Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya
maka makalah ini dapat tersusun sedemikian rupa.
Penyusunan makalah ini merupakan langkah awal kami dengan beranjak pada
pepatah “tak ada gading yang tak retak” sebab “ kalau tak retak bukanlah gading”.
Apabila ada kesalahan maka kesalahan itulah yang dapat menjadi lilin penerang
menuju perbaikan demi tercapainya kesempurnaan.
Apabila ada kritik dan saran yang ada relevansinya dengan kesempurnaan makalah
ini maka akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar................................................................................................1
Daftar isi.........................................................................................................2
BAB I ............................................................................................................
a. Latar Belakang....................................................................................3
b. Rumusan masalah...............................................................................3
c. Tujuan penulisan.................................................................................3
BAB II ..........................................................................................................4
a. Pengertian...........................................................................................4
b. Struktur aksesoris................................................................................5
c. Fungsi umum sistem integumen.........................................................5
d. Keratinisasi.........................................................................................8
e. Warna kulit.........................................................................................8
f. Pembentukan melanin.........................................................................9
g. Proses berkeringat.............................................................................10
h. Proses dan tahapan penyembuhan luka............................................10
i. Kelenjar-kelenjar pada kulit dan fungsi............................................11
BAB III ........................................................................................................12
Kesimpulan...................................................................................................12
Daftar pustaka...............................................................................................13

2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang
disebut sebagai sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ
yang paling luas. Sistem ini terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku,
rambut,  kelenjar (keringat dan sebaseous), dan reseptor saraf khusus (untuk
stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal).

Sistem integumen terdiri dari organ terbesar dalam tubuh, kulit. Ini sistem
organ yang luar biasa melindungi struktur internal tubuh dari kerusakan,
mencegah dehidrasi, lemak toko dan menghasilkan vitamin dan hormon. Hal
ini juga membantu untuk mempertahankan homeostasis dalam tubuh dengan
membantu dalam pengaturan suhu tubuh dan keseimbangan air. Sistem
integumen adalah garis pertama pertahanan tubuh terhadap bakteri, virus dan
mikroba lainnya. Hal ini juga membantu untuk memberikan perlindungan dari
radiasi ultraviolet yang berbahaya. Kulit adalah organ sensorik dalam hal ini
memiliki reseptor untuk mendeteksi panas dan dingin, sentuhan, tekanan dan
nyeri. Komponen kulit termasuk rambut, kuku, kelenjar keringat, kelenjar
minyak, pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan otot. Mengenai
anatomi sistem yg menutupi, kulit terdiri dari lapisan jaringan epitel
(epidermis) yang didukung oleh lapisan jaringan ikat (dermis) dan lapisan
subkutan yang mendasari (hypodermis atau subcutis).

B. Rumusan Masalah
Apa itu fisiologi system integument ?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui fisisologi integumen?

3
BAB 11
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Kata integumen ini berasal dari bahasa Latin"integumentum", yang berarti "penutup".
Sistem integumen atau biasa disebut kulit adalah system organ yang membedakan,
memisahkan, melindungi, dan menginformasikan manusia terhadap lingkungan sekitarnya
dan merupakan organ yang paling luas, dimana orang dewasa luasnya mencapai lebih dari
19.000 cm.
Sistem integumen meliputi kulit dan derivatnya. Kulit yang sebenarnya adalah lapisan
penutup yang umumnya terdiri atas dua lapisan utama yang letaknya disebelah luar jaringan
ikat, kendur. Sedangkan derivat integumen meliputi struktu-struktur tertentu yang secara
ontogeni berasal dari salah satu dari kedua lapisan utama pada kulit yang sesungguhnya
yaitu epidermis dan dermis. Stuktur-struktur tersebut mencakup kulit, rambut, bulu, sisik,
kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir).
B. Struktur aksesoris

1. Rambut dan folikel rambut  fungsi protektif minor (kepala, mata, traktus
respirasi, telinga) (histologi bisa dibaca dari kuliah, praktikum, dan LTM).
Pertumbuhan rambut dipengaruhi oleh hormon adrenal, androgen, tiroid, dan
tidak dipengaruhi oleh seringnya rambut dipotong. Pigmen rambut didapat
dari melanosit yang terdapat dalam matriks antara papila rambut dan sel-sel
epitel akar rambut. Keratinisasi pada rambut terjadi secara intermitten dan
hanya terjadi pada akar rambut. Papila rambut menginduksi sel-sel epitel yang
menutupinya untuk berproliferasi dan berdiferensiasi.
2. Kelenjar kulit (kelenjar eksokrin)  kelenjar sebasea (holokrin) dan kelenjar
keringat/sudorifera (ekrin/merokrin dan apokrin). Holokrin yaitu hasil
sekretnya dikeluarkan bersamaan dengan seluruh sel yang mati.

4
Ekrin/merokrin yaitu granula sekresi dikeluarkan tanpa
merusak/menghilangkan bagian sel. Apokrin yaitu hasil sekresi dikeluarkan
bersama sitoplasma pada apeks sel.
Perbedaan kelenjar keringat apokrin dan ekrin/merokrin sebagai berikut.
Ekrin/merokrin  kelenjarnya memiliki filtrat hipotonis dari darah yang
disekresikan secara eksositosis oleh sel sekretori kelenjar keringat.
Strukturnya terdapat gelungan sekretori di dermis, duktusnya memiliki
saluran terbuka hingga permukaan kulit/pori-pori. Biasanya terdapat khusus di
telapak tangan dan kaki serta dahi. Apokrin  lebih besar mendominasi
daerah aksila dan genitalia. Ukurannya lebih besar dari kelenjar ekrin dan
duktusnya terhubung dengan folikel rambut. Sekresi keringat apokrin sama
seperti keringat sebenarnya, namun memiliki substansi tambahan yaitu
terkandung lemak dan protein. Oleh karena itu, substansinya lebih kental dan
berwarna kekuningan atau milky. Kelenjar apokrin mulai berfungsi setelah
pubertas dipengaruhi androgen dan berperan kecil dalam termoregulasi.
3. Kuku  bisa dipengaruhi akibat perubahan metabolisme tubuh. Perubahan
struktur, bentuk, atau penampakan bisa digunakan sebagai diagnostik.
4. Muskulus arektor pili
C. Fungsi umum sistem integumen

1. Proteksi  faktor yang berperan dalam fungsi ini yaitu keratin, lipid, sebum,
pH asam, sel Langerhans epidermis, dan makrofag dermis.
a. Keratin awalnya terbentuk dari keratinosit yang berada di stratum
spinosum. Dalam proses keratinisasi terjadi peningkatan jumlah
autofagosom dalam sitoplasma keratinosit (yang mengandung
lisosom) yang berakibat hilangnya struktur sel. Disini keratinosit
mengandung keratinosom, yaitu granula bermembran yang nantinya
bergerak ke tepi dan bisa keluar berada diantara sel-sel, dan berfungsi
sebagai barier terhadap benda asing dan air.

5
b. Sel Langerhans merupakan sel APC yang akan berinteraksi dengan
beberapa limfosit T. APC kaya akan molekul antigen MHC kelas II
yang berfungsi untuk menyajikan antigen kepada limfosit T.

2. Ekskresi dan absorpsi  ekskresi keringat, absorpsi substansi larut air, materi
larut lemak, obat dan gas tertentu (CO2 dan O2).
a. Kelenjar keringat dipersarafi oleh serabut-serabut saraf kolinergik
(serabut yang menghasilkan asetilkolin). Rangsangan pada area preoptik
di bagian anterior hipotalamus akan menyebabkan berkeringat. Kelenjar
ini dapat juga dirangsang oleh epinefrin atau norepinefrin yang
bersirkulasi dalam darah, walaupun kelenjar ini tidak memiliki persarafan
adrenergik. Apabila kelenjar keringat dirangsang sedikit, sekret primer
dari gelungan kel.keringat mengalir melalui duktus dengan lambat. Dalam
hal ini ion Na dan Cl akan direabsorbsi dan konsentrasi masing-masing
ion akan turun sehingga akan memekatkan sebagian besar kandungan
unsur lainnya. Sebaliknya, rangsangan kuat terhadap kelenjar keringat
akan terjadi peningkatan jumlah sekret primer dan duktus hanya akan
mereabsorbsi sedikit lebih dari setengahnya; konsentrasi ion Na dan Cl
kemudian biasanya meningkat. Lebih lanjut lagi, keringat mengalir
melalui tubulus kelenjar begitu cepatnya sehingga hanya sedikit air yang
direabsorbsi. Tingginya air ini akan membantu proses evaporasi lebih
cepat.
3. Sensasi rangsangan sentuh, tekan, nyeri, dan suhu  epidermis dan dermis
memiliki sebaran berbagai reseptor sensorik dan ujung saraf.
4. Pengaturan suhu tubuh  reseptor suhu, produksi dan evaporasi keringat,
perubahan aliran darah kulit untuk menjaga atau melepaskan panas (kontrol
lokal dan saraf).
a. Vasodilatasi pembuluh kapiler akan meningkatkan aliran darah ke
permukaan kulit sehingga dapat melepas kalor lebih banyak. Pada hampir

6
semua area tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasi dengan kuat. Hal ini
disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior
yang menyebabkan vasokonstriksi.
b. Vasokonstriksi akan menurunkan aliran darah sehingga kalor yang
dibuang akan menurun. Hal ini disebabkan oleh rangsangan pusat simpatis
hipotalamus posterior.
5. Sintesis vitamin D3  dibantu oleh sinar UV. Hati dan ginjal berperan dalam
menghasilkan bentuk aktif dari vitamin D3.
a. Vitamin D menghasilkan suatu hormon yang dikenal dengan nama
kalsitriol, yang mempunyai peran sentral pada metabolisme kalsium dan
fosfat. Ergosterol ditemukan pada tanaman dan 7-dehidrokolesterol pada
tubuh hewan. Sinar ultraviolet memutus cincin B kedua senyawa.
Ergokalsiferol (vitamin D2) dapat dibuat secara komersial dari tanaman
melalui cara ini, sedangkan pada hewan, 7-dehidrokolesterol akan
membentuk kolekalsiferol (vitamin D3) pada kulit yang terpajan. Vitamin
D2 dan D3 memiliki potensi yang sama. Vitamin D 3 ternyata dapat
menghambat pertumbuhan keratinosit dan menginduksi diferensiasi sel
lebih awal-termasuk murine dan keratinosit. Metabolit vitamin D dapat
menghambat IL-2 dan síntesis imunoglobulin pada sel limfosit T dan B.
1,25-dihidroksivitamin D3 dan analog vitamin D3 dapat mencegah
psoriasis. Berikut sintesis kolekalsiferol oleh UV light.

6. Penyimpanan lemak  diperankan oleh sel adiposit dermis dan jaringan


adiposa pada lapisan subkutan.
7
D. Keratinisasi
Keratinisasi yaitu suatu proses perubahan bentuk sel-sel dari stratum basale ke
stratum korneum. Terdapat lima tahap keratinisasi sesuai dengan stratumnya
sebagai berikut.

1. Stratum basale  terjadi pembelahan sel secara mitosis sehingga terbentuk


sel-sel baru menjadi sel-sel yang akan terletak di lapisan yang lebih
superfisial.
2. Stratum spinosum  terjadi akumulasi serat keratin dan badan lamellar
yang mengandung lipid.
3. Stratum granulosum  terakumulasinya granul keratohialin dan protein
selubung dari membran plasma; badan lamellar mengeluarkan lipid dan
kemudian sel akan mati.
4. Stratum lusidum  sel-sel mati yang akan menyebarkan granul-granul
keratohialin.
5. Stratum korneum  terbentuklah sel-sel mati yang terdiri dari protein
selubung (keratin) dan dikelilingi oleh lipid.
E. Warna Kulit
Terbentuknya warna kulit ini dipengaruhi oleh pigmentasi epidermal (pigmen
kulit), sirkulasi dermis (pembuluh darah yang melalui kulit), dan ketebalan
dari stratum korneum. Tiga pigmen yang memengaruhi warna kulit yaitu:
1. Jumlah dan variasi melanin yang memberi warna coklat sampai hitam.
Jumlah melanin yang banyak ditemukan di bintik-bintik di muka, tahi
lalat, areolar mamae, axilla, dan genitalia. Jumlah yang sedikit
ditemukan di bibir, telapak tangan dan kaki.

2. Jumlah deposit karoten di stratum korneum dan jaringan subkutan.


Karoten merupakan pigmen kuning yang ditemukan di tanaman, seperti
wortel dan jagung. Manusia mendapat karoten secara normal sebagai
8
asupan vitamin A. Deposit karoten berlebihan menyebabkan kulit
berwarna kuning.
3. Jumlah hemoglobin kaya oksigen (pigmen sel darah merah) di sirkulasi
darah dermis yang memberi warna merah muda.
F. Pembentukan Melanin (Melanogenesis)
Melanin dihasilkan oleh melanosit, yang tersebar di stratum Malpighi (stratum
basale dan spinosum). Jumlah melanosit ini tertentu per satuan luas kulit,
tidak ada pengaruh ras dan jenis kelamin. Yang berbeda adalah aktivitas dan
jumlah granul melaninnya, sehingga daerah-daerah tertentu bisa tidak sama
warnanya. Di dalam sitoplasma melanosit terdapat melanosom, yaitu granul-
granul yang membentuk melanin. Granula ini berada di prosesus sitoplasma,
yang nantinya akan dicurahkan ke sel keratinosit dan terjadi pigmentasi kulit
setelah difagosit oleh keratinosit.
Granula melanosom berhubungan dengan lisosom yang mengandung
tirosinase yang akan merubah tirosin menjadi 3,4 dihidro fenil alanin
(DOPA) kemudian menjadi DOPA quinon dan akhirnya, terbentuk melanin.
Tirosinase ini dibentuk oleh ribosom, lalu ditranspor ke lumen granular
retikulum endoplasmik kemudian disimpan dalam vesikel kompleks Golgi.
Ada 4 stadium perkembangan terbentuknya melanin.
1. Stadium I: vesikel dikelilingi oleh membran yang menunjukkan permulaan
aktivitas tirosinase.

2. Stadium II: vesikel yang berisi tirosinase menjadi aktif dan dimulai sintase
melanin.
3. Stadium III: terdapat timbunan melanin dalam vesikel.
4. Stadium IV: sintesa melanin berhenti, vesikel berisi melanin, tetapi
aktivitas tirosinase tidak ada.
Transfer melanin dari melanosit ke keratinosit juga melalui empat tahap
sebagai berikut.

9
1. Melanosom diproduksi oleh aparatus Golgi melanosit.
2. Melanosom pindah ke prosesus sel melanosit.
3. Sel epitel memfagosit ujung-ujung prosesus sel melanosit.
4. Melanosom yang diproduksi oleh melanosit, sekarang sudah berada di
dalam sel epitel.
G. Proses Berkeringat
Panas merangsang hipotalamus anaterior (area preoptik), impuls dipindahkan
melalui jaras otonom ke medula spinalis dan kemudian melalui saraf simpatis
ke kulit ke seluruh tubuh. Saraf simpatis merangsang kelenjar keringat untuk
memproduksi keringat.
H. Proses dan Tahapan Penyembuhan luka
1. Fase-fase penyembuhan luka
Fase Inflamasi : terjadi sejak terjadi luka sampai kira-kira hari ke-5. Fase ini
menyebabkan pendarahan, dan menghentikannya dengan cara vasokonstriksi,
retraksi atau pengerutan pembuluh darah yang putus dan reaksi hemostatis
terjadi karena trombosit dan jala fibrin keluar sehingga menyebabkan
pembekuan. reaksi inflamasi yaitu sel mast menghasilkan serotenin dan
histamin yang menyebabkan eksudasi cairan dan peradangan itu
menyebabkan membengkak, terjadi kemerahan, rasa nyeri dan panas.
2. Fase Poliperasi : berasal dari sel mensenkrim yang belum deferensiasi
menghasilkan mukopolisakarida, asam amino glisin dan prolin yang
merupakan bahan dasar kolagen, serat yang akan mempertautkan tepi luka.
Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh
permukaan luka.
3. Fase Peyudahan : odim dan sel radang di serap sel muda menjadi matang,
kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap
sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada, selama proses ini
dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis dan lemas serta mudah di gerakkan
dari dasar.
10
I. Kelenjar-Kelenjar Pada Kulit dan Fungsinya :         
a. Kelenjar Sudoriferus atau Kelenjar Keringat
1. Eccrine atau Mesocrin : fungsinya mengatur suhu tubuh,
mengeluarkan keringat dengan proses fisiologis.
2. Apokrin atau Odiferus  : fungsinya menghasilkan keringat
yang mengandung lemak, mengeluarkan keringat dengan bau
husus terdapat di ketiak, areola mamae, labium mayora, anal
dan genital.
b. Kelenjar Sebaseous atau Kelenjar Minyak
sekret dari kelenjar ini disebut sebum fungsinya melembabkan kulit,
mencegah terjadinya absorpsi dan penguapan dari kulit.

11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bahwa didalam tubuh manusia terdapat berbagai macam sistem yang beragam
yang masing-masing mempunyai fungsi, struktur serta tata letak yang berbeda-
beda. Termasuk didalamnya sistem integumen, yang sangat berperan dalam
melindungi sistem-sistem yang berada didalam tubuh. Karena sistem integumen
terletak pada luar tubuh. Selain itu juga masih banyak fungsi dari sistem
integumen sendiri, diantaranya yaitu menjaga suhu normal tubuh. Mencegah
patogen-patogen masuk kedalam tubuh. Maka bisa disimpulkan bahwa sistem
integumen merupakan ketahanan pertama atau awal dari pengaruh buruk keadaan
diluar tubuh.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.academia.edu/9590146/Fisiologi_Sistem_Integumen
2. https://www.academia.edu/15790277/
ANATOMI_FISIOLOGI_SESTEM_INTEGUMEN
1. https://www.academia.edu/12341065/Sistem_Integumen

13
FISIOLOGI INTEGUMEN

Disusun Oleh : Kelompok 4

1. Anggi istiqomah (106114004)

2. Aryani oktaviari (106114008)

3. Rahmat adi N (106114017)

4. Rosnati (106114016)

5. Devi Yuliani (106114023)

DIII KEPERAWATAN 2A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) AL-IRSYAD AL-
ISLAMIYYAH CILACAP
Tahun ajaran 2015/2016

14
15

Anda mungkin juga menyukai