Disusun Oleh
YULIYATI WAHYUH NINGTYAS
NIM : 02.19.010
Asuhan Kebidanan Pada Ny. “ I “ Usia 37 Tahun G 3P1-1001 UK. 34 Minggu Dengan
Plasenta Previa Di Ruang PONEK RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto
Mahasiswa
Mengetahui,
Kepala Unit PONEK
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan Pada Ny. “I“ Usia 37 Tahun
G3P1-1001 UK. 33-34 Minggu Dengan Plasenta Previa Di Ruang PONEK RSUD
Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto
1.3 Manfaat
1.3.1. Manfaat teoritis
Mahasiswa dapat menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dalam
praktek di lahan serta memperoleh pengalaman secara langsung dalam masalah
memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus imminens
1.4.4.Penatalaksanaan (P)
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan dan evaluasi
berdasarkan assessment sebagai langkah 5,6,7 Varney (Mustika Sofyan, 2001).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
c. Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung corpus
luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya
plasenta pada umur kehamilan 16 minggu.Korpus luteum ini mengeluarkan
hormon estrogen dan progesteron yang fungsinya akan diambil alih oleh
plasenta.
d. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan untuk persiapan
laktasi. Perkembangannya dipengaruhi oleh hormon estrogen, progesteron
dan somatomammotropin. Estrogen menyebabkan hipertrofi sistem saluran
payudara. Progesteron mempersiapkan dan menambah jumlah sel asinus.
Sedangkan somatomam- motropin berfungsi mempengaruhi sel asinus
untuk membuat kasein, laktabumin dan laktoglobulin serta merangsang
pengeluaran kolostrum.
e. Sirkulasi darah
Volume darah semakin meningkat secara fisiologi dengan adanya pencairan
darah yang disebut hidremia. Sel darah merah makin meningkat jumlahnya
untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim. Tetapi
pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah
sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis.
f. Sistem respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat
memenuhi kebutuhan O2 disamping itu terjadi desakan diafragma karena
dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu ke atas
sehingga tidak jarang menimbulkan rasa sesak.
g. Sistem pencernaan
Karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat sehingga
menyebabkan hipersalivasi, morning sickness, muntah dan lambung terasa
panas. Hormon progesteron menyebabkan gerakan usus makin berkurang
dan dapat menyebabkan obstipasi.
h. Sistem perkemihan
Pada bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus yang
membesar sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang dengan
makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul.
Pada akhir kehamilan bila kepala janin mulai turun ke bawah pintu atas
panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing
mulai tertekan kembali.
i. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat
tertentu. Pigmentasi ini disebabkan karena pengaruh Melanophore
Stimulating Hormone (MSH) yang meningkat. Hiperpigmetansi bisa terjadi
pada striae gravidarum, areola mammae linea nigra, dan pipi (cloasma
gravidarum).
j. Metabolisme dalam kehamilan
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan
yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan
janin dan persiapan memberikan ASI. Metabolisme Basal naik sebesar 15-
20% terutama pada trimester ketiga. Berat badan ibu hamil akan bertambah
antara 6,5 – 16,5 kg atau terjadi kenaikan berat badan sekitar seperdua
kilogram tiap minggu.
2.2.2 Etiologi
Penyebab plasenta previa belum diketahui dengan pasti. Teori lain
mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi
desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari proses radang atau
atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar,
miomektomi, dan sebagainya berperan dalam proses peradangan dan kejadian
atrofi di endometrium yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor resiko
bagi terjadinya plasenta previa (Prawirohardjo, 2010).
a. Faktor resiko
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta previa :
1) Umur ibu.
Umur muda karena endometrium masih belum sempurna dan umur
diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang subur
menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi
kebutuhan janin (Saifuddin, 2006).
2) Paritas
Pada paritas yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena
endometrium belum sempat tumbuh.
3) Endometrium yang cacat
Menurut Nugraheny (2009), endometrium yang cacat disebabkan
karena :
(a) Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek.
Bekas operasi, bekas kuretage atau plasenta manual. Melahirkan
dengan operasi sesar mengakibatkan parut di dalam rahim.
Kejadian meningkat pada wanita yang sudah melakukan 4 kali
atau lebih operasi sesar.
(b) Perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip.
(c) Pada keadaan malnutrisi.
b. Patofisiologi
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak
kehamilan 20 minggu saat segmen bawah rahim telah terbentuk dan
mulai membesar serta menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga
karena segmen bawah rahim lebih banyak mengalami perubahan.
Pelebaran segmen bawah rahim dan pembukaan serviks menyebabkan
sinus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena
robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan
karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk
berkontraksi seperti letak plasenta normal. (Sujiyatini, dkk., 2009).
c. Klasifikasi
Beberapa klasifikasi plasenta previa menurut Prawirohardjo (2008):
1) Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum.
2) Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian
ostium uteri internum.
3) Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum.
4) Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada
pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang
lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal (Prawirohardjo,
2010).
d. Tanda dan Gejala Plasenta previa
Diagnosis biasanya ditegakkan dengan adanya tanda dan gejala,
diantaranya:
1) Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu
berlangsung tanpa rasa nyeri, tanpa alasan, terutama pada
multigravida (Prawirohardjo, 2010).
2) Pemeriksaan luar
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk PAP. Tidak jarang terdapat
kelainan letak janin, seperti letak lintang atau letak sungsang
(Prawirohardjo, 2010).
3) Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan
berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan
vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum,
adanya plasenta previa harus dicurigai (Prawirohardjo, 2010).
e. Penentuan letak plasenta
a) Penentuan letak plasenta tidak langsung
Dapat dilakukan dengan radiografi, radioisotope, dan ultrasonografi.
Penentuan letak plasenta dengan cara ultrasonografi ternyata sangat
tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya
(Prawirohardjo, 2010).
b) Penentuan letak plasenta secara langsung.
Dengan meraba plasenta melalui kanalis servikalis. Akan tetapi
pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan
perdarahan banyak (Prawirohardjo, 2010).
c) Perabaan fornises
Pemeriksaan ini hanya bermakna apabila janin dalam presentasi
kepala (Prawirohardjo, 2010).
f. Komplikasi
Menurut Fraser (2009), ada beberapa komplikasi utama yang biasanya
terjadi pada ibu hamil yang menderita plasenta previa, diantaranya:
1) Syok maternal akibat kehilangan darah dan hipovolemia.
2) Plasenta akreta, pada 15 % ibu yang menderita plasenta previa.
3) Perdarahan pascapartum, terkadang perdarahan yang tidak terkontrol
dapat terus terjadi sekalipun telah dilakukan pemberian obat
uterotonik pada saat kelahiran dan histerektomi sesaria mungkin
perlu dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu.
4) Kematian maternal.
5) Hipoksia janin dan gejala sisanya akibat pemisahan plasenta.
6) Kematian janin, tergantung pada usia gestasi dan jumlah darah yang
keluar.
g. Penanganan
Prinsip dasar penanganan pada setiap ibu dengan perdarahan antepartum
harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas tranfusi
darah dan operasi.
1) Secara konservatif : Bila umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Perdarahan sedikit keadaan ibu dan anak baik maka biasanya
penanganan konservatif sampai dengan umur kehamilan aterm.
Penanganan berupa tirah baring, hematinik, antibiotika dan tokolitik
bila ada his. Bila selama 3 hari tidak ada perdarahan pasien
mobilisasi bertahap. Bila setelah pasien berjalan tetap tidak ada
perdarahan pasien boleh pulang. Pasien dianjurkan agar tidak
koitus, tidak bekerja keras dan segera ke rumah sakit jika terjadi
perdarahan. Nasehat ini juga dianjurkan untuk pasien yang
didiagnosis plasenta previa dengan USG namun tidak mengalami
perdarahan (Sujiyatini, dkk., 2009)
2) Jika perdarahan banyak dan diperkirakan membahayakan ibu dan
janin maka dilakukan resusitasi cairan dan penanganan secara aktif
(Sujiyatini, dkk.,, 2009).
3) Secara aktif : Bila umur kehamilan 37 minggu atau lebih Pada
kondisi ini maka dilakukan penanganan secara aktif yaitu segera
mengakhiri kehamilan, baik secara pervaginam ataupun
perabdominal. Persalinan pervaginam diindikasikan pada plasenta
previa marginalis, plasenta previa letak rendah dan plasenta previa
lateralis dengan pembukaan 4 cm atau lebih. Apabila tidak banyak
perdarahan maka dapat dilakukan pemecahan ketuban agar bagian
terbawah janin dapat masuk pintu atas panggul, sehingga menekan
plasenta yang berdarah. Namun bila perdarahan tetap ada maka
dilakukan seksio sesaria (Sujiyatini, dkk., 2009).
4) Cara persalinan
Faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang
akan dipilih, tergantung jenis plasenta previa, perdarahan banyak
atau sedikit tapi berulang-ulang, keadaan umum ibu hamil, keadaan
janin (hidup, gawat janin, atau meninggal), pembukaan jalan lahir,
paritas, fasilitas penolong dan rumah sakit (Rukiyah dan Yulianti,
2010).
Setelah melihat faktor-faktor diatas, ada 2 jenis persalinan untuk
plasenta previa yaitu: persalinan pervaginam dan persalinan
perabdominal (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
a) Persalinan Pervaginam
Pada persalinan pervaginam ini dapat dilakukan dengan
langkah:
(1) Amniotomi
Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban adalah cara
yang terpilih untuk melancarkan persalinan pervaginam.
Indikasi amniotomi pada plasenta previa :
(a) Plasenta previa lateralis atau marginalis (letak rendah),
bila telah ada pembukaan.
(b) Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau
marginalis dengan pembukaan 4 cm atau lebih.
(c) Pada plasenta previa lateralis atau marginalis dengan
janin yang sudah meninggal (Rukiyah dan Yulianti ,
2010). Adapun keuntungan dari dilakukanya amniotomi
ini agar bagian terbawah janin yang berfungsi sebagai
tampon akan menekan plasenta yang berdarah, dan
perdarahan yang akan berkurang atau berhenti, partus
akan berlangsung lebih cepat, bagian plasenta yang
berdarah dapat bebas mengikuti cincin, gerakan dan
regangan segmen bawah rahim sehingga tidak ada
lagi plasenta yang lepas (Rukiyah dan Yulianti 2010).
Apabila amniotomi tidak berhasil menghentikan
perdarahan, maka dilakukan Cunam Willet Gausz dan
versi Braxton Hicks, yaitu dengan menembus plasenta.
Namun cara Cuman Willet dan versi Braxton Hicks ini
sudah ditinggalkan dalam dunia kebidanan modern,
akan tetapi kedua cara ini masih dilakukan dalam
keadaan darurat sebagai pertolongan pertama untuk
mengatasi perdarahan banyak, atau apabila SC tidak
mungkin dilakukan di RS yang fasilitasnya terbatas
(Rukiyah dan Yulianti 2010).
(2) Persalinan Perabdominal secara SC (Sectio Caesarea)
Menurut Mochtar (2011), Persalinan perabdominal secara
SC (Sectio Caesarea) ini dilakukan dengan indikasi :
(a) Semua plasenta totalis, janin hidup atau meninggal.
(b) Semua plasenta lateralis posterior, karena perdarahan
yang sulit dikontrol dan banyak.
(c) Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis,
juga dengan perdarahan banyak, dapat cenderung
berulang.
(d) Semua jenis plasenta previa dengan panggul sempit,
juga letak lintang.
Tujuan dilakukannya SC ini yaitu untuk mempercepat
mengangkat dan menghentikan perdarahan, dan agar dapat
memberikan kesempatan kepada uterus berkontraksi
sehingga perdarahan dapat berhenti dan untuk
menghindarkan perluasan serviks dan segmen bawah rahim
yang rapuh apabila dilakukan persalinan pervaginam
(Rukiyah dan Yulianti 2010).
3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Subjektif
1. Identitas
Nama : Ny. I Tn. R
Umur : 37 tahun 38 Tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Alamat : Mojoagung
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Ibu menyatakan keluarnya flek-flek dari pukul 23.00–05.00 WIB (16-17 Juni
2022) kemudian keluar darah segar menggumpal dan merasakan mules di perut
bagian bawah.
b. Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan ini perkawinannya yang pertama, menikah sejak umur 25 tahun,
lama pernikahan 12 tahun, status sah secara agama dan negara
c. Riwayat Obstetric dan Ginekologi
1) Riwayat Menstruasi
Menarche : Umur 13 th
Siklus : ± 28 hari
Banyaknya : 4 kali ganti pembalut dalam sehari
Lamanya : 6-7 hari
Dismenorrhoe : Tidak ada
HPHT : 5 November 2021
HPL : 12 Agustus 2022
2) Riwayat Obstetri
Hamil Tahun H/M/A A/Pterm/ S/SC BB/PB Tempat Kondisi
Ke Postterm
1 2011 Abortus Abortus - - - -
2 2012 10 thn 9 bln SC 3300/ RSUD sehat
48 Jombang
3 Hamil Ini
d. Riwayat KB
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan KB
e. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti
jantung.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan saat ini sedang tidak menderita penyakit menular seperti
TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis
seperti jantung.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami tidak ada yang
menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti
DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung.
f. Pola kebutuhan sehari hari
1) Nutrisi
Makan : 3x/hari porsi satu piring
Jenis : Nasi, sayur, lauk
Keluhan : Tidak ada
Minum : 7-8 gelas/hari
Jenis : Air putih, Susu
Keluhan : Tidak ada
2) Eliminasi
BAB : 1-2x/hari, warna kuning kecoklatan,bau khas feces,
konsistensi padat
Keluhan : tidak ada
BAK : 8x/hari, warna kuning bening, bau khas amoniak
Keluhan : tidak ada
3) Aktivitas
Ibu mengatakan sebagai ibu rumah tangga aktivitas sehari harinya yaitu
melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak, mencuci, dan
lain lain.
4) Istirahat
Siang : 1 jam
Malam : 6-7 jam
Keluhan : Tidak ada
5) Pola seksual
Ibu mengatakan tidak ada keluhan dalam hubungan seksual
6) Personal hygiene
Mandi : 2x/hari
Gosok gigi : 2x/hari
Keramas : 3x/minggu
Ganti baju : 2x/hari
Potong kuku : 1x/minggu
7) Data psikososial
Ibu mengatakan khawatir dengan kehamilan saat ini, seteleh flek-flek kemudian
diikuti keluarnya darah segar dari vagina disertai rasa mules di area pusat.
3. Auskultasi
DJJ terdengar jelas pada bagian bawah perut ibu sebelah kiri, teratur dengan
frekuensi 144x/menit.
4. Perkusi
Refleks patella : kanan dan kiri (+/+), tidak ada kelainan.
Refleks ginjal : kanan dan kiri (-/-), tidak ada kelainan.
5. Pemeriksaan VT (29-05-2022, Jam 20.15 WIB)
a. Vulva : Normal
b. Portio : Tebal
c. Pembukaan : Belum pembukaan
d. Ketuban : Masih Utuh
e. Presentasi : Ubun Ubun Kecil
f. Penurunan : Sejajar dengan Hodge I dan II setinggi spina ischiadika
kanan dan kiri (Hodge III)
g. Molase : Negatif
h. Pelepasan : Lendir darah
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil pemeriksaan
Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 18 Mei 2022)
Hb : 7.3 gr%
GDA : 111 mg
Protein urin
a. Albumine : negatif (-)
b. Reduksi : negatif (-)
Golongan darah : A+
HIV : non reaktif
Hepatitis : negatif (-)
Syfilis : negatif (-)
b. Hasil Pemeriksaan USG (Tanggal 18 Mei 2022)
1) Janin tunggal, presentasi kepala, hamil mid-late 29 Minggu
BPD : 7.26 cm
AC : 25.01 cm
FL : 8,1 cm
HC : 26
EFW : 1390 gram
3.1.4 PENATALAKSANAAN
1. Memberi tahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan ari-ari atau plasenta
berada di bagian bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir.
Selain menutupi jalan lahir juga dapat menyebabkan perdarahan.
R: Ny. I khawatir akan keadaan bayinya.
2. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu perlu rawat inap di rumah sakit (Ruang Gayatri)
agar keadaaan ibu bisa terpantau dengan baik oleh petugas ruangan.
R: ibu memahami penjelasan petugas dan bersedia untuk rawat inap
3. Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital ibu
4. Dilakukan pemasangan infus
5. Dilakukan NST pada ibu
6. Memberikan injeksi Dexamethasone 6 mg secara (I.M)
7. Memfasilitasi pasien ke ruang rawat inap (Ruang Gayatri)
BAB 4
PEMBAHASAN
1.3 Asessment
Berdasarkan pengkajian data pada Ny. “I“ G3P1-1001 UK. 34 Minggu Dengan APB
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif
maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karenakeadaan pasien terus
berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering
diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang
dinamik. Sering menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti
perkembangan pasien dan menjamin suatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat
diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat. Ini menggambarkan
pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data yang tepat.
Laporan asuhan kebidanan ini dilakukandengan menggabungkan dan mencocokkan
data dari ibu atau data subyektif serta data pemeriksaan yang dilakukan atau data
obyektif. Didapatkan diagnosa ibu mengalami APB disebabkan oleh plasenta previa.
1.4 Penatalaksanaan
Tujuan jangka pendek pada laporan asuhan kebidanan ini adalah setelah dilakukan
asuhan kebidanan selama kurang lebih 1 jam diharapkan ibu menerima keadaannya,
dengan kriteria hasil; Memberi tahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan
ari-ari atau plasenta berada di bagian bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh jalan lahir. Selain menutupi jalan lahir juga yang menyebabkan ibu perdarahan.
Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital ibu, Dilakukan pemasangan infus,
Dilakukan NST pada ibu, Memberikan injeksi dexamethason 6mg dan
Memfasilitasi pasien ke ruang rawat inap (Ruang Gayatri).
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pendokumentasian secara SOAP laporan asuhan kebidanan ini mendapat
kesimpulan sebagai berikut :
3.1.1 Melakukan asuhan kebidanan sesuai standart profesi kebidanan menggunakan SOAP pada
kehamilan dengan abortus Imminens
3.1.2 Ibu mengatakan keluar flek-flek pada tgl 16 Juni – 17 Juni 2022 sekitar jam
23.00 – 05.00 WIB, Ibu mengatakan cemas dan takut setelah flek-flek
kemudian keluar darah merah segar disertai mules pada perut, Ibu
mengatakan ini kehamilannya yang ketiga berjarak 10 tahun, Ibu mengatakan
usianya 37 tahun.
3.1.3 Dari hasil pemeriksaan didapatkan KU : cukup, Kesadaran : cm, Vital
Sign : TD: 150/80, N: 80X/menit, S:37OC, R: 20X/menit, BB : 86 kg, BB
sebelum hamil : 75 kg, TB : 145, LILA : 35 cm, Inspeksi dalam batas normal
Palpasi : Leopold : ballotement +, Perkusi : Reflek patella kanan + kiri + ,
Pemeriksaan penunjang : HB : 7.8 gr%, protein Urine : -
3.1.4 Asessment pada laporan asuhan kebidanan ini Ny.“I“ G3P1-1001 UK. 34
Minggu Dengan APB.
3.1.5 Tujuan jangka pendek pada laporan asuhan kebidanan ini adalah setelah
dilakukan asuhan kebidanan selama kurang lebih 1 jam diharapkan ibu
menerima keadaannya dan mau bekerja sama untuk dilakukan pengobatan, P
adalah ibu bersedia rawat inap.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat lebih membimbing dan memantau kegiatan pendokumentasian di lahan
praktik.