FISIKA TANAH
Oleh :
Dr. Ir. Hj. Sitti Leomo, M.Si
Resman, SP.,MP
La Ode Rustam, SP.,M.Sc
FOTO 4 X 6
Nama :
Nomor Stambuk :
Alamat :
Asal :
Asal Sekolah :
No. Telp/Hp :
Email/FB/Twitter :
Motto Hidup :
Praktikum Paraf
Tanggal Materi
Ke Praktikan Asisten
HALAMAN JUDUL 1
DAFTAR ISI 5
PENGAMATAN PROFIL TANAH 6
WARNA TANAH 23
STRUKTUR TANAH 30
PERMEABILITAS TANAH 33
LAJU INFILTRASI 36
PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH 40
KEMANTAPAN AGREGAT TANAH 42
TEKSTUR TANAH 48
PENETAPAN NILAI-COLE 53
DAFTAR PUSTAKA
A. DASAR TEORI
Alasan utama mengapa tanah perlu dipelajari adalah karena di alam
tanah berbeda dari suatu tempat ke tempat yang lain dan perbedaan ini
mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman yang
diusahakan di atasnya. Tanah ditemukan dimana-mana di sekitar kita dan
mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Seluruh umat manusia
secara langsung atau tidak langsung bergantung pada keberadaan tanah.
Penelitian tentang tanah pada umunya dimulai dengan pengamatan
bor, minipit atau profil tanah daerah sekelilingnya. Profil tanah adalah irisan
penampang tegak sepanjang tubuh tanah yang menunjukkan susunan
horison sampai ke bahan induk. Horison tanah adalah lapisan-lapisan
tanah yang terbentuk karena hasil dari proses pembentukan tanah. Profil
tanah terdiri dari beberapa horison tanah yang kurang lebih sejajar dengan
permukaan tanah dan dibedakan satu sama lain atas dasar warna, struktur,
tekstur, konsistensi, pori, kondisi perakaran, sifat-sifat kimia, susunan
mineral dan lain sebagainya.
Tingkat perkembangan tanah dapat dinyatakan berdasarkan susunan
lapisan atau horison. Tanah belum berkembang (tanah muda) biasanya
hanya memiliki horison A dan C. Tanah sedang berkembang (tanah dewasa)
biasanya terdiri dari horison A, B dan C, sedangkan tanah yang telah
mengalami perkembangan lanjut (tanah tua) umumnya memiliki horison
yang lengkap ditandai dengan adanya horison atau lapisan
pencucian/penimbunan liat (A, E, B, dan C).
Pengamatan tanah di lapangan bertujuan untuk memperoleh data
sifat-sifat morfologi tanah dan penyebarannya. Dalam kaitannya dengan
jenis data sifat-sifat morfologi apa saja yang ingin diketahui, tergantung dari
jenis pengamatannya. Untuk itu, dikenal tiga jenis pengamatan tanah, yaitu
dengan cara: (a) melakukan pemboran, b) pembuatan minipit, dan (c)
pembuatan penampang (profil) tanah lengkap.
B. Tujuan
1. Mampu menjelaskan sifat morfologi tanah yang menyusun tubuh
tanah
2. Mampu menjelaskan perbedaan sifat morfologi tanah antar lapisan
pada suatu profil tanah.
Jumlah bulan
kering
C= x 100%
Jumlah bulan
basah
Dimana bulan kering = jumlah hujan <60 cm/bulan dan bulan basah = jumlah hujan > 100
cm/bulan. Berdasarkan nilai Q, curah hujan dibagi dalam 8 tipe yaitu A, B, C, D, E, F, G, dan
H.
Zone agroklimat : sebutkan zon agroklimat menurut Oldeman et al. atau sistem lain.
Vegetasi : sebutkan tipe komunitas vegetasi (seperti hutan primer, hutan
sekunder, padang rumput, belukar, dll) dan jenis vegetasi alami
baik dominan maupun spesifik.
Seri : merupakan nama dari tanah. Dapat tidaknya diisi tergantung dari
tipe survei (survei skala besar seperti survei detail atau intensif).
Fase : merupakan segala sifat tanah atau faktor alam yang mempengaruhi
penggunaan tanah dan pertumbuhan tanaman. Biasanya
merupakan sifat atau corak tambahan suatu satuan tanah dalam
kategori klasifikasi. Fase dapat juga berupa faktor penghambat
(misalnya relief, lereng, lapisan konkresi, adanya batuan) atau
faktor bahaya (misalnya banjir, kekeringan, keracunan, salinitas,
tinggi muka air tanah, pengkerutan atau erosi).
Tanda satuan peta : merupakan tanda satuan peta pada tanah menurut system
klasifikasi yang tanah digunakan. Di lapangan dilakukan penetapan
sementara nama satuan peta tanah, berdasarkan corak dan ciri
Batu besar
Sedikit : batu besar atau batuan induk muncul tersebar di permukaan
dengan jarak 35-100 m dan menutupi < 10 persen permukaan.
Agak mengganggu pengolahan tanah.
Sedang : batu besar atau batuan induk tersebar di permukaan dengan jarak
35-100 m dan menutupi 10-25 persen permukaan. Sangat
mengganggu terhadap pengolahan tanah.
Banyak : batu besar atau batuan induk tersebar di permukaan dengan jarak
kurang dari 10 m dan menutupi lebih dari 25 persen permukaan.
Tanah hampir tidak dapat diolah lagi.
Erosi : merupakan hilangnya lapisan tanah yang telah terjadi, dinyatakan
menurut jenis dan tingkatannya.
A. DASAR TEORI
Sistem warna Munsell menggunakan tiga elem warna yaitu hue, value
dan chroma. Notasi warna ditulis sebagai hue, value/chroma (misallnya 5Y
6/3) (Soil Science Division Staff, 2017).
Hue adalah ukuran komposisi cahaya berwarna yang mencapai mata.
Sistem Munsell didasarkan pada lima warna utama : merah (R), Kuning (Y),
Hijau (G), Biru (B) dan Ungu (P). Lima warna antara mewakili titik tengah
antara setiap pasangan utama melengkapi 10 nama rona utama yang
digunakan untuk menggambarkan notasi. Warna antara berwarna kuning-
merah (YR), hijau-kuning (GY), biru-hijau (BG), ungu-biru (PB) dan merah-
ungu (RP).
Value menunjukkan tingkat terang atau gelapny warna berhubungan
dengan skala abu-abu netral. Pada skala abu-abu netral (achromatic) nilai
meluas dari hitam murni (0) sampai putih murni 10). Notasi nilai adalah
ukuran jumlah cahaya yang mencapai mata di bawah standar kondisi
pencahayaan. Abu-abu dianggap sekitar setengah jalan antara hitam dan
putih dan memiliki nilai notasi 5. Jumlah sebenarnya cahaya yang mencapai
mata berhubungan secara logaritmik dengan nilai warna. Lebih ringan warna
ditunjukkan dengan angka antara 5 dan 10; warna yang lebih gelap
ditunjukkan dengan angka 5 sampai 0. Nilai ini dapat ditentukan untuk
achromatic (yaitu, tidak memiliki rona dan kroma 0) atau kromatik (yaitu
memiliki semua tiga kondisi komponenrona dan kroma). Demikian, kartu
grafik warna tanah memiliki rangkaian chip yang disusun secara vertical
untuk menunjukkan langkah yang sama dari nuansa paling gelap dari rona
itu.
Chroma adalah kemurnian relative atau kekuatan warna spectral.
Menunjukkan derajat kejenuhan abu-abu netral dengan warna spectral skala
krima untuk tanah meluas dari 0 (untuk warna netral) sampai 8 (untuk warna
B. TUJUAN
Alat yang digunakan meliputi buku Munsell Soil Colour Chart, wadah
aluminium dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan yaitu aquades dan
sampel tanah.
D. PROSEDUR KERJA
1. Ambil bongkah tanah dengan permukaan yang asli. Jika tanah dalam
keadaan kering dapat dibasahkan untuk memperoleh permukaan tanah
yang lembab/asli.
2. Bandingkan warna tanah dengan warna-warna pada Munsell Soil Colour
Chart.
3. Catat hue, value dan chrome. Jika ada bercak dan konkresi tentukan juga
warnanya.
4. Lakukan pengamatan serupa (bongkah-bongkah) untuk tanah dalam
keadaan lembab dan basah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan warna tanah
yaitu:
A. DASAR TEORI
Peds pada dasarnya adalah bentuk dan paling stabil ukuran yang
banyak proses dalam cakrawala dapat membuat. Jika potongan-potongan
itu (peds) adalah yang paling ukuran dan bentuk yang stabil dan jika cukup
pedogenik lem tersedia, jenis ped yang akan menjadi yang dominan di
cakrawala. Menentang ini alami agregasi adalah kekuatan yang
mematahkan peds terpisah, sebagian besar yang menurun intensitasnya
kedalaman. Karena alasan itu, ukuran ped umumnya meningkat dengan
kedalaman, dan pada kedalaman tanah bisa tidak berstruktur atau masif,
atau paling tidak mereka mungkin hanya memiliki struktur geologis yang
diturunkan (Schaetzel and Anderson, 2005).
D. PROSEDUR KERJA
A. DASAR TEORI
B. TUJUAN
1. Mampu menjelaskan proses permeabilitas tanah dan faktor-faktor
yang mempengaruhi baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
2. Mampu menjelaskan perbedaan permeabilitas tanah antar lapisan
pada suatu profil tanah.
3. Mampu menjelaskan perbedaan permeabilitas tanah pada berbagai
penggunaan lahan berbeda.
4. Mampu menjelaskan hubungan dan pengaruh permeabilitas tanah
terhadap sifat tanah lainnya.
D. PROSEDUR KERJA
A. DASAR TEORI
Infiltrasi dapat dibagi dalam dua macam yaitu infiltrasi vertical dan
infiltrasi horizontal. Dalam infiltrasi vertical, gerakan air disebabakan oleh
hisapan matriks dan gradient gaya gravitasi, seedangkan dalam infiltrasi
horizontal, gerakan air hanya disebabkan oleh hisapan matriks, gaya
gravitasi hamper sama dengan nol.
Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air kedalam tanah, umunya (tetapi
tidak mesti) melalui permukaan dan secara vertical. Perkolasi adalah
peristiwa bergeraknya air ke bawah dalam profil tanah. Laju infiltrasi adalah
banyaknya air persatuan waktu yang masuk melalui permukaan tanah. Laju
maksimum air dapat masuk ke dalam tanah pada suatu saat disebut
kapasitas infiltrasi.
Kapasitas infiltrasi berbeda-beda menurut kondisi tanah. Pada tanah
yang sama kapasitas infiltrasi itu berbeda-beda menurut kondisi tanah. Pada
tanah yang sama kapasitas infiltrasi itu berbeda-beda, tergantung dari
kondisi permukaan tanah, struktur tanah, tumbuh-tumbuhan, suhu, dal lain-
lain. Selain intensitas curah hujan, infiltrasi berubah-ubah karena dipengaruhi
oleh kelembaban tanah dan udara yang terdapat dalam tanah.
Laju infiltrasi ditentukan oleh besarnya kapasitas infiltrasi dan laju
penediaan air. Selama intensitas hujan lebi kecil dari kapasitas infiltrasi,
maka laju infiltrasi sama dengan intensitas hujan. Jika intensitas hujan
melampaui kapasitas infiltrasi maka terjadilah genangan air di atas
permukaan tanah atau aliran permukaan.
Perkolasi terjadi pada saat air mempunyai desakan atau pada waktu
tegangannya lebih kecil dari kira-kira ½ atmosfer. Perkolasi merupakan
faktor penting dalam perkembangan (pembentukan) tanah serta dalam
pengelolaan tanah. Perkolasi menyebabkan berpindahnya garam-garam
terlarut yang akan menimbun pada permukaan tanah, sebaliknya perkolasi
B. TUJUAN
1. Mampu menjelaskan proses laju infiltrasi dan perkolasi tanah dan
factor-faktor yang mempengaruhi baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
2. Mampu menjelaskan perbedaan laju infiltrasi dan perkolasi tanah
antar lapisan pada suatu profil tanah.
3. Mampu menjelaskan perbedaan laju infiltrasi dan perkolasi tanah
tanah pada berbagai penggunaan lahan berbeda.
4. Mampu menjelaskan hubungan dan pengaruh laju infiltrasi dan
perkolasi tanah tanah terhadap sifat tanah lainnya.
D. PROSEDUR KERJA
E. DASAR TEORI
F. TUJUAN
1. Mampu menjelaskan proses pembentukan berat volume tanah dan
factor-faktor yang mempengaruhi baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
2. Mampu menjelaskan perbedaan berat volume tanah antar lapisan
pada suatu profil tanah.
3. Mampu menjelaskan perbedaan berat volume tanah pada berbagai
penggunaan lahan berbeda.
4. Mampu menjelaskan hubungan dan pengaruh berat volume tanah
terhadap sifat tanah lainnya.
A. DASAR TEORI
Agregat tanah adalah unit sekunder atau butiran yang terdiri dari
berbagai partikel tanah yang disatukan oleh berbagai zat organik, klei,
dan/atau silika. Pembentukan agregat terjadi melalui beberapa cara dan
dapat dikelompokkan dalam tingkat ukuran yaitu makroagregat (> 250 μm)
dan mikroagregat (< 250 μm). Makroagregat terdiri dari kompleks klei, kation
polivalen dan molekul organik (Kl-P-MO) dimana klei terikat dengan molekul
organik oleh kation polivalen. Partikel Kl-P-MO dan (Kl-P-MO)x(keduanya
berdiameter < 2 μm) membentuk mikroagregat ((Kl-P-MO)x)yyang
diameternya < 250 μm.
Agregat berdiameter < 2 μm. Agregat ini merupakan flokulasi dari
kumpulan individual klei yang membentuk masa yang sangat halus. Klei
disatukan oleh gaya-gaya Van der Waal, ikatan hidrogen dan ikatan
Coloumb. Agregat berdiameter 2-20 μm. Agregat-agregat yang berdiameter
2-20 μm terdiri dari partikel-partikel yang berdiameter< 2 μm yang terikat
bersama-sama sangat kuat oleh bahan organik persisten dan tidak dapat
terganggu oleh praktik pertanian. Partikel-partikel yang berdiameter 2-20 μm
merupakan partikel yang terdiri dari partikel-partikel berdiameter <2 μm yang
terikat dengan kuat.
Agregat berdiameter 20-250 μm. Agregat-agregat ini sebagian besar
terdiri dari partikel-partikel berdiameter 2-20 μm yang terikat bersama oleh
berbagai penyemen yang termasuk kedalam bahan organik persisten,
kristalin oksida dan aluminosilikat.Lebih dari 70% dari agregat adalah
berdiameter 20-250 μm. Agregat ini sangat stabil bukan hanya karena
ukurannya yang kecil, tapi juga karena agregat tersebut mengandung agen-
agen pengikat. Agregat ini termasuk ke dalam mikroagregat ((Kl-P-MO)x)y.
Agregat berdiameter > 2000 μm. Agregat yang berdiameter >2000 μm terdiri
dari agregat-agregat dan partikel-partikel yang disatukan oleh akar dan hifa.
B. TUJUAN
1. Mampu menjelaskan proses pembentukan kemantapan agregat tanah
dan faktor-faktor yang mempengaruhi baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
2. Mampu menjelaskan perbedaan kemantapan agregat tanah antar
lapisan pada suatu profil tanah.
3. Mampu menjelaskan perbedaan kemantapan agregat tanah pada
berbagai penggunaan lahan berbeda.
4. Mampu menjelaskan hubungan dan pengaruh kemantapan agregat
tanah terhadap sifat tanah lainnya.
D. PROSEDUR KERJA
Metode yang digunakan untuk menentukan stabilitas agregat dengan
metode ayakan kering-basah. Metode ayakan kering-basah merupakan
suatu cara untuk menetapkan kemantapan agregat secara kuantitatif di
laboratorium. Dasar metode ini adalah mencari perbedaan rata-rata berat
diameter agregat pada pengayakan kering-basah.
1. Pengayakan Kering
Contoh tanah dengan agregat utuh dikering udarakan, lalu ditimbang
kurang lebih 500 gram. Selanjutnya contoh tanah ditaruh di atas satu set
ayakan bertingkat dengan diameter berturut- turut dari atas ke bawah 8
mm; 4,75 mm; 2,83 mm; 2 mm; 1 mm; 0,5 mm. Berikutnya contoh tanah
ditumbuk dengan anak lumpang (alu kecil) sampai semua lolos ayakan 8
mm. Kemudian ayakan tersebut diayunkan dengan tangan 5 kali.
Masing-masing fraksi agregat di setiap ayakan ditimbang, kemudian
Total (A + B + C + D + E + F) = G
Total (D + E + F) =H
1) Agihan (sebaran) Ukuran Agregat: Agihan agregat dapat dinyatakan
dalam persen berat, misal: agregat ukuran 6,40 mm = F/G x 100 % =
...%
2) Rerata Berat Diameter (RBD)
Nilai RBD menggambarkan dominansi agregat ukuran tertentu. RBD
dihitung hanya untuk agregat ukuran > 2 mm, dengan urutan sebagai
berikut:
a. Hitung persentase agregat ukuran > 2 mm :
D/H x 100% = X; E/H x 100% = Y; F/H x 100% = Z
b. Hasil pada a dikalikan dengan rerata diameter dan dijumlahkan
dan dibagi dengan 100, seperti pada persamaan:
RBD (g.mm) = [(X x 2,4) + (Y x 3,8) + (Z x 6,4)]/100
2. Pengayakan Basah
Agregat-agregat yang diperoleh dari pengayakan kering, kecuali agregat
lebih kecil dari 2 mm, ditimbang dan masing-masing diletakan dalam
mangkuk kecil (cawan). Banyaknya disesuaikan dengan perbandingan
ketiga fraksi agregat tersebut dan totalnya harus 100 gram. Kemudian
contoh tanah dibasahi menggunakan pipet atau sprayer sampai pada
kondisi kapasitas lapang dan biarkan selama 1 malam. Kemudian tiap-
tiap agregat dipindahkan dari mangkuk (cawan) ke satu set ayakan
bertingkat dengan diameter berturut-turut dari atas ke bawah 4,76 mm;
2,83 mm; 2 mm; 1 mm; 0,5 mm; dan 0,279 mm sebagai berikut:
A. DASAR TEORI
Alat yang digunakan adalah Piala gelas 800 ml, Penyaring Berkefeld,
Ayakan 50 mikron, Gelas ukur 500 ml, Pipet 20 ml, Pinggan aluminium,
Dispenser 50 ml, Gelas ukur 200 ml, Stop watch, Oven berkipas, Pemanas
listrik, Neraca analitik ketelitian empat desimal. Bahan yang digunakan
adalah contoh tanah kering udara (2 mm) dan aquades serta bahan kimia
lain untuk analisis tekstur di laboratorium. H2O2 30%, H2O2 10% (H2O2
30% diencerkan tiga kali dengan air bebas ion), HCl 2N (Encerkan 170 ml
HCl 37% teknis dengan air bebas ion dan diimpitkan hingga 1 l), Larutan
Na4P2O7 4% (Larutkan 40 g Na4P2O7.10 H2O dengan H2O dan diimpitkan
hingga 1 l).
D. PROSEDUR KERJA
Pemisahan pasir
Suspensi tanah yang telah diberi peptisator diayak dengan ayakan
50 mikron sambil dicuci dengan air bebas ion. Filtrat ditampung dalam
silinder 500 ml untuk pemisahan debu dan liat. Butiran yang tertahan
ayakan dipindahkan ke dalam pinggan aluminium yang telah diketahui
bobotnya dengan air bebas ion menggunakan botol semprot. Keringkan
Perhitungan
Fraksi pasir = Ag
Fraksi debu = 25 (B - C) g
Fraksi liat = 25 (C - 0,0095) g
Jumlah fraksi = A + 25 (B - 0,0095) g
Keterangan
A = berat pasir
B = berat debu + liat + peptisator
C = berat liat + peptisator
100 = konversi ke %
A. DASAR TEORI
Potensi mengembang (bila basah) dan mengkerut (bila kering) dari
suatu tanah adalah merupakan salah satu dari sekian banyak sifat teknik dari
tanah. Hal ini dihubungkan dengan tipe dan jumlah liat. Saat mengembang
dan mengkerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat
montmorilonit yang tinggi.
Potensi mengembng dan mengkerut merupakan suatu ukuran
perubahan volume dengan pentjenuhan air dan pengringan. Besarnya
pengembangan dan pengkerutan tanah dinyatakan sebagai koefisien
ekstansibilitas linear (COLE = Coeficient Linear Extansibility).
Apabila nilai COLE melebihi 0,09 suatu tanda penjenuhan yang nyata
dapat diharapkan, berarti kandungan montmorilonit tinggi. Sedangkan
apabila lebih besar 0,03 diperoleh smectit yatitu menggantikan montmorilonit
sebagai nama grup untuk perluasan liat 2 : 1 dengan kapasitas tukar yan
tinggi, sifat-sifat perluasan maksimum dan ukuran partikel yang sangat kecil,
berarti di dalam tanah ditemukan mineral liat montmorilonit yang cukup.
B. TUJUAN
1. Mampu menjelaskan proses pembentukan Nilai COLE tanah dan
faktor-faktor yang mempengaruhi baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
2. Mampu menjelaskan perbedaan Nilai COLE tanah antar lapisan pada
suatu profil tanah.
3. Mampu menjelaskan perbedaan Nilai COLE tanah pada berbagai
penggunaan lahan berbeda.
4. Mampu menjelaskan hubungan dan pengaruh Nilai COLE tanah
terhadap sifat tanah lainnya.
D. PROSEDUR KERJA
Abdullah T.S., 1998. Pedoman Teknik Survei Tanah dan Evaluasi Lahan.
Jurusan Tanah IPB, Bogor.
Buckman, H.O. dan N.C. Brady, 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara,
Jakarta.
Foth, H.D., 1991. Dasar-dasar Ilmu Tanah Edisi Ketujuh. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Rachim, D.A. dan Suwardi, 2002. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan
Tanah IPB, Bogor.
Sitorus, S.R.P., 1986. Survei Tanah dan Penggunaan Lahan. Jurusan Tanah
IPB, Bogor.
Soepardi, G., 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Faperta IPB, Bogor.
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA TANAH
Rustam
(D1B105001)
Kelompok I
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Praktikum :
Jurusan/Prodi :
Kelompok :
Nama Lengkap :
No. Stambuk :
(………………….) (…………………….)
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Catatan :
- Laporan Mingguan Terdiri Dari Sampul, Pengesahan dan Isi Laporan
- Jarak Antara BAB dan Sub Bab = 2,5 Spasi
- Jarak Antara Sub Bab dengan Baris Pertama Paragraf = 2 Spasi
- Jarak Antara Baris dalam Paragraf = 1,5 Spasi
- Jarak Antara Baris Terakhir Paragraf dengan Sub Bab = 2 Spasi
- Tipe Huruf Times New Roman
- Ukuran Huruf 12
- Ukuran Bab 14 Bold