“KEBIJAKAN BISNIS”
Dosen Pengampu : Reza Safitri SE.,MM
Di Susun Oleh :
FITRIYANA
NIM. 20063201007
SEMESTER IV
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam berwirausaha juga ada beberapa aspek yang menentukan berhasil
tidaknya suatu usaha yang dijalankan. Diantaranya aspek modal, pengelolan
maupun pemasaran. Modal bisa di dapat dari berbagai cara inisalnya dengan
modal yang kita punya sendiri ataupun dengan pinjaman. Oleh karena itu
dibutuhkan juga suatu keinitraan atau hubungan sosial yang baik dalam
berwirausaha. Karena terkadang dalam berwirausaha kita tidak dapat memulainya
sendiri baik karena kekurangan uang, sumber daya, maupun kreatifitas.
2
1.2.Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.Manfaat Penelitian
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kebijakan Bisnis
Suatu kebijakan bisnis yang efektif perlu memiliki sejumlah fitur yang
spesifik dan jelas, sehingga tidak menyulitkan dalam implementasinya, yakni:
Hindari penggunaan jargon dan konotasi kata yang hanya akan mengundang
kesalahpahaman interpretasi terhadap kebijakan tersebut. Dengan kata lain, suatu
kebijakan perlu difahami secara sama dan seragam sehingga dapat dikuti secara
efisien dan efektif oleh para pekerja; Kebijakan perlu dibuat sesederhana
mungkin, sehingga mudah dipahami oleh semua orang di dalam organisasi;
Kebijakan perlu dibuat lengkap dan memiliki cakupan yang luas (inklusif dan
komprehensif); Suatu kebijakan harus dapat diterjemahkan secara fleksibel
kedalam langkah operasional dan aplikatif. Hal ini tidak berarti bahwa suatu
kebijakan bisa gampang diubah, melainkan bahwa suatu kebijakan perlu memiliki
ruang lingkup yang luas, sehingga memberikan kepastian pada para manajer lini
4
untuk menggunakannya dalam skenario berulang pada kegiatan rutin organisasi;
dan Suatu kebijakan harus bersifat stabil, sehingga tidak menyebabkan keraguan
dan ketidakpastian dalam pikiran para pekerja yang akan mengikutinya sebagai
pedoman dan panduan.
No KEBIJAKAN STRATEGI
5
Dengan demikian, kebijakan bisnis mengacu pada peran, fungsi,
wewenang dan tanggung jawab manajemen tingkat atas, terutama dalam
mengatasi isu dan fenomena penting yang dapat mempengaruhi keputusan dan
kinerja organisasi dalam jangka panjang. Strategi organisasi adalah strategi yang
dikembangkan dan diimplementasikan untuk tujuan yang telah ditetapkan oleh
suatu kebijakan bisnis.
Tentu saja tidak semua orang mengerti mengapa suatu kebijakan dibuat.
Sejumlah orang mungkin melihat kebijakan hanyalah sebagai keangkuhan
birokrasi. Namun harus diakui, bahwa pada kenyataannya, keberadaan kebijakan
dapat memberikan banyak manfaat asalkan mereka ditulis dengan baik dan selalu
up to date. Adapun sejumlah manfaat dari kebijakan formal meliputi, yakni:
6
2. Memberikan instruksi tentang bagaimana sejumlah tugas dilakukan
3. Menciptakan kepercayaan diri dan mengurangi bias dalam pengambilan
keputusan
4. Melindungi staf dari tindakan yang dapat membahayakan pekerjaan
mereka
5. Melindungi staf dari tindakan yang dapat membahayakan keselamatan diri
mereka sendiri dan orang lain
6. Membantu staf untuk melakukan tindakan dan mengambil tanggung jawab
tanpa selalu memerlukan referensi dari manajemen
7. Meningkatkan akuntabilitas organisasi bisnis.
7
b. Kebijakan untuk merekrut, melatih dan memanfaatkan para calon atlit;
c. Kebijakan untuk mempekerjakan staf;
d. Kebijakan untuk mempromosikan dan pementasan acara;
e. Kebijakan tentang pengendalian praktik doping.
Para pembuat kebijakan dalam organisasi bisa terdiri dari dewan direksi,
komite manajemen atau para eksekutif, yang merintis proses pembentukan
kebijakan secara hati-hati. Dalam hal ini, para pembuat kebijakan harus terlibat
dalam proses konsultasi. Disamping itu banyak informasi yang bisa diperoleh
dengan mendengarkan pendapat orang lain, atau bisa melalui monitoring, survei
dan penelitian. Peran pembuat kebijakan akan bertindak sebagai inisiator
pengumpul informasi melalui konsultasi, survei dan penelitian, dan sekaligus
mempromosikan apa saja tindakan yang disukai. Beberapa keterampilan yang
diperlukan untuk memastikan pengembangan kebijakan yang efektif adalah:
8
dilihat hanya sebagai seperangkat aturan belaka bagi sejumlah orang untuk diikuti.
Baik pihak pemerintahan, organisasi bisnis dan bahkan individu dapat
merumuskan kebijakan untuk kepentingan masa depan mereka. Suatu organisasi
rekreatif misalnya, mungkin memiliki kebijakan untuk mendorong kegiatan
rekreasi yang bersifat non-kompetitif. Kebijakan seperti itu akan menentukan
masa depan organisasi, misalnya dengan melakukan pengaturan tentang
keanggotaan suatu klub, jenis peristiwa yang akan diatur dan potensi pertumbuhan
masa depan organisasi.
9
a. Mempelajari dokumen kebijakan yang dibuat oleh organisasi lain tentang
topik yang sama;
b. Mencermati bahan, debat atau diskusi melalui internet atau media sosial
lainnya;
c. Melakukan pertemuan dengan staf dan pihak lain yang berpengalaman;
d. Membaca risalah rapat komite manajemen jika diijinkan;
e. Membaca dokumen lain seperti laporan tahunan atau laporan peristiwa
lainnya;
f. Membaca majalah dan jurnal industri; dan
g. Mencari nasihat dari para pakar dan praktisi hukum.
Sampai saat ini, tidak ada metode pengganti untuk survei, penelitian dan
konsultasi dalam mengembangan kebijakan yang efektif. Guna mencapai tujuan
10
strategikal dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan organisasi, beberapa
langkah perlu dilakukan, yakni:
11
Semua organisasi perlu mengembangkan dan mengkomunikasikan
kebijakan. Bagaimanapun, karena suatu keputusan dalam suatu organisasi dibuat
sepanjang waktu dalam setiap situasi yang baru, dan adakalanya sering terjadi
tidak ada pedoman kebijakan sebelumnya. Keputusan tersebut dibuat oleh orang-
orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam kapasitas mereka
sebagai manajer, anggota komite, anggota dewan direksi, para eksekutif, dan lain
sebagainya. Ketika keputusan dibuat dan tindakan apa yang harus diambil dalam
situasi tertentu, maka setiap keputusan dan tindakan tersebut perlu
didokumentasikan, dengan:
12
f. Dimuat dalam panduan kebijakan yang disimpan di kantor induk organisasi.
Last but not least, hal terpenting disini adalah seyogyanya kita tetap
mencari bantuan kepada pihak lain untuk menganalisis, mendiagnosis dan
bahkan mendefinisikan masalah atau isu dalam merumuskan suatu kebijakan.
Masalah yang tidak berhasil didefinisikan dengan baik, akan sulit dicarikan
solusi dan/ atau resolusinya. Konsultasi dan diskusi dengan semua pihak dapat
digunakan untuk mengumpulkan ide-ide dari para peserta rapat tentang sifat dan
hakikat masalah, isu atau fenomena dan bagaimana hal tersebut semampu
mungkin dapat dipecahkan.
13
belum tentu langsung berhubungan dengan prinsip yang mendasarinya. Misalnya
prinsip-prinsip keselamatan dalam mengemudi tertuang pada kebijakan
mengemudi yang memiliki tujuan sebagai berikut:
Dengan kata lain, organisasi kita tidak beroperasi dalam ruang hampa
semata, melainkan berada dalam ruang berbagai kebijakan, yaitu suatu ruang
kebijakan yang tumpang tindih dengan banyak ruang kebijakan organisasi lain,
yaitu dengan siapa kita harus bertetangga dengan damai, sebagaimana
digambarkan oleh Rowland dan Fasano, (1991) berikut ini.
Suatu perumusan kebijakan akan mempertimbangkan banyak bidang kebijakan
lainnya dan peraturan pemerintah. Selanjutnya suatu organisasi yang tidak
14
merumuskan kebijakan adalah suatu organisasi tanpa kendali. Suatu kebijakan
organisasi mungkin dapat bertentangan dengan peraturan pemerintah, atau gagal
dalam memenuhi harapan stakeholders atau komunitas, sehingga urung
memperoleh dana bantuan dari pihak mereka.
15
DAFTAR PUSTAKA
16