Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

HISTOLOGI
SISTEM RESPIRASI

Disusun Oleh:

Nama : Salma Nur Faricha Abarsyah


NIM : K4320073
Kelas :B
Kelompok/Asisten : 5/ Natasha Herawati

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2021
Laporan Resmi Praktikum
Histologi

Judul : Sistem Respirasi

Tujuan :

1. Mengamati preparat histologis organ-organ yang termsuk sistem


pernafasan.
2. Membuat Analisa dari hasil pengamatan yang dilakuakan.
Nama Preparat : Pulmo
Perbesaran Preparat : 10x
Gambar Keterangan
1. Bronkiolus
2. Ductus alveoli
3. Respiratory bronkiolus
4. Alveolus
5. Arteri pulmonalis
6. Pneumosit

Identifikasi dan Deskripsi


A. Tempat ditemukan
Pulmo atau yang biasa dikenal dengan nama paru-paru dapat ditemukan pada rongga dada di
kedua sisi jantung dan struktur mediastinal lainnya (Kradin, 2017).
B. Bagian-bagian (struktur dan fungsi)
1. Bronkiolus
Struktur dari Bronkiolus ini yaitu saluran udara intralobular berdiameter 1 mm atau kurang,
terbentuk setelah generasi kesepuluh; percabangan dan tidak memiliki kartilago maupun
kelenjar dalam mukosanya (Mescher, 2013). Bronkiolus mempunyai epitel lebih rendah,
yaitu epitel bertingkat semu silindris bersilia kadang-kadang dengan sel goblet. Mukosanya
berlipat dan otot polos yang mengelilingi lumennya relatif banyak. Tidak ada tulang rawan
dan kelenjar lagi serta dikelilingi adventitia (Afiarahma, 2015).
2. Ductus Alveoli
Ducktus alveolaris berasal dari percabangan terminal bronkiolus respiratorius, dinding dari
ductus alveolaris dibentuk dari sederetan alveoli yang saling berdekatan. Duktus alveolaris
dan alveolus dibungkus oleh sel alveolus yang berbentuk gepeng halus, pada lamina propria
yang melingkari dari bagian tepi alveolus terdapat anyaman dari sel otot polos (Eroschenko,
2015)
3. Respiratory bronkiolus
Bronkiolus respiratorius berasal dari percabangan bronkiolus terminalis yang memiliki
fungsi untuk peralihan antara bagian konduksi dengan bagian respirasi sistem pernafasan.
Bronkiolus respiratorius berhubungan langsung pada duktus alveolaris dan alveoli
(Eroschenko, 2015).
4. Alveolus
Struktur dari alveolus yakni bentuk seperti kantong bulat kecil dimana pada satu sisinya
terdapat celah yang terbuka sehingga bentuk dari alveolus dapat dikatakan mirip dengan
sarang lebah. Pada alveolus akan terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah.
Alveoli bertanggung jawab atas terbentuknya struktur berongga dalam paru (Mescher, 2013).
5. Arteri Pulmonalis
Arteri pulmonalis menunjukkan hipertrofi medial dan dilapisi oleh satu lapis sel endotel,
seperti yang dijelaskan oleh imunostaining antigen. Fungsi dari arteri pulmonalis ini ialah
untuk mengganti kandungan karbon dioksida dengan uap air dalam darah menjadi oksigen
(Eroschenko,2015).
6. Pneumosit
Terdapat dua tipe lapisan sel alveolus: pneumosit tipe I, merupakan lapisan tipis yang
menyebar dan menutupi lebih dari 90% daerah permukaan, dan pneumosit tipe II
(Afiarahma, 2015) :
 Sel alveolus tipe I (juga disebut pneumosit tipe I atau sel alveolar skumosa)
merupakan sel yang sangat tipis yang melapisi permukaan alveolus. Sel tipe I menempati
95% dari permukaan alveolus. Sel-sel ini sangat tipis bahwa TEM itu diperlukan untuk
membuktikan di mana semua alveoli memiliki lapisan epitel. Organel-organel berkumpul di
sekitar inti, sehingga mengurangi ketebalan sawar darah-udara untuk sampai sekecil 25 nm.
Sitoplasma di bagian tipis mengandung banyak vesikel pinositotik, yang dapat berperan pada
pergantian surfaktan dan pembuang partikel kontaminan kecil dari permukaan luar. Selain
desmosom, semua sel epitel tipe I memiliki taut kedap yang berfungsi mencegah perembesan
cairan jaringan ke dalam ruang udara alveolus (Mescher, 2013).
 Sel alveolus tipe II (pneumosit tipe II atau sel septal) tersebar di antara sel-sel
alveolus tipe I dengan taut kedap dan desmosom yang menghubungkan dengan sel tersebut.
Sel tipe II berbentuk bundar yang biasanya berkelompok dengan jumlah dua atau tiga di
sepanjang permukaan alveolus di tempat pertemuan dinding alveolus. Sel ini berada di
lempeng tulang rawan yang mengelilingi bronki. Lempeng-lempeng kartilago pada dinding
trakea dan bronkus utama berfungsi untuk mencegah kolaps selama perubahan tekanan udara
dalam paru-paru (Afiarahma, 2015).
3. Kelenjar submukosa
Lapisan ini merupakan lapisan yang terletak dibawah mukosa yang terdiri dari jaringan
konektif yang mengandung kelenjar seromukus untuk menghasilkan mucus yang akan
menangkap dan mengeluarkan partikel inhalasi sehingga epitel tetap bersih (Paramita &
Juniati, 2016).
4. Otot Polos
Otot polos merupakan salah satu dari tiga jenis otot yang dimiliki manusia. Otot polos
disebut polos karena tidak memiliki lurik. Otot polos adalah otot yang bekerja secara tidak
sadar yang berada hampir di seluruh bagian tubuh.
5. Vena pulmonalis
Vena pulmonalis yaitu, pembuluh darah yang membawa darah yang kaya akan oksigen (O2)
dari paru-paru, pembuluh darah ini mengalirkan darah dari paru-paru ke serambi kiri
(Fitriana, et al, 2020)
6. Silia
Bentuk dari sel bersilia adalah kolumnar dengan permukaan yang diliputi oleh silia. Setiap
sel bersilia pada saluran pernapasan bagian proksimal memiliki kurang lebih 200-300 silia
yang diameternya ± 250 nm dan panjangnya ±6 μm. Fungsi utama dari sel bersilia adalah
untuk menjalankan transpor mukosiliar (Pround D, 2008)
7. Lamina propria
Lamina propria bronkus, terdapat berkas menyilang otot polos yang tersusun yang menjadi
lebih jelas terlihat di cabang bronkus yang lebih kecil. Kontraksi lapisan otot ini
mengakibatkan tampilan mukosa bronkus terlihat berlipat-lipat y. Lamina propria juga
mengandung serat elastin dan memiliki banyak kelenjar serosa dan mukosa seperti yang
terlihat pada gambar 2.2, dengan saluran masing-masing kelenjar tersebut bermuara ke
dalam lumen bronkus (Mescher, 2012).
8. Tunika muskularis
Merupaakan lapisan terdalam terdiri dari epitel yang bertumpu pada membrane basalis.
Lapisan ini bersama dengan lapisan jaringan ikat halus (lamina propria) disebut sebagai
mukosa. Lapisan ini digambarkan dari submukosa oleh lapisan otot polos halus yang
disebut sebagai muskularis mukosa (Reynolds, et al., 2015).
Nama Preparat : Bronchus
Perbesaran Preparat : 4x dan 10x
Gambar Keterangan
Perbesaran 4x Perbesaran 4x :
1. Epitel kolumner berlapis semu
(epitel respiratory)
2. Kartilago hialin
3. Kelenjar submukosa
4. Otot polos
5. Vena
6. Jaringan khas (lung
7. tissues)

Perbesaran 10x
Perbesaran 10x :
1. Silia
2. Lamina propria
3. Tunika muskularis
4. Kartilugo hialin

Identifikasi dan Deskripsi


A. Tempat ditemukan
Bronkus merupakan bagian dari traktus trakeobronkial, yaitu suatu struktur yang dimulai dari
trakea kemudian berlanjut menjadi bronkus dan bronkiolus (Paramita & Juniati, 2016).
B. Bagian-bagian (struktur dan fungsi)
1. Epitel kolumnar berlapis semu (epitel respiratory)
Lapisan epitel terutama tersusun dari epitel kolumnar bersilia. Membran berlapis semu yang
diselingi oleh kelenjar submukosa. Membran basalis memisahkan lapisan epitel dengan
lamina propria ( Jardins,2008)
2. Kartilago hialin
Pada bronkus intrapulmonal, cincin tulang rawan berbentuk C diganti dengan lempeng-
lempeng tulang rawan yang mengelilingi bronki. Lempeng-lempeng kartilago pada dinding
trakea dan bronkus utama berfungsi untuk mencegah kolaps selama perubahan tekanan udara
dalam paru-paru (Afiarahma, 2015).
3. Kelenjar submukosa
Lapisan ini merupakan lapisan yang terletak dibawah mukosa yang terdiri dari jaringan
konektif yang mengandung kelenjar seromukus untuk menghasilkan mucus yang akan
menangkap dan mengeluarkan partikel inhalasi sehingga epitel tetap bersih (Paramita &
Juniati, 2016).
4. Otot Polos
Otot polos merupakan salah satu dari tiga jenis otot yang dimiliki manusia. Otot polos
disebut polos karena tidak memiliki lurik. Otot polos adalah otot yang bekerja secara tidak
sadar yang berada hampir di seluruh bagian tubuh.
5. Vena pulmonalis
Vena pulmonalis yaitu, pembuluh darah yang membawa darah yang kaya akan oksigen (O2)
dari paru-paru, pembuluh darah ini mengalirkan darah dari paru-paru ke serambi kiri
(Fitriana, et al, 2020)
6. Silia
Bentuk dari sel bersilia adalah kolumnar dengan permukaan yang diliputi oleh silia. Setiap
sel bersilia pada saluran pernapasan bagian proksimal memiliki kurang lebih 200-300 silia
yang diameternya ± 250 nm dan panjangnya ±6 μm. Fungsi utama dari sel bersilia adalah
untuk menjalankan transpor mukosiliar (Pround D, 2008)
7. Lamina propria
Lamina propria bronkus, terdapat berkas menyilang otot polos yang tersusun yang menjadi
lebih jelas terlihat di cabang bronkus yang lebih kecil. Kontraksi lapisan otot ini
mengakibatkan tampilan mukosa bronkus terlihat berlipat-lipat y. Lamina propria juga
mengandung serat elastin dan memiliki banyak kelenjar serosa dan mukosa seperti yang
terlihat pada gambar 2.2, dengan saluran masing-masing kelenjar tersebut bermuara ke
dalam lumen bronkus (Mescher, 2012).
8. Tunika muskularis
Merupaakan lapisan terdalam terdiri dari epitel yang bertumpu pada membrane basalis.
Lapisan ini bersama dengan lapisan jaringan ikat halus (lamina propria) disebut sebagai
mukosa. Lapisan ini digambarkan dari submukosa oleh lapisan otot polos halus yang
disebut sebagai muskularis mukosa (Reynolds, et al., 2015).
C. Ciri khusus
 Ukuran bronkus semakin ke bawah akan semakin mengecil dan strukturnya pun berubah.
 Cincin kartilago yang mendukung setiap cabang akan berubah menjadi kartilago yang
ireguler dan pada akhirnya menghilang saat mencapai bronkiolus
 Memiliki 2 percabangan utama yaitu cabang kanan dan cabang kiri
 Lapisan epitel terutama tersusun dari epitel kolumnar bersilia berlapis semu yang
diselingi oleh kelenjar submukosa. Membran basalis memisahkan lapisan epitel dengan
lamina propria
(Paramita dan Juniati, 2016)
Nama Preparat : Pleura
Perbesaran Preparat : 20x
Gambar Keterangan
1. Alveoli
2. Visceral pleura
3. Parietal pleura
4. Lymphatics
5. Mesothelium
6. Basal lamina
7. Pembuluh darah

Identifikasi dan Deskripsi


A. Tempat ditemukan
pleura dapat ditemukan di bagian permukaan pulmo (paru-paru), karena pleura senriri
merupakan selaput pembungkus paru-paru (Mescher, 2013).
B. Bagian-bagian (struktur dan fungsi)
a. pembuluh darah
merupakan bagian dari sistem sirkulasi yang mengedarkan darah ke seluruh tubuh serta
dalam sistem respirasi membantu dalam pertukaran CO2 dan O2 dalam darah.
b. basal lamina
Lapisan epitel di sepanjang membran basalis memiliki sel basal yang berfungsi sebagai
pasokan cadangan dan mengganti sel silia serta sel mukus apabila diperlukan. Lamina
basal ini berfungsi untuk memisahkan lapisan epitel dengan lamina propria (Paramita &
Juniati, 2016).
c. Mesothelium
merupakan jaringan epithelium yang berada di bagian tengah dalam dan berfungsi untuk
melapisi atau membatasi rongga di dalam tubuh. mesothelium dibentuk oleh sel
mesotelial, berupa lapisan tungga pada rongga serus seperti rongga pleura.
9. Lymphatics
Pembuluh limfe muncul di jaringan ikat bronkiolus. Pembuluh ini mengikuti bronkiolus,
bronkus dan pembuluh-pembuluh pulmonal serta semuanya mencurahkan isinya ke
dalam kelenjar getah bening di daerah hilus. Jalinan limfatik ini disebut jalinan dalam
untuk membedakannya dari jalinan superfisial pembuluh limfe di pleura viseral.
Pembuluh limfe tidak ditemukan di bagian terminal percabangan bronkus atau di luar
duktus alveolaris (Mescher, 2013).
10. alveoli
Secarastruktual, alveoli menyerupai kantong bulat kecil yang terbuka pada satu sisinya,
yang mirip dengan sarang lebah. Di dalam struktur mirip mangkuk ini, berlangsung
pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah. Struktur dinding alveolus dikhususkan
untuk memudahkan dan memperlancar difusi antara lingkungan eksternal daninternal.
Alveoli ini bertanggu jawab atas terbentuknya struktur berongga dalam paru (Mescher,
2013).
11. visceral pleura
Merupakan suatu membran yang melekat pada jaringan paru (Mescher, 2013).
12. parietal pleura
membran yang melapisi dinding toraks (Mescher, 2013).
C. Ciri khusus
 terdiri atas 2 jenis, yaitu :Membran yang melekat pada jaringan paru disebut pleura
viseralis dan membran yang melapisi dinding toraks adalah pleura parietalis.
 terdiri atas sel-sel mesotel skuamosa selapis yang berada pada lapisan jaringan ikat tipis
yang mengandung serat kolagen dan elastis. Serat-serat elastin pleura viseral menyatu
dengan serat elastin parenkim paru 
(Mescher,2013).
Nama Preparat : Nasal Cavity
Perbesaran Preparat : 4x dan 10x
Gambar Keterangan
Perbesaran 4x Perbesaran 4x :
1. Silia
2. Epitel kolumnar berlapis semu
(epitel respiratory)
3. Kartilago hialin

Perbesaran 10x Perbesaran 10x :


1. Kelenjar serumukosa
2. Pembuluh vaskuler
3. Silia
4. Epitel kolumnar berlapis semu
(epitel respiratory)
5. Membran basal
6. Lamina propria

Identifikasi dan Deskripsi


A. Tempat ditemukan
merupakan rongga pada hidung yang disebut kavum nasi yang berbentuk terowongan yang
memanjang dari lubang hidung (nare anterior) ke koana (nares posterior).
B. Bagian-bagian (struktur dan fungsi)
1. Silia
Silia merupakan struktur yang menonjol dari permukaan sel. Bentuknya panjang, dibungkus
oleh membran sel dan bersifat mobile. Jumlah silia mencapai 200 buah pada tiap sel.
Panjangnya antara 2-6 µm dengan diameter 0,3 µm. Tiap silia tertanam pada badan basal
yang letaknya tepat di bawah permukaan sel (Kurniawan dan Pawarti, 2012)..
memiliki sehelai filament yang disebut aksonema yang mendominasi permukaan epitel
repiratori untuk membersihkan palut lendir yang dihasilkan oleh sel goblet dan sekresi serus
dari kelenjar hidung ke nasifaring (Ballenger, 2003).
2. Epitel respiratorik
Epitel ini sedikitnya memiliki lima jenis sel, yang kesemuanya menyentuh membran basal
yang tebal:
 Sel goblet juga banyak dijumpai di sejumlah area epitel respiratorik (Gambar 17–2),
yang terisi di bagian apikalnya dengan granula glikoprotein musin.
 Sel sikat (brush cells) adalah jenis sel kolumnar jauh lebih sedikit, di mana permukaan
apikal kecil dan jarang, mikrovili tumpul. Sel sikat reseptor kemosensori menyerupai sel
gustatoris, dengan komponen transduksi sinyal yang sama dan kontak sinaptik dengan
ujung saraf aferen pada permukaan basal.
 Sel kolumnar bersilia yang paling banyak, masing-masing dengan 250-300 silia pada
permukaan apikalnya
 Sel granula kecil (atau sel Kulchitsky) juga sulit ditemukan pada sediaan rutin, tetapi
memiliki banyak granula padat diameter 100-300 nm. Seperti sel-sel enteroendokrin dari
usus, adalah bagian dari sistem neuroendokrin difus). Seperti sel sikat, sel-sel ini hanya
mewakili sekitar 3% dari sel-sel di epitel pernapasan
 Sel basal, yaitu sel bulat kecil pada membran basal tetapi tidak meluas sampai
permukaan lumen epitel, merupakan sel punca yang membentuk jenis sel lain.
(Mescher, 2013)
3. Kartilago hialin
merupaka lapisan tulang rawan yang penyusun hidung yang berfungsi untuk melindungi
bagian depan dari nasal cavity (Diamanta, dkk., 2017).
4. Lamina basalis
lamina basalis terdiri atas lapisan tipis membran rangkap di bawah epitel. Di bawah lapisan
rangkap ini terdapat lapisan yang lebih tebal yang terdiri atas kolagen dan fibril retikulin
(Kurniawan dan Pawarti, 2012). Lamina basal ini berfungsi untuk memisahkan paisan epitel
dengan lamina propria (Paramita & Juniati, 2016).
5. Pembuluh darah
merupakan bagian dari sistem sirkulasi yang mengedarkan darah ke seluruh tubuh serta
dalam sistem respirasi membantu dalam pertukaran CO2 dan O2 dalam darah.
C. Ciri khusus
 Di dalan rongganya terdapat rambut-rambut halus berfungsi untuk menyaring udara
kotor
 Terdapat reseptor pembau
 Memiliki selaput lendir
 Memiliki 2 jenis epitel, yaitu epitel olfaktori dan epitel respiratori
Nama Preparat : Alveolus
Perbesaran Preparat : 4x dan 20x
Gambar Keterangan
Perbesaran 4x Perbesaran 4x :
1. Bronkus
2. Tunika muskularis
3. Bronchial glands
4. Alveoli
5. Bronkiolus respiratoris
6. Ductus alveolaris

Perbesaran 20x
Perbesaran 20x :
1. Ductus alveoli
2. Saccus alveolaris
3. Alveoli
4. Pneumosit 2
5. Pneumosit 1
6. Makrofag
7. Interveolar septum

Identifikasi dan Deskripsi


A. Tempat ditemukan
Alveolus merupakan evaginasi mirip kantung (berdiameter sekitar 200 μm) yang terdapat di
bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan saccus alveolaris (Mescher, 2013).
B. Bagian-bagian (struktur dan fungsi)
1. Pneumosit tipe II
Sel alveolus tipe II (pneumosit tipe II atau sel septal) tersebar di antara sel-sel alveolus tipe I
dengan taut kedap dan desmosom yang menghubungkan dengan sel tersebut. Sel tipe II
berbentuk bundar yang biasanya berkelompok dengan jumlah dua atau tiga di sepanjang
permukaan alveolus di tempat pertemuan dinding alveolus. Sel ini berada di lamina basal dan
merupakan bagian dari epitel, dan memiliki asal yang sama dengan sel tipe I yang melapisi
dinding alveolus. Sel-sel ini membelah dengan cara mitosis untuk mengganti populasinya
sendiri dan juga mengganti populasi sel tipe I. Sel tipe II inti yang bulat dan mungkin
memiliki nukleolus, dan sitoplasma secara tipikal di warnai ringan dengan banyak vesikel
(Mescher, 2013).
pneumosit tipe II berperan dalam menyintesis surfaktan di paru dan memiliki peran penting
dalam perbaikan epitel alveolus setelah terjadi kerusakan (Kumar, et al., 2019).
2. Bronkiolus respiratorius
merupakan cabang-cabang dari bronkioulus terminalis yang berjumlah dua atau lebih.
Bronkiolus respiratorius mirip dengan sebagian besar bronkiolus terminalis kecuali adanya
sebaran alveoli d sepanjang permukaannya. Berfungsi sebagai daerah peralihan antara bagian
konduksi dan bagian respiratorik sistem pernapasan (Mescher, 2013).
3. Bronkiolus terminalis
Bagian terakhir sistem hantaran udara sebelum tempat pertukaran udara. Potongan melintang
memperlihatkan bahwa suatu bronkiolus terminalis memiliki hanya satu atau dua lapisan sel
otot polos.
4. Saccus alveolar
merupakan kelompok yang lebih dari alveoli yang membentuk saluran alveolar secara distal
dan kadang-kadang terjadi di sepanjang saluran alveolar. Berfungsi sebagai akhir dari saluran
pernapasan (Mescher, 2013.
5. Alveoli
Secara struktual, alveolus menyerupai kantong bulat kecil yangterbuka pada satu sisinya,
yang mirip dengan sarang lebah. Di dalam struktur mirip mangkuk ini, berlangsung
pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah. Struktur dinding alveolus dikhususkan
untuk memudahkan dan memperlancar difusi antara lingkungan eksternal daninternal.
Alveoli ini bertanggu jawab atas terbentuknya struktur berongga dalam paru (Mescher,
2013).
6. Pneumosit tipe I
Sel alveolus tipe I (juga disebut pneumosit tipe I atau sel alveolar skumosa) merupakan sel
yang sangat tipis yang melapisi permukaan alveolus. Sel tipe I menempati 95% dari
permukaan alveolus. Sel-sel ini sangat tipis bahwa TEM itu diperlukan untuk membuktikan
di mana semua alveoli memiliki lapisan epitel. Organel-organel berkumpul di sekitar inti,
sehingga mengurangi ketebalan sawar darah-udara untuk sampai sekecil 25 nm. Sitoplasma
di bagian tipis mengandung banyak vesikel pinositotik, yang dapat berperan pada
pergantian surfaktan dan pembuang partikel kontaminan kecil dari permukaan luar. Selain
desmosom, semua sel epitel tipe I memiliki taut kedap yang berfungsi mencegah
perembesan cairan jaringan ke dalam ruang udara alveolus (Mescher, 2013).
7. Sel makrofag alveolar
merupakan sel-sel yang menyusun makrofag alveolar yang terdapat di dalam jaringan ikat
septa interalveolar dan di dalam alveoli (Rahmawati, 2018). Fungsi dari sel ini adalah
memfagositosis eritrosit yang hilang akibat kerusakan kapiler dan partikel udara yang telah
memasuki alveolus (Mescher, 2013).
8. Duktus alveolaris
Bagian terminal setiap bronkiolus respiratorius bercabang menjadi beberapa duktus
alveolaris. Dinding duktus alveolaris biasanya dibentuk oleh sederetan alveoli yang saling
bersebelahan. Duktus alveolaris dilapisi oleh sel alveolus gepeng yang sangat halus. Dalam
lamina propria yang mengelilingi tepian alveolus tetrdapat anyaman sel otot polos
(Rahmawati, 2018).
9. Septum interalveolar
merupakan suatu dinding yang terletak di antara 2 alveolus yang bersebelahan. Satu
septum interalveolar terdiri atas 2 lapis epitel gepeng tipis, dengan kapiler, fibroblas, serat
elastin danretikulin, matriks dan sel jaringan ikat diantara kedua lapisan.
septum interalveolar ini berfungsi sebagai dinding sekat atau pemisah 2
alveolus(Rahmawati, 2018).
10. Sel clara

Sel Clara merupakan sel epitel sekretori tidak bersilia yang berada disepanjang bronchiolus,
sel ini berbeda secara morfologi dan produk yang dihasilkannya dibandingkan sel yang
mensekresikan serous dan mucus (Yuliana dan Roewijoko, 2015).
Sel Clara memiliki berbagai fungsi, termasuk berikut:
 Sekresi dari surfaktan lipoprotein dan musin di lapisan cairan pada permukaan epitel
 Detoksifikasi senyawa xenobiotik dihirup oleh enzim dari SER
 Sekresi peptida antimikroba dan sitokin untuk pertahanan imun lokal
 Dalam subpopulasi sel induk, cedera yang diinduksi mitosis untuk penggantian jenis sel
bronkial lainnya.
(Mescher, 2013).
C. Ciri khusus

 Semua alveolus dikelilingi oleh jaringan ikat jarang pada septum interalveolar yang terutama
terdiri dari serat elastis dan serat retikular serta jaringan kapiler yang padat.
 Dinding setiap alveolus terdiri dari dua tipe sel: sel tipe I alveolar sangat tipis (pneumosit) dan
kuboid sel tipe II alveolar dengan mensekresi surfaktan dan properti imun non spesifik
 Sel tipe II alveolar ditandai ultrastruktural oleh badan lamelar sitoplasma yang khusus, granula
besar dengan lapisan ditumpuk erat pada membran yang terlibat dalam sintesis
surfaktan.(Mescher, 2013)
Nama Preparat : Alveolus
Perbesaran Preparat : (20x)
Gambar Keterangan
1. Saccus alveolaris
4
2. Duktus alveolaris
3. Alveoli
4. Makrofag alveolus
5 5. Pneumosit tipe II
6. Pneumosit tipe I
7. Pembuluh darah

6 3 2
7

Identifikasi dan Deskripsi


A. Tempat ditemukan
Alveolus merupakan evaginasi mirip kantung (berdiameter sekitar 200 μm) yang terdapat di
bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan saccus alveolaris (Mescher, 2013).
B. Bagian-bagian (struktur dan fungsi)
1. Saccus alveolaris
merupakan kelompok yang lebih dari alveoli yang membentuk saluran alveolar secara distal
dan kadang-kadang terjadi di sepanjang saluran alveolar. Berfungsi sebagai akhir dari saluran
pernapasan (Mescher, 2013.
a. Duktus alveolaris
Bagian terminal setiap bronkiolus respiratorius bercabang menjadi beberapa duktus
alveolaris. Dinding duktus alveolaris biasanya dibentuk oleh sederetan alveoli yang saling
bersebelahan. Duktus alveolaris dilapisi oleh sel alveolus gepeng yang sangat halus. Dalam
lamina propria yang mengelilingi tepian alveolus tetrdapat anyaman sel otot polos
(Rahmawati, 2018).
b. Alveoli
Secara struktual, alveolus menyerupai kantong bulat kecil yangterbuka pada satu sisinya,
yang mirip dengan sarang lebah. Di dalam struktur mirip mangkuk ini, berlangsung
pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah. Struktur dinding alveolus dikhususkan
untuk memudahkan dan memperlancar difusi antara lingkungan eksternal daninternal.
Alveoli ini bertanggu jawab atas terbentuknya struktur berongga dalam paru (Mescher,
2013).
c. Makrofag alveolus
Makrofag alveolus, yang disebut sel debu, ditemukan dalam alveolus dan septum
interalveolus. Puluhan juta monosit bermigrasi setiap hari dari mikrovaskular ke dalam
jaringan paru, tempat sel ini memfagositosis eritrosit yang hilang akibat kerusakan kapiler
dan partikel udara yang telah memasuki alveolus. Makrofag aktif dalam alveoli sering dapat
dibedakan dari tipe II pneumosit karena sedikit lebih gelap sesuai dengan kandungannya
dari debu dan karbon serta udara serta kompleks besi.
Makrofag yang sudah terisi dapat mengalami berbagai nasib: kebanyakan bermigrasi ke
dalam bronkiolus tempat sel ini menggerakkan eskalator mukosiliar untuk pembuangannya
di faring; makrofag lain meninggalkan paru melalui aliran limfe, sementara yang lain tetap
di jaringan ikat septum intralveolus selama bertahun-tahun.
(Mescher, 2013).
d. Pneumosit tipe II
Sel alveolus tipe II (pneumosit tipe II atau sel septal) tersebar di antara sel-sel alveolus tipe I
dengan taut kedap dan desmosom yang menghubungkan dengan sel tersebut. Sel tipe II
berbentuk bundar yang biasanya berkelompok dengan jumlah dua atau tiga di sepanjang
permukaan alveolus di tempat pertemuan dinding alveolus. Sel ini berada di lamina basal dan
merupakan bagian dari epitel, dan memiliki asal yang sama dengan sel tipe I yang melapisi
dinding alveolus. Sel-sel ini membelah dengan cara mitosis untuk mengganti populasinya
sendiri dan juga mengganti populasi sel tipe I. Sel tipe II inti yang bulat dan mungkin
memiliki nukleolus, dan sitoplasma secara tipikal di warnai ringan dengan banyak vesikel
(Mescher, 2013).
pneumosit tipe II berperan dalam menyintesis surfaktan di paru dan memiliki peran penting
dalam perbaikan epitel alveolus setelah terjadi kerusakan (Kumar, et al., 2019)

e. Pneumosit tipe I
Sel alveolus tipe I (juga disebut pneumosit tipe I atau sel alveolar skumosa) merupakan sel
yang sangat tipis yang melapisi permukaan alveolus. Sel tipe I menempati 95% dari
permukaan alveolus. Sel-sel ini sangat tipis bahwa TEM itu diperlukan untuk membuktikan
di mana semua alveoli memiliki lapisan epitel. Organel-organel berkumpul di sekitar inti,
sehingga mengurangi ketebalan sawar darah-udara untuk sampai sekecil 25 nm. Sitoplasma
di bagian tipis mengandung banyak vesikel pinositotik, yang dapat berperan pada pergantian
surfaktan dan pembuang partikel kontaminan kecil dari permukaan luar. Selain desmosom,
semua sel epitel tipe I memiliki taut kedap yang berfungsi mencegah perembesan cairan
jaringan ke dalam ruang udara alveolus (Mescher, 2013).
f. Pembuluh darah
Sirkulasi darah di paru-paru meliputi sirkulasi paru, yang membawa darah rendah O2 untuk
pertukaran gas, dan sirkulasi bronkial, membawa darah sistemik, yang kaya nutrisi
(Mescher, 2013).

C. Ciri khusus
 Semua alveolus dikelilingi oleh jaringan ikat jarang pada septum interalveolar yang
terutama terdiri dari serat elastis dan serat retikular serta jaringan kapiler yang padat.
 Dinding setiap alveolus terdiri dari dua tipe sel: sel tipe I alveolar sangat tipis (pneumosit)
dan kuboid sel tipe II alveolar dengan mensekresi surfaktan dan properti imun non spesifik
 Sel tipe II alveolar ditandai ultrastruktural oleh badan lamelar sitoplasma yang khusus,
granula besar dengan lapisan ditumpuk erat pada membran yang terlibat dalam sintesis
surfaktan.
(Mescher,2013)
Daftar Pustaka
Afiarahma, A. I., & Witjahyo, B. (2015). Pengaruh Pemberian Susu Kambing Terhadap
Gambaran Mikroskopis Paru Dan Kadar Hemoglobin (Hb) Tikus Wistar Yang
Terpapar Asap Kendaraan Bermotor (Doctoral dissertation, Faculty of Medicine).
Bire, I. R., Winaya, I. B. O., & Adi, A. A. A. M. (2018). Perubahan Histopatologi Hati dan
Paru Mencit Pascainduksi dengan Zat Karsinogenik Benzo (a) piren. Indonesia
Medicus Veterinus, 7(6): 634-642.
Diamanta, A., Rohmah, I. N., & Amarwati, S. (2017). Perbedaan Gambaran Histopatologi
Saluran Napas Atas Intravital, Perimortem Dan Postmortem Mencit Balb/c Yang
Diberikan Paparan Api (Doctoral dissertation, Faculty of Medicine).
Fitriah, H., & SH, J. (2010). Peran traktus trakeobronkial dalam proteksi paru. Jurnal THT-
KL, 3, 143-60.
Kradin, R. (2017). Anatomy of the Lung. Understanding Pulmonary Pathology: 5-19.
Kumar, V. (2019). Buku Ajar Patologi Robbins.USA: Elsevier Health Sciences.
Kurniawan, P., & Pawarti, D. R. (2012). Transport Mukosiliar Hidung Pada Rinitis AlergI.
Jurnal THT-KL, 5(1), 62-73.
Mescher, A. L. (2013). Junqueiras Basic Histology: Text and Atlas, 13th ed. New York:
McGraw-Hill Education
Nugraha, D. T., Suharto, G., & Hadi, H. (2013). Pengaruh Lama Waktu Kematian Terhadap
Kemampuan Pergerakan Silia Trakea Hewan Coba Post Mortem Yang Diperiksa
Pada Suhu Kamar Dan Suhu Dingin (Doctoral dissertation, Diponegoro University).
Paramita, D. V., & Juniati, S. H. (2016). Fisiologi dan Fungsi Mukosiliar Bronkus. Jurnal
THT-KL, 64-73.
Rahmawati, A. A. (2018). Analisis Perbandingan Kerusakan Alveolus Paru Tikus Rattus
Norvegicus Terhadap Paparan Asap Rokok Konvensional dan Elektrik (Doctoral
dissertation, UNIMUS).
Rivanda, A. (2015). Pengaruh paparan karbon monoksida terhadap daya konduksi
trakea. Jurnal Majority, 4(8), 153-160.
Wira, A., Winaya, I. B. O., & Adi, A. A. A. M. (2018). Perubahan Histopatologi Trakea
Mencit Jantan Pascapaparan Asap Rokok Elektrik. Indonesia Medicus Veterinus,
7(4): 422-433.
Yuliana, I., & Roewijoko, S. (2015). Peranan Sel Clara Pada Infeksi Paru Kronis. Majalah
Kedokteran Andalas, 37(2), 129-135.
Lampiran Abstrak Jurnal
LAPORAN SEMENTARA SISTEM RESPIRASI
Lembar Pengesahan

Surakarta, 04 Desember 2021


Asisten Praktikum Praktikan

Natasha Herawati Salma Nur Faricha A.


NIM. K4319061 NIM.K4320073

Anda mungkin juga menyukai