Anda di halaman 1dari 31

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PSIKOSOSIAL TERHADAP POLA MAKAN PADA


WANITA MENOPAUSE DI BANTARJATI
LEBAK KOTA BOGOR
TAHUN 2022

Disusun oleh:

DIFFA KHAIDIZA DHIAZAHRA (04419616043)


DWI FEBRIANA (04419616045)
SITI NURUL KHOLISOH (04419616068)
TIARA ARDIANI (04419616071)

AKADEMI KEBIDANAN PRIMA HUSADA BOGOR


Jl. Brigjen H Saptadji No.19 Cilendek Barat Bogor
Telp. (0251)8319922
2021/2022
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
DAFTAR TABEL...................................................................................................
DAFTAR BAGAN..................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................
1.1.............................................................................................. Latar belakang
1.2........................................................................................ Rumusan masalah
1.3...........................................................................................Tujuan penelitian
1.4.........................................................................................Manfaat penelitian
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
2.1..................................................................................... Definisi Menopause
2.2................................................ Faktor Psikososial pada Wanita Menopause
2.3................................................................... Pola makan Wanita Menopause
2.4................................................. Hubungan Psikososial dengan Pola Makan
2.5............................................................................................ Kerangka Teori
BAB 3 KERANGKA KONSEP..............................................................................
3.1........................................................................................ Kerangka Konsep
3.2.................................................................................... Definisi Operasional
3.3..................................................................................... Hipotesis Penelitian
BAB 4 METODE PENELITIAN............................................................................
1.1........................................................................................ Definisi Penelitian
1.2...................................................................... Tempat dan Waktu Penelitian
1.3....................................... Populasi, sampel dan cara pemngambilan sampel
1.4........................................................................... Teknik Pengumpulan Data
1.5.............................................................. Alat/Instrumen Pengumpulan Data
1.6.......................................................................................... Pengolahan Data
1.7..................................................................................... Teknik Analisa Data
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional................................................................................


DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 kerangka Teori........................................................................................


Bagan 3.1 Kerangka Konsep...................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Masa Esa, karena atas berkat dan rahmat
Nya, kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “ Hubungan Psikososial
Terhadap Pola Makan Pada Wanita Menopause “. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak , sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. H.Sokib,B.Sc. selaku Ketua Yayasan Amal Husada Akademi Kebidanan
Prima Husada Bogor
2. Meti Kusmiati, S.Ag,SST.,M.Pd. selaku Direktur Akbid Prima Husada bogor
3. Kiki Novianty, S.Pd,M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu,tenaga,dan pikiran dalam penyusunan KTI
4. Wanita Menopause Di Bantarjati Lebak Kota Bogor yang telah membantu
dalam memperoleh data yang diperlukan
Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga KTI ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Bogor,.

Penulis

( )
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Menopause merupakan suatu proses dalam siklus reproduksi alamiah yang
dialami oleh setiap wanita. Menopause adalah masa produktif menuju masa non produktif
yang disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan progesteron. Seorang
perempuan dikatakan sudah memasuki masa menopause apabila ia tidak mengalami
periode menstruasi selama 12 bulan tanpa disertai penyebab biologis atau fisiologis yang
disengaja (Mona Tsuraya et al., 2018)
Menurut data WHO pada tahun 2025 jumlah wanita menopause di Asia akan
mengalami peningkatan dari angka 107 juta jiwa akan menjadi 373 juta jiwa. Kemenkes
RI memperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai angka 262,6 juta
jiwa dengan jumlah perempuan yang hidup dalam usia menopause sekitar 30.3 juta jiwa
dengan rata-rata usia 49 yang mengalami menopause (Asifah & Daryanti, 2021)
Berdasarkan dari Survei Demografi dan kesehatan indonesia tahun 2017, di
negara Indonesia angka presentase wanita umur 30-49 tahun yang mengalami menopause
mencapai 16,1% dengan jumlah 28,767 wanita. Proporsi wanita dengan umur 30-49
tahun meningkat seiring dengan meningkatnya umur, dari angka 10% pada wanita umur
30-34 tahun, kemudian menjadi 17% pada wanita umur 44-45, dan menjadi 43% pada
wanita umur 48-49 tahun.(Asifah & Daryanti, 2021)
Menurut data dari Badan Pusat Statistik Jawa Barat, jumlah total penduduk wanita
di Jawa Barat pada tahun 2015 sebanyak 23.028.642 jiwa atau sekitar 48.85% dengan
rentang usia 45-50 tahun sebanyak 1.397.871 atau 7,6% penduduk. Semakin
bertambahnya usia seorang wanita, maka semakin berkurang fungsi dari tubuhnya
termasuk hormon-hormon akan menurun secara perlahan-lahan.(Asriati et al., 2019)
Perubahan kehidupan merupak periode seorang wanita harus menyesuaikan
secara psikologis terhadap gaya hidup yang berubah. Menurut penelitian 2007 yang
dilakukan oleh Robertson di Menopause Clinic Australia, dari 300 pasien usia
menopause terdapat 31,1% pasien mengalami depresi dan kecemasan (Suparni &
Trisnawati, 2013). Selain itu penelitian menunjukkan bahwa 10% hingga 15% perempuan
menopause di Indonesia merasakan kegelisahan. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa 75% wanita yang mengalami menopause merasakan menopause sebagai masalah
atau gangguan, sedangkan 25% lainnya tidak mempersalahkan nya(Suparni &
Trisnawati, 2013)
Perubahan fisik yang mereka alami adalah seperti tidak haid lagi, badan menjadi
gemuk, kulit tidak segar lagi, penurunan daya ingat, dan cepat lelah. Untuk perubahan
psikologis mereka mengatakan menjadi mudah marah, mudah tersinggung cemas dan
timbul rasa gelisah karena kehilangan kemampuan reproduksinya. Perubahan psikis yang
terjadi pada masa menopause dapat menimbulkan sikap yang berbeda-beda, diantaranya
yaitu adanya suatu krisis yang dimanifestasikan dalam symptom psikologis sepeti depresi,
mudah tersinggung, mudah menjadi marah, mudah curiga, diliputi banyak kecemasan ,
insomnia atau tidak bisa tidur, karena sangat bingung dan gelisah(Suparni & Trisnawati,
2013)
Kecemasan yang berlebihan dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi tubuh.
Rasa yang berlebihan itulah yang memacu organ tubuh tidak stabil. Tentunya hal ini
membuat wanita menopause merasa terganggu dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
Goyahnya hubungan dan keraguan terhadap diri sendiri krtika seseorang wanita
memasuki masa-masa menopause, dapat menimbulkan kecemasan dan depresi dampak
dari kecemasan tersebut diantaranya, jantung berdebar-debar, tempak tangan berkeringat,
gejolak panas atau sebaliknya tubuh mengigil kedinginan, diare, sering buang air kecil,
mulut kering sehingga sulit menelan,sulit tidur pulas, otot terasa lemah atau gemetaran.
Sejumlah besar gejala tersebut disebabkan oleh meningkatnya adrenalin yang dipumpa
dari kelenjar suprarenal.(Suparni & Trisnawati, 2013)
Wanita cemas dengan berakhirnya era reproduksi yang berarti berhentinya nafsu
seksual dan fisik.apalagi menyadari dirinya akan menjadi tua, yang berarti kecantikannya
akan memudar. Seiring dangan hal itu, validitas dan fungsi organ tubuhnya akan
menurun. Hal ini akan menghilangkan kebanggaannya sebagai wanita. Keadaan ini
dikhawatirkannya akan mempengaruhi hubungannya dengan suami maupun lingkungan
sosialnya. Selain itu, usia ini sering dikaitkan dengan timbulnya penyakit kanker atau
penyakit lain yang sering muncul pada saat wanita memasuki usia tua.(Suparni &
Trisnawati, 2013)
Mengkonsumsi makanan bergizi salah satu hal-hal yang sebaiknya dilakukan
untuk menyiapkan diri menghadapi menopause. Menurut ahli gizi Melani (2007),
sebaiknya mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang. Pemenuhan gizi yang
memadai akan sangat membantu dalam menghambat berbagai dampak negative
menopause terhadap kinerja otak, mencegah kulit kering, serta berbagai penyakit lainnya.
Yang dimaksud gizi seimbang adalah memenuhi kebutuhan gizi perhari dengan asupan
zat-zat gizi seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral
dan air. Kebutuhan kalori dan zat gizi setiap orang berbeda-beda, yaitu tergantung berat
badan, tinggi badan, umur, dan aktivitas. Kebutuhan gizi orang dewasa denagn berat
normal adalah sekitar 2.000 – 2.200 kkal/per hari. Dengan pemenuhan gizi secara
seimbang ini diharapkan seseorang tidak kelebihan atau kekurangan berat badan dan juga
terjangkit suatu penyakit (atik ismiyati, 2010)
Penuaan tak hanya berhubungan dengan usia fisiologis, tetapi juga merupakan
pengaruh dari asupan makanan dan gangguan pengaturan nafsu makan. Hal ini kemudian
dapat mengakibatkan munculnya anoreksia dan obesitas pada seseorang. Jika seseorang
kehilangan berat badan, bisa jadi karna ia terkena malnutrisi. Perubahan secara tiba – tiba
dan drastic pada berat badan dapat mengakibatkan kematian. Sumber zat gizi terdapat
pada makanan, Oleh karna itu pola makan dan menunnya perlu dijadikan perhatian
utama. Pola makan yang baik dan seimbang sesuai dengan ukuran kebutuhan tunuh,
dapat membantu seorang lanjut usia tetap dalam kondisi fit dan segar meski usia sudah
senja.(Qurniawati, 2018)
Berdasarkan studi pendahuluan di kampung bantarjati lebak kota bogor di
dapatkan data bahwa jumlah wanita yang menopause tahun 2021 sebesar 42 (13%) dari
325 warga, sedangkan tahun 2022 sebesar 55 (14,2%) dari 385 warga. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ hubungan faktor pisikososial
yang mempengaruhi pola makan pada wanita menopause di bantarjati lebak kota bogor
tahun 2022.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas memberikan dasar pada penulis
untuk merumuskan masalah penilitian sebagai berikut “ Adakah hubungan psikososial
terhadap pola makan pada wanita menopause di Bantarjati Lebak Kota Bogor
Tahun 2022”
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan psikososial terhadap pola makan pada wanita
menopause di Bantarjati Lebak Kota Bogor Tahun 2022.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi wanita menopause berdasarkan faktor
psikososial di Bantarjati Lebak Kota Bogor 2022.
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi wanita menopause berdasarkan pola makan
di Bantarjati Lebak Kota Bogor Tahun 2022.
c. Untuk mengetahui hubungan faktor psikososial yang mempengaruhi pola makan
pada wanita menopause di Bantarjati Lebak Kota Bogor.
1.4 Manfaat penelitian
1. Bagi institusi pendidikan
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan dapat
dijadikan sebagai bahan penelitian selanjutnya
2. Tempat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pola makan dan
faktor psikososial bagi wanita menopause
3. Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis juga sebagai masukan tentang
menopause dan untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat lainnya
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Menopause
1. Definisi Menopause
Kata menopause berasal dari Bahasa Yunani, yakni dari kata ‘men’ yang artinya
bulan dan kata ‘peuseis’ yang artinya penghentian sementara. Secara linguistic kata
yang lebih tepat adalah menocease yang berarti masa berhentinya haid. Menopause
merupakan tahap dalam kehidupan wanita ketika menstruasi berhenti, dengan
demikian tahun – tahun melahirkan anak juga berhenti. Wanita dikatakan telah
menopause jika sudah tidak mengalami menstruasi terakhir yang disebabkan oleh
penurunan fungsi ovarium (Prabayoni, 2021).
Untuk lebih memastikan akan dilakukan pemeriksaan Follicle Stimulating
Hormone (FSH) dan hormone estrogen. Seorang wanita dikatakan mengalami
menopause apabila kadar FSH meningkat, sedangkan kadar estrogennya rendah.
Selain itu dilakukan juga pemeriksaan Tyroid Stimulating Hormone (TSH) dan
hormone tiroid. Pemeriksaan ini untuk memastikan penderita tidak mengalami
hipotiroidisme atau penurunan hormone tiroid yang bisa menimbulkan gejala serupa
dengan menopause (Prabayoni, 2021).

2. Penyebab Menopause
Oogenesis pada wanita akan berakhir pada saat fetus berusia 5 bulan dan yang
tinggal hanya tujuh juta oosit. Mulai lima bulan sampai saat lahir terjadi pengurangan
jumlah primordial folikel hingga menyisakan 500.000 sampai 1.000.000 dan dalam
perjalanan waktu akan terus berkurang jumlahnya. Jumlah folikel yang masih tersedia
pada setiap wanita berbeda-beda. Sebagian wanita pada usia 35 tahun memiliki
sebanyak 100.000 folikel, sedangkan wanita lainnya pada usia yang sama hanya
memiliki 10.000 folikel. Berkurangnya jumlah folikel disebabkan oleh folikel itu
sendiri yang mana seperti sel tubuh yang lain oosit yang terkandung dalam folikel
primordial juga dipengaruhi oleh stress biologic, kerusakan DNA yang permanen, dan
bertumpuknya bahan kimia akibat proses metabolism tubuh.(Prabayoni, 2021)
Bahwa pada tiap siklus haid, 20 – 30 folikel primordial dalam proses
perkembangan dan sebagian besar diantaranya mengalami atresia atau kerusakan.
Selama masa reproduksi kurang lebih 400 oosit mengalami proses pematangan dan
sebagian lagi hilang spontan akibat usia yang bertambah. Pada waktu menopause
tinggal beberapa ribu buah. Produksi estrogen pun berkurang. Folikel yang tersisa
lebih resistan terhadap rangsangan gonadotropin. Sehingga siklus ovarium yang
terdiri dari pertumbuhan folikel, ovulasi, dan pembentukan korpus luteum lama
kelamaan berhenti. Hilangnya folikel secara terus menerus setelah kelahiran, hanya
menyisakan kurang lebih beberapa ratus folikel pada saat menopause yang
menimbulkan gejala amenore dan ketidakteraturan haid.

3. Tahapan menopause
a. Prameopause
Pramenopause adalah masa selama 4 -5 tahun sebelum terjadi menopause.
Singkatnya, premenopause adalah seluruh periode masa subur sebelum
menopause yaitu periode dari menarche sampai menopause. Pada fase ini
menstruasi mulai tidak teratur, namun belum muncul tanda klasik gejala
menopause, seperti hot flashes atau semburan panas, kekeringan vagina, dan lain
sebagainya. Pramenopause biasanya dialami wanita pada usia 40-an. Wanita pada
fase ini masih subur yang artinya masih bisa hamil
b. Perimenopause
Perimenopause disebut juga fase peralihan. Perimenopause terjadi sekitar
dua tahun menopause sampai sekitar dua tahun setelahnya. Pada fase ini terdapat
gejala khas yakni penurunan fungsi ovarium yang ditandai dengan defisiensi
progesterone dan estrogen sehigga tanda klasik gejala menopause mulai muncul.
Perimenopause dialami oleh wanita pada usia 50-an.
c. Menopause
Menopause adalah keadaan di mana wanita sudah tidak lagi haid yang
dihitung dari 12 bulan sejak haid terakhir. Pada awal menopause terkadang kadar
estrogen rendah, namun bisa sebaliknya pada wanita gemuk. Pada fase ini sudah
muncul tanda klasik gejala masa menopause. Penting untuk mencatat tanggal
terakhir menstruasi karena jika terjadi perdarahan vagina dalam jangka waktu satu
tahun sejak tanggal tersebut, dianggap tidak normal. Oleh karena itu, harus
memeriksakan diri ke dokter
d. Pascamenopause
Pascamenopause adalah fase setelah menopause sampai senium. Fase ini
merupakan masa lima tahun setelah menopause. Di fase ini tanda klasik gejala
menopause sedah mulai menghilang akibat keseimbangan hormone yang telah
dicapai tubuh.
4. Usia menopouse
a. Menopouse dini
Menopouse dini merupakan menopouse yang terjadi sebelum usia 40 tahun.
Diagnosis ini dibuat apabila haid berhenti sebelum waktunya disertai dengan hot
flashes serta meningkatnya kadar hormon gonadotropin. Apabila kedua gejala ini
tidak ada, maka perlu dilakukan penyelidikan terhadap sebab lain dari
gangguannya fungsi ovarium.
Faktor yang menyebabkan menopouse dini adalah keturunan,gangguan gizi yang
cukup berat, penyakit menahun, dan penyakit yang merusak jaringan kedua
ovarium. Menopouse dini tidak membutuhkan terapi, namun diperlukan
pemberian penerangan kepada wanita yang bersangkutan. Faktor lain yang bisa
menyebabkan seorang wanita mengalami menopouse dini adalah merokok.
b. Menopouse normal
Menopouse biasanya dialami oleh wanita pada rentang usia 45 – 55 tahun.
Perubahan hormonal selama masa menopouse menimbulkan munculnya
perubahan fisik dan psikologis yang berakibat pada sensitivitas sehingga wanita
menopouse menjadi lebih mudah tersinggung, mudah marah, kurang percaya diri,
dan mengalami keluhan lainnya.
c. Menopouse terlambat
Batas terjadinya menopouse adalah umur 55 tahun. Apabila wanita masih
mengalami menstruasi di atas umur tersebut, maka diperlukan penyelidikan lebih
lanjut. Adapuun sebab – sebab yang dapat dihubungkan dengan menopouse
terlambat adalah konstitusional, fibromioma uteri, dan tumor ovarium yang
menghasilkan estrogen.
d. Keluhan fisik dan psikologis masa menopouse
a) Keluhan fisik
1) Hot flashes (semburan panas)
Hot flashes merupakan suatu kondisi ketika tubuh mengalami rasa panas
yang berlangsung selama satu sampai dua tahun setelah menopouse
dalam beberapa kasus dapat berlanjut sampai 10 tahun atau lebih. Hot
flashes yang terjadi selama tidur di sebut night sweat atau keringat
malam. Kemunculan hot flash berhubungan erat dengan cuaca panas dan
lembab, ruang sempit, kafein, alkohol, makanan pedas, pikiran yang
terlalu ketat atau tidak menyerap keringat sehingga hal tersebut perlu
dihindari agar tidak memperparah hot flashes. Keluhan hot flashes akan
berkurang seiring dengan tubuh yang menyesuaikan kadar estrogen yang
rendah.
2) Vagina kering
Penurunan hormon estrogen pada masa menopouse mengakibatkan
perubahan pada vagina. Vagina akan menjadi atrofi, kering, gatal dan
panas sehingga nyeri atau tidak nyaman saat berhubungan seks.
3) Uretra mengering, menipis, kurang elastis
Uretra adalah saluran yang menyalurkan air seni dari kandung kemih ke
luar tubuh. Pada masa menopouse, kadar estrogen menurun hal ini
menyebabkan dinding dan lapisan otot polos uretra mengering, menipis,
elastisnya berkurang, serta mengalami gangguan pada penutupan uretra
hingga terjadi inkontinensia urine, perubahan pola aliran urine, serta
mudah terjadi infeksi pada saluran kemih bagian bawah.
4) Hilangnya jaringan penunjang
Kadar estrogen yang rendah juga berpengaruh pada kolagen yang
merupakan bagian dari jaringan penunjang. Hilangnya kolagen
menyebabkan kulit kering dan keriput, rambut rontok, gigi mudah goyang,
gusi berdarah, sariawan, kuku rusak, dan rasa nyeri pada persandian.
5) Penumbuhan berat badan
Sebanyak 25% wanita pada masa menoupouse mengalami kenaikan berat
badan 20% diantarnya memperlihatkan kenaikan yang mencolok. Hal ini
disebabkan oleh penurunan kadar estrogen dan gangguan pertukaran zat
dasar metabolisme lemak. Selain itu juga disebabkan oleh kurang nya
aktifitas wanita pada usia menopouse.
6) Gangguan pada tulang dan persendian
Hormon estrogen sangat berperan penting dalam mempertahankan
keseimbangan kerja osteoblast ( pembentukan tulang ) dan osteoklast
( penyerapan tulang ). Estrogen akan berkaitan dengan reseptor estrogen
pada osteoblast yang secara langsung memodulasi aktifitas osteoblastik
dan secara tidak langsung mengatur pembentukan osteoklast yang
bertujuan mengahmbat resorpsi tulang sehingga apabila kadar estrogen
maka tidak ada yang menghambat resorpsi tulang yang mengakibatkan
gangguan pada proses tulang tersebut yang kemudian menyebabkan
pengeroposan tuulang sehingga timbul rasa tidak nyaman pada tulang dan
persendian.
7) Perubahan hormonal
Masa menopouse akan menyebabkan wanita menopouse lebih rentan
terserang kanker dan penyait degeneratif seperti diabetes serta penyakit
jantung. Faktor genetik dan gaya hidup juga berpengaruh. Hipertensi atau
demesia tipe alzhemeir juga ditemukan pada menopouse yang mana
penurunan kadar hormon seks steroid menyebabkan perubahan
neuroendokrin sistem susunan saraf pusat maupun biokimiawi otak. Di
kondisi ini, terjadi proses degeneratif el neuro di hampir semua bagian
otak yang berkaitan dengan fungsi ingata yang mana hal ini menyebabkan
sulit berkonsentrasi dan hilang nya fungsi memori jangka pendek.
b) Keluhan psikologis
1) Kecemasan
Penelitian oleh Joyee (2013) dalam Hekhmawati (2016), mengatakan
sebanyak 51% wanita menopouse mengalami kecemasan yang disebabkan
oleh perubahan fisik masa menopouse yang menimbulkan perasaan tidak
berharga yang memicu kekhawatiran atau kemungkinan orang yang
dicintai akan berpaling dan meninggalkan nya.
2) Kelelahan mental
Kelelahan mental berupa lebih mudah marah atau tersinggung atau
perubahan suasana hati yang begitu cepat. Biasanya hal ini tidak disadari
oleh wanita dan tidak jarang orang di sekitarnya dibuat bingung. Maka
dari itu, diperlukan pendekatan khusus seperti mengobrol ringan dengan
sahabat atau siapa saja yang pernah mengalami hal yang sama sehingga
dapat menjadi dukungan emosi
3) Kurang tidur( insomia)
Penelitian oleh Tao (2013) dalam Hekhmawati (2016), menemukan
sebanyak wanita menpouse (48%) wanita menopouse mengalami
gangguan tidur. Insomnia pada masa menopouse biasanya disebabkan oleh
hot flashes yang menimbulkan rasa panas, wajah memerah, serta keringat
di malam hari yang menjadikan tidur terasa tidak nyaman.
4) Daya ingat menurun
Penelitian oleh Chou (2013) dalam Hekhmawati (2016), mengatakan
sebagian wanita menopouse (48%) mengalami penurunan daya ingat
sehingga sesuatu yang harus di ulang- ulang terlebih dahulu. Hal ini
disebabkan oleh penurunan kadar estrogen dalam sistem saraf pusat yang
mana estrogen mempengaruhi fungsi kognitif yang artinya berpengaruh
terhadap fungsi otak. Selain itu, kemampuan berfikir juga mengalami
penurunan.
5) Depresi
Pada masa menopouse wanita dapat mengalami perasaan tertekan,
terpuruk dan merasa hidup nya tidak berguna lagi. Di masa menopouse,
anak – anaknya sudah tumbuh dewasa dan biasanya sibuk dengan urusan
masing- masing . Di saat inilah wanita benar- benar kehilangan perannya.
Gejala depresi meliputi lelah terus menerus, murung, sedih, sulit tidur
pulas terutaman menjelang dini hari, sulit membuat keputusan, dan
dorongan umtuk menangis.
2.2 Faktor psikososial pada ibu menopause
Perubahan psikis pada masa menopause sangat bergantung pada masing-masing
individu pengetahuan yang cukup akan membantu seorang wanita memahami dan
mempersiapkan dirinya menjalani masa ini dengan lebih baik.
1. Kesiapan menghadapi menopause
Berikut ini hal-hal yang sebaiknya dilakukan untuk menyiapkan diri menghadapi
menopause
a) Mengkonsumsi makanan bergizi
Sebaiknya mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang. Pemenuhan gizi
yang memadai akan sangat membantu dalam menghambat berbagai dampak
negative menopause terhadap kinerja kerja otak, mencegah kulit kering, serta
berbagai penyakit lainnya. Yang dimaksud dengan gizi seimbang adalah
memenuhi kebutuhan gizi per haridengan asupan zat-zat gizi seimbang yang
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Kebutuhan
kalori dan zat gizi setiap orang berbeda-beda, yaitu tergantung berat badan, tinggi
badan, umur, dan aktivitas. Kebutuhan gizi orang dewasa dengan berat normal
adalah sekitar 2.000 – 2.200 kkal/per hari. Dengan pemenuhangizi secara
seimbang ini diharapkan seseorang tidak kelebihan atau kekurangan berat badan
dan juga terjangkit suatu penyakit.
b) Menghindari stress
Usahakan untuk membiasakan gaya hidup rileks dan menghindari tekanan yang
dapat membebani pikiran. Hal ini penting untuk menghindari mengatasi dampak
psikologis akibat menopause. Wanita yang memasuki masa menopause, tidak
jarang merasa dirinya sudah tidak sempurna lagi sebagai seorang wanita. Kondisi
ini sering menimbulkan tekanan psikologis. Jika tekanan ini tidak dapat diatasi
akan berkembang menjadi stress yang berdampak buruk pada kehidupan seorang
wanita. Selain itu, stress atau keadaan tegang akan merusak otak yang dapat
mengganggu keseimbanghormon yang akhirya berdampak pada kesehatan tubuh.
Oleh karena itu, biasakan sejak dini untuk hidup rileks dan mengatasi setiap
masalah dengan cepat dan jalan terbaik.
c) Menghindari merokok dan minum-minuman berakohol
Bukan rahasia lagi, merokok dapat merusak kesehatan seseorang. Bukan itu saja,
merokok juga akan merusak kecantikan seseorang. Asap nikotin dapat membuat
kulit wajah kering dan kusam.berhenti merokok akan mengurangi gejala-gejala
pada saat premenopause
d) Olahraga secara teratur
Olahraga selain dapat menguatkan tulang, juga dapat mencegah penyakit jantung,
diabetes, jenis kanker tertentu, dan juga dapat menghilangkan stress. Olahraga
yang bisa dilakukan seperti jalan kaki, jogging, bersepeda, berenang, naik turun
tangga, dan sebaginya. Dilakuka paling sedikir tiga kali dalam seminggu, minimal
30 menit sekali latihan. Dengan tetap berusaha aktif akan menekan gejala
insomnia, memperlambat osteoporosis, penyakit jantung, serta mencegah hot
flushes
e) Dukungan keluarga
Menopause dapat berjalan dengan lancer dengan adanya kemauan diri
memandang hidup yang akan dating sebagai sebuah harapan yang
membahagiakan, sehingga peristiwa yang dialami selalu dipandang dari segi yang
baik. Hal tersebut dapat berlangsung bila ada dukungan dari orang sekitar,
khususnya suami. Peran yang positif akan menumbuhkan perasaan bahwa
kehadiranny masih sangat dibutuhkan oleh keluarga.
Seorang suami yang peka, akan menyadari bahwa istrinya tidak selincah dulu
sehingga suami harus berinisiatif membantu istri menyelesaikan tugas rumah
tangga. Anak-anak kehendaknya membantu upaya tulus untuk memahami alas an
naik turunnya emosi ibu. Mereka perlu menyadari kebutuhan ibu mereka untuk
mendapatkan waktu pribadi. Apabila menopause bisa dihadapi dengan baik, maka
kualitas hidup dalam menjalani menopause akan lebih baik dan akan tercipta
kehidupan keluarga harmonis.
2. Tanda dan gejala
Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
a) Ingatan menurun
Sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah
mengalami menopouse terjadi kemunduran dalam mengingat.
b) Kecemasan
Kecemasan yang timbul sering dihuubungkan adanya kekhawatiran dalam
menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan.
c) Mudah tersinggung
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Hal ini mungkin
disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari
proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya
d) Stres
Tidak ada yag bisa lepas sama sekali dari rasa cemas, termasuk para perempuan
menopouse. Respon orang terhadap sumber stres tidak bisa diramalkan,
sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi.
e) Depresi
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan
kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk
memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena
kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus mengahadapi masa tua
nya.
2.3 Pola makan pada wanita menopause
Wanita yang sudah mengalami menopause sangat perlu mengubah gaya hidupnya jadi
lebih sehat, salah satunya menerapkan pola makan yang tepat saat menopause.
Menopause dapat terjadi pada berbagai usia, rata- rata wanita menopause pada usia 51
tahun. Banyak perubahan yang terjadi pada wanita menopause, tubuh wanita mungkin
tidak seperti dulu lagi. Berat badan wanita menopause pun bisa melonjak naik. Hal ini
bisa terjadi karena perubahan hormon saat menopause. Wanita menopause biasanya lebih
sulit untuk mempertahankan berat badannya. Kondisi ini membuat tubuh kehilangan
masa otot dan lebih banyak mendapatkan lemak, terutama di area perut. Akibatnya,
resiko penyakit seperti tekanan darah tinggi, diabetes, osteoporosis, atau penyakit jantung
akan semakin tinggi.
1. Pola makan ideal wanita menopause
a) Perbanyak konsumsi makanan sehat bergizi
Buah dan sayur merupakan pilihan makanan terbaik untuk wanita menopouse.
Makanan ini kaya akan serat, mineral, vitamin, dan antioksidan yang dapat
membantu mengendalikan berat badan dan menjaga tekanan darah serta gula
darah tetap stabil. Dengan begitu, wanita yang sudah mengalami meopouse,
masuk usia lansia tetap sehat.
b) Perbanyak minum air putih
Pola makan sehat lansia tidak hanya membahas pilihan makanan untuk wanita
menopouse saja, tapi kecukupan kadar air dalam tubuh. Wanita menopouse
biasanya mengalami gejala menopouse vagina kering dan kulit kering yang
disebabkan oleh penurunan hormon estrogen.
Guna mencegah vagina kering dan menjaga kulit sehat masa menopouse,
konsumsi air perlu di tingkatkan. Akan tetapi, sebaik nya lansia tidak minum air
terlalu banyak. Setidaknya, minum 8 gelas per hari untuk menjaga kelembapan
kulit serta menjaga tubuh tetap terhidrasi. Lebih baik, mennghindari minum
alkohol dan mengurangi minuman tinggi gula, seperti minuman bersoda atau
minuman berenergi.
c) Cara mengolah makanan harus sehat
Pola makan yang sehat tidak sebatas hanya mmemperhatikan pilihan makanan,
Perlu juga memperhatikan cara mengolah makana tersebut. Pasalnya, proses
memasak bisa meningkatkan nutrisi tertentu pada makanan. Sebagai contoh,
menggoreng makanan bisa meningkatkan kandungan lemak dan kolestrol pada
makanan. Agar makanan tetap sehat, kurangi mengolah makanan dengan cara
menggoreng atau membakar makanan. Lebih baik mengolah makanan dengan
cara mengukus, merebus atau memanggang.
d) Perhatikan porsinya
Menopouse menjadi salah satu penyebab perlu usaha kera untuk menurunkan
berat badan pada usia tua. Meski sulit, mengendalikan berat bada usia lanjut bisa
dilakukan dengan memperhatikan porsi makan. Terapkan prinsip makan dalam
porsi sedikit tapi lebih sering.
2. Jenis makanan untuk wanita menopause
a) Sayur dan buah
Vitamin dan mineral untuk menopause yang paling banyak ditemukan pada sayur
dan buah. Sebagia jenis vitamin, seperti vitamin C dan vitamin A sifat antioksidan
yag bisa melawan radikal bebas yang menyebabkan stres oksidatif dan
peradangan. Dengan makan buah dan sayur, tubuh akan terlindungi dari
peradangan dan keursakan sel.
b) Ikan, telur dan daging
Selain sayur dan buah, makanan lain yang juga menyehatkan untuk wanita
menopouse adalah ikan , telur atau daging sapi. Makanan ini mengandung protein,
zat besi, kalsium dan lemak sehat yang tubuh butuhkan.
c) Produk susu
Jika kalsium sudah terpenuhi lewat makanan diatas, tubuh memerlukan vitamin D.
Ini karena tubuh tidak bisa menyerap kalsium tanpa vitamin D. Agar asupan
vitamin D untuk wanita menopuse terpenuhi, produk susu adalah pilihan makanan
nya. Berbagai jenis produk susu, seperti susu, yogurt, atau keju banyak yang di
fortikasi dengan vittamin ini.
Melansir National Institue Of Health, asupan vitamin D membantu menyerap
kalsium dan membentuk hormon kalstriol, yang nantinya berguna bagi tubuh
dalam menjaga kesehatan tulang. Jika asupan vitamin D sekaligus terpenuhi
dengan baik, resiko osteoporosis atau patah tulang kemungkinan akan menurun
pada wanita menopouse.
d) Makanan kayak lignan dan isoflavon
Lignan merupakan polifenol yang pada ada biji- bijian dan kacang- kacangan,
termasuk beberapa jenis sayur dan buah. Konsumsi makanan kayak akan lignan
secara rutin dapat menurunkan resiko osteoporosis. Sebagai contoh makanan
kayak lignan adalah biji rami (flaxseed).
Sementara isoflavon adalah estrogen pada tanaman yang termasuk dalam
kelompok antioksidan. Senyawa ini memiliki sifat antiperadangan yang dapat
menurunkan resiko penyakit kronis pada wanita menopouse. Makanan yang
kayak isoflavon antara lain kacang kedelai, tempe, tahu dan oncom.
2.4 Hubungan Psikososial Dengan Pola Makan Menopause
Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan akibat dari konsumsi dan
penggunaan zat – zat gizi. Bertambahnya usia bukan jadi penghalang untuk mendapatkan
asupan zat gizi yang cukup dan berkualitas. Pertambahan usia akan menimbulkan
beberapa perubahan baik secara fisik maupun mental. Perubahan ini akan mempengaruhi
kondisi seseorang dari aspek psikologis, pisiologis dan social ekonomi sebagian besar
kebutuhan zat gizi para lansia mengalami penurunan. Masalah gizi pada lansia muncul
dikarenakan perilaku makan yang salah yaitu ketidak seimbangan antara komsumsi gizi
dengan kecukupan gizi yang di anjurkan.
Makanan sehat adalah makanan yang didalamnya terkandung zat – zat gizi. Zat –
zat gizi adalah zat – zat yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdiri dari karbohidrat , protein
, lemak , vitamin dan mineral yang sangat banyak manfaatnya. Kebutuhan gizi pada
lanjut lansia perlu mendapat perhatian.

Berikut syarat dalam penyusunan menu lansia :


1. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium seperti susu non fat,
yoguart , dan ikan.
2. Makanan yang mengandung zat besi ( fe ) dalam jumlah besar seperti
kacangan – kacangan , hati , daging, bayam atau sayuran hijau.
3. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang
segar dan mudah dicerna.
4. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara di kukus , direbus,
atau dipanggang kurangi makanan yang di goreng.
5. Makanan sebaiknya yang mudah di kunyah, seperti bahan makanan lembek.
6. Menu hendaknya mengandung zat gizi dari beranekaragam bahan makanan
yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
7. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang.
2.5 Kerangka Teori

Bagan 2.1
Kerangka Teori
Hubungan psikososial terhadap pola makan pada wanita menopause di Bantarjati
Lebak Kota Bogor Tahun 2022

Faktor psikososial
1. Emosional
2. Kecemasan
3. Mudah tersinggung
4. Ketakutan
5. Sikap
Wanita yang mengalami
menopause

Pola makan
1. Status gizi
2. Jenis makanan
3. Jenis minuman
4. Makanan sehat
5. Pengetahuan
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka konsep


Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Bagan 3.1
Kerangka konsep
Hubungan psikososial terhadap pola makan pada wanita menopause di Bantarjati
Lebak Kota Bogor Tahun 2022

Variable Independen Variabel Dependen


(Bebas) (Terikat)

Pola makan Wanita


Faktor psikososial
menopause
3.2 Definisi Operasional

Table 3.1
Definisi Operasional
Hubungan Psikososial terhadap pola makan pada wanita
Menopause di bantarjati lebak kota bogor tahun 2022

No Variable Definisi Alat Cara Hasil ukur Skala


operasional ukur ukur
Variable independent
1. Faktor Faktor Kusioner Checklist 1. Ya Nominal
psikososial psikosoial 2. Tidak
adalah keadaan
dimana terdapat
sebagian ibu
menopause
cenderung lebih
mudah berubah
suasana hati nya
Variable dependen
2. Pola makan Kurangnya Kusioner Checklist 1. Benar Nominal
wanita asupan pola 2. Salah
menopause makan sehat
pada ibu
menopause yang
mengakibatkan
rendahnya gizi
3.3 Hipotesis
Ada hubungan antara faktor psikososial yang mempengaruhi pola makan pada
wanita menopause di Bantarjati Lebak Kota Bogor Tahun 2022.
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey analitik dengan
pendekatan survey analitik cross sectional. Survey analitik adalah survey atau penelitian
yang mencoba menggali bagaimandan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.
4.2 Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat
Penelitian dilakukan di kampung Bantarjati Lebak Kota Bogor.
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan yaitu mulai tanggal 25 April 2022 sampai dengan 7 Mei
2022.
4.3 Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita menopause usia 50 – 79 tahun di
Rt 01 Bantarjati Lebak Kota Bogor pada bulan april 2022 berjumlah 55 orang.
2. Sampel
Sampel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah wanita menopause yang bersedia
menjadi responden.
3. Cara pengambilan sampel
Pada penelitian ini sampel yang diambil menggunakan metode simple random
sampling, pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Dengan menggunakan rumus
besar sampling sebagai berikut :

Rumus :

N
n=
1+ N ( e2 )
Keterangan :

N : Besar populasi

n : Besar sampel

e : Tingkat kesalahan sampel

4.5 Teknik pengumpulan data


Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui data primer yang diambil dari
beberapa wanita menopause di Bantarjati Lebak Kota Bogor Tahun 2022.

4.6 Alat/instrument Pengumpulan Data


Alat yang digunakan untuk pengumpulan datadalam penelitian ini adalah
kuesioner.

4.7 Pengolahan Data


Setelah dilakukan pengumpulan data, lalu mulai mengolah data yang terkumpul,
kemudian dilakukan pengolahan data secara manual melalui beberapa tahap.
1. Editing
Yaitu proses pemeriksaan data yang sudah terkumpul, meliputi kelengkapan isi,
keterbacaan tulisan, kejelesan jawaban, relevansi jawaban, keseragaman satuan data
yang digunakann, dan sebagainya.
2. Coding
Pembuatan kode agar dapat membedakan aneka karakter. Memberi kode pada data
dengan merubah kata kata menjadi angka, tetapi penulis disini tidak menggunakan
kode dalam pengolahan data.
3. Tabulating
yaitu memasukan data yang sudah dikelompokkan ke dalam tabel - tabel agar mudah
di pahami oleh para pembaca.

4. Entry data
Seluruh data yang telah diolah dimasukkn ke dalam master tabel.
4.8 Teknik Analisa Data
1. Alisis Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
setiap responden. Variabel yang diteliti meliputi : faktor psikososial dan pola makan
pada wanita menopause.
Analisa univariat dilakukan dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi
yaitu:

f
P= × 100 %
n

Keterangan:
P = frekuensi dalam %
F = jumlah yang didapat
n = jumlah populasi
2. Analisi Bivariat
Analisa Bivariat dilakukan dua variable yang diduga berhubungan atau
berkolerasi. Analisa bivariat ini menimbulkan ada atau tidaknya hubungan statistik
atau pengaruh antara variable bebas dengan variable terkait.
Penelitian ini digunakan batas bermakna 95% (ρ value <0,05%) atau batas
kemaknaan (α > 0,05) untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang bermakna secara
statistic dengan menggunakan computer data masing-masing subvariabel dimasukkan ke
dalam tabel kemudian dianalisa untuk membandingkan nilai ρ value fan nilai alpha
(0,05) dengan ketentuan:
1) Ha diterima jika ρ value < 0,05 berarti ada hubungan psikososial terhadap pola
makan pada wanita menopause.
2) Ha ditolak jika ρ value > 0,05 berarti tidak ada hubungan psikososial terhadap pola
makan pada wanita menopause.

Mencari Chi kuadrat dengan rumus:

Keterangan:
X2 : nilai Chi – Kuadrat
O : frekuansi hasil observasi
E : frekuensi yang diharapkan

Dari hasil uji chi-square hanya dapat menyimpulkanatau tidaknya perbedaan


proporsi antar kelompok mana yang memiliki resiko lebih besar dibandingkan
kelompok lain. Dalam penelitian ini juga dilakukan perhitungan Odds Ratio untuk
mengetahui besarnya faktor psikososial atau besarnya pola makan pada wanita
menopause.

Dari nilai interpretasi OR adalah :

a. Bila Odds Ratio sama dengan satu (OR=1), menunjukkan bahwa variable yang
diteliti bukan faktor risiko.
b. Bila Odds Ratio lebih besar dari satu (OR ≥1), menunjukkan bahwa variabel
yang diteliti merupakan faktor resiko.
c. Bila Odds Ratio kurang dari satu (OR ≤ 1), menunjukkan bahwa variabel yang
diteliti bukan faktor pencegah.
DAFTAR PUSTAKA

Asifah, M., & Daryanti, M. S. (2021). Pengetahuan Wanita Dalam Menghadapi Menopause Di
Pedukuhan Gowok Kabupaten Sleman. Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKES Cendekia
Utama Kudus, 8(2), 180–191.
https://www.jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/JKM/article/view/682

Asriati, C. R., Wijaya, M., Nirmala, S. A., Gondodiputro, S., & Rahmiati, L. (2019). Gambaran
Pengetahuan Ibu tentang Persiapan Fisik dan Psikis Memasuki Masa Menopause. Jurnal
Kesehatan Vokasional, 4(2), 99. https://doi.org/10.22146/jkesvo.41638

atik ismiyati. (2010). hubungan tingkat pengetahuan tentang menopause dengan kesiapan
menghadapi menopause pada ibu premenopause di perumahan sewon asri yogyakarta. In
Arhiv za Higijenu Rada i Toksikologiju (Vol. 60, Issue 4).
https://www.scopus.com/inward/record.uri?eid=2-s2.0-33645547325%7B&
%7DpartnerID=40%7B&%7Dmd5=5c937a0c35f8be4ce16cb392381256da

Mona Tsuraya, Reni Zulfitri, & Arneliwati. (2018). Gambaran Mekanisme Koping Wanita
Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Akibat Menopause. JOM FKp, 5(2), 164–173.

Prabayoni, A. B. (2021). Gambaran Keluhan Fisik Dan Psikologis Wanita Menopause Pada
Masa Pandemi Covid-19 Di Wilayah Kerja Puskesmas Bebandem Tahun 2021. Jurnal
Keperawatan, 1, 1–67. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7651/

Qurniawati, D. (2018). Hubungan Perilaku Makan Dan Status Gizi Pada Lansia Di Kecamatan
Wates Kabupaten Kulon Progo. UNY Journal, 1, 1–20. https://eprints.uny.ac.id/59238/

Suparni, I., & Trisnawati, Y. (2013). Hubungan Gangguan Masa Menopause Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Ibu Menopause Di Desa Dawuhan Kecamatan Purwoasri Kabupaten
Kediri. Jurnal EduHealth, 4(2), 244823.

Anda mungkin juga menyukai