Anda di halaman 1dari 7

TOPIK 6

Penyakit Tidak Menular


MK Kesehatan Masyarakat

Mahasiswa
Tingkat 3 Reguler 2

Capaian pembelajaran sub mata kuliah


Mhs mampu menyatakan pengertian penyakit tidak menular (PTM) dengan tepat;
Mhs mampu menjelaskan karakteristik, jenis-jenis, faktor risiko terjadinya dan upaya pencegahan PTM setelah proses
pembelajaran dengan tepat;
BAB I
PENYAKIT TIDAK MENULAR

A. Penyakit Tidak Menular


1. PengertianPenyakit Tidak Menular
Menurut Porta (2014) yang dikutip oleh (2016) mendefinisikan penyakit tidak menular sebagai
penyakit yang sedikit sekali terbukti bahwa penularan dari satu orang ke orang lain dapat terjadi melalui
persentuhan, vektor, dan turunan/warisan secara biologis. Porta menggunakan istilah non-comunicable
disease dan nontransmissiable disease. Dilihat dari kontribusi penyebab kematian, terdapat penyakit
tidak menular yang paling besar menyebabkan kematian, atau disebut juga major chronic disease, yang
meliputi cardiovascular disease, cancer, diabetes.

2. Peran dan Tujuan Epidemiologi Penyakit Tidak Menular


Menurut Boslaugh (2008) yang dikutip oleh Heryana (2016) pemisahan penyakit tidak menular
dari penyakit menular merupakan terobosan dan pengembangan ilmu epidemiologi yang cukup
signifikan. Epidemiologi penyakit tidak menular secara garis besar berperan dalam mengumpulkan,
menganalisis, mengolah dan menyampaikan informasi penyakit tidak menular secara spesifik (meliputi
informasi medis, ekonomis, distribusi, dan faktor risiko). Sehingga dalam kajian penyakit tidak menular,
seorang epidemiologis dapat:
a. Menilai beban penyakit tidak menular (burden chronic disease) sepanjang hidup seseorang;
b. Menginformasikan kebijakan dan program berbasis bukti (evidence-based
programmatic) dalam rangka pencegahan dan pengontrol penyakit tidak menular
c. Meningkatkan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka pengkajian isu-isu PTM yang
berhubungan dengan usia pasien, disparitas pelayanan kesehatan, determinan sosial penyakit,
dan ketidakadilan pelayanan kesehatan.

Kegiatan di atas dapat dihasilkan melalui aktivitas epidemiologi yang disebut dengan surveilans.
Kegiatan surveilans berguna dalam memonitor pola dan tren PTM. Dalam kaitannya dengan PTM,
surveilans dibutuhkan untuk:
a. Mengidentifikasi kelompok masyarakat yang memiliki risiko PTM dan kelompok masyarakat
yang lebih sedikit mendapat benefit dari program intervensi PTM
b. Mengukur efek dari program intervensi
c. Mengidentifikasi perkembangan PTM yang baru.

Dalam kaitannya dengan PTM, studi epidemiologi memberi manfaat bagi kajian PTM, antara lain:
a. Memberikan prinsip dasar dalam pengontrolan PTM;
Handout
b. Merupakan alat dalam menentukan penyebab PTM
c. Memungkinkan praktisi kesehatan menentukan prioritas PTM dan faktor risiko berdasarkan
orang, tempat, dan waktu
d. Menghasilkan metode untuk mengevaluasi program dan kebijakan kesehatan bagi komunitas
atau klinis.

Praktisi kesehatan masyarakat dan epidemiologis mengalami hambatan serta tantangan dalam
mengembangkan dan menerapkan program pengendalian PTM. Tantangan tersebut antara lain:
a. PTM seringkali dipandang sebagai kejadian yang bukan merupakan “krisis
nasional”, dan hasil dari program pencegahan diperoleh dalam jangka panjang
b. Masyarakat lebih suka menghindari risiko yang tidak disadari/involuntary risk seperti
menghindari paparan bahan kimia, dibandingkan menghindari risiko yang disadari/voluntary
risk seperti merokok. Meskipun disadari bahwa voluntary risk memberi andil yang besar
terhadap beban penyakit kronis
c. Banyak komunitas masyarakat yang tidak dapat mengakses dan mengetahui data tentang PTM
dan faktor risikonya, yang berguna sebagai pedoman dalam menentukan tujuan dan evaluasi
program kesehatan
d. Sumberdaya yang dialokasikan (seperti pendanaan) tidak cukup untuk menunjang program
pengendalian PTM. (Brownson & Bright, 2004).

2. JENIS PENYAKIT TIDAK MENULAR PRIORITAS


a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Penyakit yang menyangkut jantung itu sendiri dan pembuluh – pembuluh darah (sulit dipisahkan
sehingga sering disebut cardiovaskuler). Faktor risiko yang tidak dapat 2 dimodifikasi adalah riwayat
keluarga, umur, dan jenis kelamin, sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah hipertensi,
merokok, DM, dislipidemia, obesitas, kurang aktivitas fisik, pola makan, konsumsi alkohol, dan stress.
1) Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terjadi akibat penyempitan pembuluh
darah koroner dan dapat menyebabkan serangan jantung. Penyakit ini ditandai dengan:
a) Rasa tertekan seperti ditimpa beban berat, rasa sakit, terjepit, atau terbakar di dada
b) Nyeri ini menjalar ke seluruh dada, bahu kiri, lengan kiri, punggung (di antara kedua belikat),
leher dan rahang bawah,terkadang di ulu hati sehingga dianggap sakit maag
c) Dirasakan seperti tercekik atau rasa sesak
d) Lamanya 20 menit bahkan lebih
e) Disertai keringat dingin, rasa lemah, berdebar
f) Terkadang sampai pingsan

2) Penyakit Pembuluh Darah Otak (Stroke)


Disebut sebagai "serangan otak", disebabkan oleh kurangnya aliran darah yang mengalir ke otak
yang terkadang menyebabkan pendarahan di otak. Aliran darah ke daerah otak terputus karena gumpalan
darah, endapan plak atau karena pecahnya pembuluh darah otak sehingga sel-sel otak mengalami
kekurangan oksigen serta energi dan menyebabkan kerusakan otak permanen yang berakibat kecacatan-
kematian dini. Tanda dan gejalanya adalah:
a) Senyum yang tidak simetris
b) Gerak anggota tubuh yang melemah atau tidak dapat digerakkan secara tiba-tiba
c) Suara yang pelo, parau, atau menghilang
d) Kebas/ baal
e) Rabun/ gangguan penglihatan
f) Sempoyongan

3) Hipertensi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah secaramenetap
> 140/90 mmHg. Seringkali hipertensi terjadi tanpa gejala, sehingga penderita tidak merasa sakit.
Gejalanya antara lain:
a) Sakit kepala
b) Kelelahan
c) Mual dan muntah
d) Sesak napas
e) Napas pendek (terengah-engah)
f) Gelisah
g) Pandangan menjadi kabur
h) Mata berkunang-kunang
i) Mudah marah
j) Telinga berdengung
k) Sulit tidur
l) Rasa berat di tengkuk

b. Diabetes Melitus (DM)


DM adalah suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar gula dalam darah melebihi nilai
normal kadar gula darah yang normal GDS<200 mg/dL dan GDP <126 mg/Dl. Dengan gejala : - gejala
klasiknya adalah banyak minum ( polidipsi) - banyak makan (polifagi) - banyak kencing (poliuri) -
penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas - seringkali disertai dengan gejala penyerta, seperti : gatal-
gatal, mengantuk, kesemutan, mata kabur, impotensi, dan keputihan pada wanita. Jenis-jenis DM:
1) DM Tipe-1, disebabkan kerusakan sel beta pankreas sehingga tidak adanya produksi insulin sama
sekali.
2) DM Tipe-2, disebabkan karena penurunan sekresi insulin dan atau resistensi insulin
3) DM Gestasional : muncul ketika penderita hamil (usia 24 minggu)
4) DM tipe lain yang disebabkan oleh pemakaian obat, infeksi, sebab imunologi yang jarang,
penyakit lain-lain, dsb.

Faktor resiko DM antara lain:


1) Yang tidak bisa dimodifikasi: Ras/ suku, riwayat keluarga, usia >45 tahun, riwayat melahirkan
bayi besar >4000 gram, riwayat BBLR < 2500gram
2) Yang bisa dimodifikasi: IMT > 23kg/m2, kurang aktifitas fisik, Hipertensi,dislipidemia, diet yang
tidak sehat

c. Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara


1) Kanker Leher Rahim.
Faktor risiko kanker leher rahim adalah merokok,hubungan seksual < 20 tahun, berganti-ganti
pasangan seksual, infeksi Human Papiloma Virus, penyakit menular seksual, serta adanya riwayat
keluarga yang menderita kanker leher rahim. Untuk mengetahui secara dini bisa dilakukan
pemeriksaan IVA dan papsmear secara teratur.

2) Kanker Payudara
a) Faktor risiko kanker payudara antara lain seperti haid pertama pada usia < 10 tahun, berhenti
haid (menopause) pada usia > 50 tahun, kehamilan pertama pada usia > 35 tahun, riwayat
keluarga, tidak mempunyai anak, tidak menyusui, riwayat tumor jinak sebelumnya, berat badan
berlebih, kebiasaan makan tinggi lemak dan kurang serat, perokok aktif dan pasif, konsumsi
alkohol, pemakaian obat hormonal dalam waktu lama dan penekanan pada payudara terus
menerus dalam waktu lama
b) Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

3. FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR


Berbeda dengan penyakit menular yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme seperti bakteri,
virus, cacing, jamur dan protozoa yang menginfeksi manusia, penyakit tidak menular tidak disebebkan
oleh mikroorganisme, akan tetapi disebabkan adanya interaksi antara factor fisiologi, genetic, factor
perilaku dan factor diluar manusia itu sendiri seperti social, ekonomi dan kondisi lingkungan
disekitarnya. Faktor yang berkontribusi terhadap munculnya PTM biasa disebut sebagai Faktor Risiko.
Gambar berikut menunjukkan adanya factor risiko bersama dimana beberapa factor merupakan
penyebab dari munculnya beberapa jenis penyakit baik penyakit yang disebut sebagai penyakit antara
yang merupakan tanda dan gejala awal suatu penyakit (hipertensi, obesitas, dislipidemia, lesi pra kanker
dan bronchitis kronis) sampai terjadinya penyakit itu sendiri (penyakit jantung koronen dan pembuluh
darah/PJK-PD, stroke, Diabetes, Ginjal kronis, Penyakit Paru Obstruktif Kronis/PPOK dan kanker.
Data tentang factor risiko tersebut juga belum banyak tersedia di Indonesia, beberapa data hasil
riset dan survey sudah ada namun masih sangat sedikit dan hanya melibatkan wilayah sempit yaitu di
beberapa kabupaten/kota saja. Hasil Reskesdas juga menunjukkan peningkatan terhadap beberapa factor
risiko PTM seperti tersaji pada gambar berikut. Gambar diatas menunjukkan bahwa proporsi perokok
cukup tinggi mencapai 66% dan konsumsi kurang makan sayur dan buah 93,6%. Sedangkan factor
risiko perilaku sedentary (aktifitas kurang aktif, misal duduk, berbaring, nonton TV) adalah 26.1 %
(tertinggi jakarta 42 %). Hasil riskesdas menunjukkan bahwa factor risiko PTM di masyarakat masih
cukup tinggi sehingga memerlukan upaya keras dalam melakukan kegiatan pencegahan
4. PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
Dalam rangka penyelenggaraan pengendalian PTM puskesmas melakukan upaya penyakit
melalui kegiatan antara lain (Kemenkes, 2013):
a. Pencegahan Primer adalah segala kegiatan yang dapat menghentikan atau mengurangi factor resiko
kejadian penyakit sebelum penyakit tersebut terjadi. Pencegahan primer dapat dilaksanakan
dipuksmas, melalui berbagai upaya meliputi promosi PTM untuk meningkatkan kesadaran serta eduksi
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam pengendalian PTM.
b. Pencegahan sekunder adalah tindak lanjut dari kegiatan deteksi dini untuk menemukan penyakit,
bila ditemukan kasus dapat dilakukan pengobatan dini agar penyakit tersebut tidak menjadi lebih
parah.
c. Pencegahan Tersier adalah suatu kegiatan difokus kepada mempertahankan kualitas hidup penderita
yang telah mengalami penyakit yang cukup berat yaitu dengan cara rehabilitative dan paliatif.
Pencegahan tersier merupakan upaya yang dilaksanakan padapenderita sesegera mungkin agar
terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang
lama ketahanan hidup.
Pengendalian penyakit tidak menular dilaksanakan secara terintegritas yakni :
a. Pendekatan factor risiko penyakit dilaksanakan difasilitas pelayanan primer. Untuk peningkatan
tatalaksana factor resiko utama (konseling berhenti merokok, dll)
b. Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak menular)
Pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kewaspadaan dini dalam memonitoring factor risiko
menjadi salah satu tujuan dalam program pengendalian penyakit tidak menular termasuk diabetes militus.
Posbindu PTM merupakan program pengendalian factor risiko penyakit tidak menular berbasis
masyarakat yang bertujuan meningkatkan kewaspdaan masyarakat terhadap factor risiko baik terhadap
dirinya, keluarga dan masyarakat lingkungan sekitar.
c. Program CERDIK dan PATUH di Posbindu PTM
Program PATUH yakni :
P : Periksa kesehatan secara rutin dan ikut anjuran dokter
A : Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
T : Tetap diet sehat dengan gizi seimbang

U : Upayakan beraktifitas fisik dengan aman

H : Hindari rokok, alcohol dan zat karsinogenik

Program Cerdik

C : Cek kondisi kesehatan secara berkala


E : Enyahkan asap rokok

R : Rajin aktifitas fisik

D : Diet sehat dengan kalori seimbang

I : Istirahat yang cukup

K : Kendalikan stress

5. PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK


MENULAR

Perubahan perilaku hanya bisa dilakukan oleh masyarakat secara mandiri. Kegiatan peran serta
masyarakat bisa dilakukan melalui kegiatan POSBINDU. Posbindu adalah suatu kegiatan yang terpadu,
rutin, dan periodik dengan optimalisasi peran serta masyarakat untuk melakukan deteksi dini, monitoring/
pemantauan dan tindak lanjut faktor resiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan. Konsep Kegiatan
Posbindu antara lain:
a. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam deteksi, monitoring, dan tindak lanjut faktor resiko
PTM
b. Melibatkan seluruh masyarakat, baik yang sehat, berisiko, maupun penderita PTM yang berusia >
15 tahun
c. Posbindu PTM dapat dilakukan terintegrasi dengan kegiatan yg telah ada di masyarakat, misal:
posyandu lansia, pengajian, arisan, klub olahraga, atau organisasi sosial lainnya
d. Kegiatan dapat dilakukan oleh kader kesehatan yg telah ada atau pengurus organisasi yang telah
dilatih, dibina, dan difasilitasi untuk dapat melakukan pemantauan FR PTM (bila ada, pendidikan
minimal SLTA, mau dan mampu).

B. Surveilans Kasus PTM


1. Pengertian
Kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadappenyakittidak menularagar dapat
melakukan tindakan penanggulangan secara efektifdan efisien melalui proses pengumpulan data,
pengolahan dan penyebaraninformasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
Datamerupakan data agregat yangdiperoleh dariPuskesmas, Rumah Sakit, daninstitusi kesehatan lainnya,
serta survei kesehatan yang mempunyai datarekap PTM.

2. Sumber Data
Data dapat diperoleh melalui :
a. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
b. Puskesmas
c. RumahSakit
d. Laboratorium

3. Langkah – langkah
Surveilans kasus PTMdilaksanakan dengan langkah–langkah sebagaiberikut (Kemenkes, 2013):
a. Pengumpulan Data
1) Pengumpulan datasurveilans kasus PTMdilakukan mulai di tingkatpuskesmas, rumah sakit, dan
laboratorium, dan hasil survei yangmerupakan data agregat/kelompok
2) Pengumpulandata surveilans kasus PTM dapat menggunakan sisteminformasi yang berlaku,
seperti SIKDA Generik atau sistem informasilainnya
3) Pengumpulan data surveilans kasusPTMdilakukan oleh seluruh sumberdata PTM yakni
puskesmasdan RS.

Surveilans kasus PTM yang ada di Puskesmas adalah melalui LB1.Untukkasus PTM yang tidak
bisa ditegakkan diagnosa di Puskesmas,maka diagnosis dengan pemeriksaan klinis saja, yaitu
suspekkankerserviks,penyakit jantung koroner, osteoporosis,stroke, DM, gagal ginjalkronik,
asmabronchiale, thalasemia, PPOK, SLE, dan lain-lain.Sedangkan di RSsudah dapat dilakukan
pengumpulan data penyakittersebut di atas berdasarkan hasil diagnosisterkonfirmasi.

b. Pengolahan dan Analisis Data


1) Pengolahan dan analisis data dilakukan oleh tim surveilansmenggunakan sistem informasi yang
berlaku, seperti SIKDA Generik,atau sistem informasi lainnya seperti Micosoft Excel,Epi Info,
Epi Data,SPSSatau STATA
2) Hasilpengolahandan analisisberupa proporsi maupunprevalensi,misal:
a)Prevalensi penyakit jantungkoroner
b) Proporsi DM sebagai penyebab kematian
c) Prevalensi hipertensi
d) Prevalensi gagal jantung
e) Prevalensi DM
f) Prevalensi PPOK
g) Proporsi penyakit tiroid dari seluruh penyakit
h) Dan lain-lain
3) Berdasarkan hasil pengolahan data, maka dilakukan penyajian dalambentuknarasi,tabel, grafik,
spot map, area map.
4) Analisis data dilakukan secaradeskriptif menurut variabelorang (umur,jenis kelamin, pendidikan,
pendapatan, pekerjaan,dll),tempat(antarwilayah)danwaktu (antar waktu).

c. Interpretasi Data
Hasil analisisdiinterpretasi berdasarkan situasi di suatu wilayah, apakahangka-angka prevalensi
menunjukkan kecenderungan tertentu danbesaranmasalah PTM dan cedera, dengan dihubungkan dengan
data lain, sepertidemografi, geografi, gaya hidup/perilaku, dan pendidikan.

d. Disseminasi Informasi
1) Hasil-hasil analisisdan interpretasi dibuat dalam bentuklaporandan ataupresentasi. Laporan
tersebut dikirimkan oleh unit penanggungjawabkepada jenjang struktural yang lebih tinggi, dari
Puskesmas ke dinaskesehatan kabupaten/kota, dari dinas kesehatan kabupaten/kota kedinas
kesehatan provinsi dan Kementerian Kesehatan.Umpan balikdiberikankeunit jenjang
dibawahnya,seperti ke dinkes kabupaten/kotadan dinkes provinsi.
2) Diseminasiinformasi ditujukan kepada seluruhstakeholderyang terkait,seperti jajaran
kesehatan,LSM, profesi, perguruan tinggidan masyarakatpada umumnya. Untuk jajaran kesehatan,
khususnya dinas kesehataninformasi akan menjadi dasardalam pengambilan keputusan
danperencanaan pengendalianPTM serta evaluasi program

DAFTAR PUSTAKA
Heryana, Ade, 2016, Pengantar Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Tersedia [Online]
http://adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/5665/2016/03/Ade-
Heryana_Pengantar-Epidemiologi-Penyakit-Tidak-Menular.pdf, [Diunduh Tanggal 02 Maret 2017]

Kemenkes RI, 2013, Pedoman Surveilans Penyakit Tidak Menular, Tersedia [Online]
http://www.pptm.depkes.go.id/cms/frontend/ebook/Pedoman_SE_PTM-Des_2013.pdf , [Diunduh
Tanggal 02 Maret 2017]

________________, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Di


Puskesmas, Tersedia [Online] http://www.pptm.depkes.go.id, [Diunduh Tanggal 02 Maret 2017]

Rahayujati, Theodola Baning, Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Prioritas, Tersedia
[Online] dinkes.kulonprogokab.go.id/files/naskah%20web_ptm.pdf, [Diunduh Tanggal 02 Maret
2017]

Anda mungkin juga menyukai