
(Marwoto dkk., 2017).

2.4 Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Edamame


Upaya pengendalian harus dilakukan, karena hama dan penyakit dapat
menurunkan produksi secara kualitas maupun kuantitas. Penggunaan pestisida
kimia dilingkungan pertanian khususnya tanaman Hortikultura menjadi masalah
yang dilematis. Rata-rata petani sayuran masih melakukan penyemprotan secara
rutin 3- 7 hari sekali untuk mencegah serangan OPT. Hampir semua petani
melakukan pencampuran 2 – 6 macam pestisida dan melakukan penyemprotan 21
kali per musim tanam (Adiyoga, 2001). Kebiasaan tersebut memacu timbulnya
beberapa dampak negatif antara lain : polusi lingkungan, perkembangan serangga
hama menjadi resisten, resurgen ataupun toleran terhadap pestisida ( Moekasan,
dkk. 2000) Gangguan kesehatan tubuh, yaitu nyeri pada bagian perut, gangguan
pada jantung, ginjal, hati, mata, pencernaan, bahkan dapat mengakibatkan
kematian. (Adriyani, 2006). Sehingga perlu dicari pestisida alternatif untuk
mensubtitusi pestisida kimia tersebut. Pestisida yang ramah lingkungan adalah
berasal dari bahan alami yang berasal dari tanaman yang dikenal dengan Pestisida
Nabati (Sudarmo, 2005). Pestisida Nabati (pesnab) adalah pestisida yang bahan
dasarnya berasal dari tumbuhan. Penggunaan pesnab selain dapat mengurangi
pencemaran lingkungan, harganya relatif lebih murah apabila dibandingkan
dengan pestisida kimia (Sudarmo,2005).
BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat


PKL ini dilaksanakan selama 6 bulan terhitung mulai tanggal 1 Maret
2022. Bertempat di PT. Mitra Tani Dua Tujuh, yang beralamat di Jln. Brawijaya,
Mangli, Kec. Kaliwates, Kab. Jember, Jawa Timur.

3.2 Metode Kegiatan


Dalam pengumpulan data yang diperlukan sebagai bahan nilai dan juga
penulisan laporan Magang dan PKL di mana menggunakan metode pengumpulan
data yang diterapkan di PT Mitra Tani Dua Tujuh, meliputi:
3.2.1 Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung dilapangan mengenai semua
kegiatan Magang dan PKL
3.2.2 Studi Literatur
Studi literature baik dari modul, artikel ilmiah maupun buku, dilakukan
untuk mengetahui Budidaya tanaman kedelai edamame yang dilaksanakan pada
kegiatan Magang dan PKL.
3.2.3 Wawancara/Interview
Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan
diskusi secara langsung dengan narasumber yaitu pembimbing lapang.
DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga, W. 1987. Overview of Production, consumption, and distribution aspect


of hot pepper inIndonesia. Annual Report Indonesian Vegetable Research
Institute. Unpublished Report.
Adriyani, R. (2006). Usaha pengendalian pencemaran lingkungan akibat
penggunaan pestisida pertanian.Surabaya: Universitas Airlangga. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 3(1), 2006, 95–106.
Chapin, J.W.,and M.J, Sullivan. 2011. Soybean insect management.
http://www.scsoybeans.org/research/soybean_insect_mngmt.pdf
Marwoto, dkk. 2017. Hama dan Penyakit Tanaman Kedelai. Puslitbangtan.
Moekasan, Tonny dkk. 2000. Penerapan PHT pada Sistem Tumpang Gilir
Bawang Merah dan Cabai.
Pambudi, Singgih. 2013. Budidaya & Khasiat Kedelai Edamame. Pustaka Baru
Press. Yogyakarta.194 hal.
Prayogo, Y dan Suharsono. 2005. Optimalisasi Pengendalian Hama Pengisap
Polong Kedelai (Riptortus linearis) Dengan Cendawan Entomopatogen
Verticillium lecanii. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 24. No.4 : 123-130
Rahmi, Fuady., Zahrul, Agusni. 2017. Pengaruh Waktu Aplikasi Dan Pemberian
Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati. Penerbit Kanisius Jakarta.
Sudiarti, Diah. 2017. Efektivitas Biofertilizer Pada Pertumbuhan Tanaman
Kedelai Edamame(Glycin max). Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Maarif Hasyim Latif Sidoarjo .JurnalSainHealth Vol. 1 No. 2 .ISSN :
2549-2586
Tample, J., S. Brown., J.A. Davis, and B.R. Leonard. 2010. Soybean looper in
Lousiana soybean.www.agfax.com/Librepository/soybean_looper_whi-
te_paper_08122010.pdf.
Wibowo. (2017). Manajemen Kinerja. Edisi Kelima. Depok: PT. Raja Grafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai