Anda di halaman 1dari 59

PENUNTUN PRAKTIKUM

FISIKA TANAH

Oleh :
Dr. Ir. Hj. Sitti Leomo, M.Si
Resman, SP.,MP
La Ode Rustam, SP.,M.Sc

JURUSAN/PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 1


BIODATA PRAKTIKAN

FOTO 4 X 6

Nama :

Nomor Stambuk :

Tempat, Tanggal Lahir :

Alamat :

Asal :

Asal Sekolah :

No. Telp/Hp :

Email/FB/Twitter :

Motto Hidup :

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 2


DAFTAR HADIR PRAKTIKAN

Praktikum Paraf
Tanggal Materi
Ke Praktikan Asisten

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 3


PERATURAN PRAKTIKUM

1. Praktikan diwajibkan datang untuk melaksanakan praktikum sesuai


dengan jadwal yang ditetapkan.
2. Praktikan wajib membawa buku penuntun praktikum saat kegiatan
praktikum.
3. Praktikan wajib menghadiri kegiatan praktikum sebanyak 100%.
4. Apabila praktikan berhalangan hadir karena suatu alasan maka wajib
meminta izin pada asisten dengan ketentuan sbb:
a. Membawa surat keterangan dari ketua jurusan yang menyatakan
bahwa praktikan berhalangan hadir.
b. Membawa surat keterangan dari dokter jika praktikan sakit.
5. Praktikan harus sudah siap 5 menit sebelum praktikum dimulai. Bagi yang
terlambat diberi toleransi 10 menit dan jika lebih dari 10 menit belum hadir
maka praktikan tidak bisa mengikuti praktikum.
6. Praktikan diwajibkan membawa jas laboratorium jika praktikum diadakan
di laboratorium.
7. Praktikan wajib membawa alat dan bahan yang telah diumumkan
sebelumnya, jika tidak dibawa maka praktikan/ kelompok tersebut tidak
diperkenankan ikut praktikum.
8. Pada saat kegiatan praktikum berlangsung, praktikan wajib menjaga
ketertiban dan ketenangan di ruangan praktikum.
9. Praktikan dilarang keluar masuk ruangan tanpa minta izin terlebih dahulu
dengan asisten.
10. Selesai praktikum bersihkan alat – alat, meja, kursi dan ruangan.
11. Tugas dan laporan praktikum harus diserahkan sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan sebelumnya.
12. Setelah selesai praktikum, praktikan boleh keluar ruangan setelah
diizinkan oleh asisten.
13. Peraturan yang belum diatur di atas akan ditetapkan kemudian hari.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 4


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
DAFTAR ISI 5
PENGAMATAN PROFIL TANAH 6
WARNA TANAH 23
STRUKTUR TANAH 30
PERMEABILITAS TANAH 33
LAJU INFILTRASI 36
PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH 40
KEMANTAPAN AGREGAT TANAH 42
TEKSTUR TANAH 48
PENETAPAN NILAI-COLE 53
DAFTAR PUSTAKA

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 5


I. PENGAMATAN PROFIL TANAH

A. DASAR TEORI
Alasan utama mengapa tanah perlu dipelajari adalah karena di alam
tanah berbeda dari suatu tempat ke tempat yang lain dan perbedaan ini
mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman yang
diusahakan di atasnya. Tanah ditemukan dimana-mana di sekitar kita dan
mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Seluruh umat manusia
secara langsung atau tidak langsung bergantung pada keberadaan tanah.
Penelitian tentang tanah pada umunya dimulai dengan pengamatan
bor, minipit atau profil tanah daerah sekelilingnya. Profil tanah adalah irisan
penampang tegak sepanjang tubuh tanah yang menunjukkan susunan
horison sampai ke bahan induk. Horison tanah adalah lapisan-lapisan
tanah yang terbentuk karena hasil dari proses pembentukan tanah. Profil
tanah terdiri dari beberapa horison tanah yang kurang lebih sejajar dengan
permukaan tanah dan dibedakan satu sama lain atas dasar warna, struktur,
tekstur, konsistensi, pori, kondisi perakaran, sifat-sifat kimia, susunan
mineral dan lain sebagainya.
Tingkat perkembangan tanah dapat dinyatakan berdasarkan susunan
lapisan atau horison. Tanah belum berkembang (tanah muda) biasanya
hanya memiliki horison A dan C. Tanah sedang berkembang (tanah dewasa)
biasanya terdiri dari horison A, B dan C, sedangkan tanah yang telah
mengalami perkembangan lanjut (tanah tua) umumnya memiliki horison
yang lengkap ditandai dengan adanya horison atau lapisan
pencucian/penimbunan liat (A, E, B, dan C).
Pengamatan tanah di lapangan bertujuan untuk memperoleh data
sifat-sifat morfologi tanah dan penyebarannya. Dalam kaitannya dengan
jenis data sifat-sifat morfologi apa saja yang ingin diketahui, tergantung dari
jenis pengamatannya. Untuk itu, dikenal tiga jenis pengamatan tanah, yaitu
dengan cara: (a) melakukan pemboran, b) pembuatan minipit, dan (c)
pembuatan penampang (profil) tanah lengkap.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 6


(a) Pengamatan Pemboran
Pengamatan melalui pemboran diperlukan apabila ingin memperoleh
data sifat-sifat morfologi tanah secara terbatas dan penyebarannya. Dalam
pengamatan pemboran terdapat sifat-sifat morfologi yang tidak dapat
dideskrispi, misalnya struktur tanah, pori-pori, dan batas horison. Hal ini
disebabkan dalam pengamatan pemboran tanah, yang terambil oleh bor
untuk dideskripsi kondisinya sudah terganggu/tertekan dan tidak
mendapatkan potongan penampang yang utuh. Oleh karena itu pengamatan
pemboran biasanya bertujuan untuk pengecekan dalam persiapan
pembuatan dan pengamatan profil atau pengamatan pada tanah yang tidak
memungkinkan dilakukan pembuatan profil, misalnya pada tanah rawa
tergenang atau muka air tanah dangkal, tanah bertekstur pasir lepas, tanah
gambut dalam kondisi tergenang dan fibrik. Pemboran digunakan pula untuk
menambah kedalaman tanah pada penampang minipit hingga dapat
diketahui lapisan-lapisan tanah bawahnya (> 1,25 meter).
Alat bor untuk tanah minral yang lazim digunakan adalah bor tipe
Belgia dengan panjang 1,20 meter. Mata bor dapat mengambil contoh tanah
sedalam 10-20 cm, tergantung kekerasan tanahnya. Oleh sebab itu, interval
kedalaman tanah untuk deskripsi sifat-sifat morfologi dilakukan setiap 10
sampai 20 cm, misalnya 0-10, 10-20, 20-30, 30-50, 50-70 cm dan
seterusnya, tergantung dari variasi perubahan sifat-sifatnya. Hal ini dilakukan
karena sulit memperoleh ketepatan batas yang akurat dalam pengamatan
pemboran. Apabila menghendaki kedalaman lebih dari 125 cm sesuai
dengan control section yang disyaratkan, maka pada bagian atas tanah
dapat digali terlebih dahulu untuk membuat minipit, sehingga pemboran
dapat dilakukan lebih dalam lagi.

(b) Pengamatan Minipit


Minipit dibuat seperti penampang tanah lengkap, namun ukurannya
lebih kecil dan lebih dangkal. Tujuannya untuk mengetahui sifat-sifat
morfologi horison penciri (lapisan bawah) dan penyebaran variasi sifat-sifat
tanah pada suatu daerah yang dipetakan. Tidak ada ketentuan yang pati,

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 7


tetpai biasanya berukuran 0,5 x 0,5 x 0,5 m yang memungkinkan
pengamatan dapat dilakukan dengan baik. Walaupun ukurannya kecil, tetapi
paling tidak surveyor dapat mengamati minipit tersebut dengan baik.
Dibandingkan dengan lubang profil, minipit mempunyai perbedaan dalam
hal kedalamannya yang lebih dangkal, sekitar 0,5 meter. Untuk melengkapi
deskripsi lapisan yang lebih dalam maka dilakukan dengan menambah
pemboran.
Pengamatan dari minipit akan diperoleh data sifat-sifat morfologi yang
kurang lengkap dibandingkan data dari penampang/profil lengkap, karena
lapisan bawah tidak bisa diamati lengkap, misalnya struktur, batas lapisan,
dan knsistensi lembab. Pengamatan minipit diperlukan apabila dalam kondisi
tertentu tidak memungkinkan dibuat pengamatan profil lengkap, misalnya
tanah basah atau pasir yang tidak memungkinkan untuk digali lebih dalam
untuk memperoleh lubang profil yang ideal. Atau untuk mendapatkan lapisan
yang lebih dalam melebihi panjang bor tanah (1,20 m), terutama untuk
mencapai kedalaman control section yang disyaratkan dalam penetapan
klasifikasi tanah-tanah tertentu.
(c) Pengamatan Profil
Jenis pengamatan profil tanah diperlukan untuk pengamatan sifat-sifat
morfologi tanah secara lengkap, karena sisi penampang dapat terlihat
sampai kedalaman 150 cm dengan jelas. Pada kondisi tertentu, pembuatan
profil sulit atau bahkan tidak bisa dilakukan, misalnya tanah basah tergenang
atau muka air tanah dangkal, tekstur tanah terlalu kasar (pasir), gambut
dalam kondisi bukan gambut matang dan subsidence (penurunan). Dalam
kondisi demikian pengamatan profil dapat diganti dengan pemboran atau
dilakukan pengamatan minipit dulu kemudian dilanjutkan dengan pemboran.

B. Tujuan
1. Mampu menjelaskan sifat morfologi tanah yang menyusun tubuh
tanah
2. Mampu menjelaskan perbedaan sifat morfologi tanah antar lapisan
pada suatu profil tanah.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 8


3. Mampu menjelaskan perbedaan sifat morfologi tanah pada berbagai
penggunaan lahan berbeda.
C. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan meliputi cangkul, skop, linggis/patiba, parang, bor
tanah, pisau lapang, meteran, ring sampel, gunting, cutter, pH tester,
kantong kresek, kertas label, karet gelang, islasi besar/lakban dan alat tulis
menulis. Bahan yang digunakan yaitu aquades, pH lakmus, HCl dan H2O2.
D. Prosedur Kerja

Sebelum membuat profil ada beberapa syarat yang harus dipatuhi


dalam menentukan lokasi pengamatan yaitu:

1. Keadaan penampang profil harus masih bersifat alami, solum di


bawah lapisan atas atau lapisan olah belum banyak terganggu oleh
tenaga mekanis luar.
2. Jangan membuat penampang di tempat bekas timbunan pupuk, tanah
galian atau timbunan, bekas bangunan/jalan, kuburan, tempat
sampah atau lainnya untuk mencegah kesalahan pengamatan.
3. Jarak penampang dari saluran air, perumahan, pekarangan, gudang
atau pabrik paling dekat 50 meter.
Ciri-ciri tanah yang tidak alami adalah:

1. Terdapat gumpalan-gumpalan arang, batubata, pecahan gelas, atau


bekas pembakaran, dll.
2. Terdapat lapisan humus di dalam tanah yang sangat berbeda dengan
lapisan humus di atasnya.
3. Terdapat lapisan bawah yang tidak mendatar seperti permukaan
tanahnya.
4. Terdapat lapisan berstruktur dan berkonsistensi sangat berbeda
dengan lapisan di bawahnya, tetapi warna dan tekstrunya sama.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 9


Pemilihan tempat pembuatan penampang tanah dilakukan dengan
cara:

1. Memperhatikan wilayah sekitar untuk mengenal keadaan wilayah


sambil melakukan pemboran untuk mengenal warna tanah, tekstur,
dan perubahan-perubahan yang terjadi, keadaan batuan di dalam dan
di permukaan tanah.
2. Melakukan pemboran sedalam 120 cm di 4-8 tempat berjarak sekitar
100 meter di lokasi/site yang akan dibuat penampang profil untuk
mengecek apakah tanah sudah homogen. Jika 4-8 pemboran
tersebut menunjukkan keadaan tanah yang sama, maka tempat
pembuatan penampang profil sudah cukup representatif.
Dalam membuat profil juga harus memenuhi persyaratan berikut:

1. Lubang penampang harus cukup besar, supaya orang dapat dengan


mudah duduk/bediri di dalamnya sehingga pengamatan dapat
dilaksanakan dengan sempurna.
2. Ukuran penampang (panjang x lebar x dalam) kira-kira 1,5x1,5x1,5 m
atau 2x1x1,5 m (sampai mencapai batuan induk tanah). Untuk tanah
berat/dangkal ukuran penampang dapat diperkecil.
3. Penampang pengamatan dipilih lubang penampang yang dapat sinar
matahri. Pada tempat miring, bidang pengamatan dapat dipilih di sis
teratas.
4. Tanah galian tidak boleh ditimbun di atas sisi penampang
pengamatan.
Sambil dilakukan pembuatan profil, dapat dicatat kondisi eksternal
profil berupa: ketinggian tempat, kelerengan, cuaca, bentuk wilayah,
fisiografi, bahan induk, formasi geologi, batuan permukaan, singkapan
batuan, penggunaan lahan, vegetasi, ancaman banjir, gejala erosi, dan
drainase.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 10


Adapun cara pengamatan penampang profil tanah adalah sebagai
berikut:

1. Sambil memperhatikan perbedaan warna, tekstur, konsistensi, dapat


ditarik batas-batas lapisan sebagai tahap pertama (jika warna dan
tekstur sama maka perbedaan struktur, konsistensi dan kandungan
bahan kasar dapat digunakan untuk menentukan batas lapisan tahap
kedua).
2. Tiap lapisan/horison diberi nomor/kode berturut-turut dari atas ke
bawah kemudian dilakukan deskripsi dengan mengukur kedalaman
masing-masing lapisan, menemukan warna, tekstur, struktur, pori,
konsistensi, karatan, pH, serta kondisi perakaran.
3. Kemudian lakukan pengamatan penampang secara keseluruhan
untuk menentukan tingkat perkembangan tanah berdasarkan jumlah
lapisan/horison. Tentukan pula kdalaman solum, top soil, sub soil,
kedalaman efektif, dan kedalaman tanah.
4. Berikut penjelasan pendeskripsian profil.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 11


PEDOMAN DESKRIPSI PENGAMATAN TANAH DI LAPANGAN

A. Pencatatan Lokasi (Karakteristik Eksternal Profil)


Petunjuk pencatatan keterangan tentang lokasi ini diuraikan dengan mengikuti urutan-urutan
yang terdapat pada halaman depan kartu deskripsi profil.
Pemeta : merupakan nama penyurvei atau orang yang mengamati tanah.
Nomor lapang : merupakan nomor urut atau kode profil yang biasanya merupakan
kombinasi nama sandi penyurvei dengan nomor urut profil yang
diamatinya.
Tanggal : merupakan tanggal pada hari pengamatan dan pengambilan contoh
tanah.
Lembaran peta : merupakan nomor peta lapang dan/atau foto udara yang
digunakan.
Kabupaten : sebutlah nama kabupatennya.
Kecamatan : sebutlah nama kecamatannya.
Desa/Kelurahan : nama desa/kelurahan tempat pengambilan profil.
Tempat : sebutlah nama bidang lahan tersebut, serta petunjuk singkat
tentang posisi yang tepat penampang tanah dan dua tempat yang
mudah dikenali.
Tinggi dpl : ketinggian lokasi dari permukaan laut, dalam meter.
Cuaca : keadaan cuaca (misalnya hujan, mendung, cerah dan panas) pada
saat pengamatan penampang dan pengambilan contoh, yang
terkini dan keadaan cuaca sekarang dan sehari sebelumnya.
Iklim : faktor iklim yang penting dalam proses pembentukan tanah adalah
curah hujan, suhu, kelembaban udara dan angin.
Tipe (Koppen) : tipe iklim yang digunakan adalah tipe iklim Koppen yang merupakan
gabungan antara curah hujan dan suhu. Klasifikasi iklim menurut
Koppen terdiri dari 5 tipe yaitu A, B, C, D dan E.
Curah hujan : sebutkan jumlah curah hujan rata-rata tahunan.
Bulan-bulan kering : sebutkan jumlah bulan kering per tahun.
Tipe : tipe curah hujan yang umum digunakan adalah tipe menurut
Schmidt dan (Scmidt/Ferguson) Ferguson berdasarkan rumus:

Jumlah bulan
kering
C= x 100%
Jumlah bulan
basah
Dimana bulan kering = jumlah hujan <60 cm/bulan dan bulan basah = jumlah hujan > 100
cm/bulan. Berdasarkan nilai Q, curah hujan dibagi dalam 8 tipe yaitu A, B, C, D, E, F, G, dan
H.

Zone agroklimat : sebutkan zon agroklimat menurut Oldeman et al. atau sistem lain.
Vegetasi : sebutkan tipe komunitas vegetasi (seperti hutan primer, hutan
sekunder, padang rumput, belukar, dll) dan jenis vegetasi alami
baik dominan maupun spesifik.
Seri : merupakan nama dari tanah. Dapat tidaknya diisi tergantung dari
tipe survei (survei skala besar seperti survei detail atau intensif).
Fase : merupakan segala sifat tanah atau faktor alam yang mempengaruhi
penggunaan tanah dan pertumbuhan tanaman. Biasanya
merupakan sifat atau corak tambahan suatu satuan tanah dalam
kategori klasifikasi. Fase dapat juga berupa faktor penghambat
(misalnya relief, lereng, lapisan konkresi, adanya batuan) atau
faktor bahaya (misalnya banjir, kekeringan, keracunan, salinitas,
tinggi muka air tanah, pengkerutan atau erosi).
Tanda satuan peta : merupakan tanda satuan peta pada tanah menurut system
klasifikasi yang tanah digunakan. Di lapangan dilakukan penetapan
sementara nama satuan peta tanah, berdasarkan corak dan ciri

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 12


profil tanah. Tanda akhir satuan peta tanah ditetapkan kemudian
setelah dilakukan Pengklasifikasian berdasarkan data morfologi
profil di lapangan dan data hasil analisis tanah di laboratorium.
Fisiografi/Landform : merupakan bentuk permukaan wilayah ditinjau dari faktor dan
proses pembentukannya.
Bahan induk : ditentukan jenis dan macamnya. Bahan induk dibagi dalam 5 jenis
batuan beku, batuan endapan, batuan metamorf, bahan alluvial dan
bahan organik. Sedapat mungkin disebutkan jenis batuan atau
bahan induknya.
Formasi geologi : sebutkan formasi geologi daerah berdasarkan keterangan yang
dapat diperoleh dari peta geologi.
Relief makro : atau relief wilayah menguraikan secara ringkas bentuk permukaan
wilayah ditinjau dari lereng dan perbedaan tinggi.
Relief mikro : menguraikan keadaan dan frekuensi bentukan-bentukan tertentu
seperti tanggul, bukit rayap, erosi alur, teras, hummocks atau
mounds, dsb.
Lereng : merupakan sudut yang dibentuk oleh permukaan lahan dengan
bidang horizontal (true slope) dinyatakan dalam persen, baik
sebagai lereng tunggal atau sebagai lereng berganda:

Lereng Tunggal Keterangan Simbol


0–3% Datar A
3–8% Agak landai B
8–15% Landai C
15–30% Agak curam D
30–50% Curam E
50–100% Sangat curam F
100–150% Terjal G
Lebih dari 150% Sangat terjal G

Lereng Ganda Keterangan


Lereng I Lereng II
0–1% 1–3% Datar
3–5% 5–8% Berombak
8–10% 10–15% Bergelombang
15–20% 20–30% Berbukit
30–40% 40–50% Curam
50–70% 70–100% Sangat curam
100–150% 125–150% Terjal
Lebih dari 150% Lebih dari 150% Sangat terjal

Bentuk lereng : merupakan bentuk lereng dinyatakan sebagai: garis lurus,


cembung, cekung, (slope form) cembung-cekung.
Panjang lereng : merupakan panjang daerah dengan lereng yang sama,
dinyatakandalam meter.dalam meter.
Posisi : merupakan arah kemiringan lereng ditentukan dari tempat tinggi ke
tempat rendah, dinyatakan dengan arah mata angin.
Drainase : menunjukkan kecepatan meresapnya air ke dalam tanah. Kelas
drainase ditentukan terakhir setelah penetapan-penetapan drainase
permukaan, drainase dalam, permeabilitas, glei, air tanah dan
lembab tanah, sehingga disajikan setelah uraian tentang hal-hal
tersebut.
Drainase Permukaan
Sangat cepat : air hujan yang jatuh terus mengalir di permukaan dan sangat sedikit
yang meresap ke dalam penampang tanah.
Cepat : sebagian besar air hujan yang jatuh mengalir di permukaan dan
hanya sebagian kecil meresap ke dalam penampang tanah.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 13


Sedang : air hujan yang jatuh untuk sementara berada di permukaan atau
meresap ke dalam penampang tanah. Merupakan kandungan air
optimum bagi tanaman.
Lambat : sebagian besar dari air hujan yang jatuh tergenang di permukaan,
kemudian secara perlahan-lahan meresap ke dalam penampang
atau menguap.
Sangat lambat : hampir seluruh air tergenang di permukaan dan secara perlahan
sekali meresap ke dalam penampang atau menguap.
Tergenang : tidak ada air yang mengalir di permukaan dan seluruhnya
tergenang.

Drainase di dalam (menunjukkan perembesen kelebihan air dalam penampang tanah).


Sangat cepat : perembesan sangat cepat disebabkan tanah sangat berpori dan
tidak pernah jenuh air.
Cepat : perembesan cepat, dan jenuh air kalau jumlah air yang masuk ke
dalam penampang cukup banyak. Biasanya tidak mempunyai
karatan.
Sedang : penampang tanah dapat jenuh air tetapi tidak mengganggu
perakaran. Gejala reduksi mungkin terlihat pada horison B bagian
bawah kedalaman 80-120 cm.
Lambat : dalam beberapa jam dapat jenuh air sampai daerah perakaran yang
kadang dapat merusak akar. Karatan terdapat mulai pada lapisan
atas bagian bawah (horizon A0 atau lapisan bawah bagian atas
(horison B).
Sangat lambat : jenuh air dalam beberapa bulan sehingga mengganggu
pertumbuhan banyak tanaman. Karatan terdapat mulai lapisan olah
(horison Ap).
Terhenti : tidak ada perembesan air, permukaan air tanah tinggi, biasanya
substrat berupa batuan pejal.
Permeabilitas : ditentukan dengan jalan menghitung kedalaman perembesan air
pada sejumlah berat tanah tertentu dalam keadaan jenuh air dalam
satu jam (cm/jam).
Sangat cepat : lebih dari 25,0 cm/jam
Cepat : 12,5–25,0 cm/jam
Agak cepat : 6,5–12,5 cm/jam
Sedang : 2,0–6,5 cm/jam
Agak lambat : 0,5–2,0 cm/jam
Lambat : 0,1–0,5 cm/jam
Sangat lambat : kurang dari 0,1 cm/jam
Glei : merupakan petunjuk terhadap proses reduksi yang telah lanjut.
Lapisan glei dapat berupa lapisan tunis, berombak atau miring.
Dalamnya glei diukur dari permukaan tanah, dinyatakan dalam cm.
Air tanah/seepage/ : kedalaman muka air tanah diukur dari permukaan tanah (cm).
selain itu perlu genangan/banjir dicatat keterangan tentang
seepage, adanya genangan serta ketinggiannya dan keterangan
tentang banjir.
Kelas drainase : merupakan hasil penilaian secara keseluruhan drainase
permukaan, drainase di dalam. Permeabilitas, glei, air tanah, dan
lembab tanah.
Pada tanah lahan kering (bukan sawah), pembagian kelas drainase adalah:
Sangat cepat : air sangat mudah lepas dari massa tanah. Terdapat pada tanah
dangkal sangat berpori, bertekstur kasar, di daerah berbukit atau
berlereng.
Cepat : air mudah lepas dari massa tanah. Biasanya terdapat pada tanah
bertekstur kasar dan sangat berpori di daerah melandai.
Agak cepat : Air mudah meresap ke dalam penampang tetapi massa tanah tidak
pernah jenuh air hanya dalam keadaan lembab, dijumpai sedikit

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 14


karatan di horison B bagian bawah atau horison C. Terdapat di
daerah melandai berombak.
Sedang (kelas 3) : air ditahan dalam massa tanah, sehingga untuk sementara waktu
penampang terlihat basah. Terdapat karatan di bagian bawah
horiosn B (kedalaman sekitar 80-120 cm). terdapat di daerah datar
yang agak cekung.
Agak terhambat : air lambat terlepas dari masa tanah, sehingga penampang sering
kali dalam (kelas 4) keadaan basah. Terdapat karatan di horison B
1 bagian atas (kedalaman antara 50-80 cm). terdapat di daerah
datar yang agak cekung.
Terhambat : massa tanah sukar melepaskan air. Terdapat karatan di horison A
dan/atau (kelas 5) horison B (kedalaman antara 0-50 cm). terdapat
di daerah lembah depresi.
Sangat terhambat : seluruh penampang tanah dalam keadaan tereduksi. Biasanya
teredapat di (kelas 6) daerah lembah atau depresi.
Pada tanah-tanah sawah, pembagian kelas drainase adalah sebagai berikut:
Sedang (kelas 3) : air mudah meresap ke dalam solum, tetapi massatanah tidak
pernah jenuh, hanya dalam keadaan lembab. Karatan besi dan/atau
mangan dan gejala reduksi hanya terdapat sedikit di lapisan atas
kurang dari setengah penampang.
Agak terhambat : air ditahan oleh massa tanah, sehingga penampang sering terlihat
basah. (kelas 4) Karatan besi dan/atau mangan dan gejala reduksi
air sawah terdapat di seluruh penampang.
Terhambat : air lambat terlepas dari massa tanah. Karatan besi dan/atau
mangan mulai (kelas 5) terlihat di lapisan olah horison Ap. Gejala
reduksi air sawah hanya terjadi di bagian atas. Kurang lebih
setengah dari penampang direduksi oleh air tanah.
Sangat terhambat : seluruh penampang sama sekali tereduksi. Karatan besi dan/atau
mangan (kelas 6) sedikit. Biasanya terdapat di daerah lembah atau
depresi.
Keadaan batu : menunjukkan proporsi relatif dari batu-batuan di atas permukaan
atau dalam penampang tanah. Menurut ukurannya dibedakan atas
batu kecil (berukuran diameter < 30 cm) dan batu besar
(berdiameter > 30 cm).
Batu Kecil
Sedikit : hingga satu persen menutupi permukaan, tersebar pada jarak 10-
30 cm. Dapat mengganggu pengolahan tanah.
Sedang : satu sampai tiga persen menutupi permukaan, tersebar dengan
jarak 0,5-10 m. Sangat mengganggu pengolahan tanah.
Banyak : lebih besar dari tiga persen menutupi permukaan tanah, tersebar
dengan jarak kurang dari 0,5 m. Pengerjaan tanah hampir tidak
dapat dilakukan.

Batu besar
Sedikit : batu besar atau batuan induk muncul tersebar di permukaan
dengan jarak 35-100 m dan menutupi < 10 persen permukaan.
Agak mengganggu pengolahan tanah.
Sedang : batu besar atau batuan induk tersebar di permukaan dengan jarak
35-100 m dan menutupi 10-25 persen permukaan. Sangat
mengganggu terhadap pengolahan tanah.
Banyak : batu besar atau batuan induk tersebar di permukaan dengan jarak
kurang dari 10 m dan menutupi lebih dari 25 persen permukaan.
Tanah hampir tidak dapat diolah lagi.
Erosi : merupakan hilangnya lapisan tanah yang telah terjadi, dinyatakan
menurut jenis dan tingkatannya.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 15


Jenis Erosi
e1 : sebagian kecil tanah bagian atas (horison A) telah tererosi.
e2 : sebagian besar tanah lapisan atas (horison A) telah tererosi.
Lapisan olah (horison Ap) tercampur dengan lapisan di bawahnya
(Horison B atau C).
e3 : semua lapisan atas (horison A) telah tererosi. Pengolahan tanah
telah dilakukan di lapisan bawah (horison B atau C).
e4 : sebagian besar tanah telah tererosi.
Usaha pencegahan : sebutkan tindakan konsevasi/pencegahan erosi yang ada di
lapangan (pembuatan sengkedan, penanaman menurut Kontur,
penterasan, dsb).
Tipe penggunaan : mencakup keterangan tentang bentuk penggunaan lahan seperti
sawah, tegalan, Lahan perkebunan dan sebagainya. Pencatatan
tentang penggunaan lahan meliputi lama penggunaan, jenis
tanaman utama, pola tanam, jenis tanaman lain, bentuk
pengelolaan, jenis pupuk yang diberikan, keterangan tentang hama
dan penyakit, hasil atau produksi, sumber air, dan lain-lain.
Kesesuaian lahan, : menggambarkan kesesuaian lahan dan faktor pembatas yang
dimiliki untuk faktor pembatas suatu pengunaan tertentu. Hal ini
biasanya diisi di kantor.

B. Pencatatan Profil Tanah (Karakteristik Internal Profil)


Seperti halnya pada uraian petunjuk pencatatan lokasi, maka petunjuk pencatatan profil
tanah juga diuraikan dengan mengikuti urut-urutan yang terdapat pada halaman belakang
kartu deskripsi profil.
Nomor lapisan : merupakan nomor urut lapisan mulai dari atas atau dari permukaan
ke bawah, dinyatakan dengan angka Romawi.
Simbol horison : merupakan simbol lapisan atau horison berupa huruf (0, A, B, C, R).
lapisan tanah yang tidak atau belum mengalami proses
pembentukan tanah tidak termasuk horison sehingga hanya diberi
simbol angka Romawi.
Dalam lapisan : merupakan kedalaman lapisan diukur mulai dari lapisan teratas
hingga lapisan terbawah dari profil tanah dinyatakan dalam cm.
Batas lapisan : dinyatakan dalam 2 hal yaitu tingkat kejelasan dan bentk batas
lapisan.(batas topografi)
Tingkat Kejelasan
a = sangat jelas; lebar peralihan < 2 cm.
b = jelas; lebar peralihan 2 sampai 5 cm.
c = berangsur; lebar peralihan 5-12 cm.
d = baur; lebar peralihan > 12 cm.
Bentuk Batas Lapisan
s = rata; lurus teratur.
w = berombak; berbentuk kantong dengan lebar lebih besar dari
dalamnya.
i = tidak teratur; bentuk kantong dengan lebar lebih kecil dari
dalamnya.
b = terputus; batas lapisan tidak bisa disambung dalam satu bidang
datar.
Warna : ditentukan dengan cara membandingkan warna tanah baku dari
Munsell Soil Colour Chart. Warna dinyatakan menurut nama warna
notasi Munsellnya baik warna matriks maupun warna karatannya.
Pada kartu Munsell, warna dinyatakan dalam 3 satuan yaitu Corak
(Hue), Kecemerlangan (Value) dan Kroma (Chrome).
Tekstur : penetapan tekstur dilakukan di lapangan menggunakan teknik
perasaan dengan jalan mengambil sejumlah massa tanah yang
lembab, kemudian memijatnya di antara ibu jaria dan telunjuk.
Notasi S untuk menunjukkan pasir, Cl untuk liat, L untuk lempung,

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 16


Si untuk debu, Gr untuk kerikil. Sebagai contoh liat berdebu (SiCl)
maka di dalam kartu dilingkari Si dan Cl serta diberi panah dari Si
ke arah Cl.
Kandungan : merupakan massa dalam tanah berukuran 0,2-2 cm, terdiri dari
konkresi, kerikil, bahan kasar gumpalan garam, yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman dan penggunaan lahan.
Fe = konkresi besi berwarna meraha, merah kecoklatan umumnya
berbentuk bulat.
Ca = konkresi kapur, berwarna keputihan umumnya membuih dengan
HCl.
Mn = konkresi mangan, berwarna kehitaman umumnya berbentuk bulat.
B = pecahan batu atau bahan lain sebagai pengisi.
Struktur : ditetapkan dengan mengambil gumpalan tanah sebesar 10 cm3
kemudian dipecahkan dengan jalan menekan di antara ibu jari dan
telunjuk. Pecahan gumpalan tanah tersebut merupakan agregat
atau struktur tanah. Kemudian diamati dan dicatat berturut-turut
kemantapan/taraf perkembangan (kolom 1), ukuran (kolom tengah)
dan bentuk (kolom 3) pada kartu deskripsi.
Taraf Perkembangan
0 = tidak berstruktur; seperti butir tunggal kalau kohesi kecil atau
pejal/massif kalau kohesi besar.
1 = lemah; bentuk satuan struktur tidak jelas, kemantapan kecil kalau
diremas menjadi butir-butir.
2 = sedang; antara (1) dan (3).
3 = kuat; bentuk satuan struktur jelas, kemantapan besar kalau diremas
bentuk satuan struktur tetap.
Ukuran
VF : sangat halus
F : halus
M : sedang
C : kasar
VC : sangat kasar
Bentuk
Pl : lempeng ab : kubus bersudut
P : prisma g : butir
cp : tiang cr : remah
b : kubus l : lepas/butir tunggal
sb : kubus membulat m : pejal masif
Pori tanah : merupakan bagian tanah yang ditempati oleh udara atau air. Pori
tanah dinyatakan menurut ukuran pori dan jumlahnya.
Ukuran pori
Mikro : pori yang berukuran < 2,0 mm dalam dimensi kecil
Meso : pori yang berukuran 2-5 mm dalam dimensi kecil
Makro : pori yang berukuran > 5 mm dalam dimensi kecil
Jumlah
Sd : sedikit; rata-rata per dm2 adalah: < 10 (mikro), < 1 (meso dan
makro)
S : sedang; rata-rata per dm2 adalah: 10-50 (mikro), 1-5 (meso), 1-2,5
(makro)
B : banyak; rata-rata per dm2 adalah: > 50 (mikro), > 5 (meso) > 2,5
(makro)
Ripening : menunjukkan tingkat kematangan tanah atau perubahan fisik tanah
yanG ditentukan berdasarkan konsistensi dan nilai n (n-value)nya.
1 = matang; teguh tidak melekat pada tangan dan apabila diperas tidak
bisa dilewatkan melalui jari-jari; nilai n < 0,7.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 17


2 = setengah matang; lunak sampai agak teguh, melekat pada tangan
dan apabila diperas dapat dengan mudah melewati jari-jari; nilai n =
0,7-2,0.
3 = tidak matang; lumpur encer tidak dapat dilepas; nilai n > 2,0.
Konsistensi : merupakan perilaku tanah terhadap pengaruh atau gaya dari luar.
Ditentukan dengan jalan meremas atau mempijit tanah pada tiga
keadaan kandungan air tanah yaitu bawah (B), lembab (L), kering
(K).
B = Konsistensi dalam keadaan basah
Kelekatan
so : tidak lekat; bila kedua jari direntangkan tidak ada tanah tertinggal di
jari.
ss : agak lekat; sebagian kecil contoh tanah tertinggal di jari.
s : lekat; bila jari direnggangkan, tanah tinggal melekat.
vs : sangat lekat; tanah melekat sekali, sukar untuk merenggangkan
kedua jari.
Plastisitas
po : tidak plastis; tidak dapat dibentuk gelintir tanah, massa tanah
mudah berubah.
ps : agak plastis; dapat dibentuk bulatan pita tetapi mudah sekali
berubah.
p : plastis; dapat dibentuk bulatan pita, tekanan yang sedang dapat
mengubah bentuk.
vp : sangat plastis; dapat dibentuk bulatan pita, tahan terhadap tekanan.
L = Konsistensi dalam keadaan lembab
l : lepas; butir-butir tanah terlepas satu dengan lainnya tanpa kohesi.
vf : sangat gembur; dengan sedikit tekanan contoh tanah mudah
hancur bila digenggam mudah menggumpal.
f : gembur, bila diremas contoh tanah dapat hancur, bila digenggam
mudah bergumpal.
t : teguh; massa tanah tahan terhadap remasan dan hancur dengan
tekanan sedang.
vt : sangat teguh; massa tanah tahan terhadap remasan, dapat hancur
dengan tekanan kuat.
et : ekstrim teguh; massa tanah santat tahan terhadap remasan, sukar
dihancurkan.
K = Konsistensi dalam keadaan kering
l : lepas; butir-burit tanah lepas bebas tanpa kohesi.
s : lunak, dengan sedikit tekanan mudah bercerai menjadi butir-butir.
sh : agak keras; agaka tahan terhadap tekanan, massa tanah rapuh.
h : keras; tahan terhadap tekanan, massa tanah dapat dipatahkan
dengan kedua tangan.
vh : sangat keras, sangat tahan terhadap tekanan, massa tanah sukar
dipatahkan.
eh : ekstrim keras; sangat tahan terhadap tekanan, tidak dapat
dihancurkan dengan tangan.
Karatan : merupakan gejala kelainan warna dalam tanah akibat proses
oksidasi. Karatan dalam tanah ditentukan dalam 5 hal (jumlah,
ukuran, bandingan, batas, bentuk).
Jumlah
sd : sedikit, < 2% luas permukaan.
bi : biasa, berkisar dari 2-20% luas permukaan.
ba : banyak, > 20% luas permukaan.
Ukuran
k : kecil, diameter < 0,5 cm.
s : sedang, diameter antara 0,5-1,5 cm.
b : besar, diameter > 1,5 cm.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 18


Bandingan
b : baur, warna matriks dan karatan hampir sama.
j : jelas, warna matriks dan karatan berbeda dalam hue dan kroma.
n : nyata, bintik-bintik karatan merupakan gejala utama dari horison.
Batas
j : jelas, warna beralih secara tiba-tiba.
s : sedang, warna peralihan < 2 mm.
k : kabur, warna peralihan > 2 mm.
Bentuk
bi : bintik, hampir membulat satu dengan lain tidak bersambung.
bo : bintik berganda, hampir membulat satu dengan lain bersambung.
li : lidah, memanjang kecil membujur dari atas ke bawah.
ap : api, lebar atau besar yang arahnya tidak beraturan.
pi : pipa, bulat memanjang.
Perakaran : menunjukkan keadaan perakaran dalam tanah, diamati ukuran dan
jumlahnya.
Ukuran
Halus : apabila diameter akar < 2 mm.
Kasar : apabila diameter akar > 2 mm.
Jumlah
sd : sedikit, < 2% dari luas lapisan.
s : sedang, berkisar antara 2-20% dari luas lapisan tertentu.
b : banyak, > 20% luas lapisan.

pH lapang : dicatat dari pengukuran pH lapang dengan menggunakan kertas pH


(lakmus) atau pH meter.
Reaksi terhadap HCl : untuk mengetahui adanya bahan kapur. Penetapannya didasarkan
atas jelas tidaknya atau tingkat pembuihan yang terjadi.
Epipedon : merupakan horison penciri atas, diukur ketebalannya dalam cm.
Sub horison : merupakan horison penciri bawah, diukur ketebalan dalam cm.
Klasifikasi : merupakan hasil pengkelasan tanah menurut sistem
Pengklasifikasian tertentu. Dalam hal ini tiga sistem klasifikasi
digunakan yaitu PPT Bogor, FAO UNESCO, dan Taksonomi USDA.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 19


Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 20
Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 21
No Profil : P-02
Unit lahan : 01
Hari/tanggal : 14 Oktober 2015
Surveyor : Rustam
Lokasi : Dusun 5 Desa Ponewaru Kec. Kolaka Kab. Kola
Koordinat : 122'40'00" dan 05'25'00"
Tinggi m dpl : 210 m dpl
Lereng (%) : 0-3%
Landform : Perbukitan
Bahan Induk : Sekis
Bentuk Relief : Datar
Cuaca
- Sekarang : Cerah
- Kemarin : Cerah
Drainase
- Permukaan : Sedang
- Dalam : Sedang
Bahaya erosi : Rendah
Bahaya Banjir : Ringan
Batuan permukaan : Tidak Ada
Singkapan bantuan : Tidak Ada
Jeluk Mempan : 62 cm
Penggunaan Lahan : Agroforestri (Aren + Kelapa)
Vegetasi : Aren, Kelapa, Kakao, Langsat, Jati dan Gamal
Klasifikasi tanah USDA (2010)
- Ordo : Inceptisol
- Subgrup : Typic Dystrudepts
Uraian
Dalam lapisan; warna; tekstur; struktur (bentuk,
ukuran, derajat); konsistensi lembab dan basah; pori
Lapisan Horison
(makro, meso mikro); batas lapisan; topografi
lapisan; perakaran (kasar, sedang, halus), redoks;
bahan organik; beralih ke…

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 22


II. WARNA TANAH

A. DASAR TEORI

Sistem warna Munsell menggunakan tiga elem warna yaitu hue, value
dan chroma. Notasi warna ditulis sebagai hue, value/chroma (misallnya 5Y
6/3) (Soil Science Division Staff, 2017).
Hue adalah ukuran komposisi cahaya berwarna yang mencapai mata.
Sistem Munsell didasarkan pada lima warna utama : merah (R), Kuning (Y),
Hijau (G), Biru (B) dan Ungu (P). Lima warna antara mewakili titik tengah
antara setiap pasangan utama melengkapi 10 nama rona utama yang
digunakan untuk menggambarkan notasi. Warna antara berwarna kuning-
merah (YR), hijau-kuning (GY), biru-hijau (BG), ungu-biru (PB) dan merah-
ungu (RP).
Value menunjukkan tingkat terang atau gelapny warna berhubungan
dengan skala abu-abu netral. Pada skala abu-abu netral (achromatic) nilai
meluas dari hitam murni (0) sampai putih murni 10). Notasi nilai adalah
ukuran jumlah cahaya yang mencapai mata di bawah standar kondisi
pencahayaan. Abu-abu dianggap sekitar setengah jalan antara hitam dan
putih dan memiliki nilai notasi 5. Jumlah sebenarnya cahaya yang mencapai
mata berhubungan secara logaritmik dengan nilai warna. Lebih ringan warna
ditunjukkan dengan angka antara 5 dan 10; warna yang lebih gelap
ditunjukkan dengan angka 5 sampai 0. Nilai ini dapat ditentukan untuk
achromatic (yaitu, tidak memiliki rona dan kroma 0) atau kromatik (yaitu
memiliki semua tiga kondisi komponenrona dan kroma). Demikian, kartu
grafik warna tanah memiliki rangkaian chip yang disusun secara vertical
untuk menunjukkan langkah yang sama dari nuansa paling gelap dari rona
itu.
Chroma adalah kemurnian relative atau kekuatan warna spectral.
Menunjukkan derajat kejenuhan abu-abu netral dengan warna spectral skala
krima untuk tanah meluas dari 0 (untuk warna netral) sampai 8 (untuk warna

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 23


dengan ekspresi kuat). Chip warna diatur secara horizontal dengan
meningkatkan kroma dari kiri ke kanan pada grafik warna tanah.

B. TUJUAN

1. Mampu menjelaskan proses pembentukan warna tanah dan faktor-faktor


yang mempengaruhi baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
2. Mampu menjelaskan perbedaan warna tanah antar lapisan pada suatu
profil tanah.
3. Mampu menjelaskan perbedaan warna tanah pada berbagai penggunaan
lahan berbeda.
4. Mampu menjelaskan hubungan dan pengaruh warna tanah terhadap sifat
tanah lainnya.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan meliputi buku Munsell Soil Colour Chart, wadah
aluminium dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan yaitu aquades dan
sampel tanah.

D. PROSEDUR KERJA

1. Ambil bongkah tanah dengan permukaan yang asli. Jika tanah dalam
keadaan kering dapat dibasahkan untuk memperoleh permukaan tanah
yang lembab/asli.
2. Bandingkan warna tanah dengan warna-warna pada Munsell Soil Colour
Chart.
3. Catat hue, value dan chrome. Jika ada bercak dan konkresi tentukan juga
warnanya.
4. Lakukan pengamatan serupa (bongkah-bongkah) untuk tanah dalam
keadaan lembab dan basah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan warna tanah
yaitu:

1. Permukaan bongkah harus alis dan tanah harus lembab.


2. Tempat pengamatan terlindungi dari sinar matahari.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 24


3. Tanah disimpan di bawah lubang kertas “Munsell Soil Colour Chart”
dengan alas kertas.
4. Tanah tidak boleh mengkilap kecuali pada warna bidang struktur.
5. Menghindari bekerja sebelum pukul 09.00 dan sesudah pukul 16.00.
6. Jika warna tanah tidak dapat tepat sama dengan gambar warna maka
diberikan angka-angka kilap, nilai, dan kroma tertinggi dan terendah
yang membatasi.

PEDOMAN PEREKAMAN WARNA


Ketidakpastian
Dibawah kondisi lapangan, pengukuran warna dapat direproduksi oleh
individu yang berbeda dalam 2,5 unit rona (satu warna tanah grafik Munsell)
dan 1 unit value dan kroma. Notasi dibuat agar sesuai dengan chip termasuk
pada grafik warna, biasanya keseluruhan unit terdekat value dan kroma.
Warna tanah harus direkam ke chip warna terdekat disediakan tapi tidak
diinterpolasi antara chip. Untuk beberapa warna, chip untuk nilai 2,5
disertakan.
Determinasi biasanya tidak cukup tepat untuk membenarkan
interpolasi antara kroma 4 dan 6 atau antara kroma 6 dan 8.
Warna Dominan
Warna dominan adalah yang menempati volume lapisan terbesar. Selalu
tercantum pertama di antara warna lapisan. Ditentukan dengan
menggunakan warna pada wajah ped atau peds yang patah atau pada
matriks contoh di lapisan tanpa struktur. Jika dua warna terjadi, warna
dominan menghasilkan lebih dari 50 persen volume.
Jika tiga atau lebih warna di catat, warna dominan membuat lebih banyak
volume lapisan daripada apapunwarna lainnya, meski bisa menempati
kurang dari 50 persen. Ekspresi “Coklat dengan coklat kekuningan dan
coklat keabu-abuan” menandakan bahwa coklat itu warna dominan dan
mungkin atau mungkin tidak, membentuk lebih dari 50 persen dari lapisan.
Pada beberapa lapisan, tidak ada warna tunggal yang dominan dan warna
pertama terdaftar tidak lebih menonjol dari yang lain. Ekspresi “coklat dan

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 25


kekuningan coklat dengan coklat keabu-abuan” menunjukkan coklat coklat
dan kekuningan.
Warna Matriks
Selain satu warna matriks dominan satu atau lebih warna matriks
condominant, warna non-matriks lainnya mungkin ada. Warna non-matriks
umumnya terkait dengan salah satu dari empat situasi berikut :
1. Warna tambahan dikaitkan dengan permukaan pedal atau hampa fitur
(seperti film tanah liat, lapisan lumpur, slickensides, dll.)
2. Warna dikaitkan dengan konsentrasi di dalam tanah (seperti plinthite,
kalsium karbonat, Kristal gypsum, dll.)
3. Warna-warnanya disebabkan oleh proses oksidasi san/atau reduksi
tanah basah (mis. Fitur redoksimorfik, seperti massa besi, besi penipisan
dan nodul mangan)
4. Warnanya diwariskan dari bahan induk dan bukan hasil proses
pedogenik. Warna-warna ini bersifat litokromik atau litomorfik dan dan
digambarkan sebagai mottles.
Mottling
Mottling mengacu pada perubahan warna berulang yang tidak dapat
dikaitkan dengan sifat komposisi tanah. Sebuah warna pola yang
berhubungan dengan permukaan ped atau organisasi atau komposisi
lainnyaatau komposisi fitur tidak berbintik-bintik. Dalam deskripsi horizon
tanah, deskripsi sederhana berikut warna dominan mottles (dan fitur non-
matriks lainnya) dijelaskan oleh kuantitas, ukuran, kontras, warna dan jika
penting atribut lain seperti kelembaban, bentuk, dan lokasi dalam urutan itu.
Kuantitas ditunjukkan oleh tiga kelas persentase areal permukaan yang
diamati :
Sedikit----------kurang dari 2 persen
Umum----------2 sampai kurang dari 20 persen
Banyak---------20 persen atau lebih
Notasi tersebut harus secara jelas menunjukkan warna yang menjadi
persyaratannya untuk kuantitas, misalnya “coklat keabu-abuan dan
kekuning-kuningan coklat mottles” bias berarti bahwa setiap warna

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 26


membentuk 2 sampai 20 persen dari cakrawala dengan konvensi, contohnya
ditafsirka berarti itu kuantitas kedua warna itu antara 2 dan 20 persen. Jika
setiap warna membentuk antara 2 dan 20 persen, deskripsi harusnya
menjadi “coklat keabu-abuan yang umum (10YR 2/5) dan coklat kekuningan
umum (10YR 5/4).
Ukuran mengacu pada dimensi seperti yang terlihat pada permukaan. Jika
panjangnya dari mottle tidak lebih dari dua atau tiga kali lebarnya, dimensi
tercatat lebih besar dari keduanya. Jika mottle panjang dan sempit, sebagai
warna dipinggiran ped, dimensi yang direkam adalah lebih kecil dari dua dan
bentuk dan lokasinya juga dijelaskan. Lima kelas ukuran digunakan untuk
menggambarkan mottles.
Baik--------------lebih kurang dari 2 mm
Sedang----------2 sampai kurang dari 5 mm
Kasar------------5 sampai kurang dari 20 mm
Sangat Kasar----20 sampai kurang dari 76 mm
Ekstrim kasar----76 mm atau lebih
Kontras mengacu pada tingkat perbedaan visual yang nyata antara warna
yang terkait criteria untuk menentukan kelas kontras. Kelas untuk kontras
warna adalah :
Lemah merupakan warna terbukti hanya pada pemeriksaan ketat.
Berbeda merupakan warna mudah dilihat tapi kontras hanya cukup dengan
warna yang dibandingkan
Menonjol merupakan warna sangat kontras dengan warna yang dimilikinya
dibandingkan warna menonjol biasanya yang paling jelas fitur warna dari
bagian yang dijelaskan.
Kontras seringkali bukan perbandingan sederhana satu warna dengan
warna lain namun merupakan kesan visual yang menonjol dari satu warna
terhadap latar belakang beberapa warna.
Mottles dan fitur lainnya (jika Penting) dijelaskan dengan menggunakan
istilah untuk bentuk, lokasi dan karakter batas.
Shape merupakan istilah yang sama dengan digunakan untuk konsentrasi di
tanah (yaitu, silindris, platy, reticulate, dll).

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 27


Lokasi merupakan lokasi mottles relative terhadap struktur tanah dijelaskan
Kelas Batas persyaratannya sebagai berikut :
Tajam : Nilai warna kurang dari 0,1 mm. Gradasi hamper bias dilihat atau
tidak terlihat oleh mata telanjang, tapi terlihat di bawah lensa 10X.
Jelas : Nilai warna lebih dari 0,1 mm tapi kurang dari 2 mm. Gradasi bias
terlihat tapi terlihat dengan mata telanjang. Lensa 10X tidak diperlukan.
Baur : Nilai warna lebih dari 2 mm atau lebih. Gradasi mudah dilakukan bias
dilihat dengan mata telanjang. Lensa 10X tidak diperlukan.
Pola Warna di Dalam Tanah
Warna bisa direkam secara terpisah untuk fitur yang pantas berbeda
deskripsi, terutama untuk fitur redoximorphic juga untuk peds, konkresi,
nodul, sementasi, liang hewan yang terisi, dan sebagainya. Warna pola yang
menunjukkan hubungan spasial dengan perubahan komposisi atau ke fitur,
seperti nodul atau permukaanunit structural,berguna dalam deskripsi karena
mereka dapat menyimpulkan asal usul dan perilaku tanah.
Warna Permukaan Tanah
Warna permukaan tanah memiliki efek penting pada transmisi panas ke
dalam tanah.
Warna tanah dibedakan menjadi warna matrik dan warna bercak. Warna
matrik tanah merupakan warna padatan penyusun utama tanah, warna
bercak adalah warna yang menunjukkan gejala-gejala pedogenik yang
berada pada matrik tanah. Warna matrik dan bercak (mottle) dinyatakan
dalam Hue, Value dan kroma seperti 2,5 YR 3/2., Hue-nya 2,5 YR, value-nya
3 dan kroma-nya 2.
Perkembangan Warna Tanah
Kadar bahan organik, makin tinggi bahan organik maka warna tanah
gelap dan makin stabil serta warna tanah makin hitam (humus). Keberadaan
mineral feldspar, kaolin, kapur dan kwarsa menyebabkan warna putih.
Kandungan besi (Fe) dalam bentuk hematite, magentit, atau limonit
memberikan warna merah, cokelat atau kuning. Kandungan lengas
(kelembaban) tinggi membuat tanah kelam warnannya (Sartohadi et al.,
2012).

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 28


Asal usul Warna Tanah (Schaetzel and Anderson, 2005)
Warna gelap biasanya menyiratkan bahan organik, meskipun konkret
mangan biasanya berwarna hitam. Merah warna berasal dari berbagai
mineral yang mengandung besi. Warna memberikan banyak informasi
tentang partikel dan lapisan ped di tanah, yang segera berikan petunjuk
genetik. Hanya di horizon E adalah bahan tanah yang sangat terang karena
sebagian besar tanah didominasi oleh kuarsa, setidaknya di fraksi pasir dan
kuarsa dominan putih atau berwarna pink muda, horizon E berwarna putih.
Warna gelap menunjukkan basah dan tingginya kandungan bahan organik
(Plice 1942). Bright (tinggi chroma) merah dan coklat umumnya terkait
dengan tanah kering yang baik dan kering di mana kondisi teroksidasi.
Berkepanjangan kondisi anaerob, tipikal tanah basah kaya akan bahan
organik, mengembangkan warna abu-abu dan kroma rendah. Kondisi ini
disebut sebagai Gleyed.
Tabel. 1. Warna Tanah dan Agen Pigmen Utama yang Membuatnya
No. Warna Lapisan di Tanah Tipe Pelapis yang Khas
1. Hitam atau Cokelat Humus atau Magnetit
2. Hitam atau Hitam Kebiruan Reduksi Mangan (Mn2+)
3. Putih Garam Na, Karbonat, Ukuran Debu,
Butir Kuarsa yang Lebih Kecil
4. Cokelat dan Cokelat Goethite [α-FeO(OH)}
Kekuningan (7,5YR sampai
2,5Y hue, umumnya 10 YR
5. Merah, Cokelat dan Orange Mineral Besi atau Senyawa Besi
Amorf merah tua (5YR-2,5Y atau
lebih merah)
Hematite [α-Fe2O3] Cokelat
Kemerahan (5YR hingga 7,5YR)
Ferrihydrit [Fe3+2O3.0,5(H2O)]
Cokelat Kemerahan
Maghematit (γ-Fe23+O3] orange
(7,5YR 5/8, 6/8, 7/8 dan warna
orange terang lainnya
Lepidokrosit (γ-FeO(OH)]
Sumber : Schaetzel and Anderson, 2005

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 29


III. STRUKTUR TANAH

A. DASAR TEORI

Struktur tanah adalah gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat


melekatnya butir-butir tanah satu sama lain atau susunan butir-butir tanah
secara alami membentuk agregat dengan bentuk tertentu dan dibatasi oleh
bidang-bidang. Satu unit struktur disebut ped (terbentuk secara alamiah),
clod juga merupakan unit gumpalan tanah tetapi terbentuk bukan karena
proses alami (misal karena pencangkulan).
Tekstur digunakan mengacu pada ukuran partikel tanah, sedangkan
struktur digunakan mengacu pada pengaturan partikel tanah. Pasir, debu,
dan partikel tanah liat biasanya disusun menjadi partikel sekunder yang
disebut ped, atau agregat.
Peds tanah diklasifikasikan berdasarkan bentuk. Itu empat tipe
struktural dasar adalah spheroid, platelike, seperti balok, dan seperti prisma.
Bentuk-bentuk ini memunculkan untuk jenis granular, platy, kuning, dan
prismatik struktur. Struktur columar berbentuk prismatik peds dengan topi
bundar. Struktur tanah umumnya berkembang dari bahan itu tanpa struktur.
Ada dua yang tidak terstruktur kondisi, yang pertama adalah pasir itu tetap
longgar dan tidak koheren. Mereka disebut berbutir tunggal. Kedua, material
dengan signifikan konten tanah liat cenderung besar jika mereka lakukan
tidak memiliki struktur yang dikembangkan. Tanah masif memiliki tidak ada
agregasi yang dapat diamati atau tidak ada yang pasti dan teratur
pengaturan garis kelemahan alami.
Deskripsi lengkap struktur tanah meliputi: (1) jenis, yang mencatat
bentuk dan susunan peds; (2) kelas, yang menunjukkan ped ukuran; dan (3)
tingkat, yang menunjukkan kekhasan dari peds.
Pengamatan ukuran sturuktur tanah masih sangat terbatas pada
bentuk yang diperoleh dari pencuplikan tanah. Proses pencuplikan tanah
sangat menentukan bagaimana ukuran struktur tanah diperoleh. Terkadang
terjadi kesalahan dalam menerjemahkan ukuran struktur tanah dengan

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 30


ukuran butir tanah. Padahal semestinya ukuran struktur berbeda dengan
ukuran butir tanah terkecuali ukuran struktur pada bentuk granuler. Struktur
tanah merupakan susunan butir yang kemudian disebut ped. Susunan ped
memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Kerumitan terkadang
muncul ketika ingin menentukan ukuran struktu yang tepat dari suatu
bentangan lahan atau horizon tanah. Hal ini dikarenakan sulitnya mengambil
kesimpulan ukuran struktur yang dominan dari sampel tanah yang dicuplik.
Kesalahan dapat muncul bila penentuan struktur tanah dilakukan dengan
cara memecah bongkahan tanah dengan jari. Hal ini hanya dapat
menentukan bentuk struktur tetapi sulit menentukan ukuran struktur. Metode
yang dapat dilakukan sebaiknya dengan memisahkan susunan antara ped
secara alamiah. Pemisahan secara alamiah akan memberikan bentuk
ukuran yang berbeda-beda sehingga dapat ditentukan presentase tertinggi
untuk menentukan ukuran struktur tanah.
Ukuran struktur tanah dikelompokkan mulai dari sangat halus, halus,
sedang, kasar dan sangat kasar pada berbagai bentuk struktur tanah.
Masing-masing bentuk struktur dapat memiliki ukuran struktur yang berbeda-
beda dan sangat tergantung pada tingkat perkembangan struktur tanah.
Tanah yang memiliki tingkat perkembangan cukup tinggi dapat memiliki
ukuran struktur yang lebih halus sebaliknya tanah dengan tingkat
perkembangan lemah dapat memiliki ukuran struktur tanah yang lebih kasar.

Peds pada dasarnya adalah bentuk dan paling stabil ukuran yang
banyak proses dalam cakrawala dapat membuat. Jika potongan-potongan
itu (peds) adalah yang paling ukuran dan bentuk yang stabil dan jika cukup
pedogenik lem tersedia, jenis ped yang akan menjadi yang dominan di
cakrawala. Menentang ini alami agregasi adalah kekuatan yang
mematahkan peds terpisah, sebagian besar yang menurun intensitasnya
kedalaman. Karena alasan itu, ukuran ped umumnya meningkat dengan
kedalaman, dan pada kedalaman tanah bisa tidak berstruktur atau masif,
atau paling tidak mereka mungkin hanya memiliki struktur geologis yang
diturunkan (Schaetzel and Anderson, 2005).

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 31


B. TUJUAN

1. Mampu menjelaskan proses pembentukan struktur tanah dan faktor-


faktor yang mempengaruhi baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
2. Mampu menjelaskan perbedaan struktur tanah antar lapisan pada suatu
profil tanah.
3. Mampu menjelaskan perbedaan struktur tanah pada berbagai
penggunaan lahan berbeda.
4. Mampu menjelaskan hubungan dan pengaruh struktur tanah terhadap
sifat tanah lainnya.
C. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan yaitu cangkul, parang, kantung kresek dan


peralatan tulis menulis. Bahan yang digunakan adalah bongkahan tanah.

D. PROSEDUR KERJA

1. Ambillah gumpalan tanah (sedapat mungkin dalam keadaan lembab)


sebesar kurang lebih 10 cm3.
2. Kemudian pecahkan dengan menggunakan jari. Pecahan gumpalan
tanah tersebut merupakan agregat atau golongan agregat.
3. Dari agregat tersebut tentukanlah bentuk, ukuran, dan
kemamntapannya.
Tabel 2. Kelas Ukuran Struktur Tanah
Kubus Kubus
Lempeng/ Prismatic/ Tiang/ Bersudut/ Membulat/ Granuler/
Kelas Ukuran Platy Prismatic Columnar Angular Subangular Granular
(mm) (mm) (mm) Blocky Blocky (mm)
(mm) (mm)
Sangat Halus
<1 <10 <10 <5 <5 <1
(Very Fine)
Halus
1-2 10-20 10-20 5-10 5-10 1-2
(Fine)
Sedang
2-5 20-50 20-50 10-20 10-20 2-5
(Medium)
Kasar
5-10 50-100 50-100 20-50 20-50 5-10
(Coarse)
Sangat Kasar
>10 >100 >100 >50 >50 >10
(Very Coarse)
Sumber : Lal and Shukla, 2004

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 32


IV. PERMEABILITAS TANAH

A. DASAR TEORI

Permeabilitas adalah kecepatan bergeraknya air pada suatu media


tanah dalam keadaan jenuh, dan dinyatakan dalam cm/jam. Penetapan
permeabilitas dilakukan dengan menggunakan hukum Darcy.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah antara lain:
tekstur tanah, porositas dan distribusi ukuran pori serta kadar bahan organik
tanah. Vegetasi biasanya akan menentukan distribusi ukuran pori tanah.
Tanaman dengan erakaran lebih banyak dan menyumbangkan bahan
organik yang lebih tinggi cenderung meningkatkan pori makro yang lebih
banyak dengan demikian permeabilitas tanah akan meningkat.
Penetapan permeabilitas tanah baik vertical maupun horizontal sangat
penting peranannya dalam pengolahan tanah dan air. Tanah-tanah yang
mempunyai kecepatan permeabilitas lambat diinginkan untuk perswahan
yang membutuhkan banyak air. Perkiraan kebutuhan air bagi pertumbuhan
tanaman memerlukan pertimbangan-pertimbangan kehilangan air melalui
rembesan ke bawah dan ke samping. Selain itu, bagi daerah yang
berdrainase buruk atau tergenang memrlukan data kecepatan permeabiltas
tanah agar perencanaan fasilitas drainaase dapat dibuat untuk dapat
menyediakan jumlah air dan udara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman.
Permeabilitas tanah sangat mempengaruhi tata udara dalam tanah,
sehingga juga akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
perakaran tanaman, penyerapan air dan unsure hara dalam tanah oleh
tanaman, dan juga sangat mempengaruhi aktivitas biologi dalam tanah.
Permeabilitas tanah ditentukan dengan jalan menghitung kedalaman
perembesan air pada sejumlah berat tanah tertentu dalam keadaan jenuh air
dalam satu jam, dinyatakan dalam cm. Adapun klasifikasi permeabilitas yang
umum digunakan adalah sebagai beraikut :

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 33


Tabel 3. Klasifikasi Permeabilitas
No. Kelas Permeabilitas (cm/jam)
1. Sangat Lambat <0,125
2. Lambat 0,125 – 0,50
3. Agak Lambat 0,50 – 2,0
4. Sedang 2,0 – 6,25
5. Agak Cepat 6,25 – 12,5
6. Cepat 12,5 – 25
7. Sangat Cepat >25

Banyaknya air yang dapat masuk kedalam tanah dapat dinaikkan


dengan keadaan yang ditimbulkan oleh pengolahan tanah, pembuatan
galengan-galengan, serta pengolahan tanah menurut kontur. Perlindungan
tanah dengan tanaman penutup tanah akan memelihara kestabilan agregat
dan porositas sehingga kapasitas infiltrasi dan permeabilitas diperbesar.
Perlu dibedakan antara permeabilitas dan infiltrasi. Permeabilitas adalah
kemampuan tanah untuk melewatkan tanah dan air, sedangkan infiltrasi
adalah laju kecepatan air masuk melalui permukaan tanah. Air tanah yang
bergerak terus ke bawah sampai meninggalkan daerah perakaran tanaman
disebut perkolasi.

B. TUJUAN
1. Mampu menjelaskan proses permeabilitas tanah dan faktor-faktor
yang mempengaruhi baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
2. Mampu menjelaskan perbedaan permeabilitas tanah antar lapisan
pada suatu profil tanah.
3. Mampu menjelaskan perbedaan permeabilitas tanah pada berbagai
penggunaan lahan berbeda.
4. Mampu menjelaskan hubungan dan pengaruh permeabilitas tanah
terhadap sifat tanah lainnya.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 34


C. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan adalah ring sampel, gelas ukur, stopwatch.


Bahan yang digunakan adalah sampel tanah, air dan kain kasa.

D. PROSEDUR KERJA

1. Ambil contoh tanah yang diambil dari lapangn dengan menggunkan


ring sampel pada setiap lapsan dalam suatu profil pada semua
penggunaan lahan yang berbeda
2. Ambil ring sampel kosong yang kemudian diletakkan di atas ring
sampel yang berisi tanah untu dengan dilapisi kain kasa
3. Menjenuhkan tanah yang ada dalam ring tersebut (ukur volume air
yang digunakan)
4. Menyiram kembali tanah dalam ring sampel tersebut dengan air yang
ada dalam gelas ukur dengan volume tertentu setelah proses
penjenuhan selesai
5. Manghitung waktu sampai air yang disiramkan habis.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 35


V. LAJU INFILTRASI DAN PERKOLASI

A. DASAR TEORI

Infiltrasi dapat dibagi dalam dua macam yaitu infiltrasi vertical dan
infiltrasi horizontal. Dalam infiltrasi vertical, gerakan air disebabakan oleh
hisapan matriks dan gradient gaya gravitasi, seedangkan dalam infiltrasi
horizontal, gerakan air hanya disebabkan oleh hisapan matriks, gaya
gravitasi hamper sama dengan nol.
Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air kedalam tanah, umunya (tetapi
tidak mesti) melalui permukaan dan secara vertical. Perkolasi adalah
peristiwa bergeraknya air ke bawah dalam profil tanah. Laju infiltrasi adalah
banyaknya air persatuan waktu yang masuk melalui permukaan tanah. Laju
maksimum air dapat masuk ke dalam tanah pada suatu saat disebut
kapasitas infiltrasi.
Kapasitas infiltrasi berbeda-beda menurut kondisi tanah. Pada tanah
yang sama kapasitas infiltrasi itu berbeda-beda menurut kondisi tanah. Pada
tanah yang sama kapasitas infiltrasi itu berbeda-beda, tergantung dari
kondisi permukaan tanah, struktur tanah, tumbuh-tumbuhan, suhu, dal lain-
lain. Selain intensitas curah hujan, infiltrasi berubah-ubah karena dipengaruhi
oleh kelembaban tanah dan udara yang terdapat dalam tanah.
Laju infiltrasi ditentukan oleh besarnya kapasitas infiltrasi dan laju
penediaan air. Selama intensitas hujan lebi kecil dari kapasitas infiltrasi,
maka laju infiltrasi sama dengan intensitas hujan. Jika intensitas hujan
melampaui kapasitas infiltrasi maka terjadilah genangan air di atas
permukaan tanah atau aliran permukaan.
Perkolasi terjadi pada saat air mempunyai desakan atau pada waktu
tegangannya lebih kecil dari kira-kira ½ atmosfer. Perkolasi merupakan
faktor penting dalam perkembangan (pembentukan) tanah serta dalam
pengelolaan tanah. Perkolasi menyebabkan berpindahnya garam-garam
terlarut yang akan menimbun pada permukaan tanah, sebaliknya perkolasi

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 36


dapat menyebabkan berpindahnya zat-zat hara tanaman yang berharga
terutama nitran dan kalsium.
Karena evaporasi dan transpirasi memerlukan banyak air yang
memasuki tanah, maka banyaknya air yang terperkolasi melalui tanah
menurun sesuai dengan makin tebalnya tanah. Perkolasi juga menurun
dengan semakin dengan meningkatnya evaporasi dan transpirasi sebagi
akibat meningkatnya suhu.

B. TUJUAN
1. Mampu menjelaskan proses laju infiltrasi dan perkolasi tanah dan
factor-faktor yang mempengaruhi baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
2. Mampu menjelaskan perbedaan laju infiltrasi dan perkolasi tanah
antar lapisan pada suatu profil tanah.
3. Mampu menjelaskan perbedaan laju infiltrasi dan perkolasi tanah
tanah pada berbagai penggunaan lahan berbeda.
4. Mampu menjelaskan hubungan dan pengaruh laju infiltrasi dan
perkolasi tanah tanah terhadap sifat tanah lainnya.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan adalah dua buah ring infiltrometer, ember,


penggaris, parang, cangkul, pencatat waktu (stopwatch). Bahan yang
digunakan yaitu air.

D. PROSEDUR KERJA

1. Pengukuran laju infiltrasi dan perkolasi dilakukan melalui pengukuran


permukaan muka air pada ring bagian dalam dengan interval waktu
tertentu yang disesuaikan dengan kondisi lapangan. Lokasi
pengukuran ditentukan secara proporsional, berdasarkan pada jenis
tanah, penggunaan lahan dan aksesibiltas.
2. Titik yang dijadikan lokasi pengukuran sebelumnya dibersihkan dari
benda dan serasah yang terdapat dipermukaan tanah yang akan

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 37


mengganggu proses pengukuran. Pembersihan dilakukan dengan
hati-hati, agar tidak menyebabkan kerusakan tanah dipermukaan.
3. Pemasukkan ring dilakukan dengan memasukkan ring yang
berdiameter kecil (ring dalam) terlebih dahulu ke dalam tanah sampai
kedalaman 4-5 meter. Kemudian ring berdiameter besar (ring luar)
dipasang secara konsentris terhadap ring salam dan dimasukkan
kedalam tanah dengan kedalaman yang sama secara hati-hati.
4. Setelah kedua ring dipasang, kemudian ke dalam kedua ring secara
bersamaan dimasukkan air dan proses pengukuran di mulai
menggunakan alat pencatat waktu. Pengukuran dilakukan melalui
pengamatan penurunan muka air pada ring bagian dalam setiap
interval waktu tertentu hingga penurunan muka air tersebut relatif
konstan.
5. Persamaan Horton merupakan fungsi logaritmik di mana laju infiltrasi
akhir penurunannya relative konstan, fungsi tersebut masih
ditunjukkan oleh garis yang melengkung (tidak linear). Oleh karena itu,
agar fungsi tersebut menjadi linear maka persamaan tersebut
disederhanakan menjadi fungsi logaritma sehingga nilai-nilai
parameternya dapat ditentukan.
6. Model persamaan infiltrasi dan perkolasi yang digunakan dalam
mengolah data dari lapangan yaitu model persamaan Horton, dengan
rumus tersebut :

F = Kapasitas Infiltrasi (Laju Infiltrasi Maksimum)


Fc = Infiltrasi Konstan
Fo = kapasitas infiltrasi awal
e = 2,7182
k = konstanta (bilangan pisitif)
t = waktu

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 38


Tabel 4. Klasifikasi Laju Infiltrasi

No. Kelas Laju Infiltrasi (mm/jam)


1. Sangat Cepat >254
2. Cepat 127-254
3. Agak Cepat 63-127
4. Sedang 20-63
5. Agak Lambat 5-20
6. Lambat 1-5
7. Sangat Lambat <1

Tabel 5. Klasifikasi Laju Perkolasi

No. Kelas Laju Perkolasi (mm/jam)


1. Cepat >160
2. Agak Cepat 50-160
3. Sedang 16-50
4. Agak Lambat 5,0-16
5. Lambat 1,25-5,0
6. Sangat Lambat <1,25

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 39


VI. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH

E. DASAR TEORI

Berat isi tanah adalah berat tanah utuh (undisturbed) dalam


keadaan kering dibagi dengan volume tanah, dinyatakan dalam g/cm3
(g/cc). Nilai berat isi tanah sangat bervariasi antara satu titik dengan titik
lainnya karena perbedaan kandungan bahan organik, tekstur tanah,
kedalaman tanah, jenis fauna tanah, dan kadar air tanah.
Bobot isi (bulk density) adalah perbandingan antara berat tanah kering
dengan volume tanah, termasuk volume pori-pori tanah. Satuan bobot isi
dinyatakan dalam g/cm3. Semakin tinggi bobot isi, semakin padat tanah dan
semakin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman.
Bobot isi berbeda dengan bobot jenis partikel (particle density). Bobot
jenis partikel adalah perbandingan antara bobot kering padat tanah terhadap
volumenya (tidak termasuk pori yang terdapat diantara partikel tanah).
Satuan bobot jenis partikel dinyatakan dalam g/cm3. Pada umumnya bobot
jenis partikel pada tanah mineral adalah 2.65 g/cm3.

F. TUJUAN
1. Mampu menjelaskan proses pembentukan berat volume tanah dan
factor-faktor yang mempengaruhi baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
2. Mampu menjelaskan perbedaan berat volume tanah antar lapisan
pada suatu profil tanah.
3. Mampu menjelaskan perbedaan berat volume tanah pada berbagai
penggunaan lahan berbeda.
4. Mampu menjelaskan hubungan dan pengaruh berat volume tanah
terhadap sifat tanah lainnya.

G. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan adalah timbangan, oven, dan beker glass.
Bahan yang digunakan adalah tanah agregat utuh, parafin, dan benang.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 40


H. PROSEDUR KERJA

1. Contoh tanah dari lapang berbentuk bongkahan diambil


secukupnya, lalu ditimbang, misal A gram.
2. Dari tanah yang sama ditetapkan kadar airnya berdasarkan berat
kering (U%).
3. Bongkahan tanah kemudian diikat dengan benang dan
dicelupkan dalam parafin panas (cair) hingga semua tanah
terbungkus parafin.
4. Parafin yang membungkus tanah dibiarkan membeku, lalu tanah
yang terbungkus parafin ditimbang (B).
5. Tanah yang dibungkus parafin ditimbang dalam air dalam keadaan
menggantung (C).
6. Dihitung volume parafin (Vp) dengan persamaan Vp = (B-A)/0,8
(berat isi parafin).
7. Dihitung berat isi tanah dengan persamaan:

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 41


VII. PENETAPAN KEMANTAPAN AGREGAT TANAH

A. DASAR TEORI

Agregat tanah adalah unit sekunder atau butiran yang terdiri dari
berbagai partikel tanah yang disatukan oleh berbagai zat organik, klei,
dan/atau silika. Pembentukan agregat terjadi melalui beberapa cara dan
dapat dikelompokkan dalam tingkat ukuran yaitu makroagregat (> 250 μm)
dan mikroagregat (< 250 μm). Makroagregat terdiri dari kompleks klei, kation
polivalen dan molekul organik (Kl-P-MO) dimana klei terikat dengan molekul
organik oleh kation polivalen. Partikel Kl-P-MO dan (Kl-P-MO)x(keduanya
berdiameter < 2 μm) membentuk mikroagregat ((Kl-P-MO)x)yyang
diameternya < 250 μm.
Agregat berdiameter < 2 μm. Agregat ini merupakan flokulasi dari
kumpulan individual klei yang membentuk masa yang sangat halus. Klei
disatukan oleh gaya-gaya Van der Waal, ikatan hidrogen dan ikatan
Coloumb. Agregat berdiameter 2-20 μm. Agregat-agregat yang berdiameter
2-20 μm terdiri dari partikel-partikel yang berdiameter< 2 μm yang terikat
bersama-sama sangat kuat oleh bahan organik persisten dan tidak dapat
terganggu oleh praktik pertanian. Partikel-partikel yang berdiameter 2-20 μm
merupakan partikel yang terdiri dari partikel-partikel berdiameter <2 μm yang
terikat dengan kuat.
Agregat berdiameter 20-250 μm. Agregat-agregat ini sebagian besar
terdiri dari partikel-partikel berdiameter 2-20 μm yang terikat bersama oleh
berbagai penyemen yang termasuk kedalam bahan organik persisten,
kristalin oksida dan aluminosilikat.Lebih dari 70% dari agregat adalah
berdiameter 20-250 μm. Agregat ini sangat stabil bukan hanya karena
ukurannya yang kecil, tapi juga karena agregat tersebut mengandung agen-
agen pengikat. Agregat ini termasuk ke dalam mikroagregat ((Kl-P-MO)x)y.
Agregat berdiameter > 2000 μm. Agregat yang berdiameter >2000 μm terdiri
dari agregat-agregat dan partikel-partikel yang disatukan oleh akar dan hifa.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 42


Agen-Agen Agregasi
Karbon Tanah. Karbon tanah terdiri dari karbon organik dan karbon
anorganik tanah. Karbon tanah berpengaruh terhadap agregasi terkait
asosiasinya dengan kation dan partikel-partikel tanah. Komposisi karbon
organik tanah mencerminkan laju dekomposisi dan pelepasan kation ke
larutan tanah beserta ketersediaan kation-kation pada larutan tanah.
Bahan Organik Tanah. agen pengikat yang berasal dari bahan organic
terbagi menjadi tiga kelompok, yakni transien,temporer dan persisten.
Kelompok agen pengikat transien adalah berbagaipolisakarida-polisakarida
mikro dari berbagai bahan organik yang ditambahkan ke tanah dan beberapa
polisakarida yang berhubungan dengan akar dan biomasa mikro pada
rizosfer; agen pengikat temporer diantaranya adalah akar dan fungi;
sedangkan agen pengikat persisten diantaranya adalah humat dan kompleks
organo-mineral.
Klei dan Mineral Klei. Jenis mineral klei mempengaruhi sifat-sifat yang
dapat mempengaruhi agregasi diantaranya adalah area permukaan, KTK,
kepadatan muatan dan dispersivitas.
Kation-Kation. Kation bivalen seperti kalsium dan magnesium
membentuk jembatan kationik dengan partikel klei dan karbon organik tanah.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 43


Klei yang jenuh dengan Ca2+ dan Mg2+ akan terflokulasi sedangkan klei yang
jenuh dengan Na+ akan terdispersi.

B. TUJUAN
1. Mampu menjelaskan proses pembentukan kemantapan agregat tanah
dan faktor-faktor yang mempengaruhi baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
2. Mampu menjelaskan perbedaan kemantapan agregat tanah antar
lapisan pada suatu profil tanah.
3. Mampu menjelaskan perbedaan kemantapan agregat tanah pada
berbagai penggunaan lahan berbeda.
4. Mampu menjelaskan hubungan dan pengaruh kemantapan agregat
tanah terhadap sifat tanah lainnya.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: timbangan, oven,
spidol, plastik, ayakan (8 mm, 4,75 mm, 2,83 mm, 2 mm, dan 0,5 mm).
Bahan yang diperlukan adalah sampel tanah dan air (aquades).

D. PROSEDUR KERJA
Metode yang digunakan untuk menentukan stabilitas agregat dengan
metode ayakan kering-basah. Metode ayakan kering-basah merupakan
suatu cara untuk menetapkan kemantapan agregat secara kuantitatif di
laboratorium. Dasar metode ini adalah mencari perbedaan rata-rata berat
diameter agregat pada pengayakan kering-basah.
1. Pengayakan Kering
Contoh tanah dengan agregat utuh dikering udarakan, lalu ditimbang
kurang lebih 500 gram. Selanjutnya contoh tanah ditaruh di atas satu set
ayakan bertingkat dengan diameter berturut- turut dari atas ke bawah 8
mm; 4,75 mm; 2,83 mm; 2 mm; 1 mm; 0,5 mm. Berikutnya contoh tanah
ditumbuk dengan anak lumpang (alu kecil) sampai semua lolos ayakan 8
mm. Kemudian ayakan tersebut diayunkan dengan tangan 5 kali.
Masing-masing fraksi agregat di setiap ayakan ditimbang, kemudian

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 44


dinyatakan kedalam persen. Persentasi agregasi= 100% - % agregat
lebih kecil dari 2 mm.

Tabel 6. Perhitungan Kemantapan Agregat Tanah dengan Pengayakan


Kering
Berat
Agihan Rerata Agregat
No. Diameter Diameter yang Persentase (%)
Ayakan (mm) (mm) Tertinggal
(g)
1. 0,00-0,50 0,25 A (A/G)X100
2. 0,50-1,00 0,75 B (B/G)X100
3. 1,00-2,00 1,5 C (C/G)X100
4. 2,00-2,83 2,4 D (D/G)X100
5. 2,83-4,76 3,8 E (E/G)X100
6. 4,76-8,00 6,4 F (F/G)X100

Total (A + B + C + D + E + F) = G
Total (D + E + F) =H
1) Agihan (sebaran) Ukuran Agregat: Agihan agregat dapat dinyatakan
dalam persen berat, misal: agregat ukuran 6,40 mm = F/G x 100 % =
...%
2) Rerata Berat Diameter (RBD)
Nilai RBD menggambarkan dominansi agregat ukuran tertentu. RBD
dihitung hanya untuk agregat ukuran > 2 mm, dengan urutan sebagai
berikut:
a. Hitung persentase agregat ukuran > 2 mm :
D/H x 100% = X; E/H x 100% = Y; F/H x 100% = Z
b. Hasil pada a dikalikan dengan rerata diameter dan dijumlahkan
dan dibagi dengan 100, seperti pada persamaan:
RBD (g.mm) = [(X x 2,4) + (Y x 3,8) + (Z x 6,4)]/100

2. Pengayakan Basah
Agregat-agregat yang diperoleh dari pengayakan kering, kecuali agregat
lebih kecil dari 2 mm, ditimbang dan masing-masing diletakan dalam
mangkuk kecil (cawan). Banyaknya disesuaikan dengan perbandingan
ketiga fraksi agregat tersebut dan totalnya harus 100 gram. Kemudian
contoh tanah dibasahi menggunakan pipet atau sprayer sampai pada
kondisi kapasitas lapang dan biarkan selama 1 malam. Kemudian tiap-
tiap agregat dipindahkan dari mangkuk (cawan) ke satu set ayakan
bertingkat dengan diameter berturut-turut dari atas ke bawah 4,76 mm;
2,83 mm; 2 mm; 1 mm; 0,5 mm; dan 0,279 mm sebagai berikut:

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 45


- Agregat antara 8 mm dan 4,75 mm di atas ayakan 4,75 mm
- Agregat antara 4,76 mm dan 2,83 mm di atas ayakan 2,83 mm
- Agregat antara 2,83 mm dan 2 mm di atas ayakan 2 mm
Selanjutnya ayakan tersebut dipasang pada alat pengayak yang
dihubungkan dengan bejana (ember besar) berisi air. Pengayakan
dilakukan selama 5 menit (kurang lebih 35 ayunan tiap menit dengan
amplitudo 3,75 cm). Tanah yang tertampung pada setiap ayakan
dipindahkan ke kaleng (koran), kemudian dioven dengan suhu 130oC.
Setelah kering, tanah pada masing-masing diameter ayakan ditimbang.
Tabel 7. Perhitungan Kemantapan Agregat Tanah dengan Pengayakan
Basah
Berat
Agihan Rerata Agregat
No. Diameter Diameter yang Persentase (%)
Ayakan (mm) (mm) Tertinggal
(g)
1. 0,00-0,50 0,25 A (A/G)X100
2. 0,50-1,00 0,75 B (B/G)X100
3. 1,00-2,00 1,5 C (C/G)X100
4. 2,00-2,83 2,4 D (D/G)X100
5. 2,83-4,76 3,8 E (E/G)X100
6. 4,76-8,00 6,4 F (F/G)X100
Total (A + B + C + D + E + F) = G
Total (D + E + F) =H

1) Agihan (sebaran) Ukuran Agregat: Agihan agregat dapat dinyatakan


dalam persen berat, misal: agregat ukuran 6,40 mm = F/G x 100 % =
...%
2) Rerata Berat Diameter (RBD)
Nilai RBD menggambarkan dominansi agregat ukuran tertentu. RBD
dihitung hanya untuk agregat ukuran > 2 mm, dengan urutan sebagai
berikut:
c. Hitung persentase agregat ukuran > 2 mm :
D/H x 100% = X; E/H x 100% = Y; F/H x 100% = Z
d. Hasil pada a dikalikan dengan rerata diameter dan dijumlahkan
dan dibagi dengan 100, seperti pada persamaan:
RBD (g.mm) = [(X x 2,4) + (Y x 3,8) + (Z x 6,4)]/100

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 46


Tabel 8. Harkat Kemantapan Agregat

No. Kemantapan Agregat Harkat


1. Sangat Mantap Sekali >200
2. Sangat Mantap 80-200
3. Mantap 61-80
4. Agak Mantap 50-60
5. Kurang Mantap 40-50
6. Tidak Mantap <40

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 47


VIII. TEKSTUR TANAH

A. DASAR TEORI

Tekstur tanah adalah sifat kasar halusnya tanah yang dilambangkan


dengan perbandingan persentase nisbi (relatif) fraksi pasir, debu dan liat
dalam tanah. Berdasarkan klasifikasi USDA fraksi pasir berdiameter 2 mm –
5 mm, debu berdiameter 0,05 mm – 0,002 mm dan liat berdiameter < 0,002
mm.
Tekstur tanah dapat mempengaruhi sifat-sifat fisika, kimia dan biologi
tanah. Terhadap sifat fisika tanah, tekstur menentukan struktur, konsistensi,
kemampuan mengikat air, ketahanan terhadap erosi. Terhadap sifat kimia
tanah tekstur dapat meningkatkan kemampuan tanah mengikat unsur hara,
memperbaiki kapasitas tukar kation tanah. Pengaruhnya terhadap sifat
biologi tanah adalah keseimbangan air dan udara ditentukan juga oleh
tekstur tanah, dalam hal ini menentukan macam dan jumlah jasad renik serta
aktivitas kegiatannya.
Penetapan kelas tekstur tanah dapat dilakukan secara kualitatif (cara
lapangan) dan secara kuantitatif (cara laboratorium). Penetapan di lapangan
dilakukan dengan cara pengujian contoh tanah dengan ibu jari dan jari
telunjuk pada keadaan lembab. Dengan cara ini dapat diketahui tekstur
tanah secara kulaitatif. Cara ini memerlukan keterampilan dan pengalaman
dari penelitinya sendiri, dengan kata lain makin sering seseorang melakukan
pengamatan maka akan semakin mendekati kebenaran.
Penetapan kelas tekstur di laboratorium dikenal sebagai analisa mekanik
dan analisa menggunakan metode hydrometer dilakukan atas dasar
kecepatan pengendapan dalam suspensi tanahnya. Asas cara ini adalah
bahwa tanah (berbagai macam zarah) bila dimasukkan ke dalam air akan
tenggelam dan kecepatannya secara kasar berbanding lurus dengan ukuran
zarah tersebut.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 48


B. TUJUAN
5. Mampu menjelaskan proses pembentukan tekstur tanah dan faktor-
faktor yang mempengaruhi baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
6. Mampu menjelaskan perbedaan tekstur tanah antar lapisan pada
suatu profil tanah.
7. Mampu menjelaskan perbedaan tekstur tanah pada berbagai
penggunaan lahan berbeda.
8. Mampu menjelaskan hubungan dan pengaruh tekstur tanah terhadap
sifat tanah lainnya.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan adalah Piala gelas 800 ml, Penyaring Berkefeld,
Ayakan 50 mikron, Gelas ukur 500 ml, Pipet 20 ml, Pinggan aluminium,
Dispenser 50 ml, Gelas ukur 200 ml, Stop watch, Oven berkipas, Pemanas
listrik, Neraca analitik ketelitian empat desimal. Bahan yang digunakan
adalah contoh tanah kering udara (2 mm) dan aquades serta bahan kimia
lain untuk analisis tekstur di laboratorium. H2O2 30%, H2O2 10% (H2O2
30% diencerkan tiga kali dengan air bebas ion), HCl 2N (Encerkan 170 ml
HCl 37% teknis dengan air bebas ion dan diimpitkan hingga 1 l), Larutan
Na4P2O7 4% (Larutkan 40 g Na4P2O7.10 H2O dengan H2O dan diimpitkan
hingga 1 l).

D. PROSEDUR KERJA

b. Penetapan Tekstur Secara Kualitatif


1. Bahan tanah dibuat pasta, dicoba dibuat bola dengan dikepal-
kepal
1.1. Tidak dapat; kelas tekstur ……………………………pasir
1.2. Dapat; dilanjutkan ke ……………………………………..2
2. Pasta tanah dicoba dibuat pita dengan ditekan dan didorong hati-
hati dengan ibu jari dengan alas jari telunjuk sampai ujung pita
tanah menjulur melampaui ujung jari telunjuk.
2.1 Tidak dapat; ……………………………………..pasir berlempung
2.2 Dapat; dapat dilanjutkan ke …………………………..…………..3
3. Jaluran pita tanah patah karena beratnya sendiri pada waktu
mencapai panjang dari ujung jari telunjuk

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 49


3.1 Kurang daripada 2,5 cm; lanjutkan ke ……………...………….4
3.2 2,5 – 5 cm; lanjutkan ke ……………………………….................5
3.3 Lebih dari pada 5 cm; lanjutkan ke …………………..…………6
4. Tanah dibuat bubur, digosok-gosokkan dengan ibu jari pada
telapak tangan, rasa menonjol
4.1 Kasar; kelas tekstur .………………………….. lempung berpasir
4.2 Halus licin; kelas tekstur ………………………lempung berdebu
4.3 Halus licin mutlak; kelas tekstur ………….………………….debu
4.4 Rasa kasar dan halus seimbang; kelas tekstur ……… lempung
5. Perlakuan sama dengan 4
5.1 Kasar; kelas tekstur .………………………..lempung liat berpasir
5.2 Halus licin; kelas tekstur …………………. lempung liat berdebu
5.3 Halus licin mutlak; kelas tekstur ………….………………….debu
5.4 Rasa kasar dan halus seimbang; kelas tekstur …………
lempungberliat
6. Perlakuan sama dengan 4
6.1 Kasar; kelas tekstur .…………………………………..liat berpasir
6.2 Halus licin; kelas tekstur ………………………………liat berdebu
6.3 Halus licin mutlak; kelas tekstur ………….………………. ..debu
6.4 Rasa kasar dan halus seimbang; kelas tekstur …………….. liat
c. Pentapan Tekstur Tanah secara Pipet
Timbang 10,000 g contoh tanah < 2 mm, dimasukkan ke dalam piala
gelas 800 ml, ditambah 50 ml H 2O2 10% kemudian dibiarkan
semalam. Keesokan harinya ditambah 25 ml H2O2 30%, dipanaskan
sampai tidak berbusa, selanjutnya ditambahkan 180 ml air bebas ion
dan 20 ml HCl 2N. Didihkan di atas pemanas listrik selama lebih
kurang 10 menit. Angkat dan setelah agak dingin diencerkan dengan
air bebas ion menjadi 700 ml. Dicuci dengan air bebas ion
menggunakan penyaring Berkefield atau dienap-tuangkan sampai
bebas asam, kemudian ditambah 10 ml larutan peptisator Na4P2O7
4%.

Pemisahan pasir
Suspensi tanah yang telah diberi peptisator diayak dengan ayakan
50 mikron sambil dicuci dengan air bebas ion. Filtrat ditampung dalam
silinder 500 ml untuk pemisahan debu dan liat. Butiran yang tertahan
ayakan dipindahkan ke dalam pinggan aluminium yang telah diketahui
bobotnya dengan air bebas ion menggunakan botol semprot. Keringkan

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 50


(hingga bebas air) dalam oven pada suhu 105oC, didinginkan dalam
eksikator dan ditimbang (berat pasir = A g).

Pemisahan debu dan liat


Filtrat dalam silinder diencerkan menjadi 500 ml, diaduk selama
1 menit dan segera dipipet sebanyak 20 ml ke dalam pinggan

aluminium. Filtrat dikeringkan pada suhu 105oC (biasanya 1 malam),


didinginkan dalam eksikator dan ditimbang (berat debu + liat +
peptisator = B g). Untuk pemisahan liat diaduk lagi selama 1 menit
lalu dibiarkan selama 3 jam 30 menit pada suhu kamar. Suspensi liat
dipipet sebanyak 20 ml pada ke dalaman 5,2 cm dari permukaan
cairan dan dimasukkan ke dalam pinggan aluminium. Suspensi liat
dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC, didinginkan dalam
eksikator dan ditimbang (berat liat + peptisator = C g).
Catatan:
Bobot peptisator pada pemipetan 20 ml berdasarkan
penghitungan adalah 0,0095 g. Bobot ini dapat pula ditentukan
dengan menggunakan blanko. Angka 25 adalah faktor yang
dikonversikan dalam 500 ml dari pemipetan 20 ml.

Perhitungan
Fraksi pasir = Ag
Fraksi debu = 25 (B - C) g
Fraksi liat = 25 (C - 0,0095) g
Jumlah fraksi = A + 25 (B - 0,0095) g

Pasir (%) = A / {A + 25 (B - 0,0095)} x 100


Debu (%) = {25(B - C)} / {A + 25 (B - 0,0095)} x 10
Liat (%) = {25 (C - 0,0095)} / {A + 25 (B - 0,0095)} x 100

Keterangan
A = berat pasir
B = berat debu + liat + peptisator
C = berat liat + peptisator
100 = konversi ke %

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 51


Menentukan tekstur dengan segitiga tekstur

Soil Textural Triangle

Gambar Diagram Segitiga Tekstur Tanah

Tabel 9. persentase kelas tekstur tanah


No Kelas Tekstur % Liat % Debu % Pasir
1 Liat 40-100 0-40 0-45
2 Liat Berdebu 40-60 40-60 0-20
3 Liat Berpasir 35-55 0-20 45-65
4 Lempung Berliat 27-40 15-53 20-45
5 Lempung Liat Berdebu 27-40 40-73 0-20
6 Lembung Liat Berpasir 20-35 0-28 45-80
7 Lempung 7-27 28-50 23-52
8 Lempung Berdebu 0-27 50-88 0-50
9 Debu 0-12 18-100 0-20
10 Lempung Berpasir 27-40 15-35 20-45
11 Pasir Berlempung 0-15 0-30 70-90
12 Pasir 0-10 0-15 85-100

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 52


VII. PENETAPAN NILAI COLE

A. DASAR TEORI
Potensi mengembang (bila basah) dan mengkerut (bila kering) dari
suatu tanah adalah merupakan salah satu dari sekian banyak sifat teknik dari
tanah. Hal ini dihubungkan dengan tipe dan jumlah liat. Saat mengembang
dan mengkerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat
montmorilonit yang tinggi.
Potensi mengembng dan mengkerut merupakan suatu ukuran
perubahan volume dengan pentjenuhan air dan pengringan. Besarnya
pengembangan dan pengkerutan tanah dinyatakan sebagai koefisien
ekstansibilitas linear (COLE = Coeficient Linear Extansibility).
Apabila nilai COLE melebihi 0,09 suatu tanda penjenuhan yang nyata
dapat diharapkan, berarti kandungan montmorilonit tinggi. Sedangkan
apabila lebih besar 0,03 diperoleh smectit yatitu menggantikan montmorilonit
sebagai nama grup untuk perluasan liat 2 : 1 dengan kapasitas tukar yan
tinggi, sifat-sifat perluasan maksimum dan ukuran partikel yang sangat kecil,
berarti di dalam tanah ditemukan mineral liat montmorilonit yang cukup.

B. TUJUAN
1. Mampu menjelaskan proses pembentukan Nilai COLE tanah dan
faktor-faktor yang mempengaruhi baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
2. Mampu menjelaskan perbedaan Nilai COLE tanah antar lapisan pada
suatu profil tanah.
3. Mampu menjelaskan perbedaan Nilai COLE tanah pada berbagai
penggunaan lahan berbeda.
4. Mampu menjelaskan hubungan dan pengaruh Nilai COLE tanah
terhadap sifat tanah lainnya.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 53


C. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Wadah aluminium,
ayakan, oven dan mistar. Bahan yang digunakan yaitu sampel tanah dan air.

D. PROSEDUR KERJA

1. Mengayak tanah lolos saaringan 2 mm


2. Melumpurkan tanah sampai sampai air tidak menetes
3. Memasukkan tanah ke dalam wadah, kemudian buat pasta dan
dipadatkan sambil dipukul-pukul agar oksigen dalam tanah dapat
keluar
4. Mengukur panjang tanah lembab dengan mistar
5. Memasukkan tanah ke dalam oven (suhu 105oC selama 24 jam)
6. Mengukur panjang tanah kering setelah dioven
7. Menghitung nilai COLE

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 54


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah T.S., 1998. Pedoman Teknik Survei Tanah dan Evaluasi Lahan.
Jurusan Tanah IPB, Bogor.

Balai Penelitian Tanah, 2004. Petunjuk Praktis Pengamatan Sifat-sifat Tanah


di Lapangan. Puslitbangtanak Balitbang Pertanian Deptan, Bogor.

Buckman, H.O. dan N.C. Brady, 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara,
Jakarta.

Foth, H.D., 1991. Dasar-dasar Ilmu Tanah Edisi Ketujuh. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Hardjowigeno, S., 1993. Klasifikasi tanah dan Pedogenesis. Akademika


Pressindo, Jakarta.

Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.

Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka, 2001. Kesesuaian Lahan dan


Perencanaan Tata Guna Tanah. Jurusan Tanah IPB, Bogor.

Rachim, D.A. dan Suwardi, 2002. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan
Tanah IPB, Bogor.

Schaetzel, R and S. Anderson. 2005. Soil Genesis and Geomorphology.


Cambridge University Press.

Sitorus, S.R.P., 1986. Survei Tanah dan Penggunaan Lahan. Jurusan Tanah
IPB, Bogor.

Soepardi, G., 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Faperta IPB, Bogor.

Tejoyuwono, N., 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal


Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 55


Lampiran 1. Format Halam Sampul Laporan Mingguan

Kode Kelas :…….

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA TANAH

(Praktikum Ke I : Profil Tanah)

Rustam
(D1B105001)
Kelompok I

JURUSAN/PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 56


Kode Jurusan/Prodi :

TNH18-A = Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah Kelas A Angkatan 2018

TNH18-B= Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah Kelas B Angkatan 2018

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 57


Lampiran 2. Format Halaman Pengesahan Laporan Mingguan

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Praktikum :
Jurusan/Prodi :
Kelompok :
Nama Lengkap :
No. Stambuk :

Kendari, tanggal, bulan, tahun


Asisten I Asisten II

(………………….) (…………………….)

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 58


Lampiran 3. Sistematika Laporan Mingguan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan dan Manfaat

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Konsep Teori
2.2. Karakteristik dan Klasifikasi
2.3. Manfaat
2.4. Pengelolaan

BAB III. METODE PRAKTIKUM


3.1. Waktu dan Tempat
3.2. Bahan dan Alat
3.3. Prosedur Kerja
3.4. Analisis Data

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Analisis
4.2. Pembahasan

BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Catatan :
- Laporan Mingguan Terdiri Dari Sampul, Pengesahan dan Isi Laporan
- Jarak Antara BAB dan Sub Bab = 2,5 Spasi
- Jarak Antara Sub Bab dengan Baris Pertama Paragraf = 2 Spasi
- Jarak Antara Baris dalam Paragraf = 1,5 Spasi
- Jarak Antara Baris Terakhir Paragraf dengan Sub Bab = 2 Spasi
- Tipe Huruf Times New Roman
- Ukuran Huruf 12
- Ukuran Bab 14 Bold

Penuntun Praktikum Fisika Tanah Halaman | 59

Anda mungkin juga menyukai