Anda di halaman 1dari 12

[Type text]

“Fiqh Shalat”

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur dalam mata kuliah
PENDIDIKAN AGAMA

Oleh Kelompok IV:

DONNA MEYZOLLA
21112049

Dosen Pembimbing:
Hasbi Nasution, S. Ag. MM

PRODI S1 AKUTANSI
INSTITUT TEKONOLOGI DAN BISNIS H AGUS SALIM (ITBHAS) BUKITTINGGI
2020 / 2021

KATA PENGANTAR
[Type text]

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami mengucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Fiqh Shalat.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah yang telah
diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama. Shalawat dan salam buat
junjungan umat, Nabi Muhammad saw. yang telah membuka mata dunia akan pentingnya
arti pendidikan sehingga kita bisa menikmati dunia pendidikan yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya akan kesalahan dan
kekurangan penulis, meskipun telah berusaha untuk sebaik-baiknya namun penulis yakin
akan segala kekurangannya yang ada pada makalah ini. Penulis berharap makalah ini
merupakan materi yang dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca semua.

Bukittinggi, 1 Desember 2021

Penulis

DAFTAR ISI
[Type text]

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan Makalah...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqh Shalat................................................................................


B. Dasar Hukum Shalat....................................................................................
C. Rukun dan Syarat Wajib Shalat.................................................................
D. Hal-hal yang Membatalkan Shalat.............................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
[Type text]

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terkadang kita sebagai orang muslim sering melupakan kewajiban kita sebagai
makhluk ciptaan Allah SWT yaitu shalat. Shalat merupakan salah satu ibadah wajib bagi kita
umat Islam yang mana shalat merupakan sarana komunikasi antara seorang hamba dengan
Tuhan-Nya sebagai bentuk ibadah yang di dalamnya terdapat sebuah amalan yang tersusun
dari beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ikhram dan diakhiri
dengan salam yang dilakukan dengan syarat dan maupun rukun yang telah ditentukan .
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah mukallaf yang
harus dikerjakan. Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Islam didirikan ata
lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, maka barang siapa yang mendirikan shalat
maka ia mendirikan agama Islam, dan barang siapa yang meninggalkan shalat maka ia
meruntuhkan agama Islam.
Shalat wajib kita kerjakan sebanyak lima kali dalam sehari, berjumlah 17 raka’at.
Shalat tersebut merupakan wajibyang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf
dalam keadaan sehat maupun sakit. Selain shalat wajib juga ada shalat sunah.
Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis akan menjelaskan tentang fiqh shalat
lebih lanjut agar kita bisa dapat memahami dan lebih mengerti tentang materi fiqh shalat ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah pengertian fiqh shalat ?
2. Apa yang menjadi dasar hukum shalat ?
3. Apa saja rukun dan syarat wajib shalat ?
4. Apa saja hal-hal yang membatalkan shalat ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian fiqh shalat.
2. Untuk mengetahui apa yang menjadi dasar hukum shalat.
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat shalat.
4. Untuk mengetahui hal-hal yang membatalkan shalat.
[Type text]

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fiqh Shalat
Menurut bahasa fiqh berasal dari kata faqiha-yafqahu-fiqhan yang berarti “mengerti
atau faham”. Dari sinilah ditarik perkataan fiqh yang memberi pengertian kepahaman dalam
hukum syariat yang sangat dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Jadi, ilmu fiqh adalah suatu
ilmu yang mempelajari syariat yang bersifat amaliyah (perbuatan) yang diperoleh dari dalil-
dalil yang terperinci dari ilmu tersebut.1
Definisi ilmu fiqh secara istilah adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syariat
Islam mengenai perbuatan manusia, yang diambil dari dalil-dalinya secara rinci.2
Dalam mendefenisikan tentang arti kata shalat, Imam Rafi’I mendefenisikan bahwa
shalat dari segi bahasa berarti ucpan dan pekerjaan yang dimulai dengan takbir dan siakhiri
dengan salam, dengan syarat tertentu.3
Kemudian shalat diartikan sebagai suatu ibadah yang meliputi ucapan dan peragaan
tubuh yang khusus, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Dari pengertian
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan shalat adalah suatu
pekerjaan yang diniati ibadah dengan berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan yang
dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam.
Shalat mengubungkan seorang hamba kepada penciptanya, dan shalat merupakan
manifestasi penghambaan dan kebutuhan diri kepada Allah SWT. Dari sini maka shalat dapat
menjadi media permohonan, pertolongan dalam menyingkirkan segala bentuk kesulitan yang
ditemui manusiadalam perjalanan hidupnya.

B. Dasar Hukum Shalat


Hukum shalat adalah wajib ‘aini dalam arti kewajiban yang ditujukan kepada setiap
orang yang telah dikenai beban hukum (mukallaf) dan tidak lepas kewajiban seseorang dalam
shalat kecuali bila telah dilakukanya sendiri sesuai dengan ketentuanya dan tidak dapat
diwakilkan pelaksanaanya.

3
[Type text]

Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dan harus dilaksanakan
berdasarkan ketetapan Al-Qur’an, sunnah, dan ijma’. Kewajiban itu diterima Nabi
Muhammad SAW secara langsung yang diperintahkan oleh Allah di “sidratulmuntaha”
sewaktu isra’ dan mi’raj. Setahun sebelum hijrah ke madinah pada waktu yang telah di kenal,
yaitu Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Subuh. Shalat fardhu pertama yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad SAW adalah shalat Zuhur.
Firman-firman Allah yang memerintahkan untuk melaksanakan shalat seperti didalam
Al-Qur’an surat Toha yang artinya:
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku. (QS. Toha: 14)”
Dalam ayat lain Allah berfirman Qur’an surat Al-ankabut ayat 45 yang artinya:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan
dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-
Ankabut: 45)”
Dalil-dalil di atas, semuanya berisi perintah untuk mengerjakan shalat bagi umat Islam.
Sedangkan tata cara pelaksanaan shalat telah diterangkan oleh Rasulullah SAW dalam sabda
Beliau. Karena memang kedudukan Beliau sebagai penjelas hal- hal yang masih umum dan
memperinci hal-hal yang bersifat global didalam Al- Qur’an.

C. Rukun dan Syarat Shalat


1. Rukun Shalat
Rukun shalat adalah bagian dari pada shalat dimana shalat itu tidak terwujud kecuali
dengannya. Dan apabila sebagian dari padanya hilang maka shalat itu tidaklah disebut
sebagai shalat (yang sebenarnya). Adapun rukun shalat adalah sebagai berikut:
1) Niat mengerjakan shalat
Niat menurut bahasa adalah ketetapan hati, untuk melakukan sesuatu dibarengi dengan
pekerjaanya, kecuali puasa. Ia tidak disyaratkan membarengkan niat dengan
pekerjaanya, karena hal itu menimbulkan kesulitan, mengingat keharusan mengawasi
fajar cukup memberatkan bagi orang berpuasa.
2) Berdiri bagi yang mampu untuk shalat fardhu
[Type text]

Berdiri tegak bagi yang kuasa ketika shalat fardhu. boleh sambil duduk atau berbaring
bagi yang sedang sakit.
3) Takbiratul Ihram
Takbiratul ihram, yakni mengucapkan Allahu Akbar dan harus bersambung dengan
niat, diucapkan dalam posisi berdiri.
4) Membaca surat Al-fatihah
Bacaan alfatihah disyaratkan harus dibaca berbahasa arab, dan tidak diperbolehkan
membaca dengan menggunakan bahasa selain arab (terjemahan Indonesia), meskipun
diluar shalat.
5) Rukuk dengan thumaninah
Menurut bahasa rukuk berarti membungkuk dan mirik secara mutlak. Sedangkan
menurut terminology syara’, rukuk berarti membungkukkan punggung dan kepala
semuanya dalam shalat.
6) I’tidal dengan thumaninah
Setelah rukuk, lalu bangkit dengan mengangkat kedua tangan sebatas telinga hingga
berdiri kembali, sambil membaca do’a tasmi’.
7) Sujud dua kali dengan thumaninah
Sujud menurut etimologi bahasa berarti tunduk. Sujud terlaksana dengan menempelkan
dahi atau hidung ke tanah atau pada sesuatu yang menempel di tanah, dengan syarat
sesuatu itu harus tetap, seperti tikar dan sajadah.
8) Duduk di antara dua sujud dengan thumaninah
Setelah susjud, kemudian bangkit dari sujud mengambil posisi duduk sambil membaca
“Allahu akbar”, Posisi kedua telapak tangan berada di atas kedua paha dekat lutut.
9) Duduk tasyahud akhir
Gaya duduk tahiyatul akhir adalah dengan mengambil posisi duduk tawaruk, yakni
gaya duduk dengan pangkal paha atas (pantat) yang kiri bertumpu langsung pada lantai
dan telapak kaki kiri dimasukkan di bawah kaki kanan.
10) Membaca tasyahud akhir
Duduk akhir yang dimaksud, yaitu duduk di akhir shalat meskipun tidak didahului
oleh duduk pertama seperti shalat yang dua rakaat, duduk akhir merupakan salah satu
rardhu shalat menurut kesepakatan ulama (ijma’), karena tanpa adanya duduk akhir,
tidak dapat dibayangkan adanya tasyahud dan salam.
11) Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir
Waktu membacanya ialah ketika duduk akhir sesudah membaca tasyahud akhir .
[Type text]

12) Salam
Setelah selesai berdoa pada tasyahud akhir, kemudian melakukan “ salam” yaitu
menengok ke kanan sampai pipi terlihat dari belakang dengan membaca
“Assalamu’alaikum wa rahmatullah”
13) Tertib (berurutan mengerjakan rukun-rukun tersebut).
2. Syarat Wajib Shalat
Syarat wajib adalah segala hal yang harus ada dan terjadi, sejak sebelum suatu
kewajiban dilaksanakan. Adapun syarat wajib shalat adalah:
a. Beragama Islam
Hal ini dikarenakan objek yang dituntut untuk melaksanakan kewajiban syariat seperti
shalat dan zakat adalah orang Islam bukan orang kafir. Ini didasarkan pada fakta
bahwa orang-orang kafir bukanlah objek yang dituntut untuk melaksanakan cabang-
cabang syariat.
b. Sudah baligh dan berakal
Shalat tidak wajib atas anak kecil, karena tidak ada perintah baginya, akan tetapi orang
yang merawat dan mendidik wajib memerintahkanya untuk menjalankan shalat sejak
ia berumur 7 tahun. dan memukulnya saat usianya menginjak 10 tahun.
c. Suci dari hadas besar dan kecil
Hal ini dapat dilakukan dengan wudhu, mandi (wajib) atau tayamum.
d. Mampu melaksanakan
Kewajiban hanya dibebankan kepada orang yang mampu melaksanakan, sehingga
orang yang tidak mampu atau orang yang dipaksa untuk meninggalkan shalat tidak
wajib melaksanakanya.
e. Telah sampai dakwah (perintah Rasulullah Saw. Kepadanya)
Orang yang belum menerima dakwah Nabi Saw juga tidak menjadi sasaran
kewajiban shalat. 15
D. Hal-hal yang Membatalkan Shalat
Shalat dikatakan batal atau tidak sah apabila salah satu syarat dan rukunnya tidak
dilaksanakan atau ditinggalkan dengan sengaja. Berbagai hal yang dapat menyebabkan
batalnya shalat adalah:
a. Meninggalkan salah satu rukun shalat dengan sengaja
Apabila ada salah satu rukun shalat yang tidak dikerjakan dengan sengaja, maka shalat
itu menjadi batal dengan sendirinya. Misalnya, seseorang tidak membaca surat Al-
Fatihahnlalu langsung rukuk, maka shalatnya menjadi batal.
[Type text]

b. Berhadas
Bila seseorang mengalami hadats besar atau kecil, maka batal pula shalatnya. Baik
terjadi tanpa sengaja atau secara sadar.
c. Terkena najis baik badan, pakaian, atau tempat shalat
Bila seseorang yang shalat terkena benda najis, maka secara langsung shalatnya
menjadi batal. Namun yang dijadikan patokan adalah bila najis itu tersentuh tubuhnya
atau pakaianya dan tidak segera ditepis /tampiknya najis tersebut maka batallah shalat
tersebut.
d. Dengan sengaja berbicara yang bukan untuk kemashlahatan shalat. Berbicara dengan
sengaja yang di maksud di sini bukanlah berupa bacaan- bacaan dalam Al-Qur’an,
dzikir ataupun do’a, akan tetapi merupakan pembicaraan yang sering dilakukan
manusia dalam kehidupan sehari- harinya.
e. Terbuka auratnya.
Bila seseorang yang sedang melakukan shalat tiba-tiba terbuka auratnya secara
sengaja, maka shalatnya otomatis menjadi batal. Baik dilakukan dalam waktu yang
singkat ataupun terbuka dalam waktu yang lama. Namun jika auratnya terbuka tanpa
di sengaja dan bukan dalam waktu yang lama, maksudnya hanya terbuka sekilas dan
langsung ditutup lagi maka shalatnya tidak batal.
f. Mengubah niat, misalnya ingin memutuskan shalat
Seseorang yang sedang shalat, lalu tiba-tiba terbetik niat untuk tidak shalat di dalam
hatinya, maka saat itu juga shalatnya telah batal. Sebab niatnya telah rusak. Meski
belum melakukan hal-hal yang membatalkan shalatnya.
g. Banyak bergerak
Gerakan yang banyak dan berulang-ulang terus dan bukan merupakan gerakan yang
terdapat dalam shalat. Mazhab Imam Syafi’i memberikan batasan sampai tiga kali
gerakan berturut-turut sehingga seseorang batal dari shalatnya.

h. Membelakangi kiblat
Bila seseorang shalat dengan membelakangi kiblat dengan sengaja, atau di dalam
shalatnya melakukan gerakan hingga badanya bergeser arah hingga membelakangi
kiblat, maka shalatnya itu batal dengan sendirinya.
i. Tertawa sampai terdengar tawanya oleh orang lain
Maksudnya adalah tertawa yang sampai mengeluarkan suara, adapun bila sebatas
tersenyum, belumlah sampai batal shalatnya.
[Type text]

j. Mendahului imam dalam dua rukun shalat, apalagi lebih.


Bila seorang makmum melakukan gerakan mendahului gerakan imam, seperti bangun
dari sujud lebih dulu dari imam, maka batalah shalatnya. Namun bila hal itu terjadi
tanpa sengaja maka tidak termasuk yang membatalkan shalat.
k. Murtad, artinya keluar dari agama Islam
Orang yang sedang melakukan shalat, lalu tiba-tiba murtad, maka batal shalatnya.
[Type text]

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
1. Ilmu fiqh secara istilah adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syariat Islam
mengenai perbuatan manusia, yang diambil dari dalil-dalinya secara rinci. Sedangkan
shalat adalah suatu pekerjaan yang diniati ibadah dengan berdasarkan syarat-syarat
yang telah ditentukan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan
salam.
2. Hukum shalat adalah wajib ‘aini.
3. Rukun shalat ada 13 sedangkan syarat wajib shalat ada 5.
4. Shalat dikatakan batal atau tidak sah apabila salah satu syarat dan rukunnya tidak
dilaksanakan atau ditinggalkan dengan sengaja.
B. Saran

Dengan selesainya makalah yang telah penulis buat ini, penulis menyadari bahwa
pembuatan makalah ini mungkin ada kekurangan oleh karena itu saran dari pembaca sangat
penulis harapkan, atas saran dari pembaca penulis mengucapkan terima kasih.
[Type text]

DAFTAR PUSTAKA
Karim, Syafi’I. 1997. Fiqih-Ushul Fiqih. Bandung: CV Pustaka Setia
Khallaf, Abdul Wahhab. 1996. Kaidah-kaidah Hukum Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Abdillah, Syekh Syamsidin Abu. 1996. Terjemahan Fathul Mu’in. Surabaya: Al-Hidayah

Anda mungkin juga menyukai