Anda di halaman 1dari 27

BAB IV

PROSES KEPERAWATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Lokasi Pengelolaan


Pengelolaan pasien diambil saat di RSUD Dr. M. ASHARI
Pemalang pada tanggal 8 Maret – 27 Maret 2021 dengan 2 pasien.
Ruang Kaswari adalah ruang bangsal perawatan Pra dan Post
Sectio Caesarea. Pengumpulan data pengelolaan dengan
menggunakan wawancara terstruktur dan observasi. Pengelolaan
ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

2. Pengkajian
a. Identitas Klien
Tabel 1. Identitas Klien

Identitas Pasien Klien 1 Klien


2
Nama Ny. I Ny. N
Umur 21 Tahun 21 Tahun
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan Menikah Menikah
Alamat Bojongbata Tundagan
P1A0 (Post Sectio P2A0 (Post Sectio Caesarea hari
Caesarea hari ke 1) ke 1)

b. Riwayat penyakit
Riwayat Kesehatan Klien 1 Klien 2
Sekarang
Keluhan Utama Pasien mengatakan anggota Pasien mengatakan
gerak tubuh lemas dan sulit badan terasa lemas
untuk digerakan karena karena masih dalam
terdapat luka post Sectio pengaruh anestesi post
Caesarea. Sectio Caesarea.

Riwayat kesehatan Ny. I baru kali ini dirawat Ny. N mengatakan tidak
Dahulu dirumah sakit dan melahirkan punya riwayat penyakit
dengan operasi SC pada yang berat. Klien baru
kehamilannya yang pertama.. kali ini dirawat dirumah
sakit dan melahirkan
dengan operasi SC pada
1
kehamilannya yang
pertama.
Riwayat Kesehatan Pasien mengatakan keluarga Pasien mengatakan
Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit keluarga tidak memiliki
hipertensi atau diabetes atau riwayat penyakit
penyakit lainnya. hipertensi atau diabetes
atau penyakit lainnya.

c. Riwayat Obstetri
Riwayat Menstruasi Klien 1 Klien 2
Menarche Ny. I mengatakan Ny. N mengatakan
pertama kali menstruasi pada pertama kali menstruasi
usia 14 tahun pada usia 13 tahun
Siklus 30 hari 28 hari
Banyaknya Ny. I mengatakan setiap Ny. N mengatakan setiap
ganti balutan sebanyak 2-3 ganti balutan sebanyak 2-
x /hari 3 x / hari
Keteraturan Ny. I mengatakan Ny. N mengatakan
Menstruasinya Teratur menstruasinya Teratur
Lamanya Ny. I mengatakan Ny. N mengatakan
lamanya menstruasi 10 lamanya menstruasi 6-7
hari hari
HPHT 31-5-20 20-6-20
Keluhan yang keluhan yang menyertai keluhan yang menyertai
menyertai yaitu nyeri pada saat hari yaitu nyeri pada saat hari
pertama haid pertama haid

d. Riwayat Perkawinan
Riwayat Perkawinan Klien 1 Klien 2
Umur ibu menikah Ny. I mengatakan Ny. N mengatakan
menikah pada usia 20 menikah pada usia 20 tahun
tahun.
Umur bapak menikah Ny. I mengatakan usia Ny. N mengatakan usia
suami pada saat menikah suami pada saat menikah
22 tahun 23 tahun
Lama pernikahan 1 tahun 1 tahun
Berapa kali menikah 1x 1x

e. Riwayat Keluarga Berencana


Riwayat Klien 1 Klien 2
keluarga
berencana
Melaksanakan Ny. I mengatakan belum Ny. S mengatakan
keluarga berencana pernah memakai KB belum pernah memakai
KB
Rencana kontrasepsi Ny. I mengatakan belum Pasien setelah dilakukan
yang akan digunakan mau memakai KB nya Sectio Caesarea
langsung dilakukan
pemasangan IUD

2
f. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas
Klien 1
Anak Kehamilan Persalinan Anak
ke
Umur penyulit Jenis Penolong Penyulit Jenis BB PB Keadaan
kehamilan kelamin Fisik
1. 41 minggu - SC Dokter - Laki- 3,4 47 Sehat
laki kg
Klien 2
Anak Kehamilan Persalinan Anak
ke
Umur penyulit Jenis Penolong Penyulit Jenis BB PB Keadaan
kehamilan kelamin Fisik
1. 38 minggu - SC Dokter - Laki- I: I: 48 Sehat
Laki 2,7 cm,
Dan laki kg, II:
laki II: 45
2,8 cm
kg

g. Riwayat Kehamilan Sekarang


Riwayat Klien 1 Klien 2
kehamilan
sekarang
Pemeriksaan Kehamilan Ny. I mengatakan setiap Ny. N mengatakan setiap periksa
: Tempat pemeriksaan periksa kehamilan di bidan kehamilan di bidan dan dokter
terdekat
a. Trimester I 1x /bulan 1x/ bulan
b. Trimester II 0x / bulan 1x/ bulan
c. Trimester III 1 x/ bulan 1x/ bulan
Riwayat imunisasi : Ny. I mengatakan tidak Ny. N mengatakan
TT pada usia kehamilan melakukan imunisasi TT melakukan imunisasi TT
karena demam sejak usia kehamilan 6 bulan
Riwayat pemakaian obat Ny. I mengatakan tidak Ny. N mengatakan
selama kehamilan memakai obat selama memakai vitamin dan tablet zat
kehamilan besi
Keluhan selama Mual, pusing Pusing
kehamilan

h. Riwayat Persalinan Sekarang


Riwayat persalinan Klien 1 Klien 2
sekarang
Tanggal persalinan 13-03-2021 18-03-2021
Tipe persalinan Sc Sc
Lama persalinan 20 menit 60 menit
Jumlah perdarahan 150 cc 150 cc
Jenis kelamin bayi Laki – laki Laki laki dan laki laki
APGAR score 9/10 9/10

3
i. Perubahan pola kesehatan
Tabel 3. Perubahan Pola Kesehatan
Pola Klien 1 Klien 2
Kesehatan
Manajemen Pasien jarang sekali pergi ke Persepsi dan
Kesehatan fasilitas kesehatan untuk manajemen kesehatan
memeriksakan kandungan nya, keluaga baik. Pasien
dikarenakan suaminya yang selalu memeriksakan
sibuk dan tidak dapat kehamilannya secara
mengantarkan nya ke dokter. Ia rutin setiap bulan dan
mengatakan takut untuk pergi ke fasilitas
berpergian sendirian untuk kesehatan ketika
memeriksakan kandungan nya. terdapat keluhan pada
dirinya atau
kandungannya. Pasien
juga mau mendengarkan
dan menerima saran
yang diberikan oleh
dokter ataupun tim
medis lain.
Nutrisi dan Pasien mengatakan sebelum Pola asupan nutrisi
cairan dirawat di rumah sakit pasien pasien saat dirumah dan
mengatakan makan kurang di rumah sakit sama,
teratur karena merasakan mual pasien makan nasi, lauk
terus menerus namun tetap nabati dan hewani serta
memunim susu hamil dan sayur. Pasien juga rutin
meminum air putih kurang minum susu hamil saat
lebih 1000 ml per hari. dirumah. Nafsu makan
Tetapi, saat dirumah sakit pasien selalu baik,
pasien puasa untuk persiapan makanan yang
SC. Pasien juga mengatakan disediakan selalu habis.
tidak nafsu makan dan minum Pasien minum 1500ml
seperti biasa 1500ml air setiap hari.

Eliminasi Sebelum dirawat di rumah sakit Sebelum masuk


pasien BAB 1 kali sehari rumah sakit, pasien
dengan konsistensi lunak, BAB sehari sekali
warna dan bau normal, BAK 4- dengan konsistensi
5 kali sehari. Selama dirawat di lembek, berwarna
rumah sakit pasien belum BAB. kuning kecoklatan,
Pasien BAK menggunakan BAK 3-5 kali sehari,
kateter. warna jernih
kekuningan, tidak ada
nyeri.
Saat di rumah sakit,
pasien belum BAB.
Pasien BAK
menggunakan urine
kateter.

4
Istirahat Pasien sebelum dirawat di Saat dirumah pasien
tidur rumah sakit lebih memilih biasa tidur seperti biasa
untuk tidur dari pada namun setelah
beraktivitas dikarenakan pasien melakukan operasi tidur
merasa dengan perutnya yang pasien terganggu karena
bersar jadi sulit untuk bergerak. merasa nyeri pada luka
Setelah dirawat di rumah sakit bekas operasinya.
pasien tidur 4-5 jam namun
sering terbangun
karena nyeri pada luka
post Sectio caesarea.
Pola Kognitif Pasien mengatakan tidak Pasien mengatakan tidak
perseptual mengalami gangguan mengalami gangguan
pengelihatan, dan pasien masih pengelihatan, dan pasien
mampu untuk berkonsentrasi masih mampu untuk
berkonsentrasi

Pola Persepsi Pasien mengatakan bahwa tidak Pasien mengatakan


Diri ada masalah jika kelahiran anak bahwa tidak ada masalah
pertama nya ini secara caesarea jika kelahiran kedua
karena demi keselamatan anak anak nya ini secara
pertama nya. caesarea karena demi
keselamatan anak
anaknya.
Pola Peran – Pasien mengatakan dirinya Pasien mengatakan
Hubungan merasa senang kini sudah dirinya kini telah
menjadi ibu dan keluarga pun menjadi ibu namun hal
turut bahagia atas kelahiran tersebut bukanlah hal
anak pertamanya. yang luar biasa bagi dia,
meski begitu
keluarganya dapat
memahami kondisinya.
Pola Pasien kini baru saja memiliki 1 Pasien kini baru saja
seksualitas – anak laki laki memiliki 2 bayi kembar
Reproduksi sekaligus.

Mobilisasi dan Pasien tidak dapat mandi karena Pasien tidak dapat mandi
latihan masih dalam pengaruh anestesi karena masih dalam
dan luka yang pengaruh anestesi dan
luka yang

belum boleh terkena air, makan belum boleh terkena


dan minum dibantu, toileting air, makan dan
dibantu keluarga dan alat, minum dibantu,
mobilisasi dibantu keluarga dan toileting dibantu
alat seperti kursi roda, keluarga dan alat,
berpakaian dibantu keluarga. mobilisasi dibantu
keluarga dan alat
Hasil indeks barthel adalah 45% seperti kursi roda,
yang menunjukkan partialy berpakaian dibantu
dependent keluarga.

5
Hasil indeks barthel
adalah 45% yang
menunjukkan
partialy dependent
Pola Nilai Pasien beragama islam, pasien Pasien beragama
Kepercayaan menjalankan ibadahnya dengan islam, pasien taat
rajin, namun saat berada di RS menjalankan
pasien tidak menjalankan nya, ibadahnya, namun
karena keterbatasan pasien untuk saat berada di RS
gerak setelah post Sectio pasien tidak
caesarea. menjalankan nya,
karena keterbatasan
pasien untuk gerak
setelah post Sectio
caesarea.
Pola Koping Pasien merasa lega setelah Pasien merasa sedikit
kelahiran anaknya. Ia merasa takut akan kenyataan
senang atas kehadiran anaknya, memiliki anak kembar
namun ia takut menggerakan di kelahiran
dirinya akibat nyeri pada bekas pertamanya. sehingga,
operasi yang ia sendiri belum ia cemas akan
pernah merasakan nyeri seberat itu. tanggung jawab yang
Meskipun dalam skala nyerinya akan ia terima setelah
tidak terlalu tinggi, Pasien merasa melahirkan kedua
hal itu sangatlah sakit. Dan keluarga anaknya. Pasien tidak
klien cukup memanjakan Pasien, mau bergerak,
sehingga saat ia bergerak sedikit dikarenakan perutnya
dan mengeluh, keluarga meminta ia masih terasa nyeri dan
untuk istirahat saja. khawatir jika nanti ia
bergerak akan
berpengaruh buruk
pada bekas jahitan
lukanya. Pasien pun
merasa takut jika
harus bertemu kedua
anaknya. Sehingga
klien memilih untuk
berdiam diri seakan
menghindari sesuatu.
Pasien mendapatkan
motivasi yang besar
dari keluarga terutama
dari suaminya.

j. Pemeriksaan fisik
Tabel 4. Pemeriksaan Fisik
Observasi Klien 1 Klien 2
Suhu 36,6°C 36,3⁰C
Nadi 90 x/menit 93x/menit
Tekanan darah 139/90 mmHg 130/90 mmHg
Pernapasan 20x/menit 24x/menit

6
GCS Composmentis Composmentis
Dada Jantung: regular, Paru: gerakan Jantung: regular, Paru:
inspirasi dan ekspirasi simetris, gerakan inspirasi dan
vesikuler, irama teratur, tidak ada ekspirasi simetris,
sesak .Payudara: letak simetris, vesikuler, irama
hiperpigmentasi areola mamae, teratur, tidak ada
putting susu menonjol, bersih, sesak. Payudara:
ada pengeluaran berupa bersih, letak simetris,
kolostrum. hiperpigmentasi areola
mamae, putting susu
menonjol, namun
belum ada
pengeluaran berupa
kolostrum.

Abdomen Tinggi fundus uteri dua jari Tinggi fundus uteri dua jari
dibawah umbilikus, kontraksi dibawah umbilikus,
klunik teraba keras bulat seperti kontraksi klunik teraba keras
bola cakram. bulat seperti bola cakram.

P : Luka post SC P : Luka Operasi,


Q : perih seperti tertusuk-tusuk Q : seperti diiris-iris,
R : perut bagian bawah (luka R : perut bagian
jahtan post SC) bawah, S : skala 4
S : Skala nyeri 5
T : Hilang timbul, terutama muncul T : Hilang himbul
saat beraktifitas berat (miring kiri
dan kanan)

Perinium dan Perineum dan genetalia tampak Terdapat lochea rubra


genetalia bersih, tidak terdapat berwarna merah, vagina
hematoma, tidak ada luka normal, terpasang
rupture jaringan. Terdapat kateter urine, tidak
lochea rubra dan tidak berbau. berbau.

Ektremitas Ekstremitas atas tidak ada Ekstremitas atas tidak


gangguan, terpasang infus di ada gangguan, terpasang
tangan kanan. infus di tangan kanan.
Ekstremitas bawah tidak ada Ekstremitas bawah tidak
edema, tidak ada varises, ada edema, tidak ada
kekuatan otot skala 2. varises, kekuatan otot
skala 2.

7
k. Pemeriksaan diagnostic
Tabel 5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Klien 1 Klien 2
Diagnostik
Golongan darah O B
Hemoglobin 13.1 7.6
Hematokit 37.0 21.6
Leukosit 8.36 8.56
Creatinin - 0.76
Trombosit 207 150
Eritroit 4.56 2.69
Waktu pembekuan
Reduksi urine Negatif Negatif
HIV Non Non
reaktif reaktif
HbsAg Non Non
reaktif reaktif

l. Pengobatan/ terapi

Pengobatan/ terapi Dosis


Klien 1
Cefaperazon 1 ampul/12 jam
Ketorolac 1 ampul/ 8 jam
Infus futrolit 20 tpm
Klien 2
Asam mefenamat 500 mg/ 8jam
Ketorolac 1 ampul/ 8jam
Infus RL 20 tpm

8
3. Analisis masalah Tabel
Analisis
Data
Analisis Data Penyebab Masalah
(etiologi)
13 Maret 2021 Nyeri Hambatan
mobilitas
Klien 1 fisik
Data Subjektif
P : Luka post SC
Q : perih seperti
tertusuk- tusuk
R : perut bagian
bawah (luka jahtan
post SC)
S : Skala nyeri 5
T : Hilang timbul, terutama
muncul saat beraktifitas
berat (miring kiri dan kanan)

Data objektif
Terdapat balutan luka post
sectio caesarea dengan
Kekuatan otot 2. Pasien
terlihat kesakitan saat
menggerakkan tubuhnya.
Keadaan umum lemah.

Keengganan Hambatan
18 Maret 2021 memulai mobilitas fisik
pergerakan
Klien 2
Data subjektif
P : Luka Operasi,
Q : seperti diiris-iris,
R : perut bagian
bawah, S : skala 4,
T : Hilang timbul.
Pasien takut jika harus
bertemu kedua anaknya.
Data objektif
Terdapat balutan luka
post sectio caesarea
dengan Kekuatan otot 2.
Pasien terlihat kesakitan
saat menggerakkan
tubuhnya. Keadaan
umum lemah, takut
bertemu kedua anaknya.

9
4. Diagnosis keperawatan

a. Klien 1 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri


yang dibuktikan dengan Skala nyeri 5, pasien kesakitan saat
menggerakkan tubuhnya, miring ke kanan dan kiri pasien terlihat
lemas.
b. Klien 2 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
keengganan memulai pergerakan dibuktikan dengan Pasien
mengatakan tidak mau bergerak, dikarenakan perutnya masih
terasa nyeri dan takut jika harus bertemu kedua anaknya
,badannya terasa lemas karena pengaruh anastesi dan anggota
geraknya lemah sehingga pasien tidak dapat melakukan
mobilisasi dini.

5. Perencanaan
Tabel 7. Perencanaan

Tgl Diagnosis Kriteria hasil Intervensi


13 Maret 2021 Hambatan Setelah 1. Jelaskan
mobilitas dilakukan tujuan
fisik tindakan dan
berhubunga keperawatan 3 X prosedur
n dengan 24 jam mobilisas
nyeri gangguan rasa i
nyaman nyeri 2. Identifikasi
teratasi sehingga lokasi,
pasien dapat karakteristik
memulai latihan , durasi,
gerak post SC, frekuensi,
dengan criteria intensitas
hasil: nyeri,
1. Nyeri identifikasi
menurun skala nyeri
2. Kecema 3. Jelaskan
san penyebab
menurun , periode,
3. Gerakan dan
terbatas pemicu
menurun nyeri
4. Kelema 4. Kontrol
han fisik lingkung
menurun an yang
dapat
memper
berat

10
nyeri
5. Ajarkan
teknik
nonfarmakol
ogis untuk
mengurangi
nyeri.
6. Anjurkan
mobilisas
i dini
7. Ajarkan
ROM
pasif dan
ROM
aktif
8. Libatkan
keluarga
untuk
membantu
pasien dalam
meningkatka
n
pergerakan.

18 Maret 2021 Hambatan mobilitas Setelah 1. Edukasi


fisik berhubungan dilakukan latihan fisik
dengan keengganan tindakan 2. Edukasi teknik
memulai pergerakan keperawatan ambulasi
3x 24 jam, 3. Identifikasi
Hambatan skala nyeri
mobilitas 4. Kontrol
fisik dapat lingkungan
teratasi yang
dengan dapat
kriteria hasil : memper
1. Klien parah
meningkat nyeri
dalam 5. Pengaturan
aktivitas posisi
fisik 6. Ajarkan
2. Mengerti ROM pasif
tujuan dari dan ROM
peningkatan aktif
mobilitas 7. Jelaskan
3. Memverbali tujuan
sasikan dan
perasaan prosedur
dalam mobilisa
meningkatka si
n kekuatan 8. Libatkan
dan keluarga
kemampuan untuk
berpindah memban
tu pasien

11
4. Memperaga dalam
kan meningk
penggunaan atkan
alat Bantu pergerak
untuk an dan
mobilisasi ambulasi
(walker,
tongkat
tripod.
6. Implementasi
Tabel 8. implementasi

No Dx. Waktu Tindakan Respon


Kep
1 13 Maret
2021 Mengkaji skala nyeri Pasien mengatakan
pasien dan mengecek nyeri skala 5. Tidak
15.05 keadaan luka pasien ada rembesan di area
luka pasien
Melakukan cek
tanda-tanda vital dan TD : 120/70, RR :
15.20 bising usus, 20x /menit , Nadi :
mengganti infus 80x/menit, T : 36,6
yang habis Infus futrolit

15.25 Pasien mengatakan


Menciptakan lebih nyaman saat
lingkungan yang perawat merapikan
aman dan nyaman tempat tidurnya
agar pasien dapat dan
mengatasi nyeri dan berterimakasih.
memulai latihannya
15.30 dengan aman dan
nyaman. Pasien mengatakan
lebih nyaman saat
diposisikan semi
Memposisikan pasien fowler (setengah
dengan nyaman duduk).
15.32
Pasien bersedia
mengikuti arahan
Mengajarkan teknik untuk melaksanakan
15.35 relaksasi napas dalam teknik relaksasi napas
untuk mengurangi dalam
nyeri
Pasien mengatakan
nyeri sedikit
15.40 berkurang tapi masih
Mengkaji ulang nyeri
dalam skala 5

Mengajarkan Pasien mau


12
pasien ROM Pasif melakukan ROM
(fleksi eksteni dan pasif (fleksi eksteni
miring kanan kiri) dan miring
kanan kiri)
dengan dibantu
perawat

15.45 Mengkaji
pengetahuan
pasien tentang
pemulihan pasca
SC
16.00

Membantu pasien
dan keluarga
untuk membuat
16.05
jadwal latihan

Mendukung pasien
14 Maret 2021
untuk selalu keadaan luka pasien
09.00
melakukan latihan baik, tidak ada
rembesan.
09.05
Memeriksa tanda- Pasien sudah dapat
tanda vital dan mengendalikan
keadaan luka pasien nyerinya, skala
nyeri 3.
09.07 Pemberian
Mengkaji nyeri pasien
Ketorolac
Dan pemberian injeksi
Pasien sudah dapat
miring kanan dan
Mengajarkan dan miring kiri secara
membantu pasien mandiri. Pasien
duduk. bersedia dibantu dan
09.08 diajarkan duduk di
tempat tidur
perlahan-lahan .

09.10 Pasien dan keluarga


Mengedukasi pasien sudah paham tentang
dan keluarga tentang langkah-langkah
cara ROM yang ROM yang harus
harus dilakukan. pasien lakukan.

15 Maret 2021 Pasien bersedia


08.30 Membantu membuat melakukan latihan
jadwal latihan ROM ROM sesuai anjuran
untuk pasien (melakukan latihan
duduk dengan rajin
tetapi tetap
13
melakukan dengan
08.35 semampu pasien.)

Melakukan TTV pada TD : 120/80 mmHg,


pasien N:
82
x/m
enit
,T:
36,
Mengganti balut luka 5,
SC. RR : 20
Injeksi Cefaperazon Pasien mengatakan
nyeri saat luka
dibersihkan. Luka
tertutup dengan
baik, tidak ada pus
yang keluar, obat
Cefaperazon masuk
Mengkaji skala nyeri Pasien
09.45
pasien mengatakan
nyeri saat
membershkan
luka dan
memberi obat
pada luka.
Nyeri pasien
skala 3 saat
membersihkan
luka. Saat
sudah selesai
skala nyeri
turun menjadi
2.
Mengajarkan Pasien mampu
10.00
pasien belajar mengikuti
turun dari tempat instruksi dari
tidur perlahan- perawat untuk
lahan jika sudah turun dari
kuat perlahan- tempat tidur
lahan jalan ke secara
kamar mandi. perlahan dan
akan mencoba
berjalan ke
kamar
mandi jika
sudah
dapat
turun
dengan
lancar.
2 18 Maret 2021

14
09.00 Mengkaji TTV dan TD : 120/70 mmHg ,
bising N:
usus pasien dan 80x/menit , T : 36,3 ,
keadaan luka RR : 20 x /
pasien menit. Bising usus 4
x / menit.
Luka pasien terlihat
baik, tidak
ada rembesan pada
luka, plaster
tidak kotor.

09.05 Mengedukasi pasien Pasien paham jika


kapan diperbolehkan
waktu pasien makan saat bising
diperbolehkan usus sudah
makan dan minum normal atau saat
sudah bisa flatus
09.06 Mengkaji skala nyeri Pasien mengatakan
pasien nyeri terasa
saat bergerak, skala
nyeri 4
09.08 Menciptakan Pasien bersedia
lingkungan tempat tidurnya
yang nyaman bagi dirapikan. Pasien
pasien mengatakan
lebih nyaman setelah
tempat
tidurnya dirapikan.

09.10 Mengkaji Pasien tidak dapat


pengetahuan menjawab apa
pasien dalam hal saja yang diperlukan
pemulihan untuk
pasca SC. pemulihan post sc
karena
kelahiran
pertamanya.
09.15 Mengedukasi pasien Pasien dan keluarga
dan paham jika
keluarga bahwa pemulihan pasien
dukungan membutuhkan
dari suami dan motivasi dari
keluarga keluarga
sangat penting untuk
membantu proses
pemulihan
09.20 Membantu pasien Pasien mau
untuk melakukan ROM
latihan ROM pasif Pasif namun masih
ke (fleksi eksteni merasa nyeri pada
dan miring kanan bagian luka operasi
15
kiri) nya.

19 Maret 2021

Mengkaji TTV TD : 120/90 mmHg


08.30 pasien, skala ,N:
nyeri, dan keadaan 90x/menit , T :
luka 36,8 , RR : 20 x /
menit. Skala
nyeri pasien
berkurang
menjadi 3.
08.35
Keadaan luka
pasien baik, tidak
Mengajarkan ada rembesan dan
latihan ROM perban balutan
aktif pada pasien terlihat bersih
(latihan duduk)
Pasien mampu
09.00 melakukan ROM
aktif. Pasien
sudah dapat
miring kanan-kiri
Mengganti infus dan sendiri namun
injeksi Asam kadang dibantu
20 Maret 2021
mefenamat, Ketorolac oleh keluarganya.
14.50 Pasien mau
berlatih duduk.

Infus RL 20 tpm,
obat Asam
Mengkaji skala
14.52 mefenamat dan
nyeri pasien
Ketorolac masuk

14.55
Mengkaji
keadaan luka
pasien Skala nyeri pasien 2
pasien sudah dapat
mengatasi nyeri
Mengajarkan dan dengan baik.
mendukung pasien
latihan Luka pasien
turun dari tempat baik tidak ada
tidur lalu rembesan
berjalan pada luka.
menggunakan
alat bantu Pasien sudah
tongkat tripod. mencobanya
namun tidak
berani turun
dari tempat
tidur karena

16
takut nyeri lagi.

17
7. Evaluasi
Tabel 9. Evaluasi
Klien Dx Keperawatan Hari/tanggal Evaluasi
1 Hambatan mobilitas 15 Maret 2021 S : P : Luka post SC
fisik berhubungan • Q : perih seperti tertusuk-tusuk
dengan nyeri • R : perut bagian bawah
(luka jahtan post SC)
• S : Skala nyeri 2
• T : Hilang timbul,
terutama muncul saat
beraktifitas berat (saat
berjalan)

O : Pasien terlihat nyeri berkurang.


Pasien juga merasa keadaan tubuhnya
lebih ringan walaupun masih terasa
sedikit lemas. Pasien sudah dapat
berjalan pelan-pelan

A : Masalah teratasi
P : Pasien dianjurkan untuk melakukan
ROM selanjutnya atau menggunakan
metode distraksi untuk mengurangi
nyeri.

2 Hambatan mobilitas fisik 20 Maret 2021 S : Pasien dan keluarga sudah


berhubungan dengan memahami bagaimana proses yang
keengganan memulai harus dilakukan pada tahap
pergerakan pemulihan post sectio caesarea.
Pasien dan keluarga paham bahwa
dukungan orang terdekat sangat
penting untuk mendukung proses
pemulihan pasien post SC. Pasien
belum berani jalan karena khawatir
dengan luka post sc nya. Namun
pasien sudah mencobanya. Dan
segala aktifitas dan merawat bayi
nya pun masih dibantu oleh
keluarga

O : Pasien dapat menjawab apa


saja langkah-langkah yang
harus dilakukan untuk
mendukung proses pemulihan
pasien post sectio caesarea.

A : Masalah teratasi
P : Pasien dianjurkan untuk
melakukan latihan berjalan
dengan dibantu keluarga setelah
dapat duduk agak lama di kursi
lalu belajar berjalan mandiri
18
dengan diawasi atau
menggunakan tongkat tripod.

B. Pembahasan

Pada bab ini penulis membahas tentang asuhan keperawatan pada


pasien dengan Hambatan Mobilitas Fisik klien Post Sectio Caesarea (SC)
pada Usia Remaja. Dalam bab ini penulis akan membahas meliputi
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan mengenai kasus yang
penulis ambil.
1. Pengkajian
Setelah dilakukan nya pengkajian head to toe didapatkan data
pasien mengatakan enggan bergerak karena nyeri, ansietas takut jahitan
lepas, badan terasa lemas karena masih dalam pengaruh anestesi dan
tidak tahu bagaimana cara bergerak yang benar (Heather H. T., 2017).
Pengkajian pasien 1, Ny. I hasil pengkajan nya anggota gerak tubuh
lemas dan sulit untuk digerakan karena terdapat luka post Sectio
Caesarea, dan menggunakan indeks barthel ditemukan hasil pasien 1
Ny. I sebesar 45%, sedangkan pada pasien 2 Ny. N hasil pengkajian nya
pasien mengatakan badan terasa lemas karena masih dalam pengaruh
anestesi (Heather H. T., 2017), dan ditemukan hasil indeks barthel
sebesar 45%. Hal ini menandakan bahwa tingkat kemandirian Ny.I dan
Ny.N sama yaitu partialy dependent. Proses persalinan Sectio Caesarea
pada remaja memiliki resiko tinggi terjadi hambatan dalam
penyembuhan luka bekas operasi yang disebabkan oleh rasa khawatir,
cemas dan takut untuk melakukan pergerakan.
Perbedaan penyebab masalah hambatan mobilitas fisik kedua
pasien terjadi karena, faktor jumlah kehamilan dan kelahiran dengan
cara sectio caesarea. Hal-hal lain yang menyebabkan hambatan
mobilitas pada ibu post partum sectio caesarea ada beberapa faktor
meliputi penyakit penyerta ibu, proses persalinan, persepsi terhadap
nyeri, anestesi, emosi, gaya hidup dan motivasi untuk melakukan
mobilitas fisik (S. Setyowati 2013). Sehingga banyak ibu post partum
sectio caesarea takut untuk bergerak dan menggunakan waktunya untuk
tidur terus menerus.

19
2. Diagnosis keperawatan
Berdasarkan hal tersebut penulis menegakkan diagnosis untuk
pasien 1 yaitu Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
berdasarkan data yang ditemukan pada Ny. I, antara lain : Ny. I
mengatakan sangat nyeri pada luka post sectio caesarea dengan skala
5. Pasien takut bergerak karena terasa nyeri. Untuk pasien 2, Ny. N.
Peneliti mengambil diagnosis Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan keengganan memulai pergerakan berdasarkan data yang
ditemukan pada Ny. N, antara lain : Pasien tidak mau bergerak,
dikarenakan perutnya masih terasa nyeri dan takut jika harus bertemu
kedua anaknya, badan nya pun masih terasa lemas. Pasien juga
khawatir jika nanti ia bergerak akan berpengaruh buruk untuk
lukanya.
Faktor-faktor yang ditemukan oleh penulis yang memengaruhi
resiko klien post sectio caesarea mengalami Hambatan mobilitas fisik
meliputi penyakit penyerta ibu, proses persalinan, persepsi terhadap
nyeri, anestesi, emosi, gaya hidup, dan motivasi untuk melakukan
mobilitas fisik (Setyowati S. , 2013).
3. Perencanaan
Intervensi keperawatan yang dilakukan sama berdasarkan
diagnosis keperawatan yang muncul pada klien 1 dan klien 2, karena
berdasarkan data penunjang pada diagnosis keperawatan, klien dengan
Hambatan Mobilitas Fisik harus dilakukan rencana exercise terapi, yaitu:
kaji pemahaman pasien mengenai latihan, ajarkan ROM pasif dan ROM
aktif yang dimana menurut Eka Nur So’emah (2014) pemberian terapi
ROM berupa latihan gerakan pada bagian pergelangan tangan, siku,
bahu, jari-jari kaki atau pada bagian ektermitas yang mengalami
hemiparesis sangat bermanfaat untuk menghindari adanya komplikasi
akibat kurang gerak, seperi kontraktur, kekakuan sendi dan latihan ROM
untuk meningkatkan fleksibilitas sendi lutut. Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi, berikan alat Bantu jika klien memerlukan (NANDA
NIC-NOC (2018-2020)).
Selain itu terdapat satu perbedaan intervensi pada klien 1
dikarenakan diagnosis klien tersebut cenderung pada nyeri dibanding
keengganan seperti klien 2, sehingga pada klien 1 ditambahkan
intervensi, yakni mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri sehingga klien dapat melakukan aktivitasnya pasca
operasi tanpa terkendala dengan nyeri yang mengganggu klien. Beberapa
penelitian pun telah menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam
menurunkan nyeri pasca operasi. Ini disebabkan oleh karena relatif
kecilnya peran otot-otot skeletal dalam nyeri pasca operasi atau
kebutuhan pasien untuk melakukan teknik relaksasi tersebut agar efektif.
20
Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Roykulcharoen and Good
(2004) terhadap pengaruh teknik relaksasi sistematis yang merupakan
kombinasi dari distraksi dan terapi kognitif yang terdiri dari relaksasi
otot progresif, autogenic dan nafas dalam yang dilakukan pada pasien
pasca pembedahan abdomen melaporkan bahwa teknik relaksasi tersebut
efektif dalam penurunan nyeri pada pasien paska pembedahan abdomen.
Maka remaja yang akan melahirkan memilih untuk melalui proses
operasi Caesar. Kecemasan itu muncul ketika ibu remaja setelah
melahirkan dengan proses operasi Caesar. Dengan kriteria remaja
tertentu dapat dilihat bahwa remaja tersebut baru melahirkan anak yang
pertama, dan baru mendapatkan dukungan dari luar yaitu suami.
Kurangnya dukungan suami ke ibu akan mengakibatkan tidak terbina
ikatan tali kasih sayang antara ibu dan bayi atau tidak terbina ikatan yang
melekat pada ibu dan bayi (Bobak, dkk. 2012).
Menurut penulis semua intervensi yang terkait dengan
manajemen hambatan Mobilitas Fisik harus dilakukan untuk mendukung
terlaksananya mobilisasi dini.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan suatu perwujudan dari perencanaan yang
sudah disusun pada tahap perencanaan sebelumnya (Nanda 2018).
Berdasarkan hal tersebut penulis dalam rangka mengelola pasien dilakukan
sebanyak 3 kali, pengelolaan yang dilakukan antara pasien pertama dan
kedua berbeda, hal ini dikarenakan penulis melakukan implementasi sesuai
dengan kebutuhan pasien.
Implementasi pada pasien pertama Ny. I dengan masalah hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri menunjukkan bahwa tingkat
mobilisasi dan ambulasinya bertambah setelah dilakukan manajemen nyeri
dan keterlibatan keluarga dalam membantu dan memotivasi pasien dengan
menggunakan ROM aktif / pasif, mulai dari miring kanan kiri, belajar untuk
duduk. Menurut Putinah (2014) berdasarkan hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa kemandirian pasien post SC dapat dipengaruhi
dukungan tenaga kesehatan dan keluarga dalam membantu serta memotivasi
pasien. Dengan begitu implementasi yang penulis lakukan selaras dengan
teori tersebut.
Pada pasien kedua, Ny. N dengan masalah hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan keengganan memulai pergerakan diberi implementasi
dengan mengedukasi latihan fisik dan edukasi teknik ambulasi
menunjukkan bahwa tingkat mobilisasi dini juga merupakan faktor penting
terhadap proses penyembuhan luka karena dapat mencegah komplikasi
pasca operasi dan mempercepat penyembuhan luka operasi sehingga
perawatan lebih singkat (Suddarth, 2002). Proses persalinan Sectio
Caesarea pada remaja memiliki resiko tinggi terjadi hambatan dalam
21
penyembuhan luka bekas operasi yang disebabkan oleh rasa khawatir,
cemas dan takut untuk melakukan pergerakan. Dengan begitu implementasi
yang penulis lakukan selaras dengan teori tersebut.
Pada masa nifas ibu banyak mengalami kejadian yang penting.
Mulai dari perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis
menghadapi keluarga baru dengan kehadiran buah hati yang sangat
membutuhkan perhatian dan kasih saying (Safrudin SK, , 2009). Proses
persalinan Sectio Caesarea pada remaja memiliki resiko tinggi terjadi
hambatan dalam penyembuhan luka bekas operasi yang disebabkan oleh
rasa khawatir, cemas dan takut untuk melakukan pergerakan. Hal tersebut
dapat menimbulkan keluhan kaku persendian, postur yang buruk, kontraktur
otot, dan nyeri tekan apabila tidak melakukan mobilisasi dini. Pada ibu
dengan usia remaja sangatlah berbeda dengan ibu usia matang, karena
secara fisik remaja yang sedang hamil belum memiliki kesiapan baik secara
fisik maupun batin. Ada pula factor yang mempengaruhi adalah dukungan
suami dan keluarga, kebudayaan yang melarang bergerak dan kaki harus
lurus, sosial ekonomi, pelayanan yang diberikan petugas (Setyowati 2013).
Proses penyembuhan luka pada tubuh yang sehat mempunyai
kemampuan untuk melindungi dan memulihkan dirinya, peningkatan aliran
darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan
perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan (Sukisno, AT,
2015). Berdasarkan teori menurut Perry & Potter (2005) menyatakan bahwa
vaskularisasi mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan
peredarahan darah yang baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel.
Mobilisasi akan memperlancar sirkulasi darah dan segera mungkin
mengalami pemulihan atau penyembuhan (Susilowati D. 2015). Dengan
begitu implementasi tersebut sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh
Perry & Potter (2005) yang menyatakan bahwa vaskularisasi akan
berpengaruh terhadap penyembuhan luka dan mobilisasi yang dilakukan
akan memperlancar peredaran darah dan dapat mempercepat terhadap
pemulihan dan penyembuhan luka.
5. Evaluasi keperawatan
Berdasarkan implementasi yang dilakukan selama 3 hari maka
didapatkan hasil dari evaluasi klien 1 masalah dapat teratasi yaitu nyeri sudah
mulai berkurang menjadi skala 2 pada perawatan hari ke 3, dan klien 2
masalah dapat teratasi yaitu klien dapat mencoba untuk berjalan pada hari
ke-3, walaupun klien masih takut namun setidaknya klien sudah dapat turun
dari tempat tidur. Hal ini sejalan dengan teori dari Hidayat (2014) yang
menyatakan bahwa Sectio caesarea (SC) sering menimbulkan
ketidakmandirian dari pasien itu sendiri karena sakit yang ditimbulkan setelah
operasi, pasien merasa lemah dan kurang mobilisasi atau aktifitas. Kemudian
klien 1 sudah mulai mandiri untuk melakukan aktivitasnya mulai dari turun
22
dari kasur dan ke kamar mandi sendiri lalu didukung pula oleh hasil penelitian
yang dilakukan Putinah dan Chabibah (2014) tentang factor faktor yang
berhubungan dengan kemandirian ibu post SC menunjukkan bahwa faktor
dukungan tenaga kesehatan, umur, kehamilan, pendidikan, pengalaman SC,
gaya hidup, dan dukungan keluarga mempunyai hubungan yang bermakna
dengan kemandirian ibu post SC dalam melakukan mobilisasi dini. Selain itu
pada klien 2 sejalan dengan teori menurut Putinah (2014), yakni ibu yang
pertama kali melahirkan cenderung merasa lebih cemas dan takut, hal ini
disebabkan karena ibu belum mempunyai pengalaman dalam melakukan
aktifitas dan merawat bayi.

23
Pasien 1

NO Pola 0 1 2 3 4
Aktivitas
1 Makan dan √
minum
2 Toileting √
3 Berpakaian √
4 Mobilisasi √
5 Mandi √

Pasien 2

NO Pola 0 1 2 3 4
Aktivita
s
1 Makan dan √
minum
2 Toileting √
3 Berpakaian √
4 Mobilisasi √
5 Mandi √

Keterangan :

0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang dan peralatan
4 : Ketergantungan/ tidak mampu

1
Indeks barthel pasien 1

NO AKTIFITAS SCORE
DENGAN MANDIRI SKOR
BANTUA PASIE
N N
1 Feeding 5 10 5
2 Berpindah 5 15 5
3 Persinal 0 5 0
toileter
(mencuci
muka,
menyisir
rmbut,
menyikat gigi)
4 Toileting (Aktifitas Bab 5 10 5
& Bak)
5 Mandi 0 5 0
6 Berpakaian 5 10 5
7 Kontrol BAB 5 10 10
8 Kontrol Bak 5 10 5
9 Ambulasi (turun dari 5 10 5
tempat tidur)
Kursi Roda 10
10 Transfer Kursi/Bed 5 15 5
TOTAL: 100 45 %

1
Indeks barthel 2

NO AKTIFITAS SCORE
DENGAN MANDIRI SKOR
BANTUA PASIEN
N
1 Feeding 5 10 5
2 Berpindah 5 15 5
3 Persinal toileter 0 5 0
(mencuci muka,
menyisir rmbut,
menyikat gigi)
4 Toileting (Aktifitas Bab & 5 10 5
Bak)
5 Mandi 0 5 0
6 Berpakaian 5 10 5
7 Kontrol BAB 5 10 10
8 Kontrol Bak 5 10 5
9 Ambulasi (turun dari tempat 5 10 5
tidur)
Kursi Roda 10
10 Transfer Kursi/Bed 5 15 5
TOTAL: 45 %
100

2
Keterangan:

0 – 20 : Ketergantungan Penuh
21 -61 : Ketergantungan Berat / sangat tergantung
62 – 90 : Ketergantungan Moderat
91 – 99 : Ketergantungan Ringan
100 :Mandiri

Anda mungkin juga menyukai