Anda di halaman 1dari 20

KONSEP PENGORGANISASIAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN DAN

ORGANISASI PELAYANAN KEBIDANAN DI RUMAH SAKIT, PUSKESMAS DAN


BPM

Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah

Women Centered Care program studi Profesi Bidan

Dosen Pembimbing:

Etin Rohmatin, SST, M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 3:

1. Ai Lina 10. Sri Yanti Astuti Dewi 19. Lia Maulidyawati


2. Chika Apriyana 11. Rossa Khoeronisa 20. Irma Hendrawati
Widyaningsih 12. Yiyis Ismayanti 21. Irma Rohmawati
3. Darwi 13. Wintarsih T 22. Imas Ipah
4. Dian Roslina 14. Eti Kusmiati 23. Indah Nurlathifah
5. Elah Nurhayati 15. Syifa Istianah 24. Wasilatun Azizah
6. Yulia Suryantini Maharani
7. Wiwin Windiarsih 16. Ropika Karlina
8. Wiwin Mintarsih P 17. Iis Sadariah
9. Ulfia Handayani 18. Kania Ambarwati

HALAM AN J UDUL

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN TASIKMALAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah kelompok yang berjudul “Konsep Pengorganisasian dalam
Pelayanan Kebidanan dan Organisasi Pelayanan Kebidanan di Rumah Sakit, Puskesmas dan
BPM” untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Woman Centered Care di
Program Studi Profesi Pendidikan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Tahun
Akademik 2022/2023.
Penyusunan Makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak selain hasil kerjasama
anggota kelompok, oleh karena itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian penulisan makalah ini, diantaranya :
1. Ibu Hj. Ani Radiati R, S.Pd.M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya
2. Ibu Nunung Mulyani, APP, M.Kes selaku Ketua jurusan kebidanan
3. Dr. Meti Widiya Lestari, SST, M.Keb, selaku Ketua Program Studi profesi kebidanan
Tasikmalaya
4. Ibu Etin Rohmatin, SST, M.Kes selaku dosen mata kuliah Women Centered Care
5. Teman-teman dan pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu saran yang sangat membangun diperlukan demi perbaikan penyusunan makalah
dikemudian hari. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Tasikmalaya, Agustus 2022

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4

C. Tujuan ............................................................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 5

A. Pengorganisasian Pelayanan Kebidanan ......................................................................... 5

B. Organisasi Pelayanan Kebidanan di Rumah Sakit ........................................................ 11

C. Organisasi Pelayanan Kebidanan di Puskesmas ........................................................... 13

D. Organisasi Pelayanan Kebidanan di BPM .................................................................... 15

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 18

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 18

B. Saran.............................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan harus dapat melaksanakan
pelayanan kebidanan dengan melaksanakan manajemen yang baik. Dalam hal ini
bidan berperan sebagai seorang manajer, yaitu mengelola segala sesuatu tentang
kliennya sehingga tercapai tujuan yang di harapkan. Dalam mempelajari manajemen
kebidanan diperlukan pemahaman mengenai dasar-dasar manajemen dan perencanaan
pengorganisasian dalam pelayanan kebidanan sehingga pelayanan yang diberikan
berkualitas.
Dalam pelayanan kebidanan, manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian
pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan
tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak, kepuasan pelanggan dan
kepuasan bidan sebagai provider.
Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang juga mempunyai
peranan penting seperti halnya fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengorganisasian
seluruh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi akan diatur penggunaannya secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pengorganisasian dalam pelayanan kebidanan?
2. Apa saja pengorganisasian pelayanan kebidanan di Rumah Sakit?
3. Apa saja pengorganisasian pelayanan kebidanan di Puskesmas?
4. Apa saja pengorganisasian pelayanan kebidanan di BPM?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep pengorganisasian dalam pelayanan kebidanan
2. Untuk mengetahui pengorganisasian pelayanan kebidanan di Rumah Sakit.
3. Untuk mengetahui pengorganisasian pelayanan kebidanan di Puskesmas.
4. Untuk mengetahui pengorganisasian pelayanan kebidanan di BPM.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengorganisasian Pelayanan Kebidanan


1. Definisi Organisasi
Organisasi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata organon, atau dari bahasa latin
yaitu organum, yang berarti alat bagian atau anggota badan. Pengertian organisasi
telah banyak disampaikan oleh para ahli, tetapi pada dasarnya ada persamaan,
bersama ini disampaikan pengertian organisasi diantaranya adalah:
a. Menurut James D. Money, organisasi adalah bentuk perserikatan manusia
untuk mencapai tujuan bersama.
b. Menurut Ralp Cuuir Davis, organisasi adalah suatu kelompok orang-orang
yang sedang bekerja ke arah tujuan bersama di bawah kepemimpinan.
c. Menurut Chester I Bernard, organisasi merupakan suatu susunan skematis di
mana tergambar sistem dari pada aktifitas kerjasama.
d. Menurut Dimock, organisasi adalah perpaduan secara sistematis dari pada
bagian-bagian yang saling ketergantungan atau berkaitan untuk membentuk
suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi, dan pengawasan
dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
e. Menurut John Price Jones, organisasi adalah sekelompok orang yang bersatu
pada bekerja untuk suatu tujuan bersama di bawah kepemimpinan bersama
dan dengan alat-alat yang tepat.
Berdasarkan beberapa pengertian organisasi di atas maka dapat disimpulkan
bahwa:
a. Organisasi dalam arti bagan yaitu sekelompok orang yang bekerjasama untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
b. Organisasi dalam arti struktur adalah gambaran secara skematis tentang
hubungan-hubungan kerja sama dari orang-orang yang terdapat dalam rangka
usaha mencapai tujuan
c. Ada tiga ciri-ciri atau unsur dasar organisasi yaitu meliputi: adanya
sekelompok orang, antara hubungan atau kerjasama, adanya tujuan yang akan
dicapai.

5
2. Definisi Pengorganisasian
Menurut G.R. Terry, pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan
hubungan-hubungan perilaku yang efektif antara masing-masing orang sehingga
mereka dapat bekerjasama secara efisien dan memperoleh kepuasan diri dalam
melaksanakan tugas-tugas terpilih di dalam kondisi lingkungan yang ada untuk
mencapai tujuan dari sasaran.
Pengorganisasian adalah rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang
menjadi wadah bagi segenap kegiatan bekerjasama dengan jalan membagi dan
mengelompokkan pekerjaan yang harus dilakukan serta menetapkan dan
menyusun jalinan hubungan kerja diantara satuan organisasi atau para pejabatnya.
Pengorganisasian adalah pengkoordinasian secara rasional berbagai kegiatan
dari sejumlah orang tertentu untuk mencapai tujuan bersama, melalui pengaturan
pembagian kerja dan fungsi menurut penjenjangannya secara bertanggung jawab
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian adalah langkah untuk
menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan,
menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh
pimpinan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
3. Tujuan Organisasi
Tujuan organisasi secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Merupakan arah akhir di mana semua kegiatan organisasi diarahkan
b. Sebagai bentuk kegiatan yang diperlukan sebelum menetapkan haluan,
prosedur, metode, strategi peraturan
c. Merupakan kebutuhan manusia baik jasmani maupun rohani yang diusahakan
untuk dicapai dengan kerja sama sekelompok orang
4. Unsur-unsur Pokok Pengorganisasian
a. Hal yang diorganisasikan
Ada 2 macam hal yang diorganisasikan yaitu:
i. Kegiatan
Pengorganisasian kegiatan adalah pengaturan berbagai kegiatan yang
ada dalam rencana sehingga terbentuk satu kesatuan yang terpadu, secara
keseluruhan diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
ii. Tenaga pelaksana
Pengorganisasian tenaga pelaksana mencakup pengaturan struktur
organisasi, susunan personalia serta hak dan wewenang dari setiap tenaga

6
pelaksana, sedemikian rupa sehingga setiap kegiatan ada tanggung
jawabnya.
b. Proses Pengorganisasian
Proses yang dimaksudkan adalah yang menyangkut pelaksanaan, langkah-
langkah yang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga semua kegiatan yang
akan dilaksanakan serta tenaga pelaksana yang dibutuhkan, mendapatkan
pengaturan yang sebaik-baiknya, serta setiap kegiatan yang akan dilaksanakan
tersebut memiliki penanggung jawab pelaksanaannnya.
c. Hasil Pengorganisasian
Hasil pengorganisasian adalah terbentuknya suatu wadah (entity), yang
pada dasarnya merupakan perpaduan antara kegiatan yang akan dilaksanakan
serta tenaga pelaksana yang dibutuhkan untukmelaksanakan kegiatan tersebut.
5. Prinsip Pokok Organisasi
Untuk dapat melakukan pekerjaan pengorganisasian dengan baik perlu pula
dipahami berbagai prinsip pokok yang terdapat dalam organisasi. Prinsip pokok
yang dimaksud banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang terpenting ialah:
a. Mempunyai Pendukung
Pendukung yang dimaksud adalah setiap orang yang bersepakat untuk
membentuk organisasi. Tentu mudah dipahami bahwa untuk satu organisasi
yang bersifat badan usaha, pendukung yang dimaksud di sisni termasuk juga
karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut.
b. Mempunyai Tujuan
Setiap organisasi harus mempunyai tujuan, baik yang bersifat umum dan
ataupun yang bersifat khusus. Pada dasarnya tujuan yang dimaksud ini adalah
sesuatu yang mengikat para pendukung yakni orang-orang yang bersekutu
dalam organisasi. Secara umum disebutkan makin sesuai tujuan organisasi
dengan tujuan para pendukung, maka makin kokoh lah ikatan persekutuan
antara para pendukung. Agar organisasi dapat berfungsi sebagaimana yang
diharapkan maka tujuan organisasi ini haruslah dipahami oleh semua pihak
yang berada dalam organisasi.
c. Mempunyai Kegiatan
Agar tujuan organisasi dapat dicapai, diperlukan adanya berbagai kegiatan.
Suatu organisasi yang baik adalah apabila organisasi tersebut memiliki
kegiatan yang jelas dan terarah. Secara umum disebutkan, makin aktif suatu

7
organisasi melaksanakan kegiatannya, maka baik pula lah organisasi tersebut.
Sama halnya dengan tujuan, maka kegiatan ini haruslah dipahami oleh semua
pihak yang berada dalam organisasi
d. Mempunyai Pembagian Tugas
Yang dimaksud dengan kegiatan organisasi pada dasarnya adalah kegiatan
yang dilakukan oleh para pendukung organisasi. Agar kegiatan tersebut dapat
terlaksana dengan baik, perlu diatur pembagian tugas antara para pendukung.
Secara umum disebut organisasi dinilai suatu organisasi yang baik, apabila
setiap tugas yang ada dalam organisasi tersebut dapat dibagi habis antar para
pendukung untuk selanjutnya setiap pendukung tersebut mengetahui serta
dapat melaksanakannya setiap tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Prinsip pembagian tugas ini dalam organisasi dikenal dengan nama prinsip
bagi habis tugas.
e. Mempunyai Perangkat Organisasi
Agar tugas-tugas yang dipercayakan kepada pendukung dapat terlaksana,
diperlukan adanya perangkat organisasi yang popular disebut dengan satuan
organisasi. Satuan organisasi banyak macamnya, yang jika ditinjau menurut
tugas, tanggung jawab serta wewenang yang dimiliki dapat dibedakan atas
beberapa macam. Mulai dari yang bersifat pengarah dan penentu kebijakan
sampai dengan yang bersifat pelaksana kegiatan. Tentu mudah dipahami setiap
organisasi ini harus dimiliki fungsi dan wewenangnya yang jelas. Prinsip
memiliki fungsi yang seperti ini dalam organisasi dikenal dengan nama prinsip
fungsional.
f. Mempunyai Pembagian dan Pendelegasian Wewenang
Karena peranan yang dimiliki oleh setiap satuan organisasi tidak sama,
perlu diatur pembagian dan pendelegasian wewenang untuk setiap satuan
organisasi. Secara umum disebutkan, wewenang suatu organisasi pimpinan
semestinya hanya bersifat memutuskan hal-hal yang bersifat penting saja.
Sedangkan wewenang pengambilan keputusan yang bersifat rutin harus
didelegasikan kepada suatu organisasi yang lebih bawah. Prinsip
pendelegasian wewenang yang seperti ini dikenal dengan nama prinsip
pengecualian.

8
g. Mempunyai Kesinambungan Kegiatan, Kesatuan Perintah dan Arah
Agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, kegiatan yang dilaksanakan
oleh suatu organisasi bersifat kontinu, fleksibel serta sederhana. Selanjutnya
untuk menjamin kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap perangkat organisasi
sesuai dengan yang telah ditetapkan yakni dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, perlu ada prinsip kesatuan perintah serta kesatuan arah yang
semuanya harus dapat membentuk suatu hubungan mata rantai yang tak
terputus. Sebab, apabila tidak demikian halnya, akan menyebabkan tujuan
organisasi akan sulit dicapai.
6. Manfaat Pengorganisasian
Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian, seorang manajer akan dapat
mengetahui:
a. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
b. Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut
melalui kegiatan yang dilakukannya.
c. Pendelegasian wewenang
d. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik.
7. Langkah-langkah Pengorganisasian
a. Tujuan organisasi harus dipahami. Tujuan organisasi sudah disusun pada saat
fungsi perencanaan.
b. Membagi habis pekerjaaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan. Dalam hal ini, pimpinan yang mengemban tugas pokok
organisasi sesuai dengan visi dan misi organisasi Untuk itu membagi tugas
pokok pada staf yang ada. Dari sini akan muncul gagasan pengembangan
bidang-bidang, seksi-seksi dan sebagainya sesuai dengan kegiatan pokok.
c. Menggolongkan kegiatan pokok ke dalam suatu kegiatan yang prkatis.
Pembagian tugas pokok ke dalam elemen kegiatan harus mencerminkan apa
yang harus dikerjakan oleh staf.
d. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan dan menyediakan fasilitas
pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugas nya. Pengaturan
ruangan dan dukungan alat-lat kerja adalah salah satu contohnya.
e. Penugasan personel yang cakap yang memilih dan menempatkan staf yang
dianggap mampu melaksanakan tugas. Bagian ini penting dipahami oleh

9
manajer personalia pada saat mengangkat atau memilih staf pejabat atau yang
akan melaksanakan tugas-tugas tertentu organisasi.
f. Mendelegasikan wewenang, tugas-tugas staf dan mekanisme pelimpahan
wewenang dapat diketahui melalui struktur organisasi yang dianut. Untuk
organisasi seperti puskesmas yang mempunyai jumlah tenaga yang terbatas
tetapi ruang lingkup kerja dan kegiatannya cukup luas, prinsip kerja sama yang
sifatnya integratif perlu diterapkan. Contohnya: kegiatan imunisasi. Staf
puskesmas yang diberikan kewenangan mengoordinasi kegiatan imunisasi
hanya satu, tetapi sasaran kelompok penduduk dan wilayah kerjanya cukup
luas. Untuk melaksanakan kegiatan ini, staf lain diberikan tugas dan
wewenang membantu melaksanakan kegiatan imunisasi tersebut sehingga
semua penduduk sasaran dapat diberikan pelayanan imunisasi secara efisien
dan efektif.
8. Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar, dapat dilakukan secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi
baru lahir, bayi dan anak, serta wanita usia reproduksi dan usia lanjut.
Dalam melaksanakan praktik, bidan memberikan asuhan sesuai dengan
kebutuhan terhadap perempuan pada masa prakonsepsi, masa hamil, melahirkan
dan postpartum, maupun masa interval, melaksanakan pertolongan persalinan
dibawah tanggungjawabnya sendiri, memberi asuhan Bayi Baru Lahir, bayi dan
anak balita. Meliputi tindakan pemeliharaan, pencegahan, deteksi, serta intervensi,
dan rujukan pada keadaan risiko tinggi, termasuk kegawatan pada ibu dan anak.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang
meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan. Menurut
KEPMENKES NO 900/MENKES/SK/VII/2002 :
Pelayanan kebidanan : asuhan bagi perempuan mulai dari :
a. Pranikah,
b. Pra kehamilan,
c. Selama kehamilan,
d. Persalinan,
e. Nifas,
f. Menyusui,

10
g. Interval antara masa kehamilan,
h. Menopause,
i. Termasuk asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita
Pelayanan KB :
a. Konseling KB,
b. Penyediaan berbagai jenis alat kontrasepsi,
c. Nasehat dan tindakan bila terjadi efek samping
Pelayanan Kesehatan Masyarakat :
a. Asuhan untuk keluarga yang mengasuh anak,
b. Pembinaan kesehatan keluarga,
c. Kebidanan komunitas,
d. Persalinan di rumah,
e. Kunjungan rumah,
f. Deteksi dini kelainan pada ibu dan anak
Sasaran pelayanan kebidanan :
a. Individu
b. Keluarga
c. Masyarakat
Lahan Praktik Pelayanan Kebidanan :
a. BPS/ di rumah
b. Masyarakat
c. Puskesmas
d. Polindes/PKD
e. RS/RB
f. Klinik dan unit kesehatan lainnya

B. Organisasi Pelayanan Kebidanan di Rumah Sakit


Rumah sakit adalah suatu organisasi kompleks yang menggunakan perpaduan
peralatan ilmiah yang rumit dan khusus, yang difungsikan oleh kelompok tenaga
terlatih dan terdidik dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan
pengetahuan medic modern untuk tujuan pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang
baik. Berdasarkan Permenkes RI Nomor 986/Menkes/Per/11/1992 pelayanan rumah
sakit umum pemerintah Departemen Kesehatan dan Pemerintah Daerah
diklasifikasikan menjadi kelas/tipe A,B,C,D dan E.

11
Organisasi dalam rumah sakit menurut UU 44 tahun 2009 tentang rumah sakit,
yaitu paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur
pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan
pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. Beberapa unsur
tersebut diatas dapat disederhanakan menjadi unsur staf medis, administrator atau
CEO (manajemen), pegawai, serta Governing Board. Unsur tersebut memiliki
kekuasaan dan peranan yang berbeda satu sama lain, antara lain:
a. Staf medis
Staf medis terdiri dari semua dokter yang telah memiliki lisensi untuk merawat
pasien di rumah sakit. Staf medis memiliki sebuah organisasi yang disebut komite
medik. Komite medik bertanggungjawan langsung kepada pemilik rumah sakit.
b. Administrator atau CEO
Administrator atau CEO memiliki peranan dan tanggungjawab terhadap segala
manajemen di semua bagian rumah sakit terhadap segala manajemen di semua
bagian rumah sakit. Administrator dapat membuat kebijakan, tidak bergabung
dalam komite medic. Administrator mendapat mandate dari governing body untuk
menjalankan manajemen di rumah sakit sesuai dengan visi dan misi rumah sakit
tersebut. CEO juga memiliki wewenang terhadap pegawai atau karyawan yang
dipekerjakan di institusi tersebut, tetapi tidak memiliki wewenang yang besar
kepada staf medis, seperti pemberhentian.
c. Pekerja
Pekerja (employee) dalam UU ketenagakerjaan 13 tahun 2000 adalah setiap
orang yang bekerja dengaan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Namun dalam rumah sakit, pekerja adalah orang yang bekerja di rumah sakit
namun bukan merupakan staf medis.
d. Governing body
Governing body rumah sakit pada intinya adalah badan yang menjadi
penghubung formal antara sistem di dalam rumah sakit dengan masyarakat.
Governing body rumah sakit adalah unit terorganisasi yang bertanggungjawab
untuk menetapkan kebijakan dan objektif rumah sakit, menjaga penyelenggaraan
asuhan pasien yang bermutu, dengan menyediakan perencanaan serta manajemen
institusi
Perancangan struktur organisasi rumah sakit sendiri meliputi proses penekanan
pada proses pelayanan inti (strategic), peningkatan integrasi berbagai kegiatan

12
(synchronized), penghapusan birokrasi yang berlebihan (small or lean),
pengurangan kompleksitas (simple) dan peningkatan kecepatan untuk memberikan
pelayanan (speedy).

C. Organisasi Pelayanan Kebidanan di Puskesmas


Pengorganisasian puskesmas adalah struktur organisasi dan tata kerja puskesmas
yang merupakan perpaduan antara kegiatan dan tenaga pelaksanaan puskesmas.
Struktur organisasi puskesmas menetapkan bagaimana tugas akan dibagi, siapa
melapor siapa, dan mekanisme koordinasi formal serta pola interaksi yang akan
diikuti.
Pengorganisasian tingkat puskesmas diartikan sebagai prroses penetapan
pekerjaan-pekerjaan pokok untuk dikerjakan, pengelompokan pekerjaan,
pendistribusian otoritas/wewenang dan pengintegrasian semua tugas-tugas dan
sumber-sumber daya untuk mencapai tujuan puskesmas secara efektif dan efisien.
Secara aplikatif pengorganisasian tingkat puskesmas adalah pengaturan pegawai
puskesmas dengan mengisi struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) puskesmas yang
ditetapkan oleh peraturan daerah Kabupaten/Kota disertai dengan pembagian tugas
dan tanggungjawab serta uraian tugas pokok dan fungsi (tupoksi), serta pengaturan
dan pengintegrasian tugas dan sumberdaya puskesmas untuk melaksanakan kegiatan
dan program puskesmas dalam rangka mencapai tujuan puskemas. Berdasarkan
definisi tersebut, fungsi pengorganisasian puskesmas merupakan alat untuk
memadukan (sinkronasi) dan mengatur semua kegiatan yang dihubungkan dengan
personil/pegawai, finansial, material, dan metode puskesmas untuk mencapai tujuan
puskesmas yang telah disepakati bersama antara pimpinan dan pegawai puskesmas.
Pengorganisasian puskesmas meliputi hal-hal berikut:
1. Cara manajemen puskesmas merancang struktur formal puskesmas untuk
penggunaan sumber daya puskesmas secara efisien.
2. Bagaimana puskesmas mengelompokkan kegiatannya, di mana setiap
pengelompokkan diikuti penugasan seorang penanggungjawab program yang
diberi wewenang mengawasi stafnya.
3. Hubungan antara fungsi, jabatan, tugas dan pegawai puskesmas.
4. Cara pimpinan puskesmas membagi tugas yang harus dilaksanakan dalam unit
kerja dan mendelegasikan wewenang untuk mengerjaka n tugas tersebut.

13
Kegiatan pengorganisasian pada tingkat puskesmas seperti pembentukan struktur
organisasi puskesmas, dengan jabatan structural kepala puskesmas, sedangkan lainnya
bersifat fungsional. Pembagian tugas, yang berdasarkan program pokok puskesmas,
terdiri dari 12 sampai 18 program pokok, yang melibatkan tenaga perawat dan bidan.
Pembagian wilayah kerja, setiap petugas puskesmas melakukan pembinaan ke desa-
desa.
1. Pengorganisasian Praktik Asuhan Kebidanan
a. Pelayanan Mandiri
Layanan kebidanan primer yang dilakukan oleh seorang bidan yang
sepenuhnya menjadi tanggungjawab bidan.
b. Kolaborasi
Layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya
dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari sebuah proses
kegiatan pelayanan. Misalnya: merawat ibu hamil dengan komplikasi medic
atau obstetric. Tujuan pelayanan: berbagi otoritas dalam pemberian pelayanan
berkualitas sesuai ruang lingkup masing-masing. Kemampuan untuk berbagi
tanggungjawab antara bidan dan dokter sangat penting agar bisa saling
menghormati, saling memercayai, dan menciptakan komunikasi efektif antara
kedua profesi.
c. Rujukan
Layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem layanan
lebih tinggi atau sebaliknya, yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam
menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan rujukan
yang dilakukan oleh bidan ketempat atau fasilitas pelayanan kesehatan lain
secara horizontal maupun vertical atau ke profesi kesehatan lain. Layanan
bidan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta
bayinya.
d. Konsultasi
Pada kondisi tertentu bidan membutuhkan nasehat atau pendapat dari dokter
atau anggota tim perawatan klien yang lain tapi tanggungjawab utama
terhadap klien tetap ditangani bidan.

14
D. Organisasi Pelayanan Kebidanan di BPM
Keberadaan bidan di Indonesia sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan ibu dan janinnya salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah
adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang membutuhkannya.
Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang penting dan
dituntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan keselamatan
jiwa manusia, adalah pertanggung jawaban atas semua tindakan yang dilakukuannya.
Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan
didasari suatu evidence based. Accountability diperkuat dengan satu landasan hukum
yang mengatur batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan.
Pemberian pelayanan kesehatan berbasis pengobatan komplementer dan alternatif,
penyelenggaraanya telah diakui di Indonesia dan diatur dalam KEPMENKES RI No.
1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer
alternatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian pelayanan kesehatan
diantaranya yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi baru, pergeseran nilai pada
masyarakat, aspek legal dan etik, ekonomi, dan politik. Agar dapat berhasil dalam
menjalankan praktek kebidanan mandiri, maka bidan dituntut untuk dapat
memberikan pelayanan yang bermutu dan mempunyai keunggulan dibanding dengan
tempat lain.
Penyebab masih rendahnya penggunaan terapi komplementer oleh Bidan Praktek
Mandiri sebagai berikut:
a. Kurangnya akses bidan untuk menjangkau tercapainya pengetahuan dan
keterampilan yang baik tentang terapi komplementer.
b. Kurangnya dukungan dari organisasi profesi
Organisasi IBI sejauh ini belum mensosialisasikan secara intensif pada bidan-
bidan tentang undang-undang dan peraturan tentang pemberian terapi
komplementer, dan belum pernah memfasilitasi adanya seminar dan pelatihan
tentang terapi komplementer.
c. Masyarakat beranggapan bahwa pemberian terapi komplementer bukan
merupakan tugas tenaga kesehatan, sehingga mengurangi minat masyarakat akan
pengobatan menggunakan terapi komplementer oleh tenaga kesehatan.
d. Masih banyak dukun aktif yang menjalankan tradisi memberikan terapi
komplementer dan alternatif.

15
Pemberian pelayanan kebidanan komplementer mempunyai banyak manfaat dan
keunggulan, sebagai berikut:
a. Mendukung tercapainya derajat kesehatan masyarakat.
b. Mendukung pengobatan/ terapi konvensional yang menggunakan obat.
c. Aman dan tanpa efek samping.
d. Unggulan dengan BPM yang lainnya.
e. Memenuhi permintaan klien untuk meningkatkan kepuasan.
f. Mengurangi angka kesakitan akibat kesalahan pertolongan oleh tenaga non
kesehatan yang tidak terlatih.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan pemberian
pelayanan kebidanan komplementer sebagai berikut:
a. Meningkatkan penggunaan dan meningkatkan upaya untuk mengembangkan
terapi komplementer oleh setiap tenaga kesehatan (bidan) dan masyarakat.
b. Mengadakan penelitian lebih lanjut terapi komplementer dan alternatif, baik oleh
praktisi dan akademisi.
c. Meningkatkan dukungan dari organisasi profesi (IBI) dan pemerintah dengan
memfasilitasi tenaga kesehatan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
tentang penggunaan terapi komplementer, dan juga dalam bentuk pemenuhan
sarana dan prasarana pendukung.
d. Meningkatkan upaya promosi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat
penggunaan terapi komplementer dan alternatif sebagai pelengkap pemberian
layanan medis.
e. Memberdayakan bidan sebagai fasilitator bagi masyarakat untuk meningkatkan
upaya promotif dan preventif melalui terapi komplementer.
Dinas Kesehatan dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) merupakan instansi pemerintah
dan organisasi profesi yang memberikan pembinaan dan pengawasan kepada bidan
dan penyelenggaraan praktik mandiri yang dilakukan oleh bidan agar pelaksanaannya
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain melakukan pembinaan dan pengawasan,
Dinas Kesehatan dan IBI juga memberikan perlindungan hukum bagi bidan.
Bagi bidan yang melaksanakan pelayanan kebidanan tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku maka akan diberikan sanksi sesuai dengan Permenkes RI No.
1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan. Sanksi
yang diberikan kepada bidan bisa berupa pencabutan ijin praktek bidan, pencabutan
SIPB sementara, atau bisa juga berupa denda. Selain itu bidan juga bisa mendapat

16
sanksi hukuman penjara jika melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Perundang-
undangan. Apabila seorang bidan melakukan pelanggaran kode etik maka
penyelesaian atas hal tersebut dilakukan oleh wadah profesi bidan yaitu Ikatan Bidan
Indonesia (IBI). Dan pemberian sanksi dilakukan berdasarkan peraturan- peraturan
yang berlaku di dalam organisasi IBI tersebut. Sedangkan apabila seorang bidan
melakukan pelanggaran yuridis dan dihadapkan ke muka pengadilan. Maka IBI
melalui MPA dan MPEB wajib melakukan penilaian apakah bidan tersebut telah
benar-benar melakukan kesalahan. Apabila menurut penilaian MPA dan MPEB
kesalahan atau kelalaian tersebut terjadi bukan karena kesalahan atau kelalaian bidan,
dan bidan tersebut telah melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi, maka IBI
melalui MPA wajib memberikan bantuan hukum kepada bidan tersebut dalam
menghadapi tuntutan atau gugatan di pengadilan.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna,
berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk
senantiasa melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan dimanapun ia
berada. Untuk menjaga kualitas tersebut diperlukan suatu standar profesi sebagai
acuan untuk melakukan segala tindakan dan sesuatu yang diberikan dalam seluruh
aspek pengabdian profesinya kepada individu, keluarga dan masyarakat baik dari
aspek input, proses dan output.
Sebagai seorang tenaga kesehatan yang langsung memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, seorang bidan harus melakukan tindakan dalam praktik
kebidanan secara etis, serta harus memiliki etika kebidanan yang sesuai dengan nilai-
nilai keyakinan filosofi profesi dan masyarakat. Selain itu bidan juga berperan dalam
memberikan persalinan yang aman, memastikan bahwa semua penolong persalinan
mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang
aman dan bersih.
Dinas Kesehatan dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) merupakan instansi pemerintah
dan organisasi profesi yang memberikan pembinaan dan pengawasan kepada bidan
dan penyelenggaraan praktik mandiri yang dilakukan oleh bidan agar pelaksanaannya
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain melakukan pembinaan dan pengawasan,
Dinas Kesehatan dan IBI juga memberikan perlindungan hukum bagi bidan.

B. Saran
1. Bagi Organisasi Profesi
Diharapkan bagi organisasi profesi untuk lebih memperhatikan anggotanya seperti
memberikan pembinaan agar dapat menambah kemampuan anggotanya dan
pengawasan agar melakukan tugasnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

18
2. Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Diharapkan bagi fasilitas pelayanan kesehatan untuk sering melakukan atau
menyelenggarakan pelatihan agar dapat menambah kemampuan tenaga
kesehatannya.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa dapat mempergunakan makalah ini sebagai referensi
atau bahan belajar tentang “Konsep Pengorganisasian dalam Pelayanan Kebidanan
dan Organisasi Pelayanan Kebidanan di Rumah Sakit, Puskesmas dan BPM”.

19
DAFTAR PUSTAKA

Argaheni, N. B., Azizah, N., Sianturi, E., Hutomo, C. S., Sirait, S. H., Bangun, S., & Pujiani.
(2022). Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan dalam Kebidanan.
Yayasan Kita Menulis.

Arlenti, L., & Zainal, E. (2021). Manajemen Pelayanan Kebidanan. Bengkulu: STIKES
Sapta Bakti.

Fitri, A. E., Rahmadani, G., Zaini, H., Astria, N., & Idaman, R. P. (2018). Manajemen
Pelayanan Kebidanan Perencanaan dan Pengorganisasian Pelayanan Kebidanan.
Manajemen Pelayanan Kebidanan, 40.

Kosania, G. (2015). Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan Komplementer pada Bidan Praktek


Mandiri di Kabupaten Klaten. XII(1), 46-70.

Kurniawan, R. (2018, Mei). Perbuatan Melawan Hukum Terhadap Wewenang Pelayanan


Bidan Praktik Mandiri Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia.
7(1), 119-130.

Yani, R. W., Kiswaluyo, Handayani, A. T., Hadnyanawati, H., Dwiatmoko, S., &
Misrohmasari, E. A. (2021). Buku Ajar Praktek Kerja Lapang Manajemen Pelayanan
Kesehatan (PKL MPK). Jember: Universitas Jember.

20

Anda mungkin juga menyukai