Anda di halaman 1dari 8

Pembelaan Singkat

NOTA PEMBELAAN

Atas Nama Terdakwa:


MULYONO Als Centhol Bin SUPARDI
Dalam Perkara Pidana
Nomor: 043 / Pid.B / 2011 /PN.Mgl
Pada Pengadilan Negeri Magelang
di Kota Magelang

Oleh Penasihat Hukum:


NOOR AUFA, S.H.

PENDAHULUAN

Majelis Hakim yang terhormat,


Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,
Hadirin sidang sekalian yang berbahagia

Bahwa setelah melalui proses persidangan yang cukup memakan waktu, tenaga dan pikiran,
maka pada saat ini adalah kesempatan kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa Mulyono Bin
Supardi mengajukan pembelaan atas tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum yang disampaikan
pada Tanggal 20 Juni 2011 kemarin. Sebelum menginjak materi nota pembelaan ini, kiranya
tidak berlebihan kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Yang Mulia
Majelis Hakim yang telah melakukan pemeriksaan dalam perkara ini secara arif dan
bijaksana, sehingga akan diketahui fakta-fakta sebenarnya terjadi yang akan dijadikan dasar
oleh Majelis Hakim untuk memutus Perkara ini.

Demikian pula pada Jaksa Penuntut Umum yang dengan semangat dan kerja kerasnya
mengajukan perkara ini serta melakukan penuntutan untuk keadilan, pantas pula kami
sampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga.

Kiranya dalam pembelaan ini, mengingat fakta dan keterangan saksi telah dicatat dengan
lengkap dan seksama oleh Sdr. Panitera Pengganti, maka kami beranggapan tidak perlu kami
ketengahkan kembali secara terperinci dan tersendiri dalam Nota Pembelaan yang kami
ajukan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pengulangan yang tidak efektif, maka kami
mohon agar berita acara persidangan yang telah dicatat oleh Panitera Pengganti mengenai
fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan merupakan bagian dari nota pembelaan /
pledooi ini dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

ANALISIS YURIDIS

Majelis Hakim yang terhormat,


Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,
Hadirin sidang sekalian yang berbahagia

Bahwa Terdakwa Mulyono Bin Supardi diajukan ke persidangan ini karena telah didakwa
oleh Rekan Jaksa Penuntut Umum melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam
pada ketentuan yang terdapat pada :

Dakwaan Kesatu : Melanggar ketentuan Pasal 170 ayat (1) KUHP


Dakwaan Kedua : Melanggar ketentuan Pasal 160 KUHP
Dakwaan Ketiga : Melanggar ketentuan Pasal 406 ayat (1) KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP

Bahwa Rekan Jaksa Penuntut Umum pun kemudian dalam surat tuntutannya yang dibacakan
dimuka persidangan yang terbuka untuk umum pada persidangan tanggal 20 Juni 2011
kemarin, telah berkeyakinan Terdakwa Mulyono Bin Supardi berdasarkan keterangan saksi-
saksi melakukan tindak pidana yang diatur dan diancam pada Pasal 160 KUHP sehingga
menuntut Terdakwa dengan hukuman penjara selama 10 (sepuluh) bulan penjara dikurangi
dengan penahanan yang telah dijalani terdakwa.

Bahwa sebelum membuktikan perbuatan terdakwa benar memenuhi dakwaan tersebut diatas,
harus juga diketahui adanya unsur-unsur dari pasal yang didakwakan , dan apakah seluruh
unsur-unsur tindak pidana tersebut dipenuhi oleh perbuatan terdakwa.

Bahwa dakwaan pasal 160 KUHP berbunyi sebagai berikut :

Barang siapa di muka umum dengan lisan atau tulisan menghasut supaya melakukan
perbuatan pidana, melakukan kekerasan terhadap penguasa umum atau tidak menuruti baik
ketentuan undang-undang maupun perintah jabatan yang diberikan berdasarkan ketentuan
undang-undang.

Bahwa pasal tersebut mempunyai unsur –unsur sebagai berikut :


1. Barang siapa;
2. Di muka umum
3. Dengan lisan atau tulisan menghasut supaya melakukan perbuatan pidana, melakukan
kekerasan terhadap penguasa umum atau tidak menuruti baik ketentuan undang-undang
maupun perintah jabatan yang diberikan berdasarkan ketentuan undang-undang

Berangkat dari tuntutan Rekan Jaksa Penuntut Umum yang mendasarkan pada Pasal 160
KUHP ini, untuk dapat menyatakan Terdakwa Mulyono Bin Supardi terbukti atau tidak
terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana pada Dakwaan Kedua, maka secara minimal
yang harus diperhatikan adalah mengenai penerapan dari “fakta-fakta” dengan
“strafbarehandeling” yang antara lain dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut :

1. Apakah benar terdakwa telah melakukan perbuatan melawan hukum sehubungan dengan
fakta-fakta yang terungkap dipersidangan dikaitkan dengan unsur Pasal 160 KUHP?
2. Apakah benar terdakwa telah menghasut baik lisan atau tulisan supaya melakukan tindak
pidana, melakukan kekerasan terhadap penguasa umum, atau tidak menuruti ketentuan
undang-undang maupun perintahjabatan yang diberikan berdasarkan undang-undang? Dan
apakah sebab-musabab-akibat dari fakta peristiwa hukum ini?
3. Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana yang seharusnya dihubungkan dengan
keseluruhan fakta yang terungkap di persidangan?

Majelis Hakim yang terhormat,


Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,
Hadirin sidang sekalian yang berbahagia
Selain itu, untuk menentukan apakah Terdakwa terbukti secara syah dan menyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana penghasutan sebagaimana didakwakan Rekan Jaksa
Penuntut Umum kepada dirinya, maka semua unsur dari pasal yang didakwakan kepadanya
harus dapat dibuktikan dengan alat bukti yang syah yang dihadapkan di depan persidangan,
dimana pada pembahasan unsur-unsur ini dapat kami uraikan sebagai berikut :

Ad.1. Barang Siapa

Bahwa yang dimaksud dengan barang siapa adalah siapa saja yang menjadi subyek hukum
yaitu sebagai pembawa hak dan kewajiban atau siapa pelaku dari perbuatan pidana yang
dilakukan, dalam hal ini tidak lain adalah ditujukan kepada terdakwa Mulyono Bin Supardi.

Bahwa unsur Barang siapa ini sendiri merupakan elemen delict dan bukan bestandeel delict
dalam suatu ketentuan yang terdapat pada pasal perundang-undangan yang tentunya harus
dibuktikan Rekan Jaksa Penuntut Umum berdasarkan fakta dipersidangan dan bukan rekaan
semata. Menurut hemat kami, unsur Barang Siapa haruslah dihubungkan dengan perbuatan
yang telah didakwakan untuk selanjutnya dibuktikan apakah perbuatan tersebut memenuhi
unsur pidana atau tidak sebagaimana terdapat dalam ketentuan pasal perundang-undangan
yang mengaturnya. Kalau unsur perbuatan tersebut terpenuhi atau terbukti secara syah dan
menyakinkan, maka barulah unsur barang siapa dapat dinyatakan terpenuhi atau terbukti
apabila memang unsur barang siapa tersebut dapat ditujukan pada diri Terdakwa.

Dalam hal ini, menurut pendapat kami yang dimaksud Barang Siapa dalam dakwaan Rekan
Jaksa Penuntut Umum jelas ditujukan kepada manusia atau orang sebagai subyek hukum
yang berfungsi sebagai hoofdader, dader, mededader atau uitlokker dari perbuatan pidana
(delict) yang telah memenuhi semua unsur dalam rumusan delik sebagaimana tertulis dan
tercantum pada dakwaan dan kemudian kepadanya dapat dimintakan pertanggung jawaban
pidana atas perbuatan tersebut.

Barang siapa sendiri, pada dasarnya bukanlah unsur namun dalam perkembangan praktek
peradilan, kata barang siapa selalu menjadi bahasan serta ulasan baik oleh Penuntut Umum
maupun Pengadilan. Barang siapa pada dasarnya mengandung prinsip persamaan kedudukan
di muka hukum (equality before the law) sebagai asas hukum yang berlaku universal. Dan,
dalam melihat unsur Barang siapa ini sendiri tidak dapat dilepaskan atau dipisahkan dari
konsep serta prinsip ajaran tentang prosedur pertanggungjawaban pidana kepada seseorang
atau koorporasi.

Namun demikian, mengikuti dari pembahasan yang diberikan Rekan Jaksa Penuntut Umum
dalam requisitor (tuntutan)-nya kepada Terdakwa Mulyono Bin Supardi, maka kami pun
meletakkan pembahasan mengenai unsur Barang Siapa dalam pasal ini pada pembahasan
pertama dari unsur pasal. Dan berangkat dari pembahasan serta penilaian kami selaku
Penasihat Hukum Terdakwa, maka pada pokoknya kami sependapat unsur Barang Siapa telah
terpenuhi karena Terdakwa Mulyono Bin Supardi merupakan subyek hukum yang mampu
bertanggung jawab dalam setiap tindakan hukum yang dilakukannya serta tiada alasan
pemaaf ataupun pembenar yang bisa ditujukan pada diri Terdakwa Mulyono Bin Supardi.

Ad.2. Di Muka Umum

Bahwa melihat unsur kedua pasal 160 KUHP dihubungkan dengan unsur dimuka umum,
maka harus nyatalah perbuatan dan tindakan yang dilakukan seseorang tersebut dilakukan
atau terjadi pada suatu tempat atau lokasi yang menjadi tempat umum dan mudah diketahui
orang banyak atau dapat menjadi tempat lalu lintas orang banyak dan bukanlah suatu tempat
tertutup atau suatu lokasi pribadi.

Berangkat dari fakta persidangan, baik keterangan para saksi, keterangan terdakwa serta alat
bukti lainnya yang diajukan di muka persidangan ini, maka nyatalah Terdakwa tidak pernah
melakukan perbuatan MENGHASUT di muka umum, dan kalau pun ada perbuatan yang
dilakukan Terdakwa untuk mengajak teman-temannya guna mencari warga Kampung Sanden
yang diduga sebagai pelaku pengeroyolan terhadap diri terdakwa dan teman-temannya di
Café Bondi, bukanlah dilakukan ditempat umum melainkan dilakukan Terdakwa dengan
menelpon Saksi Wantoyo serta beberapa temanya yang lain.

Ad.3. Dengan Lisan atau Tulisan Menghasut supaya melakukan perbuatan pidana, melakukan
kekerasan terhadap penguasa umum atau tidak menuruti baik ketentuan undang-undang
maupun perintah jabatan yang diberikan berdasarkan ketentuan undang-undang

Bahwa dalam hal ini, kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa Mulyono Bin Supardi patut
menyampaikan hal terkait dengan inti Pasal 160 KUHP karena dengan unsur ketiga inilah
dapat disimpulkan apakah seorang terdakwa terbukti secara syah dan menyakinkan
melakukan perbuatan pidana atau tidak sebagaimana diancam pasal ini. Berangkat dari
ketentuan Pasal 160 KUHP, haruslah dilihat secara menyeluruh dengan menghubungkan
setiap bagian-bagian dari unsur pasal ini yaitu:
1. Perbuatan dilakukan dengan sengaja yang tentunya memiliki konsekuensi perbuatan
tersebut dapat dan memang terbukti dilakukan dengan suatu niat dan dilakukan dengan cara
melawan hukum
2. Perbuatan dilakukan dengan adanya hasutan melakukan perbuatan pidana, kekerasan
terhadap penguasa umum atau tidak menuruti ketentuan UU maupun perintah jabatan yang
diberikan berdasar UU

Majelis Hakim yang terhormat,


Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,
Hadirin sidang sekalian yang berbahagia

Bahwa, untuk terpenuhinya delik dalam unsur ke-3 haruslah dilakukan “dengan sengaja”
yang memiliki makna perbuatan dilakukan dengan arti “tahu dan dikehendaki” oleh si pelaku
tindak pidana (R SOESILO Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal-Pasalnya; POLITEIA; Bogor; 1985, h. 24)

Selanjutnya, untuk memahami pengertian “dengan sengaja” dapat diambil pada Crimineel
WetBoek tahun 1809 yang mencantumkan “Kesengajaan adalah kemauan untuk melakukan
perbuatan atau tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang atau diperintahkan oleh
undang-undang” serta dalam Memorie van Toelichting (MvT) tahun 1881 sewaktu Menteri
Kehakiman mengajukan Crimineel WetBoek (yang saat ini menjadi ketentuan pidana yang
berlaku di Indonesia), dimuat bahwa kesengajaan itu adalah dengan sadar berkehendak untuk
melakukan suatu kejahatan tertentu (de bewuste richting van den wil op een bepaald misdrijf)
yang kemudian oleh Prof. Satochid Kartenahegara disimpulkan mengenai kesengajaan ini
sebagai “seseorang yang melakukan suatu perbuatan dengan sengaja harus menghendaki
(willwn) perbuatan itu serta harus menginsyafi atau mengerti (weten) akan akibat dari
perbuatan itu.
Adapun bentuk-bentuk kesengajaan sendiri, kita mengenal 3 (tiga) jenis yang tentunya
berguna untuk menjelaskan dan membuktikan kesengajaan bagaimanakah yang telah
dilakukan terdakwa dalam dugaan tindak pidana, yaitu :

1. Kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk)

Kesengajaan ini sendiri harus dilakukan pelaku tindak pidana dengan “maksud” (oogmerk)
yang dibedakan dengan “motif” suatu perbuatan. Sehari-hari, motif diidentikkan dengan
tujuan. Agar tidak timbul keragu-raguan, diberikan contoh sebagai berikut :

2. Kesengajaan dengan keinsyafan pasti (opzet als zekerheids bewustzijn)

Dalam kesengajaan bentuk ini, si pelaku (doer or dader) mengetahui secara pasti atau yakin
benar bahwa selain akibat dimaksud, akan terjadi akibat lain dan menyakini dengan pasti
bahwa dengan melakukan perbuatan itu, pasti akan timbul akibat lain.

3. Kesengajaan dengan keinsyafan kemungkinan (dolus eventualis)

Dalam bentuk kesengajaan ini si pelaku menyadari bahwa mungkin akan timbul akibat lain
yang juga dilarang dan diancam oleh undang-undang
(lihat, Leden Marpaung; Asas – Teori – Praktik HUKUM PIDANA; Sinar Grafika; Jakarta;
Mei 2005; h. 15 – 16)

Majelis Hakim yang terhormat,


Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,
Hadirin sidang sekalian yang berbahagia

Berangkat dari penjelasan diatas, dalam hal ini kita harus melihat kesengajaan yang
bagaimanakah yang telah dilakukan terdakwa Mulyono Bin Supardi dihubungkan dengan
dakwaan-dakwaan yang ditujukan kepadanya oleh Rekan Jaksa Penuntut Umum serta
dihubungkan dengan fakta-fakta dipersidangan selama ini, baik dari alat-alat bukti,
keterangan-keterangan saksi serta keterangan terdakwa sendiri.

Bahwa, berangkat dari fakta-fakta persidangan dan dihubungkan dengan unsur utama dalam
pasal ini yaitu “dengan sengaja” dapatlah kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa menarik
kesimpulan perbuatan Terdakwa Mulyono Bin Supardi sama sekali tidak memenuhi unsur
“dengan sengaja” dengan alasan-alasan yang diangkat dan diambil dari fakta persidangan
yang dengan jelas memperlihatkan secara nyata dan gamblang sama sekali tidak ada oogmerk
dari Terdakwa Mulyono Bin Supardi untuk melakukan hasutan melakukan perbuatan pidana
ataupun kekerasan terhadap penguasa umum.

Bahwa, peristiwa ini terjadi pada awalnya oogmerk bukanlah dari Terdakwa melainkan
karena adanya desas-desus akan diadakannya balas dendam oleh kelompok warga Karang
Gading akibat peristiwa pengeroyokan terhadap diri terdakwa dan beberapa temannya di
Karaoke Bondi, tapi terdakwa sendiri baik secara nyata melalui lisan atau tulisan sama sekali
tidak melakukan perbuatan tindak pidana ini. Dan ternyata, memang terbukti di persidangan.
Bahwa selain itu, unsur ketiga dari Pasal 160 KUHPini, kami selaku penasihat hukum
Terdakwa Mulyono Bin Supardi, melihat setiap perbuatan pidana/tindak pidana atau delik
tentunya haruslah memenuhi unsur dengan melawan hukum baik dinyatakan secara tegas
pada pasal perundang-undangan ataupun tidak disebutkan dengan tegas. Oleh karena itu,
maka baik Rekan Jaksa Penuntut Umum dalam tuntutannya, Penasihat Hukum pada
pledooinya dan Majelis Hakim pada putusannya haruslah mengkaji dan mebahas mengenai
terpenuhi atau tidak terpenuhi unsur dengan melawan hukum sehingga seorang terdakwa
dapat dijatuhi atau tidak dijatuhi sanksi pidana sesuai dengan peaturan perundang-undangan
yang berlaku.

Sehubungan dengan perkara yang didakwakan kepada Terdakwa Mulyono Bin Supardi oleh
Rekan Jaksa Penuntut Umum dan kemudian telah menuntut Terdakwa dengan hukuman 10
(sepuluh) bulan penjara dengan dikurangi masa tahanan, maka kami selaku Penasihat Hukum
Terdakwa menolak dengan tegas apa yang diungkapkan dan diuraikan Rekan Jaksa Penuntut
Umum tersebut dalam Requisitornya.

Hal ini perlu kami sampaikan, karena selaku Penasihat Hukum Terdakwa Mulyono Bin
Supardi, kami melihat bahwa unsur dengan melawan hukum tidaklah terbukti secara syah dan
menyakinkan dilakukan Terdakwa Mulyono Bin Supardi. Tidak terbuktinya unsur melawan
hukum karena pada diri Terdakwa tidak terdapat sama sekali kesalahan (schuld) dalam
perbuatan yang telah didakwakan dan dituntut kepadanya baik yang dilakukan dengan
kesengajaan ataupun kelalaian. Hal ini dikaitkan dengan pertimbangan perbuatan yang
dilakukan terdakwa tersebut sama sekali tidak memiliki oogmerk untuk menghasut
melakukan perbuatan pidana, atau kekerasan terhadap penguasa umum meskipun Terdakwa
sendiri memang berada di sekitar lokasi kejadian tindak pidana tersebut, tetapi keberadaan
Terdakwa dilokasi setelah kejadian tindak pidana berlangsung dan terdakwa kemudian
menolong salah satu warga Kampung Gading yang ternyata mengalami luka-luka di lokasi
kejadian tersebut.

Majelis Hakim yang terhormat,


Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,
Hadirin sidang sekalian yang berbahagia

Bahwa selanjutnya, ketentuan Pasal 160 KUHP merupakan ketentuan pidana yang
menitikberatkan tentang adanya perbuatan atau tindakan MENGHASUT. Dalam hal ini,
melihat dari pengertian yang tertuang pada Pasal 160 KUHP sendiri, tidak pernah ditemukan
arti atau pengertian yang jelas serta tegas dari MENGHASUT.

Namun berangkat dari pengertian umum bahasa yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
dan yang digunakan sehari-hari, maka kata menghasut adalah suatu rangkaian kalimat atau
bujuk rayu atau ajakan untuk mempengaruhi orang lain melakukan suatu perbuatan demi
kepentingan si penghasut tersebut.

Berangkat dari hal tersebut, jelaslah bahwa untuk terpenuhinya kategori suatu
MENGHASUT haruslah memenuhi hal-hal sebagai berikut yaitu :
1. Perbuatan dengan mengandalkan orang lain
2. Tidak ada tujuan yang pantas atau dengan secara tidak perlu
3. Dilakukan dengan sadar dan secara sengaja
4. Mengakibatkan orang lain melakukan perbuatan sebagaimana ajakan yang diarahkan
Dari pengertian diatas dan dihubungkan dengan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan
sehubungan dengan dugaan tindak pidana yang dituntut kepada Terdakwa Mulyono Bin
Supardi maka dapatlah kami Penasihat Hukum Terdakwa menyampaikan hal-hal sebagai
berikut :
 Bahwa dihubungkan dengan fakta-fakta yang terungkap di persidangan berdasarkan
keterangan para saksi, keterangan terdakwa serta alat bukti lain yang diajukan di muka
persidangan ini jelas sekali Terdakwa dalam hal perbuatan ini sama sekali tidak memiliki niat
jahat untuk mengajak atau mengarahkan warga Kampung Karang Gading untuk melakukan
penyerangan atau perbuatan pidana lainnya terhadap warga Kampung Sanden dan ikutnya
terdakwa dalam rombongan yang kemudian ingin mencari anak-anak Sanden yang pernah
memukul anak-anak Karang Gading tidak lebih dan tidak bukan karena rasa solidaritas
sesama warga Karang Gading terlebih lagi terdakwa termasuk salah satu korban pemukulan
oleh warga Kampung Sanden yang terjadi di Karaoke Bondi seminggu sebelum peristiwa
penyerangan Kampung Sanden sehingga tidaklah dapat dibuktikan adanya kemauan jahat
pada diri terdakwa
 Bahwa agar dapat dihukumnya suatu perbuatan yang mengandung unsur MENGHASUT,
perbuatan tersebut haruslah dilakukan dengan sengaja dan sadar oleh seseorang kepada orang
lain. Melihat dari fakta-fakta persidangan, jelas sekali tindakan kelompok warga Kampung
Karang Gading bukanlah suatu rangkaian perbuatan yang dilakukan dengan sengaja tetapi
merupakan tindakan spontanitas yang disebabkan adanya rasa kesal, marah dan kemudian
muncul desas-desus disekitaran kampung Karang Gading untuk melakukan pembalasan.
Bahwa kemudian terdakwa ikut dalam rombongan yang ingin mencari warga Sanden yang
melakukan pemukulan terhadap warga Karang Gading adalah karena solidaritas warga
Karang Gading dan pada saat awal berangkat semuanya merupakan gerakan spontanitas dan
sporadis belaka karena banyak warga yang berkumpul di rumah Sigit.
 Bahwa selain itu, suatu tindak MENGHASUT harus mengakibatkan adanya orang lain
yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh si Penghasut. Dihubungkan
dengan fakta-fakta dipersidangan jelas sekali Terdakwa tidak pernah mengajak atau pun
mengarahkan ataupun memerintahkan warga Kampung Karang Gading melakukan
penyerangan terhadap Warga Kampung Sanden, kalaupun ada pada awalnya hanyalah sebuah
gerakan spontanitas dan sporadis hendak mencari pelaku pemukulan terhadap warga Karang
Gading di Karaoke Bondi dan bukan pula suatu tindakan penyerangan terhadap Kampung
Sanden dan itu pun bukan diawali oleh Terdakwa mulyono Bin Supardi sebagaimana
Dakwaan dan tuntutan Rekan Jaksa Penuntut Umum dalam perkara ini.
Kesimpulan dan permohonan

Majelis Hakim yang terhormat,


Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,
Hadirin sidang sekalian yang berbahagia

Terdakwa Mulyono Bin Supardi adalah seorang warga yang baik serta tidak pernah terlibat
dalam perkara pidana seerta selama ini menjadi tulang punggung keluarga. Saat ini, sejak
Terdakwa menjalani proses persidangan yang cukup menyita waktu, keluarga Terdakwa
terpaksa ditinggal dan Ayah dari Terdakwa yang sudah sangat tua dan renta harus kembali
memikul tanggung jawab untuk mencukupi kebutuhan nafkah keluarga, dimana selama ini
ditanggung dan dijalankan oleh Terdakwa dengan kondisi ekonomi dan kehidupannya lebih
memperihatinkan dari sebelumnya. Bahwa perbuatan warga Kampung Karang Gading yang
menyerang Warga Kampung Sanden secara bersama-sama, sporadis dan spontanitaslah yang
menyebabkan Terdakwa dan keluarganya hidup dalam kesusahan pun demikian juga dengan
para terdakwa lain yang berada dalam berkas perkara berbeda dengan berkas perkara
terdakwa .

Kami selaku Penasehat Hukum terdakwa berusaha dengan maksimal untuk menyajikan
pembahasan secara obyektif terhadap proses persidangan atas diri Terdakwa Mulyono Bin
Supardi, dan hasilnya menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
• Bahwa terhadap Dakwaan Kesatu sebagaimana diatur didalam pasal 170 ayat (1) KUHP
TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN SECARA SYAH DAN MEYAKINKAN MENURUT
HUKUM telah dilakukan oleh Terdakwa
• Bahwa terhadap Dakwaan Kedua sebagaimana diatur didalam pasal 160 KUHP TIDAK
DAPAT DIBUKTIKAN SECARA SYAH DAN MEYAKINKAN MENURUT HUKUM
telah dilakukan oleh Terdakwa
• Bahwa terhadap Dakwaan Ketiga sebagaimana diatur didalam pasal 406 ayat (1) KUHP Jo
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN SECARA SYAH DAN
MEYAKINKAN MENURUT HUKUM telah dilakukan oleh Terdakwa

Kami percaya akan sikap arif dan bijaksana Majelis Hakim yang menjunjung tinggi
kebenaran dan keadilan dalam mempertimbangkan setiap fakta-fakta persidangan selama ini
yang dijadikan sebagai dasar putusan, oleh sebab itu perkenanlah kami selaku Penasehat
Hukum Terdakwa Mulyono Bin Supardi mengajukan permohonan dalam nota pembelaan
ini , sebagai berikut:

1. Menyatakan bahwa Terdakwa Mulyono Bin Supardi tidak terbukti secara syah dan
menyakinkan melakukan tindak pidana seperti yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum
baik pada Dakwaan Kesatu sebagaimana diatur dan diancam Pasal 170 ayat (1) KUHP,
Dakwaan Kedua sebagaimana diatur dan diancam Pasal 160 KUHP dan Dakwaan Ketiga
sebagaimana diatur dan diancam Pasal 406 ayat (1) KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
2. Membebaskan (vrijspraak) Terdakwa Mulyono Bin Supardi dari segala tuntutan atau
setidak-tidaknya melepaskan Terdakwa Mulyono Bin Supardi dari segala tuntutan .
3. Membebankan biaya perkara ini kepada negara.
4. Memerintahkan kepada Jaksa Penuntut Umum untuk merehabilitasi nama baik Terdakwa

Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon kiranya Majelis Hakim Yang Mulia
memberikan putusan yang seadil-adilnya.

Selanjutnya kami serahkan sepenuhnya nasib dan masa depan Terdakwa Mulyono Bin
Supardi kepada Majelis Hakim Yang Mulia, karena Majelis Hakimlah yang dapat
menentukannya.

Akhirnya rasa terima kasih kami ucapkan kepada Majelis Hakim dan Jaksa Penuntut Umum
yang telah dengan niat baik memperhatikan pledooi ini, semoga Allah SWT memberikan
rahmat dan PetunjukNya bagi kita semua untuk selalu menjunjung tinggi kebenaran dan
keadilan dalam penanganan perkara ini.

Magelang, 21 Juni 2011


Penasehat Hukum Terdakwa

NOOR AUFA, SH

Anda mungkin juga menyukai