Anda di halaman 1dari 10

BAP KELOMPOK 4

Materi : Menyusun instrument tes tertulis untuk mengukur hasil


belajar

Tanggal : 27 September 2022

Mata Kuliah : Evaluasi Hasil Belajar

Dosen Pengampu : Drs. Tauada Silalahi M.Pd

Kelompok :5

1. Emy Cyntia Manik (7213143023)

2. Enjelina (7211143002)

3. Fewisa (7212443004)

4. Martha Friska (7212443015)

5. Meliana (7213343022)

6. Pasran Sitanggang (7213143001)

7. Risky Esra Simarmata (7213343003)

8. Sulaiman Falah Siregar (7213143010)

9. Hanifah Ammi Rahmawati (22PMM129)


SESI PERTANYAAN PERTAMA

1. Nama : Juita Aritonang

Nim : 7213343015

Kel : 3

Pertanyaan :

Menurut kelompok penyaji mengapa dalam melakukan sebuah tes yang paling
sering digunakan adalah tes berbentuk pilihan ganda?

Penjawab :

Nama : Fewisa

NIM : 7212443004

Jawaban :

a. Jenis Format pilihan ganda dapat digunakan untuk berbagai keragaman


target menilai pembelajaran dibandingkan format soal pilihan jawaban
lainnya.

b. Soal pilihan ganda tidak memerlukan siswa untuk menulis dan menguraikan
jawaban mereka dan sehingga mengurangi kesempatan untuk siswa
berkemampuan kurang untuk "menipu" jawaban mereka.

c. Berpikir. Tes pilihan ganda fokus pada membaca dan Tes menggunakan
pemeriksaan. tidak proses menuntut menulis siswa dalam untuk kondisi

d. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk menebak jawaban yang benar


untuk soal pilihan ganda daripada mencocokkan. soal benar-salah atau soal.

e. Pilihan untuk pengecoh siswa mungkin memberikan kita diagnosis


pengetahuan yang dalam tentang siswa yang mengalami kesulitan. Namun,
untuk pengecoh untuk membuatnya harus berhati hati sehingga pengecoh
menarik siswa yang biasa.

Tanggapan/Tambahan :

Nama : Indah k. m. simanjunntak

NIM : 7211143004

Kel :2

Tes PG memiliki semua persyaratan sebagai alat tes yang baik, dilihat dari segi
objektivitas, reliabilitas, dan daya pembeda antara siswa yang berhasil dan siswa
yang gagal. Hal lain yang menjadi keunggulan tes PG karena penskorannya cepat,
mudah, objektif. Berbagai jenjang kognitif dapat diukur dengan tes PG, dan tes ini
dapat digunakan untuk situasi yang jumlah pesertanya banyak dan hasilnya bisa
segera diumumkan, seperti ujian nasional dan ujian masuk perguruan tinggi.
Ingat dan pahami pula bahwa tes objektif bentuk PG punya sisi lemah, yaitu: (1)
kurang dapat digunakan untuk kemampuan verbal; (2) murid tidak mempunyai
keleluasaan dalam menulis, mengorganisasikan, dan mengekspresikan gagasan
yang mereka miliki yang dituangkan dalam kata atau kalimatnya sendiri; (3) tidak
dapat digunakan untuk mengukur kemampuan problem solving, (4) penyusunan
soal yang baik memerlukan waktu yang relatif lama dibandingkan dengan bentuk
soal lainnya, (5) sangat sukar menentukan alternatif jawaban yang benar-benar
homogen, logis dan berfungsi.

Sebagai guru, kita harus punya sikap kritis dan hati-hati dalam menggunakan tes
pilihan ganda. Apa sebab? Tak mudah membuat soal pilihan ganda. Kita mesti
memerhatikan prosedur pembuatan soal yang baik. Ada tahapan proses yang
menuntut ketelitian tingkat tinggi. Apalagi kalau bicara soal reliabilitas dan daya
pembeda bagi murid, sesuatu yang tak boleh diremehkan. Salah menafsirkan
kemampuan murid, perkaranya amat membahayakan. Murid bisa salah menilai
diri dan kemampuannya.
2. Nama : Indah k. m. simanjunntak

Nim : 7211143004

Kel :2

Pertanyaan :

Jelaskan mekanisme penilaian hasil belajar menurut pendidik?

Penjawab :

Nama : Risky Esra Silvia Simarmata

NIM : 7213343003

Jawaban :

Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik meliputi :

a. Perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat


penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus.
Dalam hal ini, termasuk penentuan bentuk penilaian yang sesuai dengan
kompetensi dasar yang ada di dalam kurikulum.

b. Penyusunan instrumen penilaian mengikuti langkah-langkah pengembangan

c. instrumen yang standar yaitu menentukan tujuan, menyusun kisi-kisi,


menyusun soal, analisis kualitatif, uji coba, dan analisis kuantitatif.

d. Perakitan butir soal yang akan digunakan dalam penilaian sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai.

e. Pelaksanaan penilaian oleh pendidik dan hasilnya ditafsirkan sebagai bahan


laporan.
f. Hasil penilaian pencapaian pengetahuan peserta didik disampaikan dalam
bentuk angka dan/atau deskripsi.

3. Nama : Geby Karisma Br Ginting

Nim : 7212443013

Kel :2

Pertanyaan :

Apa sih manfaat hasil penilaian formatif bagi pendik dan peserta didik?

Penjawab :

Nama : Meliana Simamora

NIM : 7213343022

Jawaban :

Manfaat bagi guru yaitu guru akan mengetahui sejauh mana bahan pelajaran
dikuasai dan dapat memperkirakan hasil penilaian sumatif. Jika guru mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran, maka guru dapat
membuat keputusan, apakah suatu materi pembelajaran perlu diulang atau tidak.
Jika harus diulang, guru juga harus memikirkan strategi pembelajaran yang akan
ditempuh. Penilaian formatif merupakan penilaian hasil belajar dari kesatuan-
kesatuan kecil materi pelajaran.
SESI PERTANYAAN KEDUA

1. Nama : Badty Silaen

Nim : 7213343001

Kel :2

Pertanyaan :

Jika sebuah alat tes mencapai validasi namun tidak reliabel? Menurut kelompok
kalian bagimana kualitas alat tes tersebut?dan bagaimana jika kebalikannya?

Penjawab :

Nama : Hanifah Ammi Rahmawati

NIM : 22PMM129

Jawaban :

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapat data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel belum tentu valid.

Validitas dan reliabilitas bersifat saling melengkapi, namun terkadang juga dapat
bersifat bertolak belakang. Dalam suatu contoh misalnya ada suatu alat ukur
yang memiliki validitas tinggi namun memiliki reliabilitas rendah, hal ini dapat
terjadi dalam pengukuran dengan pendekatan kualitatif. Misalnya konstruk yang
diukur merupakan suatu konstruk yang sangat abstrak yaitu alineasi yang digali
melalui metode wawancara, hal ini mungkin dapat dikatakan memiliki validitas
yang tinggi namun reliabilitas yang rendah karena tergantung pada bagaimana
peneliti menggunakan instrumen penelitian.
Contoh lain misalnya suatu alat ukur yang memiliki reliabilitas tinggi namun
validitasnya rendah. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa
suatu alat ukur memiliki keajegan dalam mengukur namun kurang tepat dalam
mengukur apa yang hendak diukur atau tidak dapat mengenai sasaran terhadap
apa yang diukur. Berdasarkan penjabaran tersebut, maka alat ukur itu memiliki
kualitas yang rendah.

Namun sebaliknya, jika suatu alat ukur valid maka kemungkinan besar
reliabilitasnya akan dapat mengikuti menjadi baik juga. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa suatu alat ukur yang valid akan cenderung memiliki reliabilitas
yang tinggi, namun alat ukur yang memiliki reliabilitas yang tinggi belum tentu
valid.

Tanggapan/Tambahan :

Nama : Muhammad Fairuz Idham

NIM : 7213143004

Kel :3

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) ituvalid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang hendakdiukur. Meteran yang valid dapat digunakan untuk
mengukur panjang dengan teliti, karenameteran memang alat untuk mengukur
panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jikadigunakan untuk mengukur
berat. Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakanbeberapa
kali untuk mengukur objek yang sama,akan menghasilkan data yang sama. Alat
ukurpanjang dari karet adalah contoh instrumen yang tidak reliabel

2. Nama : Tessa Rifka Simarmata

Nim : 7213343005
Kel :2

Pertanyaan :

Apakah yang dijadikan dasar bagi seorang guru untuk menetapkan peserta didik
yang harus diberi remedial dan pengayaan?

Penjawab :

Nama : Pasran Sitanggang

NIM : 7213143001

Jawaban :

KKM akan dijadikan dasar untuk menetapkan kegiatan remedial atau pengayaan
yang akan dilaksanakan oleh peserta didik. Kriteria Ketuntasan Minimal yang
selanjutnya disebut KKM adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh
satuan pendidikan dengan mengacu pada standar kompetensi lulusan. Dalam
menetapkan KKM, satuan pendidikan harus merumuskannya secara bersama
antara kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya. KKM
dirumuskan setidaknya dengan memperhatikan 3 (tiga) aspek, yaitu karakteristik
peserta didik (intake), karakteristik mata pelajaran (kompleksitas
materi/kompetensi), dan kondisi satuan pendidikan guru dan daya dukung) pada
proses pencapaian kompetensi.

Ada beberapa model KKM. Model KKM terdiri atas lebih dari satu KKM dan satu
KKM. Satuan pendidikan dapat memilih salah satu dari model penetapan KKM
tersebut. Setelah KKM ditentukan, capaian pembelajaran peserta didik dapat
dievaluasi ketuntasannya. Peserta didik yang belum mencapai KKM berarti belum
tuntas, wajib mengikuti program remedial, sedangkan peserta didik yang sudah
mencapai KKM dinyatakan tuntas dan dapat diberikan pengayaan.

Tanggapan/Tambahan :
Nama : Josua Tamba

NIM : 7213143005

Kel :3

Dalam kegiatan remedial biasanya siswa diharuskan untuk mengikuti kegiatan ini
adalah yang belum mencapai ketuntasan minumun disetiap mata pelajaran.
Sebelum melaksanakan kegiatan remedial ada beberapa hal yang harus guru
lalukan akan kegiatan remedial tidak berjalan secara sia-sia. Hal tersebut adalah
pembinaan terhadap siswa yang sudah dinyatakan belum mencapai ketuntasan. 

Dengan adanya pembinaan tersebut diharapkan siswa bisa lebih mempersiapkan


kembali akan tes yang akan ia hadapi dan memberikan pemahaman serta
motivasi kembali kepada siswa agar ia mau berusaha belajar dan mencapai nilai
yang memuaskan. Jika hal tersebut telah dilaksanakan barulah guru akan
melaksanakan kegiatan remedial dengan memberikan soal, soal yang diberikan
bisa berupa soal yang sudah diulangankan atau soal baru.

3. Nama : Tetty Hotmauli Silaban

Nim : 7213143021

Kel :2

Pertanyaan :

Bagaimana jika instrumen yang telah kita ujikan tidak valid dan tidak reliabel ?
Apa yang harus kita lakukan dan apa tips untuk membuat instrumen yang baik
agar hasil nya valid dan reliabel?

Penjawab :

Nama : Enjelina

NIM : 7211143002
Jawaban :

Setiap butir soal dalam instrumen harus diujikan validitas dan reliabilitasnya.
Untuk mengukur ketepatan sesuatu yang harus diukur harus sesuai indikator
yang ada. Bila terdapat butir soal yang tidak valid, maka butir soal tersebut harus
dievaluasi dan diganti kemudian diujikan kembali hingga memperoleh butir soal
yang valid dan reliabel.

Ada beberapa cara untuk membuat instrumen yang baik agar hasilnya valid dan
reliabel. yaitu:

a. Mengkonsep konstruk yang akan diteliti.

b. Menggunakan level pengukuran yang tepat.

c. Menggunakan beberapa indikator untuk satu variabel.

d. Memperbanyak jumlah sampel yang digunakan.

e. Memperbaiki pertanyaan angket lalu mengujinya kembali.

f. Melakukan drop terhadap item yang tidak valid.

g. Memprediksi angket valid.

Anda mungkin juga menyukai