Anda di halaman 1dari 10

Peran l\4ilnobiol%i Pangan untuk

Ilmu
danTelsrolqgi Pangan
Outline Bab 1:
./ Pendahuluan

./ Mikroba dan Kerusakan Pangan


./ Milcoba dan Keamanan Pangan
{ Dampak Masalah Keamanan Pangan
{ Ap[t
"ri
Ilmu Mikrobiologi Pangan

Bahan pangan merupakan medium yang rentan ditumbuhi oleh


miftroba karena mengandung berbagai macam nutrisi yang dibutuhkan
bagi pertumbuhan mikroba. Pertumbuhan milcoba dalam bahan pangan
dapat digolongkan dua kategori, yaitu pertumbuhan yang diinginkan dan
pertumbuhan yang tidak diinginkan. Pertumbuhan mikroba pada bahan
pangan yang diinginkan dikenal dengan istilah fermentasi. Dalam proses
fermentasi, terjadi perubahan-perubahan pada komponen pangan tertentu
akibat aktivitas mikroba yang dianggap menguntungkan. Produk pangan
hasil fermentasi memiliki nilai gizi, daya cerna, dan umur simpan yang lebih
tinggi daripada bahan bakunya. Proses fermentasi pangan dapat melibatkan
mikroba dari jenis bakteri, kapang multiseluler, maupun kamir uniseluler.
Pertumbuhan mikroba pada bahan pangan yang tidak diinginkan dapat
dijumpai dalam bentuk kerusakan bahan pangan (kebusukan) dan penyakit
yang timbul akibat mengonsumsi bahan panganyang terkontaminasi mikroba
Patogen.
Berdasarkan stabilitas selama penyimpanan, bahan pangan dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bahan pangan mudah rusak
Qterishable food), bahan pangan semi-mudah rusak (simiperisiable food),
dan bahan pangan tidak mudah rusak atau awet (nonperlshibh yood1. B"h",
pangan yang tergolong mudah rusak, antara lain daging, ikan, susu, telur, dan
bahan pangan yang mengandung santan kelapa. Co"tof, bahan pangan yang
tergolong semi-mudah rusak adalah bahan pangan yang dikeringl"rr, k"."rrgl
kacangan kering, dan bahan pangan yang sudah diproses lebih lanjut. contoh
bahan pangan yang tergolong awet adalah g,,rla, biyi-bilian kering, makanan
kaleng, ikan asin, danfillet (irisan daging tanpa tulang) yang telah-mengalami
proses curing.

Berdasarkan pH-nya, bahan pangan dapat digolongkan menjadi empar


jenis. Bahan pangan yang memiliki pH di atas 5,0 disebut bahan pangan
berasam rendah. Bahan pangan yang memiliki pH 4,6-5,0 disebut b"h",
pangan berasam medium. Bahan pangan yang memiliki pH 3,74,6 disebut
bahan pangan asam. Bahan pangan yang memiliki pH di bawah 3,7 disebut
bahan pangan berasam tinggi. Masing-masing jenis bahan pangan ini dapat
ditumbuhi oleh berbagai jenis mikroba yang spesifik, y"rrg r.r,r"id.rrgrr, ,rilri
pH pangan tersebut. sebagai contoh perbedaan jenis mikroba yang iumbuh
pada berbagai jenis pangan tersebut, diberikan contoh pada pangan yang telah
dikalengkan berikut ini.

pertama adalah bahan pangan berasam rendah yang memiliki


pH- di_Kelompok
atas 5,0. contoh bahan pangan berasam rendah adalah r.b"gian bes",
produk daging, susu, dan sayuran, seperti jagung, bayam, asparagus, dan
buncis. sebagai contoh, berikut ini beberapa tipe mikroba kontaminan yang
umum menyebabkan kerusakan pada bahan pangan berasam rendah yang
telah dikalengkan. Mikroba tersebut adalah Geobacillus stearothermophili
menyebabkan kerusakan fat sour pada makanan kaleng (pangan berubah

lenjadi asam, tetapi kaleng tidak menggembung), clistridiim sporogenes


dan Chstridium putrifcum menyebabkan kebusuk"r, d"r, p.rgg.-b,rig"n
makanan kaleng, Desulfotomaculum nigrificans menyebabkan L,it^k^n,ultra,
pada makanan kaleng (timbul bau, seperti telur busuk dan noda kehitaman
pembentukan asam sulfida/Hrs) , clostidium boilinummenghasilkan

T*,
Berdasarkan stabilitas selama penyimpanan, bahan pangan
dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaiiu l*,* pangan Ludah
rusak
(perishabb
food), bahan pangan semi-mudah ,urrk 1ri*lprisfiable fooi,
dan bahan pangan tidak mudah rusak atau awet (nonperlshibhfood).
Bahan
yang tergolong mudah rusak, antara lain daging, ikan, susu,
f*9", telur, dan
bfrT pangan yang mengandung santan kelapa. C;";h bahan pangan yang
tergolong semi-mudah rusak adalah bahan pangan yang dikeringk",
k".-gl
kacangan kering, dan bahan pangan y""g r.rd"lidiprorJs hbih
rinjut. contoh
pAg"" yang tergolong awet adalrh g,rl", bili-biyian kering, makanan
l+""
kaleng, ikan asin, danfilbt(irisan d"grrgt""p" n t""g yang t.rah'rnengalami
proses curing.

Berdasarkan pH-nya, bahan pangan dapat digolongkan


menjadi empat
jenis' Bahan pangan yang memiliki pH di atas
5,0 disebut bahan pangan
berasam rendah. Bahan pangen yang memiriki pH 4,6-5,0
disebut bahan
pangan berasam medium. Bahan pangan yang memiliki pH
3,74,6disebut
pangan asam. Bahan pangan yang memiriki pH di b"*"t
lahan 3,7 disebut
bahan pangan berasam tinggr. Masing-masing jenis bahan
pangan ini drpat
ditumbuhi oleh berbagai jenis mikroba yang spesifir., yrrg r.r,rrilengan
nilai
pH pangan tersebut. sebagai contoh perbed"an yangiumbuh
lenis -ii.roba
UerfaSai jenis pangan tersebur, diberikan contoh pada p*g*
t"li
dikalengkan
y.rg t.I"h
berikut ini.

perama adalah bahan pangan berasam rendah yang memiriki


_ _ .Kelompok
pH di atas 5,0. contoh.baha'p"rrg"., b.rasam rendah adalah,.b!i*
b.r*
produk daging, susu,. dan sayuran, seperti jagung, bayam,
d"r,
buncis. Sebagai contoh, berikut ini beberapa ril" ""paragus,
-it rot" korrt"o,irr"r, y*g
umum menyebabkan kerusakan pada bahan pangan berasam r."d"h
-Geo-bacillus y*[
telah dikdengkan. Milroba tersebut adalah stearotherruophili
menyebabkan kerusal<an
flzt soar pada makanan kaleng (p*g"r, berubah
r.neni1li asam, tetapi
F."g tidak menggembung), Ciria;ri* s?orogenes
dan chsnidium pu*ificum menyebabkailu*"f"" dan pengge-b,rig*
makanankaleng-,Desulfotoryayulmnigrifi cansmenyebabkanLril^k^rrottrd,
pada makanan kaleng (timbul bau, seperti telur busuk
dan noda kehiaman
akibat pembentukan asam sulfida/ Hrsj, crostridlurn botulinummenghasilkan

2
tol$in botulin yang dapat menyebabkan kematian, dan Bacillus beunigrificans
menyebabkan warna kehitaman pada bit.

Kelompok kedua addah bahan Pangan dengan keasaman medium.


Contoh bahan pangan berasam medium addah beberapa jenis daging-
dagingan, sayuran camPur, tPaghrtti, suP, dan saus. Mikroba kontaminan
yang umum menyebabkan kerusakan pada.bahan pangan berasam medium
hampir sama dengan milroba kontaminan pada bahan pangan berasam
rendah, tetapi kelompok bahan pangan keasaman menengah ini lebih tahan
terhadap kerusakan mikroba anaerobik termofilik yang tidak memproduksi
HrS. C. botulinumtetap harus diwaspadai karena dapat tumbuh pada kondisi
ini.

Kelompok ketiga adalah bahan Pangan dengan PH 3,74,6 yang disebut


bahan pangan asam. Contoh bahan pangan asam addah tomat, pir, dan nanas.
Mikroba kontaminan yang umum menyebabkan kerusakan pada bahan
pangan asam biasanya berasd dari kelompok mikroba mesofilik, di antaranya
bakteri asam yang tidak membentuk sPora sePerti Lactobacillus sp. dan bakteri
anaerobik pembentuk spora seperti kelompok Acetobutyricam. Mel<tnarr
kaleng kelompok ini juga dapat mengdami kembung yang diakibatkan
oleh bakteri anaerobik fakultatif tidak tahan Pmas, bakteri kokobasil yang
memproduksi gas pada beberapa jus buah, dan bakteri anaerobik mesofilik
obligat pembentuk gas seperti Closffidium butyricumyang cukup tahan panas.
Kembung pada kaleng beberapa produk buah-buahan juga disebabkan oleh
kamir atau laktobasil heterofermentatif;, sedangkan mikroba lain menyebabkan
bau asam dan favor yang tidak diinginkan sePerti Bacillus coagakns pade
romat dan Alicyclobacillus yang menyebabkan bau busuk pada produk buah
kaleng.

Kelompok keempat addah bahan Pangan dengan pH di bawah 3,7 yang


rlisebut bahan pangan berasam tinggi. Contoh bahan Pangan kelompok ini
adalah acar, asinan, buah beri, jeruk, dan lemon. Kemungkinan kerusakan
kclompok bahan pangan ini akibat aktivitas mikroba relatif lebih rendah
tlibandingkan tiga kelompok sebelumnya, kecuali jika terdapat konaminasi
langsung setelah pengolahan. Mikroba yang paling mungkin menyebabkan
kcrusakan pada kelompok ini adalah milroba yang toleran terhadap keadaan
irsirm, seperti kamir, kapang, bakteri Lactobacillus sp., dan AliEchbacillus sp,
secara umum, beberapa masalah keamanan pangan di Indonesia, anrara
lain: (l)
standar keamanan dan mutu pangan rendah, (2) laporan penyakit
kurang (banyak penyakit akibat pangan terkontaminasi yang tidak terdaftar),
(3) pengetahuan, kemampuan, dan responsibilitas produsen rendah, dan (4)
kewaspadaan konsumen terhadap pangan yang dikonsumsinya cenderung
rendah. Beberapa masalah tersebut dapat ditimbulkan oleh adanya mikroba
patogen yang mengontaminasi pangan.

Mikroba yang perlu diperhatikan sebagai penyebab masalah keamanan


Pangan adalah bakteri, virus, kapang, prorozoa, ganggang, dan richettsiae.
Mikroba tersebut dapar menyerang bahan pangan dan menimbulkan penyakir
akibat pangan (foodbome disease). Penyakit akibat pangan tersebut dapat
dikelompokkan menjadi intoksikasi, infeksi, dan toksikoinfelsi. Intoftsikasi
yaitu penyakit yang diakibatkan oleh terkonsumsinya racun ekstraseluler
yang dihasilkan oleh milroba dalam bahan pangan. Beberapa contoh dari
racun tersebut adalah borulin yang terdapat pada makanan kaleng dan
berbagai mikotoksin yang diproduksi oleh kapang, di antaranya aflatoksin
yang terdapat pada serealia dan produknya. Infeksi addah penyakit yang
diakibatkan oleh terkonsumsinya sel mikroba hidup dari bahan pangan dan
dalam tubuh manusia akan menyebabkan gangguan kesehatan. contohnya,
terkonsumsinya salmonelh sp. dan Escherichia coli. Toksikoinfeksi adalah
penyakit yang diakibatkan masuknya bakteri hidup penyebab infeksi melalui
sduran pencernaan yang juga memprodulsi toksin ketika sudah berada di
dalam ubuh (usus). Contohnya, terkonsumsinya C. perfringens dan E. coli
Ol57:H7.

Keamanan pangan tidak hanya memengaruhi kesehatan dan


keselamatan dari masyarakat yang mengonsumsinya. Secara khusus, dampak
dari masalah keamanan pangan memang memengaruhi individu konsumen,
seperti timbulnya penyakit diare, malnutrisi, dan penyakit lainnya. Namun,
permasalahan sosial ekonomi juga merupakan konsekuensi dari a&nya
masalah keamanan pangan pada komunitas masyarakat.

4
Dampak sosial ekonomi dapat melanda seluruh lapisan masyarakat,
dimulai dari individu, industri Pangan, bahkan pada negara; Rasa sakit,
biaya pengobatan dan perawatan, serta berkurangnya pendapatan merupakan
dampak sosial ekonomi yang dirasakan individu. Sem'entara itu, konsekuensi
y"rrg h"r,r, ditanggung oleh industri Pangan, di antaranya penarikan produk,
Lhil"rrg"r, pasar, hingga penutupan industri. Selain individu dan perusahaan,
negara p.rrt t.rkerra dampak sosial ekonorni tersebut, sePerti penambahan
biaya surveilan, penyelidikan terhadap kasus keamanan pangan yanS tidak
terlaporkan, pengurangan ekspor, serta kehilangan turis dan devisa'

Dampak yang sangat besar dari permasalahan keamanan pangan di


atas menyebabkan perlunya langkah-langkah untuk menanggulangi masalah
tersebut, terutama melindungi kesehatan publik. Beberapa program, baik
berskala lokal maupun internasional telah disusun untuk tujuan tersebut. Di
Indonesia sendiri, pemerintah telah membentuk sistem keamanan Pangan
terpadu yang program nya, antare lain dilalsanakan melalui Jejaring Intelijen
Pangan, Jejaring Pengawas Keamanan Pangan, dan Jejaring Promosi Keamanan
Pangan yang bekerja secara sinergi dalam meningkatkan keamanan Pangan
dalam negeri. Program berskala internasional sebagian besar diprakarsai
oleh FAO|UTHO dan berbagai organisasi internasiond lainnya. Konferensi
yang membahas khusus -"r"hh keamanan pangan dari berbagai skda juga
dilakukan secara rutin, misalnya konferensi PanSan tingkat AsiaTenggara yan8
telah menghasilkan kesepakatan beberapa milsoba yang telah dinilai berisiko
menimbulkan penyakit dan perlu diwaspadai di negara-negara Asia Tenggara.
Milcoba tersebut adalah Vibrio parahaemolyticas pada udang, Bacillus cereus
pada bahan bertepung, dan Salmonelk sp. pada ayam.

Program \7HO untuk menghindari bahaya keamanan Pangan yang


telah disosialisasikan secara global addah Program pencegahan keracunan
pangan yang dikenal dengan 5 (tima) kunci keamanan Pangan. Kelima kunci
keamanan pangan tersebut adalah:

l. Menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan. cuci tangan


harus dilakukan sebelum menangani pangan dan selama mengolah
pangan. cuci tangan juga harus selalu dilakukan setelah menggunakan
toilet. Menjaga kebersihan juga diperlukan dengan cara mencuci
dan melakukan sanitasi permukaan dan alat yang digunakan untuk
pengohhan pangan serta mcniaga dapur dan pangan agar terhindar
dlri kottrrttttittitsi serlngga atlrt binltirrrg lairrnye.
2. Mcnghindarkan kontaminasi silang dengan memisahkan anrara pangan
mentah dengan yang sudah dimasak. Demikian juga perlu pemisahan
peralatan, sePerti pisau dan talenan yangdigunakan untuk menangani
Pangan mentah dan pangan masak. Pangan selalu disimpan pada wadah
terrurup unruk menghindari kontaminasi silang.
3. Memasak dengan sempurna setiap jenis pangan, terutama daging, telur,
dan ikan. Makanan berkuah seperti sup atau rebusan harus dimasak
samPai mendidih dengan suhu internal, setidaknya telah mencapai
70C. Daging yang dimasak harus dipastikan bahwa cairan yang
dihasilkan dari Proses pemanasan tidak lagi berwarna merah muda yang
menandakan belum termasak dengan sempurna. Pemanasan kembali
masakan marang jrg" harus dilakukan dengan sempurna.

4. Menempatkan pangan pada suhu yang repar. Makanan marang


berkuah kaldu daginglsantan jangan dibiarkan berada pada suhu
kamar (28-30"C) lebih dari 2 j"*. Bila akan menyimpan makanan
matang dan Pangan mudah rusak dalam wakru yang relatif lama, dapat
dengan caramendinginkannya dalam lemari es yang bersuhu di bawah
5"C. Namun, penyimpanan di lemari es pun mempunyai batas waktu
untuk setiap jenis pangan. Sebaliknya, bila akan menyimpan makanan
matang pada suhu panas, suhu diatur agar selalu di atas 60"C. Suhu
antara 5-60 "C dinamakan danger zone.

5. Menggunakan selalu air bersih dan mutu bahan baku yangaman. Bahan
baku yang digunakan untuk pengolahan pangan hendakry" dipilih
yangmasih segar dan baru. Pangan olahan yang hendak diolah kembali
harus diperhatikan penampilan fisik dan tanggal kedaluwarsanya.
Buah dan sayur yang akan dikonsumsi mentah harus dicuci dengan
air bersih.

Pendidikan milrobiologi pangan merupakan salah satu dasar dalam


pengetahuan di bidang ilmu dan teknologi pangan. Berdasarkan ilmu
mikrobiologi pangan, berbagai permasdahan akan dapat diatasi, bahkan
juga aplikasi ilmu milrobiologi pangan akan memberikan nilai tambah yang
signifikan bagi kesehatan dan perekonomian nasional. Berbagai permasalahan
dan solusi yang dapat diatasi dengan aplikasi ilmu mikrobiologi pangan akan
diuraikan sebagai berikut ini.

6
Permasalahan yang mengakibatkan kerugian ekonomi
atauPun

rurunnya nilai kesehat"i -"ry"r"k"t, antara lain disebabkan


terjadinya
terjadinya masalah
p.""r""* mutu produk akibar gangguan mikrobiologis,
keamanan Pangan yang berakib"t f"d' Penurunan tingkat
produktivitas
Di lain pihak, aplikasi ilmu mikrobiologi pangan
dan kesehata. -"ry"r"lit. masyarakat
J"p". rr,.-Uerikan nilai tambah baii kesehatan maupun ekonomi
d.rrg* pemanfaatan mikroba, sehingga dapat menghasilkan produk Pangan
d.rri"r, ,ril"i giri mauPun sifat fungsiond yang lebih baik'

keuntungan
Berbagai contoh dari pemecahan permasdahan maupun
pangan, antara
yang dapat-terjadi akibat diterapkannya ilmu mikrobiologi
lain berikut ini.

Peningkatan Mutu Pangan


berdampak
Pertumbuhan dan aktivitas mikroba perusak Pangan dapat
perusak dapat
pada turunnya kualitas mauPun kuantitas Pangan' Milrroba
Dengan
i,r-buh s.jak p"ngan ada di i"p*g hingga Pangan siap dikonsumsi'
mengetahui sif*+ifat dari mi}roba yang dapat tumbuh pada pangan tertentu'
permasalah-an tersebut
f.rrg?rrd"li* yang harus diterapkan untrrk mengatasi
diinginkan. Pencegahan
i"g""rk"" lebih tepat dan memberikan hasil yang
grld p"rr.r, meuPun pencegahan kerusakan selama penanganan merupakan
i"fif, ,"." faktor p.ndLrk rn[ b"gi tingginya bahan Pangan yang diproduksi'
pada gilirannyabit" digunakan sebagai_bahan baku di industri Pangan,
"k"n t yang baik yang berakibat tingginya nilai
n Lemb.rikan standar
"k pangan. Sebagai komoditas ""ti,"rdagang,
Pangan juga mlmerlukan
sistem
iual
p..d"g"rlg". yrttg 1,r1,r. dan bertanggung jawab' Oleh -karena itu'
mutu
teriaga dan diperlukan standar
;r"g; iurg'ai;riCog"ngkan ha't''s dapat
rnutu, termasuk mutu miLrobiologisnya'

pengendalian Masalah Keamanan Pangan


oleh
Masalah keamanan pangan dari segi mikrobiologi yang dihadapi
masih terjadinya kolt_aminan milroba
masyarakat pada umumiy"
"a1*tkimia sebagai pengendali mikroba yang
bahan
pnd" p"rg"r, Penggunaan
bahan tambahan Pangan yang terlalu
iia* iiirirrt "rr, "r".rp,rn Penggunaan
banyak, sehingga -.I"-p",ii stander .yang ditetapkan' Di lain
pihak'
juga masih terjadi sctiap
ma*alah keracunln p*ng.n karena mikroba Patogen
$.irt. Pcrmasalahan ini dapar tcrjadi karcna masih ada kesenjangan dalanr
kemampuan melakukan analisis untuk mengidentifikasi mikroba parogen
penyebab keracunan pangan, sehingga permasalahan keracunan pangan
masih sering terulang.

Ilmu miftrobiologipangan dapatdigunakan untukmengatasi permasdahan


tersebut dengan pembuatan standar keamanan mikrobiologis berdasarkan
k"ji* risiko mikrobiologis. Penyusunan standar pangan rerutama dari segi
milrobiologis menuntur penyusun mempunyai pengerahuan yang memadai
mengenai karakteristik mikroba dan bahaya yang dapat ditimbulkannya.
Pangan yang beredar di masyarakat harus selalu terjaga keamanannya, sehingga
yang tidak kdah pentingnya addah pengetahuan inspektur pangan terhadap
kemungkinan bahaya mil:robiologis yang terjadi pada pangan yang diinspeksi.
Terhadap pangan yang dicurigai, inspektur pangan akan mengambil sampel
yang kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Salah satu
analisis yang dilakukan addah analisis milrobiologi pangan. oleh karena itu,
pengetahuan mengenai analisis milrobiologi pangan wajib diketahui dengan
baik untuk seorang analis, baik analis yang bekerja di pemerintahan maupun
analisis yang bekerja di industri pangan yang akan memproduksi pangan yang
alnan.

Pemanfaatan Milffoba untuk Peningkaran Nilai


Thmbah Pangan

Mikroba merupakan bahanyang dapat dfunanfaatkan untukmeningkatkan


nilai tambah suatu produk pangan. Nilai tambah suatu produk pangan dapat
ditingkatkan karena adanya perubahan karakter pangan dan penggunaan
milroba pada pengolahan pangan. Proses fermentasi telah dilakukan sejak
dahulu kala oleh manusiasecara tradisional untuk menghasilkan produk pangan
yang mempunyai karakter berbeda dengan produk sebelumnya, baik dari segi
kandungan zat gizi maupun kandungan zatlun yang diinginkan terbentuk di
produk akhirnya. Pemanfaatan secara tradisional cenderung dilakulsn untuk
memenuhi kebunrhan produk pangan hasil fermentasi pada skala rumah rangga
maupun lokal saja. Pemanfaaan mikroba sebagai agen fermentasi saat ini telah
berkembang pesat, di mana pemanfaatannya telah mencapai skda industri.
Pada skala ini, fermentasi digunakan untuk memenuhi kebutuhan produk
pangan hasil fermentasi dalam lingkup yang lebih luas, nasion"l, L"trk""

8
internasional. Produk pangan hasil fermentasi dapat berasal dari pangan
nabati dan hewani. c"nt"h produk hasil fermentasi pangan nabati adalah
tempe, tahu fermentasi, tauco, kecap, tape, brem, bir, anggur' cidzr'
nate
d. pikel, sauerhraut, uineghr, soykult, dan yoghurt nabati' Sementara
"o.o,
itu, contoi produk hasil fermentasi pangan hewani, antara lain peda, terasi,
Bahkan'
bekasam, silase, kecap ikan, keju, dadih, yoghurt, dan sosis fermentasi'
baru juga
penelitian untuk me;ghasilkan produk pangan hasil fermentasi yang
Lanyak dilakukan. KJutuhan akan inovasi produh pangan baru, ketersediaan

b"ha., baku, strainljenis mikroba yang baru muncul, Pertimbangan kondisi,


yang
dan waktu proses fermentasi atau kebutuhtn zat-zat hasil fermentasi
diinginkan menjadi beberapa faktor pendukung dilakukannya penelitian
p.*Lfo,", mikroba untuk fermentasi Pangan'

Produsen Pangan di Indonesia yeng meliputi produsen industri


harus
besar, industri menengah, industri kecil, dan industri rumah tangga
menghasilkan produk pangan yang hdal, aman, bermutu, dan bergizi'
Dari
,roi". t..r.b,rt, nyatalah b"h*" ilmu milrobiologi pangan merupakan ilmu
yang dinamis dan terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu
'fri"ig"
dapat dryadikan dasar bagi solusi permasdahan mutu dan keamanan
p"tif* di samping peningkatan nilai tambah produk Pangan' .Oleh karena
i,.r,i.rrd"k ry" ,.ti"tr pihak te.kait dapat mengikuti perkembangan ilmu
pada umumnya dan ilmu mikrobiologi pada khususnya, serta
mengupayakan
aplikasinya bagi keberhasilan sistem penjaminan mutu dan keamanan

Pangan.

Anda mungkin juga menyukai