Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL

COMC RESPONSIF GENDER

Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Contuity of Midwifery Care Pada Ny N

Di PMB Bdn. Ermiyati, S.Keb Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok
Tahun 2022

Disusun Oleh :

Nurlita Listiana (P3.73.24.4.21.222)

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

TAHUN 2021
ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................................................4
1.3 Identitas Klien............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KASUS..............................................................................................6
2.1 Hasil anamnesis..........................................................................................................................6
2.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Umum dan Khusus..........................................................................9
2.3 Hasil identifikasi skrinning psikologis....................................................................................10
2.4 Hasil identifikasi lingkungan fisik dan sosial.........................................................................10
2.5 Analisis situasi pasien dan analisis potensi pendukung........................................................11
Bab III......................................................................................................................................................12
Rekomendasi Hasil Riset Terkait Kasus................................................................................................12
BAB IV.....................................................................................................................................................20
Catatan Implementasi Kegiatan.............................................................................................................20
REFERENSI............................................................................................................................................31
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
yang relatif tinggi dan tidak seimbang. Sensus penduduk oleh BPS pada tahun
2021 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia sejumlah 271 juta jiwa
(BPS, 2021). Hal ini mengakibatkan adanya tekanan yang berat dari berbagai
bidang penyediaan pangan, sandang, perumahan, lapangan kerja, pendidikan,
kesehatan dan lain-lain. Salah satu program pemerintah untuk menangulangi
masalah kependudukan adalah program Keluarga Berencana (KB). Program
Keluarga Berencana (KB) di Indonesia salah satu program KB paling berhasil di
dunia (Munandar, 2017). Pemerintah Indonesia memandang pertumbuhan
penduduk Indonesia sangat tinggi sehingga menjadi salah satu permasalahan
utama (United Nations: Departement of Economic and Social Affairs, 2013).
Kebijakan kependudukan (Population Policy) di Indonesia memang secara
sempit diartikan sebagai pengendalian fertilitas (Fertility Control). Kebijakan
kependudukan sesungguhnya tidak hanya pada permasalahan Fertility
Controlyang di Indonesia dikenal dengan program Keluarga Berencana
melainkan lebih luas dari itu (Beyond Family Planning). Disamping
pengendalian tingkat kelahiran, kebijakan kependudukan juga termasuk
kebijakan mobilitas penduduk dan kebijakan kesehatan yang pada akhirnya
bertujuan untuk mengurangi tingkat kematian (mortalitas), khususnya kematian
ibu dan anak (Ridha et al., 2020).
Program Keluarga Berencana Nasioanal diatur dalam Undang-Undang
Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan.
Keluarga Dalam UU Nomor 52 Tahun 2009 disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak
dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan
2

dan bantuan sesuai dengan hak produksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas. Selanjutnya, Munandar (2017) menyebutkan bahwa keluarga
Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah
anak dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Munandar, 2017).
Ruang lingkup program Keluarga berencana (KB) mencakup sebagai berikut:
1. Ibu. Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran.Adapun manfaat yang
diperoleh oleh ibu adalah sebagai berikut.
a) Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu
pendek, sehingga kesehatan ibu dapat terpelihara terutama kesehatan
reproduksinya.
b) Meningkatkan kesehatan mental dan social yang dimungkinkan oleh adanya
waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan beristirahat yang cukup
karena kehadiran akan anak tersebut memang diinginkan.
2. Suami. Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal berikut:
a. Memperbaiki kesehatan fisik.
b. Mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya.
3. Seluruh keluarga. Dilaksanakanya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik,
mental, dan sosial setiap anggota keluarga; dan bagi anak dapat memperoleh
kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih saying orang tuanya.
Ruang lingkup KB secara umum adalah sebagai berikut:
a. Keluarga Berencana.
b. Kesehatan reproduksi remaja.
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga.
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas.
e. Keserasian kebijakan kependudukan.
f. Pengelolaan SDM aparatur.
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.
h. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara.

Program keluarga berencana memberikan dampak yaitu:


a. Penurunan angka kematian ibu dan anak
3

b. Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi


c. Peningkatan kesejahteraan keluarga
d. Peningkatan derajat kesehatan
e. Peningkatan mutu dan layanan KB-KR
f. Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM
g. Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan
dan pemerintahan berjalan lancar.

Manfaat Program Keluarga Berencana (KB) Berikut ini merupakan manfaat dari adanya
program Keluarga Berencana (KB), yaitu:
a. Menurunkan angka kematian maternal dengan adanya perencanaan kehamilan yang
aman,sehat dan diinginkan.
b. Mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium dengan mengkonsumsi pil kontrasepsi.
c. Memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
kependudukan.Proggram keluarga berencana nasional adalah program untuk membantu
keluarga termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan
berkeluarga yang baik sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas. Dengan terbentuk
keluarga berkualitas maka generasi mendatang sebagai sumber daya manusia yang
berkualitas akan dapat melanjutkan pembangunan.
Program keluarga berencana dalam pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
kependudukan dapat memberikan kontribusi dalam empat hal, yaitu:
1) Mengendalikan jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk juga dengan peningkatan
kualitas penduduk.
2) Peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya yang handal dilakukan dengan
mengarahkan pembangunan pada penurunan kematian ibu dan bayi dengan menurunkan
kelahiran atau kehamilan melalui penggunaan kontrasepsi.
3) Berusaha dan menjunjung tinggi perwujudan hak-hak asasi manusia dalam hal kesehatan
reproduksi pasangan usia subur untuk merencanakan kehidupan berkeluarga.
4) Mendukung upaya pemberdayaan perempuan dengan menyadari sepenuhnya akan hak
dan kewajiban perempuan serta sebagai sumber daya manusia yang tangguh. Dengan
4

mengikuti program KB sesuai anjuran pemerintah, para akseptor akan mendapatkan


manfaat.

Di kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok, berdasarkan data pada tahun
2020, cakupan peserta KB sebagai berikut:

Sumber: (Puskesmas Pasir Putih, 2020)

Sedangkan pada data yang terdapat di PMB Bd. Ermiyati, terdapat 120 peserta KB
aktif pada bulan Februari 2022. Dengan banyaknya peserta KB aktif pada PMB, Program KB
yang merupakan salah satu cara untuk menekan pertumbuhan jumlah penduduk serta
meningkatkan kesehatan ibu dan anak, dengan upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak
dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, perlindungan dan bantuan sesuai hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas dan menekan angka kematian ibu dan
bayi.Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan asuhan kebidanan
pelayanan keluarga berencana sesuai standar pada Ny. N di PMB Bd. Ermiyati.

3.2 Tujuan
a. Melakukan pemantauan kondisi kesehatan dan keluhan ibu selama
menggunakan KB
5

b. Memberikan konseling kepada ibu dan suami dalam proses pemilihan Metode
KB
c. Memberikan penguatan pengetahuan kepada ibu dan suami terkait ber KB
d. Membantu ibu dan suami dalam mempersiapkan rencana menjarakan
kehamilan dan rencana berapa punya anak
e. Membantu mengakses informasi yang dibutuhkan ibu dan keluarga

3.3 Identitas Klien


Identitas Identitas Istri Identitas Suami
Nama Ny N Tn . S
Umur 30 tahun 34 tahun
Pendidikan D3 S1
Pekerjaan wirausaha Karyawan
Suku Betawi Betawi
Pernikahan I I
Alamat Jl. KH Muhasan 1 blok Jl. KH Muhasan 1 blok
D no 22 D no 22
No Telepon +62 857-1591-8493
6

BAB II

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KASUS


2.1 Hasil anamnesis

1. Keluhan saat ini


Tanggal 15 februari 2022 Ibu dan suami datang ke PMB ingin berKB, dan
ibu masih bingung ingin menggunakan mertode KB apa yang sesuai. Sejak
melahikan anak pernah menggunakan KB suntik 3 bulan selama 1,5 tahun dan
ibu merasa tidak cocok karena badan bertambah gemuk dan sering keluar flek.
Ibu tidak menyukai KB PIL dikarenakan khawatir lupa dalam meminumnya.
Saat ini ibu menjaga kehamilannya dengan cara koetus interuptus.

2. Riwayat obstetric

no Tahun Penolong Tempat Cara Berat Jenis Keadaan


bersalin persalinan bayi kelamin
lahir
1. 2018 Bidan BPM Normal 3400gr Laki- Sehat
laki

3. Riwayat Menstruasi
HPHT : 10 februari 2022 lamanya : 5-7 hari
Siklus : 28 hari, teratur
Ganti pembalut 3-4x per hari
7

4. Riwayat kesehatan.
Ibu tidak memiliki riwayat atau menderita penyakit seperti hipertensi,
hepatitis B, jantung, asma, diabetes mellitus, alergi, infeksi menular seksual.

5. Riwayat sosial ekonomi


Ibu tinggal bersama suami di rumah sendiri . dan rumah berdekatan dengan
orang tua dan keluarga lainnya. Ibu pertama kali menikah pada umur 26
tahun dan suami berumur 30 tahun. Suami mendukung keinginan ibu ingin
berKB, ibu berencana mempunyai anak ke-2, 2 tahun lagi, dikarenakan ibu
sedang melanjutkan kuliah.

6. Pola nutrisi dan eliminasi

Makanan makan bergizi setiap hari ( nasi , sayur , lauk, buah, dan susu) ibu
juga suka ngemil: roti/biskuit. Ibu setiap harinya minum air putih banyak,
terutama di siang hari.

7. Pola Istrahat
Pasien hanya istrahat dimalam hari saja dari jam 20.00 wib sampai jam 05.00
wib.Siang hari tidak pernah tidur siang , karena ibu adalah seorang pedagang ,
yang berdagang dari Senin sampai dengan Minggu.

8. Pola Aktivitas sehari hari


Ibu adalah seorang wirausahawan, membunyai toko didaerah meruyung, yang
berjualan setiap hari, dan pekerjaan rumah sehari harinya dikerjakan berdua,
namun sejak hamil suaminya banyak membantu pekerjaan rumah.
8

9. Tingkat Pengetahuan ibu dan suami tentang kehamilan


Ibu dan suami sedikit paham tentang KB, dan masih bingung menggunakan
KB yang sesui dengan ibu.

10. Kesiapan dalam menghadapi efek samping KB

Ibu dan suami belum paham tentang berbagai macam metode Kb,cara kerja
KB dan efek samping dalam BerKB.

11. Tingkat pengetahuan sikap suami terhadap kehamiln istri yang berbasis
gender
KB ini direncanakan oleh pasien dan suamiya, dan mengataan bahwa KB yang
di gunakan istrinya merupakan tanggung jawab suaminya juga, dan suami
sangat mendukung pilihan metode KB yang akan di pilih ibu.

12. sikap suami terhadap kehamiln istri yang berbasis gender


Suami sangat mendukung ibu dalam menggunakan KB, ibu dan suami
melakukan pekerjaan rumah bersama-sama dan mengasuh anak bersama-sama.
Suami selalu mengantar istri jika istri ada keperluan di luar. Dan suami sering
membantu ibu saat berdagang.
9

2.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Umum dan Khusus

DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Keadaan Emosional : Stabil
4. Antropometri
a. Berat Badan : 70 kg
b. Tinggi Badan : 158cm
c. Lingkar Lengan Atas (LILA) : 29 cm
d. IMT : 28 kg/m2
5. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 84 x/m
c. Pernapasan : 18 x/m
d. Suhu : 36,5 oC
6. Head to toe
a. Kepala :Wajah tidak pucat, tidak oedem, mata tidak pucat sclera putih,
konjungtiva kemerahan
b.Leher : Tidak ada pembengkakan dan pembesaran kelenjar tiroid
c. Payudara : simetris, tidak teraba benjolan
j.Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi..
k. Ekstremitas atas dan bawah : Tidak ada oedema atau varices.
l. Anogenital : tidak ada kelainan,tidak ada
pengeluaran vagina/keputihan.
m. CVAT: nyeri ketuk : kanan negatif kiri negatif.
n. Refleks patella : tidak di lakukan
7. Pemeriksaan Penunjang : HIV non reaktif, HBSAG (-)
10

2.3 Hasil identifikasi skrinning psikologis


Ibu sangat menginginkan berKB karena sedang kuliah,dan suami sangat
mendukung pilihan ibu. Ibu berencana menggunakan kb selama 2 tahun. Ibu tidak
memiliki kekhawatiran karena ibu selalu mendapat dukungan dari suami dan
keluarga. Suami terlibat dalam mengerjakan pekerjaan rumah, suaminya juga bisa
mendampingi isteri dalam pemeriksaan kesehatan serta proaktif saat bidan
memberikan KIE. Dari hasil wawancara menggunakan instrumen SRQ29, score
ibu saat ini tidak mempunyai keluhan secara psikologi (Arini and Syarli, 2020)

2.4 Hasil identifikasi lingkungan fisik dan sosial


Lingkungan fisik : ibu tinggal dirumah hanya bersama suami dan
anak pertama dengan lingkungan rumah yang
bersih ,ventilasi yg baik dan tidak ada binatang
peliharaan.

Lingkungan sosial : Mendapatkan nasihat dari orang tua tentang ritual


budaya kesehatan, budaya yg masih dipercaya apa yang
boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Tetapi
ibu tidak percaya dengan mitos-mitos yang ada di
masyarakat.
11

2.5 Analisis situasi npasien dan analisis potensi pendukung


Indikator target
Analisis situasi
Pengguna KB
Ny Novi yanti  Ibu bisa memilih Metode KB yang sesuai dengan
P1 A0 Aseptor KB kondisi dan kebutuhan ibu
 Kondisi kesehatan dan keluhan ibu setelah ber KB
dalam batas normal
 Ibu Paham bila mengalami efek samping dalam ber
KB
 Keikutsertaan suami dalam mendukung proses
berKB
 Ibu kontrol sesuai dengan jadwal yang di tentukan

Bab III

Rekomendasi Hasil Riset Terkait Kasus

Indikator target Rekomendasi teknis pencapaian target berdasarkan


12

hasil riset
Ibu bisa memilih Konseling KB Postpartum berpengaruh terhadap
Metode KB yang penggunaan kontrasepsi pasca persalinan. Beberapa
sesuai dengan penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan yang
kondisi dan signifikan dalam penggunaan metode kontrasepsi
kebutuhan ibu efektif pada wanita melalui penyediaan leaflet dan
konseling. Penelitian sebelumnya juga menyebutkan hal
yang sama yaitu konseling KB dapat meningkatkan
penggunaan kontrasepsi pada periode postpartum.
Konseling KB pada periode antenatal juga telah
diimplentasikan di Indonesia, akan tetapi masih
tingginya unmet need berdasarkan data SDKI 2007
disebabkan antara lain karena belum optimalnya
konseling sebagai sarana komunikasi informasi dan
edukasi pelayanan keluarga berencana (KB), ketakutan
akan efek samping, serta missed opportunities
pelayanan KB pada pasca persalinan (Rufaindah, 2019).

Kontrasepsi dalam keluarga berencana untuk


mencegah kehamilan merupakan pilihan metode yang
dianjurkan pemerintah. Kontrasepsi yang berkualitas
diperlukan untuk memperoleh hasil yang baik, sehingga
kesehatan sesksual dan kesehatan reproduksi meningkat
baik bagi penggunanya. Faktor yang berperan untuk
memilih penggunaan kontrasepsi meliputi paritas
(jumlah anak yang telah dilahirkan)), pendidikan, jarak
dengan kehamilan sebelumnya, biaya, usia, pekerjaan,
jarak tempat tinggal ke tempat pelayanan kesehatan,
serta dukungan keluarga atau suami (Herowati and
13

Sugiharto, 2019).

Pengetahuan ibu sebagai dasar utama dalam


melakukan pemilihan metode KB (Retanti et al., 2020)
((Amallia, Afriyani and Sari, 2015; Hayati, Maidartati
and Komar, 2017; Nur et al., 2019; Aprillia, Adawiyah
and Agustina, 2020).

Kondisi Keluhan kesehatan subyektif adalah gejala serta


kesehatan dan perasaan tidak menyenangkan yang dirasakan responde
keluhan ibu n. Keluhan kesehatan merupakan penyebab terbesar aks
setelah ber KB eptor menghentikan pemakaian kontrasepsi (Kusuma,
dalam batas 2016). Menurut hasil SDKI 2012, 9,4% akseptor
normal memutuskan untuk berhenti memakai kontrasepsi
setelah satu tahun penggunaan dikarenakan adanya
keluhan kesehatan setelah pemakaian. Tinggi rendahnya
angka berhenti pakai kontrasepsi merupakan indikator
dari kualitas pemakaian kontrasepsi (Kusuma, 2016).

Keluhan kesehatan subyektif adalah gejala


keluhan serta perasaan tidak menyenangkan yang
dirasakan responden dan tidak dapat diketahui pasti oleh
tenaga kesehatan. keluhan kesehatan yang dilihat yakni
perdarahan, pusing kepala, mual, gangguan menstruasi,
lemah/letih dan keputihan. Perdarahan adalah keluarnya
darah dari uterus yang terjadi luar siklus haid. Pusing
kepala adalah kondisi sakit yang terletak di sekitar
kepala, kadang-kadang rasa sakit terletak di sekitar
14

kepala, terkadang rasa sakit pada leher atau bagian atas


leher juga. Sakit kepala merupakan salah satu jenis
penyakit yang umum dirasakan oleh banyak orang.
Mual adalah perasaan tidak enak di dalam perut yang
sering berakhir dengan muntah. Gangguan
menstruasi/haid adalah perdarahan haid yang tidak
normal dengan masa siklus haid pendek, lama haid dan
jumlah darah haid. Gejalanya dengan tidak mengalami
haid (amenore), pendarahan berupa tetesan atau bercak-
bercak (spoting), pendarahan di luar siklus haid
(metroragia/breakthrough bleeding), pendarahan haid
yang lama dan atau lebih banyak dari biasanya.
Penyebab karena adanya ketidakseimbangan hormon
sehingga endometrium mengalami perubahan histology.
Keadaan amenore disebabkan atropi endrometrium
(Irianto, 2014). Lemah/letih adalah kondisi tubuh yang
tidak dapat melakukan suatu kegiatan. Sedangkan
keputihan adalah adanya cairan putih di mulut vagina
atau keluarnya cairan berwarna putih dari dalam vagina.
Keputihan dapat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti
infeksi mikroorganisme yaitu virus atau parasit, bakteri,
dan jamur. Keputihan juga dapat karena kelelahan,
gangguan keseimbangan hormon, kebersihan genetalia,
stress, peradangan alat kelamin, adanya penyakit dalam
organ reproduksi serta benda asing dalam vagina. Salah
satu penyebab keputihan adalah menggunakan
kontrasepsi hormonal, dalam pemakaian kontrasepsi
hormonal keputihan meningkat sekitar 50%
15

dibandingkan dengan bukan pemakai kontrasepsi


hormonal, keputihan makin sering timbul dengan kadar
estrogen yang lebih tinggi (Hartanto, 2013).
Ibu Paham bila Efek samping dan komplikasi alat dan obat kontras
mengalami efek epsi bervariasi antara satu metode dengan metode yang l
samping dalam ain dan dari satu akseptor ke akseptor yang lain. Penang
ber KB anan efek samping dan komplikasi alat kontrasepsi yang
kurang benar dapat menimbulkan akibat yang tidak diin
ginkan seperti drop out dari program KB (DepKes, 199
9). Pemberian konseling akan mempengaruhi interaksi
antara petugas dengan klien dengan cara meningkatkan
hubungan dan kepercayaan yang sudah ada. Namun
sering kali konseling diabaikan dan tidak dilaksanakan
dengan baik karena petugas tidak mempunyai waktu dan
mereka tidak mengetahui bahwa dengan konseling klien
akan lebih mudah mengikuti nasihat (Sari and Utami,
2009)
Berdasarkan hasil penelitian di beberapa negara
berkembang, akseptor KB mengalami kecemasan dan
ketakutan terhadap efek samping yang ditimbulkan.
Banyak dari mereka yang tidak memahami efek
samping dari kontrasepsi suntik tersebut sehingga
diperlukan pemberian pengetahuan. Salah satu efek
samping dari penggunaan kontrasepsi suntik adalah
kenaikan berat badan berlebihan. Menjadi gemuk
merupakan mimpi buruk bagi sebagian orang terutama
bagi mereka yang sangat memperhatikan penampilan.
Hal ini juga bisa mempengaruhi kepercayaan diri dan
16

berkaitan dengan karir yang bersangkutan. Apabila tidak


ditangani dengan tepat dapat menimbulkan beberapa
penyakit dan gangguan kesehatan yang dapat terjadi
akibat berat badan yang berlebih seperti Diabetes
Melitus, masalah pada jantung, persendian, hipertensi
dan gangguan hormonal. Untuk mengatasi
ketidaktahuan ibu tentang efek samping kontrasepsi
suntik sebaiknya petugas kesehatan menyebarkan
leaflet, membuat banner, dan memberikan penyuluhan
tentang efek samping dari penyuntikan kontrasepsi
suntik, serta konseling tentang efek samping bagi ibu-
ibu akseptor baru kontrasepsi suntik. Dengan
memberikan informasi tersebut ibu tidak akan kuatir dan
cemas akan efek samping yang timbul setelah
penyuntikan kontrasepsi suntik (Astuti and Dappa,
2018).
Keikutsertaan Sampai sekarang, program KB hanya fokus pada
suami dalam sikap dan perilaku wanita. Wanita dijadikan target
mendukung informasi, pendidikan dan komunikasi dalam
proses berKB peningkatan pengetahuan dan pemakaian kontrasepsi.
Konsekuensinya, peranan pria yang sangat besar dalam
mempengaruhi proses pengambilan keputusan
diabaikan. (9) Sebagian program KB menawarkan dan
mempromosikan metode kontrasepsi seperti pil dan
suntik yang digunakan wanita. Padahal, keefektifan dan
keberlanjutan pemakaiannya sering tidak berhasil
disebabkan ketidaksetujuan suami mereka. (10)
Keikutsertaan pria menikah dalam ber-KB di Indonesia
17

masih rendah yaitu 5,1 %.9 Angka tersebut sangat


rendah bila dibanding dengan negara lain seperti
Bangladesh 19,1 % , Pakistan 10,9% dan Nepal 18%
(Musafaah and Noor, 2012).
Partisipasi pria menjadi penting dalam KB dan Kes
ehatan Reproduksi disebabkan: (1) pria adalah partner d
alam reproduksi dan seksual, sehingga sangat beralasan
apabila pria dan wanita berbagi tanggung jawab dan per
an secara seimbang untuk mencapai kepuasan kehidupa
n seksual dan berbagi beban untuk mencegah penyakit s
erta komplikasi KB dan Kesehatan Reproduksi, (2) pria
bertanggung jawab secara sosial dan ekonomi termasuk
untuk anak-anaknya, sehingga keterlibatan pria dalam
keputusan reproduksi akan mem- bentuk ikatan yang
lebih kuat diantara mereka dan keturunannya, dan (3)
pria secara nyata terlibat dalam fertilitas dan mereka
mempunyai peranan yang penting dalam memutuskan
kontrasepsi yang akan dipakainya atau digunakan
istrinya, serta dukungan kepada pasangannya terhadap
kehidupan reproduksinya seperti pada saat, sedang dan
setelah melahirkan serta selama menyusui.
Bentuk partisipasi pria dalam KB dapat dilakukan
secara langsung dan tidak langsung. Partisipasi pria
secara langsung (sebagai peserta KB) adalah pria
mengguna- kan salah satu cara atau metode pencegahan
kehamilan, seperti kondom, vasektomi (kontap pria),
serta KB alamiah yang melibatkan pria (metode
sanggama terputus dan metode pantang berkala).
18

Partisipasi pria secara tidak langsung adalah pria


mendukung istri dalam ber-KB, sebagai motivator yang
dapat memberikan motivasi untuk menjadi peserta KB,
dan merencana- kan jumlah anak ber-sama dengan istri.
Ibu kontrol sesuai Terdapat hubungan yang bermakna antara
dengan jadwal pengetahuan, tingkat pendidikan, kedisiplinan kontrol
yang di tentukan ulang, dan kepatuhan dengan kejadian kehamilan pada
akseptor KB (Juhariah, 2013).
Pada penggunaan KB suntik, terdapat
kelemahan. Kelemahannya yaitu ketergantungan klien
terhadap tenaga kesehatan karena penyuntikkan perlu
dibantu oleh tenaga kesehatan, klien harus kembali
setiap 12 minggu untuk mendapatkan suntikan ulang
yang mempengaruhi keefektifan KB suntik 3 bulan,
tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikutnya.44 Kegagalan penggunaan kontrasepsi suntik
KB ini tentunya dapat dihindari apabila akseptor KB
suntik melakukan kunjungan ulang secara tepat waktu.
Akseptor KB tepat waktu melakukan kunjungan ulang
suntik 3 bulan. Dikatakan tepat waktu jika akseptor
datang sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan atau
sebelum tanggal yang telah ditentukan di kartu KB.
Suddart and Bruner pada tahun 2002
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kepatuhan antara lain faktor demografi seperti; usia,
jenis kelamin, suku bangsa, status sosial ekonomi dan
pendidikan. Faktor psikososial seperti: intelegensia,
sikap terhadap tenaga kesehatan, penerimaan atau
19

penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama dan


budaya.

BAB IV

Catatan Implementasi Kegiatan


20

RTL
untuk
Kontak Waktu Subjective Objective Asessment Plan Implementasi kontak
beriku
tnya

1 15 Ibu ingin ber KU baik,T/D P1A0 calon 1.Member 1. Menginform 1.


februari KB dan tetapi 120/80 mmH aseptor KB itahu ibu h asikan kondisi mendi
2022 ibu masih skusik
bingung akan g, BB 70 kg, asil pemer pasien sesuai k an
Pkl:
menggunakan Nadi 84 x/m, iksaan esimpulan hasil apaka
13.30
KB jenis apa. h ada
wib Suhu 36,5 o
pemeriksaan (a
Ibu tidak keluh
2.Member
menyukai KB C. sessmen) an
suntik atau pun ikan KIE setela
anogenotal
PiL. Saat ini pada ibu 2.Edukasi deng h
hari ke 5 haid dalam batas pemas
dan suami an memanfaatk angan
normal. HIV
tentang an Roda Klop IUD
(-), HBSAG
metode KB, Kartu
(-).
KB konseling KB
2. Ku
pelayanan
3. njung
keluarga
Memberi an ula
berencana.
tahukan ng 1 b
Sesuai denan
efek ulan l
roda klop KB :
samping agi
implant ,AKD
dari KB atau
R,DMPA
yang ibu bila
katagori no 1.
akan ada
Sedangkan
gunakan keluh
katagori no 2
an
pil,koyo,cincin,
4.
injeksi. Dan
Informed
ibu memilih
Consent
21

RTL
untuk
Kontak Waktu Subjective Objective Asessment Plan Implementasi kontak
beriku
tnya

pemasang KB AKDR
an KB dengan merk
IUD nova T.

5. 3. Memberi
Memasan tahukan efek
gkan KB samping KB
IUD IUD nova T
pilihan ibu 380 yang ibu
sesuai akan gunakan
dengan dengan
SPO memanfaatkan
kartu konseling
6.
efek samping
sarankan
kontrasepsi.
ibu dan
suami 4. ibu dan
utuk suami
berhubung menandatangan
an setelah i informed
24 jam Consent
pemasang pemasangan
an dan IUD.
bila sudah
5.Melakukan
selesai
22

RTL
untuk
Kontak Waktu Subjective Objective Asessment Plan Implementasi kontak
beriku
tnya

Haid pemasangan
KB IUD
7.
NOVA T 380
Menyaran
sesuai dengan
kan ibu
SPO
untuk
kontrol 1 6.
minggu menyarankan
lagi atau ibu dan suami
bila ada utuk
keluhan berhubungan
setelah 24 jam
pemasangan
dan bila sudah
selesai Haid

7.
menyarankan
ibu untuk
kontrol 1
minggu lagi
atau bila ada
keluhan.
23

RTL
untuk
Kontak Waktu Subjective Objective Asessment Plan Implementasi kontak
beriku
tnya

2 22 Kontrol KB KU baik,T/D P1A0 1.Member 1. Menginform 1.Kun


Februar IUD setelah 1 120/80 mmH aseptor KB itahu ibu h asikan kondisi junga
i 2021 minggu g, BB 70 kg, IUD n4
pemasangan Nadi 80 x/m, asil pemer pasien sesuai k mingg
Pkl:
dan ibu Suhu 36,5 o iksaan esimpulan hasil u lagi
14,00
mengatakan C, atau
pemeriksaan (a
tidak ada bila
Inspikulo : 2. ajarkan
keluhan. sessmen) ada
Benang IUD ibu keluh
tampak dan
dalam batas memeriks 2.Mengajarkan an
normal, a benang ibu cara 2.
servik licin memb
IUDnya memeriksa
tdk ada tanda ahas
iritasi sendiri benang IUD hasil
sendiri di Lab
3.
antara siklus
Membuat
haid dan
Kesepakat
memberikan
an untuk k
video edukasi
unjungan
ke ibu tentang
ulang 1
cara mengecek
bulan lagi
benang IUD
untuk
sendiri.
melakuka
n 3.
pemeriksa Membuat Kese
pakatan untuk
an USG kunjungan ulan
untuk g 1 bulan lagi
untuk
melihat
24

RTL
untuk
Kontak Waktu Subjective Objective Asessment Plan Implementasi kontak
beriku
tnya

melakukan
posisi pemeriksaan
IUDnya USG untuk
melihat posisi
IUDnya

3. 15 Kontrol KB di KU baik,T/D P1A0 1.Member 1. Menginform Meng


maret RS setelah 120/80 mmH aseptor KB itahu ibu h asikan kondisi ecek
2022 pemasangan g, BB 70 kg, IUD ulang
IUD 1 bulan. Nadi 80 x/m, asil pemer pasien sesuai k posisi
Ibu tidak ada Suhu 36,5 o iksaan esimpulan hasil IUD
keluhan, ibu C, sesuai
pemeriksaan (a
meranya denga
Hasil USG : 2.
nyaman sessmen) n
uterus dalam Membuat
memakai IUD posisi
batas
normal, IUD Kesepakat 2. MembuatKe nya
terpasang an untuk k sepakatan untu
pada
unjungan k kunjungan ul
posisinya
ulang 2 ang 2 bulan
bulan lagi lagi untuk
untuk melakukan
melakuka pemeriksaan
n USG untuk
pemeriksa melihat posisi
an USG IUDnya
untuk
melihat
posisi
25

RTL
untuk
Kontak Waktu Subjective Objective Asessment Plan Implementasi kontak
beriku
tnya

IUDnya

4. 15 mei Kontrol KB di KU baik,T/D P1A0 1.Member 1. Menginform Meng


2022 RS setelah 120/80 mmH aseptor KB itahu ibu h asikan kondisi ecek
pemasangan g, BB 70 kg, IUD ulang
IUD 3 bulan. Nadi 80 x/m, asil pemer pasien sesuai k posisi
ibu merasa Suhu 36,5 o iksaan esimpulan hasil IUD
nyaman C, sesuai
pemeriksaan
memakai IUD. denga
Hasil USG : 2.
Ibu merasa bahwa n
uterus dalam mengajark
keputihan keputihan yang posisi
batas
sebelum an ibu nya
normal, IUD di alami ibu
datang tanggal
terpasang untuk
haid. dalam batas
pada
Keputihan vulva
posisinya. normal yaitu
tidak berbau
higien.
dan tidak Inspikulo : keputihan yang
berwarna tampak tidak berbau
benang IUD 3.
dan berwarna,
pada Membuat
posisinya, yang terjadi di
Kesepakat
cairan karenakan
vagina tidak an untuk k
berwarna peningkatan
unjungan
dan tidak hormonal.
berbau ulang 1
tahun lagi
2. mengajarkan
untuk
ibu untuk vulva
melakuka
higien: - jaga
n
celana dalam
26

RTL
untuk
Kontak Waktu Subjective Objective Asessment Plan Implementasi kontak
beriku
tnya

pemeriksa tetap kering, -


an USG ganti pembalut
untuk setiap 4-6 jam,
melihat - hindari
posisi mencuci miss v
IUDnya dengan sabun, -
gunakan celana
dalam
berbahan
katun, -basuh
dari depan ke
belakang, -
jangan cukur
miss V sampai
habis.

3.Membuat Ke
sepakatan untu
k kunjungan ul
ang 1 tahun
lagi untuk
melakukan
pemeriksaan
USG untuk
melihat posisi
27

RTL
untuk
Kontak Waktu Subjective Objective Asessment Plan Implementasi kontak
beriku
tnya

IUDnya

BAB V

DISKUSI DAN PEMBAHASAN


Analisis faktor Rencana
Indikator
Ketercapaian pendukung dan implementasi
target
penghambat lanjutan
Ibu bisa Ibu memilih KB Pendukung: Pemantauan
memilih Metode IUD yang sesuai Suami sangat secara berkala. 1
KB yang sesuai dengan kebutuhan mendukung tahun sekali
dengan kondisi dan kondisi ibu, dalam proses melalui USG
dan kebutuhan ibu merasa puas pemilihan
28

ibu setelah mengatahui metode KB ibu


bahwa IUD adalah Penghambat:
KB yang pas Ibu khawatir
untuknya karena KB
tersebut di
pasangkan di
dalam rahim

Kondisi
Pendukung:
kesehatan dan
Tercapainya Adanya video
keluhan ibu
kondisi kesehatan edukasi yang
setelah ber KB
ibu setelah memudahkan
dalam batas
pemasangan IUD ibu untuk
normal
itu tidak ada mengecek IUD
keluhan, dan ibu secara sendiri.
merasa sangat Penghambat:
nyaman karena Ibu masih
sudah belum berani
menggunakan mencoba cara
medote KB IUD mengecek
benang IUD
sendiri

Ibu Paham bila Pendukung :


mengalami efek Tersapainya BPJS aktif, dan
samping dalam pemahaman ibu fasilitas kesehatan
29

ber KB dan ibu memahami deket dengan


apa saja efek rumah
samping dalam
menggunakan Penghambat :
metode KB IUD Pengambil
keputusan
terkadang masih
diskusi dengan
orang tua.

Pendukung: Suami
keikutsertaan
Tercapainya ikut bersama
suami dalam
keikutsertaan dengan ibu
proses ber KB
dengan suami mendadatangani
ditandai suami Informed Consent
selalu mengantar
saat ibu ke fasilitas Penghambat:
kesehatan dan Suami merasa
suami Khawaitir bila saat
menandatangani berhubungan akan
informed Consent terasa benang
Pemasangan KB
IUD
Pendukung :
Ibu kontrol
Tercapainya ibu Rumah ibu deket
sesuai dengan
kontrol sesuai denga fasilitas
jadwal yang di
dengan jadwal kesehatan sehingga
tentukan
30

yang di tentukan memudahkan ibu


untuk kontrol

Penghambat :
Ibu sibuk
berdagang
sehingga ibu lupa
tanggal untuk
kontrol.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab VI ini berisi mengenai kempulan dan saran penulis atau tahap terakhir
dari laporan Comc Responsif Gender yang berjudul Asuhan Kebidanan Keluarga
Berencana Continuity of Midwifery Care Pada Ny N Di PMB Bdn. Ermiyati,
S.Tr.Keb Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok Tahun 2022

Berikut ulasannya:

A. KESIMPULAN
31

Dari uraian dan pembahasan kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa


begitu pentingnya asuhan yang di berikan oleh bidan secara professional dalam
proses berKB, sehingga dapat membantu ibu untuk memilih metode KB yang
sesuai dengan kebutuhan ibu. Pada COMC yang telah dilakukan kepada Ny. N
yang meliputi asuhan kebidanan yang menyeluruh dan berkesinambungan
renponsif gender yang bertujuan agar penulis mampu menerapkan pelaksanaanya.
Selama proses pelaksanaan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Setelah mengkaji asuhan kebidanan komprehensif Ny. N di BPM Ermiyati
selama berKB dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan, penulis
menemukan bahwa berdasarkan data yang yang di terima terdapat kepuasan pasien
dalam pemilihan metode kontrasepsi yang di pakai.hal ini juga di dukung oleh
suami dalam pemilihan metode KB yang di pakai Ny. N.
Dalam proses pemberian asuhan kebidanan, tentu saja terdapat kendala –
kendala yang dihadapi, akan tetapi kendala tersebut dapat diatas dengan cukup
baik. Misalnya salah satu kendala terbesar adalah waktu Ny. N yang sibuk dengan
pekerjaan beliau sebagai pedagang. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan asuhan
kebidanan via whatsapp dan telepon.
Pelibatan suami dan keluarga besar Ny. N selama proses asuhan kebidanan
juga merupakan salah satu factor keberhasilan continuity of midwifery care yang
dilakukan.

B. SARAN
1. Bagi Penulis agar mahasiswa mendapatkan pengalaman secara utuh dalam
mempelajari Asuhan Kebidanan Komprehensif dan kasus-kasus pada saat
praktik dalam bentuk manajemen SOAP serta menerapkan asuhan sesuai
standar pelayanan kebidanan yang telah di tetapkan sesuai dengan
kewenangan bidan yang telah diberikan kepada profesi bidan. Serta
32

diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam


melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif terhadap klien.
2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pendidikan bagi mahasiswa dengan penyediaan fasilitas sarana dan
prasarana yang mendukung peningkatan kompetensi mahasiswa sehingga
dapat menghasilkan bidan yang berkualitas. Mampu melakukan
pendokumentasian secara baik dan benar.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan Hendaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan
agar dapat memberikan asuhan yang lebih baik sesuai dengan standar asuhan
kebidanan serta dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan
agar dapat menerapkan setiap asuhan kebidanan sesuai dengan teori
metode Keluarga Berencana
4. Bagi Masyarakat:
a. Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuannya tentang Metode
berKB.
b. Diharapkan dapat memberikan dukungan terutama dukungan dari
kebebasan dalam pemilihan Metode BerKB dan tidak menyebarkan
berita-beri yang tidah benar tentang pemakaian alat Kontrasepsi.

REFERENSI

Amallia, S., Afriyani, R. and Sari, Y. P. (2015) ‘Pengaruh Konseling Kontrasepsi


Hormonal Terhadap ngkat Pengetahuan Akseptor Keluarga Berencana Pasca
Persalinan’, pp. 266–270.
Aprillia, Y. T., Adawiyah, A. R. and Agustina, S. (2020) ‘Analisis Penggunaan Alat
Kontrasepsi Sebelum Dan Saat Pandemi Covid-19’, Jurnal Untuk
Masyarakat Sehat (JUKMAS), 4(2), pp. 190–200. doi:
10.52643/jukmas.v4i2.1026.
Arini, L. and Syarli, S. (2020) ‘Deteksi Dini Gangguan Jiwa Dan Masalah
Psikososial Dengan Menggunakan Self Reporting Qustioner (SRQ-29)’,
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 5(1), pp. 167–172. doi:
10.30651/jkm.v5i1.4672.
33

Astuti, E. and Dappa, M. (2018) ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Efek
Samping Kontrasepsi Suntik Dengan Keikutsertaan Menjadi Akseptor KB
Suntik Di BPS Ny. Arifin Surabaya’, Jurnal Keperawatan, 7(2). doi:
10.47560/kep.v7i2.103.
BPS (2021) Badan Pusat Statistik. Available at:
https://www.bps.go.id/news/2021/01/21/405/bps--270-20-juta-penduduk-
indonesia-hasil-sp2020.html (Accessed: 15 March 2022).
Hartanto (2013) Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Sinar Harapan.
Hayati, S., Maidartati and Komar, S. N. (2017) ‘Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang Metode Kontrasepsi Dengan Pemilihan Kontrasepsi’, Jurnal
Keperawatan BSI, 5(2), pp. 155–163.
Herowati and Sugiharto (2019) ‘Hubungan antara kemampuan reproduksi,
kepemilikan anak, tempat tinggal, pendidikan dan status bekerja pada wanita
sudah menikah dengan pemakaian kontrasepsi hormonal di indonesia tahun
2017’, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.
Juhariah, S. (2013) ‘Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kehamilan
Pada Akseptor KB’, Obstretika Scientia, 5(1).
Kusuma, N. (2016) ‘Hubungan antara metode dan lama pemakaian dengan keluhan
kesehatan subyektif pada akseptor’, Jurnal Berkala Epidemiologi, 4(2), pp.
164–175. doi: 10.20473/jbe.v4i2.2016.164.
Munandar, B. (2017) ‘Peran Informasi Keluarga Berencana Pada Persepsi Dalam
Praktik Keluarga Berencana’, Jurnal Swarnabhum, 2(1), pp. 50–51.
Musafaah and Noor, F. A. (2012) ‘FAKTOR STRUKTURAL KEIKUTSERTAAN
PRIA DALAM BER-KELUARGA BERENCANA (KB) DI INDONESIA
(ANALISIS DATA SDKI 2007)’, (301), pp. 1–3.
Nur, Y. et al. (2019) ‘FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
MINAT IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD’, 5(1),
pp. 47–59.
Puskesmas Pasir Putih (2020) Profil Puskesmas Pasir Putih tahun 2020. Depok:
Depok.
Retanti, D. A. et al. (2020) ‘HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN
TERHADAP KEBERHASILAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI
PIL KB’, Jurnal Farmasi Komunitas, 6(1), p. 23. doi:
10.20473/jfk.v6i1.21825.
Ridha, M. R. et al. (2020) ‘Deskripsi Indikator Program Keluarga Berencana di
Provinsi Kalimantan Utara’, geoedusains, 1, pp. 72–83.
34

Rufaindah, E. (2019) ‘PENGARUH PEMBERIAN HOMECARE MAHASISWI


DIII KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III TERHADAP
JENIS METODE KB TERPILIH’, OKSITOSIN : Jurnal Ilmiah Kebidanan,
6(1). doi: 10.35316/oksitosin.v6i1.338.
Sari, R. Y. and Utami, Y. W. (2009) ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Keluarga Berencana Hormonal Dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi
Gangguan Menstruasi Di Kelurahan Pablengan Kabupaten Karanganyar’,
Berita Ilmu Keperawatan, 2(1), pp. 37–42.
United Nations: Departement of Economic and Social Affairs (2013) World
Population policies 2013. New York.

Lampiran

RODA KLOP KB
35

KARTU KONSELING
36
37

VIDIO EDUKASI CARA CEK


POSISI IUD SENDIRI

Anda mungkin juga menyukai