Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

G
DENGAN KDS DAN BRONKOPNEUMONIA
DI RUANG MELATI RSUD SLEMAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas :


Mata Kuliah : Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Dra. Ni Ketut Mendri, S. Kep, Ns, M. Sc

OLEH:

Muhammad Isro Boufakar (P07120522032)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
T.A 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Keperawatan Anak Yang Berjudul “Asuhan Keperawatan pada An. G Dengan KDS dan
Bronkopenumonia di Ruang Melati RSUD Sleman”.
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase Keperawatan Anak

Nama : Muhammad Isro Boufakar

Tanggal : 25 Juli 2022 – 30 Juli 2022

Tempat : Ruang Melati RSUD Sleman

Mengetahui,

PERSEPTOR AKADEMIK PERSEPTOR KLINIK

Dra. Ni Ketut Mendri, S. Kep, Ns, M. Sc Ns. Ayatul Qudsiyah, S.Kep


BAB I
KONSEP KEBUTUHAN DASAR

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Keamanan adalah suatu kondisi aman, dan tentram, bebas dari cedera fisik dan
psikologis serta kebutuhan dasar manusia yang haris dipenuhi. Keamanan adalah keadaan
bebas daricedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram
(Potter&Perry, 2010).
Rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampiran sehari-
sehari), dan kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi).
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang
tidak menyenangkan dan kurang sempurna dalam dimensi fisik (Carpenito, Linda Jual,
2008).
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
actual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan(SDKI, 2016)
2. Anatomi Fisiologis
Fisiologi sistem/fungsi normal sistem rasa aman dan nyaman pada saat impuls
ketidaknyamanan naik ke medula spinalis menuju kebatang otak dan thalamus, sistem
sarah otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon stress. Stimulasi pada
cabang simpatis pada saraf otonom menghasilkan respon etioloik.
3. Etiologi
Penyebab menurut SDKI (2016) yaitu
a. Gejala pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, Latihan fisik berlebih)
Adapun penyebab lainnya yaitu :
a. Trauma pada jaringan tubuh, misanya kerusakan jaringan akibat bedah atau
cidera.
b. Iskemik jaringan (kekurangan suplai darah ke jaringan atau organ tubuh)
c. Spasme otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau tak
terkendali, dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada otot
yang kelelahan dan bekerja berlebihan, khususnya ketika otot teregang berlebihan
atau diam menahan beban pada posisi yang tetap dalam waktu yang lama.
d. Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal
dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
e. Post operasi
4. Klasifikasi
a. Keselamatan fisik
Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan mengurangi atau
mengelurkan ancaman pada tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut mungkin
penyakit, kecelakaan, bahaya, atau pemajanan pada lingkungan. Pada saat sakit,
seorang klien mungkin rentan terhadap komplikasi seperti infiksi, olehkarena itu
bergantung pada profesional dalam sistem pelayanan kesehatan untuk
perlindungan.
Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik kadang mengambil prioritas lebih
dahulu di atas pemenuhankebutuhan fisiologis.. Misalnya, seorang perawat
mungkin perlu melindungi klien disointasi dari kemungkinan jatuh dari tempat
tidur sebelum memberikan perawatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
(Potter&Perry, 2010).
b. Keselamatan psikologis
Untuk selamat dan aman secara psikologi, seorang manusia harus memahami
apa yang diharapkan dari orang lain, termasuk anggota keluarga dan profesionl
pemberi perawatan kesehatan. Seseorang harus mengetahui apa yang diharapkan
dari prosedur, pengalaman yang baru, dan hal-hal yang dijumpai dalam
lingkungan.
Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi kebutuhan
keselamatan fisik dan psikologis merekat tanpa bantuan dari profesional pemberi
perawatan kesehatan .Bagaimanapun,orang yang sakit atau cacat lebih renta
untuk terancam kesejahteraan fisik dan emosinya,sehingga intervensi yang
dilakukan perawat adalah untuk membantu melindungi mereka dari bahaya
(Potter&Perry, 2010).
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala gangguan rasa aman dan nyaman menurut SDKI (2016)
a. Gejala dan tanda mayor
Subyektif : mengeluh nyeri
Obyektif : tampak meringis, bersikap protektif,gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur
b. Gejala dan tanda minor
Subyektif : (tidak tersedia)
Obyektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan
berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berpokus pada diri sendiri
6. Pathway
Etiologi

Panas atau Iskemia jaringan Trauma sel, Kejang otot Perubahan dalam
dingin yang infeksi jaringan misalnya
berlebihan oedem

Kerusakan Blok pada arteri Kerusakan sel Pemekaan pada


jaringan coronary reseptor nyeri
bradikinin
Pelepasan mediator
Merangsang nyeri (Histamin,
bradikinin,
thermo sensitive
reseptor prostaglandin,
serotonin, ion
kalium,dll)

Merangsang nosiseptor

Medulla spinalis

Hipotalamus, thalamus dan sistem limbik

Otak
(korteks somasensorik)

Persepsi nyeri

Nafsu makan
Gangguan rasa nyaman
menurun Nyeri

Intake berkurang Disfungsi intestinal Kurang terpapar Gangguan


informasi pola tidur

Risiko
keetidakseimbangan Resiko Deficit
ketidakseimbangan pengetahuan
nutrisi kurang dari
cairan
kebutuhan
7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui apakah ada

perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan

timbulnya rasa aman dan nyaman seperti :

a. Melakukan pemeriksaan laboraturium dan radiologi

b. Menggunakan skala nyeri

1) Nyeri sangat ringan = Skala nyeri 1-3 Secara objektif pasien masih

dapat berkomunikasi dengan baik

2) Nyeri sangat sedang = Skala nyeri 4-6 Secara objektif pasien dapat

menunjukkan lokasi nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti

instruksi yang diberikan

3) Nyeri sangat berat = Skala nyeri 7-9 Secara objektif pasien masih

bisam erespon, namun terkadang klien tidak mengikuti instruksi

yang di berikan.

4) Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara objektif pasien tidak mampu

berkomunikasi dan klien merespon dengan cara memukul.

c. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang

pecah di otak.

8. Penatalaksanaan Medis

a. Relaksasi napas dalam

Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan

dan stress. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika

terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri.
Dalam imajinasi terbimbing klien menciptakan kesan dalam pikiran,

berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara bertahap klien dapat

mengurangi rasa nyerinya.

b. Teknik distraksi

Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap

nyerike stimulus yang lain. Ada beberapa jenis distraksi yaitu ditraksi

visual(melihat pertandingan, menonton televise,dll), distraksi

pendengaran(mendengarkan music, suara gemericik air), distraksi

pernafasan ( bernafas ritmik), distraksi intelektual (bermain kartu).

c. Terapi pemberian obat analgesik

Merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri karena

obat ini memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi

dengan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. Walaupun analgesic

dapat menghilangkan nyeri dengan efektif, perawat dan dokter masih

cenderung tidak melakukan upaya analgesic dalam penanganan nyeri

karena informasi obat yang tidak benar, karena adanya kekhawatiran

klien akan mengalami ketagihan obat, cemas akan melakukan kesalahan

dalam menggunakan analgetik narkotik, dan pemberian obat yang

kurang dari yang diresepkan.

Ada 3 jenis analgetik, yakni :

1) Non Narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)

2) Analgesik narkotik atau opiate

3) Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik

B. Konsep Asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas

Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.


b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari bantuan

2) Riwayat kesehatan sekarang: Apa yang dirasakan sekarang

3) Riwayat penyakit dahulu : Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit

seperti ini atau sudah pernah

4) Riwayat kesehatan keluarga : Meliputi penyakit yang turun temurun atau

penyakit tidak menular

Riwayat nyeri : keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas, dan
waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara ‘PQRST’ :
P (Provokatif) : factor yang mempengaruhi

Q (Quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam tumpul dan tersayat)

R (Region) : daerah perjalanan nyeri

S (Scale) : keparahan/intensitas nyeri

T (Time) : lama/waktu serangan/frekuensi nyeri


2. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
a. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisiologis

b. (D.0036) Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan disfungsi intestinal.

c. (D.0111) Defisit pengetahuan berhubungan dengan gaya hidup

3. Intervensi Keperawatan

Dx Kep SLKI SIKI

Nyeri akut b.d agen Tingkat nyeri Manajemen nyeri


cedera fisiologis Setelah dilakukan Observasi
Tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
selama 2 x 24 jam karakteristik,
diharapkan nyeri pasien durasi, frekuensi,
menurun dengan kriteria kulaitas intensitas
hasil : nyeri
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi nyeri
menurun 3. Identifikasi adanya
2. Meringis menurun respon nyeri non
3. Gelisah menurun verbal
4. Frekuensi nadi Nursing care
membaik 1. Fasilitasi posisi
yang nyaman bagi
pasien
2. Berikan Teknik
non farmakologi
untuk mengurangi
nyeri
3. Lakukan repotition
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
2. Ajarkan Teknik
non farmakologi
untuk meredakan
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
analgesic jika
perlu
Defisit pengetahuan Tingkat pengetahuan Edukasi kesehatan
berhubungan dengan Setelah dilakukan Observasi
gaya hidup Tindakan keperawatan 1. Identifikasi
selama 2 x 24 jam kesiapan dan
diharapkan tingkat kemampuan
pengetahuan pasien menerima
meningkat dengan informasi
kriteria hasil : 2. Identifikasi factor-
1. Perilaku sesuai faktor yang dapat
ajuran meningkat meningkatkan dan
2. Kemampuan menurunkan
menjelaskan motivasi perilaku
pengetahuan hidup bersih dan
tentang suatu sehat
topik meningkat Teraupetik
3. Perilaku sesuai
dengan 1. Sediakan materi
pengetahuan dan media
meningkat Pendidikan
4. Pertanyaan Kesehatan
tentang masalah 2. Jadwalkan
yang dihadapi Pendidikan
menurun Kesehatan sesuai
5. Persepsi yang kesepakatan
keliru terhadap 3. Berikan
masalah menurun kesempatan untuk
6. Perilaku bertanya
meningkat Edukasi

1. Jelaskan factor
resiko yang dapat
mempengaruhi
Kesehatan
2. Ajarkan perilaku
hidup yang bersih
dan sehat
3. Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat

Resiko Keseimbangan cairan Manajemen cairan


ketidakseimbangan Setelah dilakukan Observasi
cairan berhubungan Tindakan keperawatan 1. Monitor status
dengan disfungsi selama 2 x 24 jam hidrasi
intestinal diharapkan keseimbangan 2. Monitor berat
cairan meningkat dengan badan
kriteria hasil : 3. Monitor hasil
1. Asupan cairan pemeriksaan lab
meningkat Nursing care
2. Kelembaban 1. Catat intake-output
membrane cairan dan hitung
mukosa balance cairan 24
meningkat jam
3. Asupan makanan 2. Berikan asupan
meningkat cairan sesuai
4. Dehidrasi kebutuhan
menurun 3. Berikan cairan
5. Membrane intravena jika
mukosa membaik perlu
6. Turgor kulit
membaik Edukasi
1. Edukasi tanda dan
gejala dehidrasi
atau kekurangan
cairan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat atau
suplemen ubtuk
memperbaiki kondisi
pasien

4. Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana tindakan
yang telah ditetapkan meliputi tindakan independent, depedent, interdependent. Pada
pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, validasi, rencan keperawatan, mendokumentasikan
rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif
dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai
atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan
analisa masalah selanjutnya.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. G DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI


BANGSAL MELATI RSUD SLEMAN

Hari/Tanggal : Senin, 25 Juli 2022 Jam : 09.00 WIB

Tempat : Bangsal Melati Di RSUD Sleman

Oleh : Muhammad Isro Boufakar    (P07120522032)

Sumber data : Pasien, Keluarga Pasien, Rekam Medis

Metode : Observasi, Wawancara, Studi Kasus

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien            : An. G
2) Tempat Tgl Lahir    : 24 Januari 2020
3) Umur                       : 2 tahun 6 bulan
4) Jenis Kelamin          : Laki-laki
5) Agama                     : Islam
6) Pendidikan              : -
7) Pekerjaan                 : -
8) Suku / Bangsa         : Jawa / Indonesia
9) Alamat                     : Murangan VII 05/25 Triharjo Sleman
10) Diagnosa Medis      : KDS dan Bronkopneumonia
11) No. RM               : 381XXX
12) Tanggal Masuk RS : 24 juli 2022
b. Penanggung Jawab / Keluarga
1) Nama                       : Ny. I
2) Umur                   : 32 Tahun
3) Pendidikan          : S1
4) Pekerjaan             : Swasta
5) Alamat                     : Murangan VII 05/25 Triharjo Sleman
6) Hubungan dengan pasien : Anak
7) Status perkawinan   : Menikah
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Ibu Pasien mengatakan anaknya batuk 1 minggu dan dahak sulit keluar
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan masuk RS :
Ibu pasien mengatakan anak demam 2 hari disertai dengan kejang < 5
mnit
b) Riwayat Kesehatan Pasien :
Ibu pasien mengatakan anaknya demam dari jumat sore, sudah diberi
penurun panas pukul 08.00 hari minggu 24 juli 2022. Waktu kejadian
anak tidak kehilangan kesadaran dan kejang – kejang lalu dibawa ke IGD
RSUD Sleman (Terbentur meja kepala kiri sebelum kejang)
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Prenatal
Ibu pasien mengatakan selama hamil rutin melakukan cek kesehatan
kehamilan
b. Perinatal
Ibu pasien mengatakan anaknya lahir normal tidak ada masalah selama
melahirkan dan kondisi anak tidak ada cacat
c. Postnatal
Ibu pasien mengatakan ketika lahir anaknya sempat minum air ketuban dan di
rawat di NICU selama 1 minggu
d. Penyakit yang pernah diderita
Ibu pasien mengatakan anaknya baru pertama kali mengalami kejang
e. Riwayat hospitalisasi
Ibu pasien mengatakan anaknya pernah di rawat di RSUD Sleman di Ruang
NICU saat lahir karena minum air ketuban dan di rawat selama 1 minggu
f. Riwayat injuri
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat luka baik luka
kecelakan maupun post op atau riwayat patah tulang
g. Riwayat imunisasi
Imunisasi telah lengkap dari DPT I, DPT II, DPT III, Polio I, Polio II, Polio
III, Polio IV, BCG, Campak, HIB, HIB II, HIB III, Hepatitis B I, Hepatitis B II,
dan MMR

h. Riwayat tumbuh kembang


1) Umur kehamilan 38 minggu,
2) Berat Bayi Lahir = 3,1 kg,
3) Panjang Bayi Lahir = 51 cm
4) Masalah neonatus = minum air ketuban, masuk NICU 1 minggu
5) ASI = iya, sampai usia 24 bulan. Susu formula = iya, di usia 6 sampai 10
bulan
6) Makanan tambahan = 6 bulan
7) Duduk = 7 bulan
8) Berdiri = 12 bulan
9) Tengkurap = 3 bulan
10) Merangkak = 8 bulan
11) Berjalan = 13 bulan
12) Kelainan tumbuh kembang = tidak ada
i. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Genogram

Keterangan :
Laki-laki Tinggal serumah Pasien

Perempuan
Meninggal
Pisah

2) Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan seperti
hipertensi dan diabetes melitus.
4. Kesehatan Fungsional  
a. Nutrisi - metabolik
Ibu pasien mengatakan nafsu makan baik 3 kali sehari dan selalu habis. Pasien
mengatakan dalam sehari minum kurang lebih 1 liter air putih.
b. Eliminasi
Sebelum sakit : Ibu Pasien mengatakan BAB dan BAK lancar tidak ada kendala
seperti konstipasi ataupun nyeri ketika berkemih
Setelah sakit : Ibu pasien mengatakan tidak ada gangguan lain selama anaknya
sakit dam dirawat
c. Aktivitas /Latihan
1) Keadaan aktivitas sehari – hari
Sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan anak aktif dalam kegiatan sehari-hari yaitu
menghabiskan waktu dengan bermain dan belajar bersama teman dan Ibu
Saat sakit :
Ibu pasien mengatakan aktivitas anaknya menjadi terbatas karena
sedang sakit dan terpasang infus di tangan kanannya
2) Keadaan pernafasan
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak sesak namun sedang batuk
3) Keadaan Kardiovaskuler
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mudah terkejut dan tidak mudah
berdebar-debar  
(1) Skala Ketergantungan

KETERANGAN
AKTIVITAS
0 1 2 3 4
Bathing 
Toileting 
Eating 
Moving 
Ambulasi 
Walking 
Keterangan :
0 = Mandiri/ tidak tergantung apapun
1 = Dibantu sebagian
2 = Dibantu orang lain
3 = Dibantu alat dan orang lain
4 = Tergantung total
d. Istirahat – tidur
Sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan anaknya tidur malam selama 8 – 9 jam dari 09.00-
05.00 dan juga tidur siang selama 1 – 2 jam
Saat sakit :
Ibu pasien mengatakan tidak ada masalah tidur selama di rumah sakit
e. Persepsi, pemeliharaan dan pengetahuan terhadap Kesehatan
Ibu pasien mengatakan tidak mengetahui bagaimana menangani kejang
f. Pola Toleransi terhadap stress-koping
ibu pasien mengatakan bahwa awalnya cemas ketika mengetahui anaknya
kejang, namun cemas mulai berkurang ketika anaknya sudah diberi penanganan
di rumah sakit
g. Pola hubungan peran
Ibu pasien mengatakan anaknya memiliki hubungan yang baik dengan seluruh
anggota keluarga. Selain itu An. G sangat aktif dalam lingkungan tempat
tinggalnya.
h. Kognitif dan persepsi
Ibu pasien mengatakn bingung dan tampak tidak mengetahui bahwa anaknya
akan mengalami kejang setelah mengalami demam karena ibu pasien
menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
i. Reproduksi dan Kesehatan
Pasien mengatakan memiliki dua orang anak. Pasien mengatakan tidak
memiliki masalah pada reproduksinya.
j. Keyakinan dan Nilai
Pasien mengatakan beragama islam dan tetap menjalankan ibadah secara rutin
(shalat 5 waktu) dengan tayamum selama mendapat perawatan. Pasien
mengatakan bahwa penyakit yang ia derita merupakan ujian dari Allah SWT.

Discharge Planning/Perencanaan Pulang

- Pasien direncanakan kontrol ke klinik anak tanggal 29 Juli 2022.


- Istirahat yang cukup
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran  : Composmentis
2) Status Gizi : TB  = 92 cm
BB  = 14,1 Kg
IMT = 16,65 kg/m2 (Gizi Baik/Kurang/Lebih)
3) Tanda Vital : TD   = - mmHg      Nadi = 137 x/mnt
Suhu    = 37,5°C                 RR   = 20 x/mnt
4) Skala Nyeri : 0
b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal)
1) Kulit
Terpasang infus di tangan kanan pasien sejak tanggal 24 Juli 2022. Tidak
terdapat plebitis pada luka tusukan infus.
2) Kepala
Kulit kepala bersih, Warna rambut hitam dan rambut bergelombang.
3) Leher
Tidak terdapat ruam dan lesi pada leher, tidak ada pembesaran tiroid.
4) Dada
a) Inspeksi
Saat respirasi tidak ada pembesaran sebelah (simetris). Dada kanan dan
dada kiri terlihat simetris. Nafas terlihat sedang dan dangkal. Clavikula
tidak terangkat. Tidak terlihat penggunaan otot-otot bantu pernafasan
b) Palpasi
Taktil fremitus teraba di bagian depan maupun belakang.
c) Perkusi
Terdengar bunyi sonor pada bagian paru
d) Auskultasi
Tidak terdengar suara ronkhi ketika melakukan aspirasi.
5) Punggung
Tidak terdapat ruam atau lesi pada punggung
6) Abdomen
a) Inspeksi
Warna kulit sawo matang, bentuk perut simetris,
b) Auskultasi
Bising usus terdengar 14x/menit.
c) Perkusi
Suara timpani.
d) Palpasi
Tidak ada pengerasan, tidak ada asites, dan tidak ada hepatomegali.
7) Anus dan Rectum
Tidak ada nyeri. Tidak terdapat edema/hemoroid/polip/tanda-tanda infeksi
dan perdarahan.
8) Genetalia
Tidak terpasang kateter. Daerah genetalia bersih, tidak lembab, dan tidak
berbau.
9) Ekstremitas
a) Atas
Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan jari tangan kanan atau kiri,
capillary refill < 2 detik, turgor kulit baik < 2 detik, terpasang infus pump
dengan cairan KA EN 3B 500cc dengan kecepatan 30 tpm di tangan
kanan, Kekuatan otot tangan kanan dan tangan kiri 5.
b) Bawah
Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan jari kaki kanan atau kiri, tidak
ada kelainan bentuk kaki, capillary refill < 2 detik, turgor kulit baik < 2
detik, kekuatan otot kaki kanan dan kaki kiri adalah 5, dan tidak ada
edema.

Pengkajian VIP score (Visual Infusion Phlebithis) Skor visual flebitis :

Tanda yang ditemukan Skor Rencana Tindakan


Tempat suntikan tampak sehat 0 Tidak ada tanda flebitis
- Observasi kanula
Salah satu dari berikut jelas: 1 Mungkin tanda dini flebitis
 Nyeri tempat suntikan - Observasi kanula
 Eritema tempat suntikan
Dua dari berikut jelas : 2 Stadium dini flebitis
 Nyeri sepanjang kanula - Ganti tempat kanula
 Eritema
 Pembengkakan
Semua dari berikut jelas : 3 Stadium moderat flebitis
 Nyeri sepanjang kanula  Ganti kanula
 Eritema  Pikirkan terapi
 Indurasi
Semua dari berikut jelas : 4 Stadium lanjut atau awal
 Nyeri sepanjang kanula tromboflebitis
 Eritema  Ganti kanula
 Indurasi  Pikirkan terapi
 Venous cord teraba
Semua dari berikut jelas : 5 Stadium lanjut tromboflebitis
 Nyeri sepanjang kanula  Ganti kanula
 Eritema  Lakukan terapi
 Indurasi
 Venous cord teraba
 Demam

 *)Lingkari pada skor yang sesuai tanda yang muncul

Pengkajian risiko jatuh (Humpty Dumpty)

Tanggal/Waktu
Parameter Kriteria Nilai 25/07/22 26/07/22 27/07/22
09.00 am 16.00pm 10.00am
dibawah 3 tahun 4 4 4 4
3-7 tahun 3
Usia
8-13 tahun 2
>13 tahun 1
laki – laki 2 2 2 2
Jenis kelamin
perempuan 1
kelainan neurologis 4
perubahan dalam oksgenasi 3
Diagnosis
kelainan psikis/perilaku 2
diagnosis lain 1 1 1 1
tidak menyadari keterbatasan 3
Gangguan dirinya
kognitif lupa adanya keterbatasan 2
orientasi baik terhadap diri sendiri 1 1 1 1
Riwayat jatuh dari tempat tidur 4
Faktor pasien gunakan alat bantu 3
lingkungan pasien berada ditempat tidur 2 2 2 2
diluar ruang perawat 1
respon terhadap dalam 24 jam 3
operasi/obat dalam 48 jam 2
penenang/anestesi >48 jam 1
bermacam-macam obat digunakan : 3
obat sedative fenozin,
penggunaan obat laksansia/deuretika, narkotik
salah satu dari pengobatan diatas 2
pengobatan lain 1 1 1 1
Total Skor 11 11 11
ket : Skor 7-11 = resiko jatuh rendah, skor >12 = resiko jatuh tinggi
Intervensi Pencegahan Resiko Rendah 25/07/22 26/07/22 27/07/22

Resiko Rendah 1. Pastikan bel/phone mudah terjangkau


(RR) atau pastikan ada keluarga yang   
menunggu
2. Roda tempat tidur pada posisi dikunci   
3. Naikan pagar pengaman tempat tidur   
4. Beri edukasi pasien   

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Patologi Klinik
Tabel 3.4 Pemeriksaan laboratorium An. G di Ruang Melati di Rumah Sakit
Umum Daerah Sleman Tanggal 24 Juli 2022

Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil (satuan) Normal


Pemeriksaan

HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
hemoglobin 11.4 11.5-13.5 gr/dl
hematokrit 34 34-40 %
24 Juli 2022
lekosit 9.7 6-17 ribu/uL
eritrosit 4.87 3.9-5.9 juta/uL
trombosit 297 150-440 ribu/uL
MPV 8.9 7.2-11.1 fL
PDW 8.6 9-13 fL
Index Eritrosit
RDW-CV 13.1 11.5-14.5 %
MCV 69.8 75-87 fL
MCH 23.4 24-30 pg
MCHC 33.5 31-37 %
Hitung Jenis Lekosit
Basofil 0.1 0-1 %
Monosit 15.2 4-8 %
Eosinofil 0.5 1-6 %
Limfosit 21.8 22-40 %
Neutrofil 62.4 27-55 %
IMUNOSEROLOGI
Rapid Antigen SARS Negatif Negatif
CoV 2
KIMIA KLINIK
Elektrolit
Natrium 131.6 135-148 mmol/L
Kalium 3.51 3.5-5.3 mmol/L
Klorida 109.0 98-107 mmol/L

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien )


Tabel 3.5  Hasil Pemeriksaan Radiologi  

An. G di Ruang Melati di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Tanggal 24 Juli
2022

Hari/ Tanggal Jenis Pemeriksaan Kesan/Interpretasi

- Tampak corakan
bronchovascular
24 Juli 2022 - Kedua diafragma licin
- Pleural space tak menebal
foto Thorax
- Cor, CTR < 0,56
- System tulang yang
tervisualisasi intak
- Pulmo tak tampak
kelainan
- Besar cor normal

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

7. Terapi
Tabel 3.6 Pemberian Terapi Pasien Tn. A di Ruang Melati Rumah Sakit Umum
Daerah Sleman

Hari / Obat Dosis dan Rute Jam pemberian


Tanggal Satuan

Senin/ 25 Paracetamol syr 1 ½ cth oral 08.00, 12.00, 16.00, 20.00


Juli 2022
Paracetamol inj (JK) 150 mg IV 09.00,15.00

Diazepam pulv 1,5 mg oral 09.00,14.00,18.00

Ventolin 1 R Nebu 09.00, 17.00

Cetirizine ½ cth oral 22.00

Dexamethason 2,5 mg IV 18.00

Ampicilin 750 mg IV 09.00, 16.00

Gentamicin 80 mg IV 21.00

Selasa/ 26 Paracetamol syr 1 ½ cth oral 08.00, 12.00, 16.00, 20.00


Juli 2022
Paracetamol inj (JK) 150 mg IV 09.00,15.00

Diazepam pulv 1,5 mg oral 09.00,14.00,18.00


Ventolin 2 R Nebu 09.00, 17.00

Cetirizine ½ cth oral 22.00

Dexamethason 2,5 mg IV 18.00

Ampicilin 750 mg IV 09.00, 16.00

Gentamicin 80 mg IV 21.00

Rabu/ 27 Paracetamol syr 1 ½ cth oral 08.00, 12.00, 16.00, 20.00


Juli 2022
Paracetamol inj (JK) 150 mg IV 09.00,15.00

Diazepam pulv 1,5 mg oral 09.00,14.00,18.00

Ventolin 3 R Nebu 09.00, 17.00

Cetirizine ½ cth oral 22.00

Dexamethason 2,5 mg IV 18.00

Ampicilin 750 mg IV 09.00, 16.00

Gentamicin 80 mg IV 21.00

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

 
ANALISA DATA

Tabel 3.7 Analisa Data An. G di Ruang Melati di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman
Tanggal 25 Juli 2022

DATA MASALAH PENYEBAB


DS : Bersihan Sekresi Yang
- Ibu pasien mengatakan anaknya batuk Jalan Napas Tertahan
- Ibu pasien mengatakan batuk selama 1 Tidak Efektif (SDKI 2017)
minggu (SDKI 2017)
- Ibu pasien mengatakan dahak sulit keluar
DO :
- Batuk tidak efektif
- Sputum berlebih
- Tampak gelisah
- Terdengar suara ronkhi
- TTV : S : 37,5oC, N : 137 x/m, RR: 20x/m
SPO2: 98 %
DS : Hipertermi Peningkatan Laju
- Ibu pasien mengatakan anaknya demam 2 (SDKI 2017) Metabolisme
hari (SDKI 2017)
- Ibu pasien mengatakan anak demam dan
disertai kejang kurang lebih 5 menit
DO :
- Suhu tubuh diatas nilai normal
- Kulit terasa hangat
- TTV : S : 37,5oC, N : 137 x/m, RR: 20x/m
SPO2: 98 %
DS : Defisit Kurang Terpapar
- Ibu pasien mengatakan tidak tahu mengapa Pengetahuan Informasi
anaknya kejang (SDKI 2017) (SDKI 2017)
- Ibu pasien menanyakan masalah yang
dihadapi
DO :
- Tampak kebingungan
- Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap
masalah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASAR PRIORITAS


1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Sekresi Yang Tertahan
(SDKI 2017).
2. Hipertermi Berhubungan Dengan Peningkatan Laju Metabolisme (SDKI 2017)
3. Defisit Pengetahuan Berhubungan Dengan Kurang Terpapar Informasi (SDKI 2017)
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama Pasien / NO CM : An.G / 381xxx Ruang : Bangsal Melati RSUD Bantul

Hari/ PERENCANAAN
Tgl/ DIAGNOSA
Jam KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA TINDAKAN
Selasa Bersihan Jalan Setelah dilakukan asuhan Pemantauan Respirasi
/ 18 Napas Tidak Efektif keperawatan selama 3x 24 Observasi :
Juli Berhubungan jam keampuan
2022/ Dengan Sekresi membersihkan sekret atau 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
10.00- Yang Tertahan obstruksi jalan napas untuk 2. Monitor pola napas
14.00 (SDKI 2017) jalan napas tetap paten
meningkat dengan kriteria 3. Monitor adalnya produksi sputum
hasil : 4. Auskultasi bunyi napas
- Produksi sputum Terapeutik :
menurun
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Whezzing menurun
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
- Gelisah membaik
Edukasi :
- Pola napas membaik
(SLKI 2018) 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
(SIKI 2018)
Hipertermi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipertermi
Berhubungan keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
Dengan Peningkatan jam suhu tubuh berada pada
Laju Metabolisme 1. Monitor suhu tubuh
rentan normal dengan
(SDKI 2017) kriteria hasil : Terapeutik :
- Kejang menurun 1. Sediakan lingkungan yang dingin
- Menggigil menurun 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Suhu tubuh membaik 3. Basahi atau kipasi permukaan tubuh
- Suhu kulit membaik 4. Berikan banyak minum air putih
(SLKI 2018) 5. Ganti linen setiap hari
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
2. Ajarkan kelauarga untuk kompres hangat
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
(SIKI 2018)
Defisit Pengetahuan setelah dilakukan asuhan Edukasi Termogulasi
Berhubungan keperawatan 3 x 24 jam Observasi :
Dengan Kurang kecukupan informasi yang
Terpapar Informasi 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
diberikan dapat meningkat
(SDKI 2017) dengan kriteria hasil : Terapeutik :
- Perilaku sesuai 1. Sediakan materi dan media Pendidikan kesehatan
anjuran meningkat
2. Berikan kesempatan untuk bertanya
- Pertanyaan tentang
masalah yang di Edukasi :
hadapi menurun 1. Ajarkan kompres hangat jika demam
- Persepsi yang keliru 2. Ajarkan cara pengukuran suhu
terhadap masalah
menurun 3. Anjurkan penggunaan pakian yang dapat menyerap keringat

- Perilaku sesuai 4. Anjurkan tetap memandikn pasien, jika memungkinkan


pengetahuan 5. Anjurkan pemberian antipiretik, sesuai indikasi
meningkat
6. Anjurkan perbanyak minum air putih
(SLKI 2018)
7. Anjurkan melakukan pemeriksaan darah jika demam > 3 hari
(SIKI 2018)
D. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien / NO CM :  An. G / 381xxx Ruang : Bangsal Melati RSUD Sleman

HR/
TGL/ EVALUASI
Dx.Kep PELAKSANAAN
JAM/ (S O A P)
SHIF
Senin/ Bersihan Jalan 1. Memonitor frekuensi, irama, kedalaman Tanggal 25/07/2022, Jam 14.00 WIB
25 Juli Napas Tidak dan upaya napas
2022/ Efektif S:
07.30- Berhubungan 2. Memonitor pola napas - Ibu mengatakan anaknya masih demam
14.00/ Dengan 3. Memonitor adalnya produksi sputum
Pagi Sekresi Yang - Ibu mengatakan anaknya masih batuk
Tertahan 4. Mengauskultasi bunyi napas - Ibu mengatakan dahak masih sulit keluar
(SDKI 2017). 5. Mengatur interval pemantauan respirasi O :
sesuai kondisi pasien
- KU : cukup
6. Mendokumentasikan hasil pemantauan
- Kesadaran : composmentis
7. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan - Akral teraba hangat
8. Menginformasikan hasil pemantauan, - Tampak dahak masih sulit keluar
jika perlu - TTV : S = 37,6o, N = 130x/m, SPO2 = 98%, RR = 28x/m
- Terpasang infus pump KAEN 3B 20cc/jam
A:
- Bersihan jalan napas tidak efektif
P:
- Monitor keadaan umum dan vital sign
- Kelola pemberian terapi obat
paracetamol syr 4x1 ½ cth
nebu Ventolin 1 R/8 jam

(Isro)
Hipertermi 1. Memonitor suhu tubuh Tanggal 25/07/2022, Jam 14.00 WIB
Berhubungan
Dengan 2. Menyediakan lingkungan yang dingin S:
Peningkatan 3. Melonggarkan atau lepaskan pakaian - Ibu mengatakan anaknya masih demam
Laju
Metabolisme 4. Membasahi atau kipasi permukaan - Ibu mengatakan anaknya tidak kejang
(SDKI 2017) tubuh O:
5. Memberikan banyak minum air putih - KU : cukup
6. Mengganti linen setiap hari - Kesadaran : composmentis
7. Menganjurkan tirah baring - Akral teraba hangat
8. Mengajarkan keluarga untuk kompres - TTV : S = 37,6o, N = 130x/m, SPO2 = 98%, RR = 28x/m
hangat
- Terpasang infus pump KAEN 3B 20cc/jam
9. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena A:
- Hipertemi
P:
- Monitor keadaan umum dan vital sign
- Kelola pemberian terapi obat
paracetamol syr 4x1 ½ cth
paracetamol IV 150 mg/6 jam (jika suhu > 38,5o)
inj. Ampicilin 2x750 mg
inj. Gentamicin 1x80 mg

(Isro)
Defisit 1. Mengidentifikasi kesiapan dan Tanggal 25/07/2022, Jam 14.00 WIB
Pengetahuan kemampuan menerima informasi
Berhubungan S:
Dengan 2. Menyediakan materi dan media - Ibu mengatakan belum paham bagaimana menangani anak
Kurang Pendidikan kesehatan demam
Terpapar 3. Memberikan kesempatan untuk O :
Informasi bertanya
(SDKI 2017) - Tampak kebingungan
4. Mengajarkan kompres hangat jika
demam - Tampak mendengarkan penjelasan materi yang dibawakan
5. Mengajarkan cara pengukuran suhu - Terlihat antusias
6. Menganjurkan penggunaan pakian yang A :
dapat menyerap keringat - Hipertermi
7. Menganjurkan tetap memandikn pasien, - Bersihan jalan napas tidka efektif
jika memungkinkan
- Deficit pengetahuan
8. Menganjurkan pemberian antipiretik,
sesuai indikasi P:
9. Menganjurkan perbanyak minum air - Mengajarkan kompres hangat bila anak demam
putih - Menganjurkan tetap memandikan pasien , jika memungkinkan
10. Menganjurkan melakukan pemeriksaan - Menganjurkan untuk perbanyak minum air putih
darah jika demam > 3 hari

(Isro)
selasa/ Bersihan Jalan 1. Memonitor frekuensi, irama, kedalaman Tanggal 26/07/2022, Jam 19.00 WIB
26 Juli Napas Tidak dan upaya napas
2022/ Efektif S:
14.00- Berhubungan 2. Memonitor pola napas - Ibu mengatakan batuk berkurang
19.00/ Dengan 3. Memonitor adalnya produksi sputum
Siang Sekresi Yang - Ibu mengatakan demam berkurang
Tertahan 4. Mengauskultasi bunyi napas O:
(SDKI 2017). 5. Mengatur interval pemantauan respirasi - KU : cukup
sesuai kondisi pasien
- Kesadaran : composmentis
6. Mendokumentasikan hasil pemantauan
- Akral teraba hangat
7. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan - Masih nampak batuk
8. Menginformasikan hasil pemantauan, - Tampak dahak sulit keluar
jika perlu - TTV : S = 36,5o, N = 139x/m, SPO2 = 99%, RR = 34x/m
- Terpasang infus pump KAEN 3B 20cc/jam
A:
- Hipertemi
- Bersihan jalan napas tidak efektif
P:
- Monitor keadaan umum dan vital sign
- Kelola pemberian terapi obat
paracetamol syr 4x1 ½ cth
paracetamol IV 150 mg/6 jam (jika suhu > 38,5o)
nebu Ventolin 1 R/12jam
inj. Ampicilin 2x750 mg
inj. Gentamicin 1x80 mg

(Isro)
Hipertermi 1. Memonitor suhu tubuh Tanggal 26/07/2022, Jam 19.00 WIB
Berhubungan
Dengan 2. Menyediakan lingkungan yang dingin S:
Peningkatan 3. Melonggarkan atau lepaskan pakaian - Ibu mengatakan anak demam berkurang
Laju
Metabolisme 4. Membasahi atau kipasi permukaan - Ibu mengatakan anak tidak kejang lagi
(SDKI 2017) tubuh O:
5. Memberikan cairan oral - KU : cukup
6. Mengganti linen setiap hari - Kesadaran : composmentis
7. Menganjurkan tirah baring - Akral teraba hangat
8. Mengajarkan keluarga untuk kompres - TTV : S = 36,5o, N = 139x/m, SPO2 = 99%, RR = 34x/m
hangat
- Terpasang infus pump KAEN 3B 20cc/jam
9. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena A:
- Hipertemi
P:
- Monitor keadaan umum dan vital sign
- Kelola pemberian terapi obat
paracetamol syr 4x1 ½ cth
paracetamol IV 150 mg/6 jam (jika suhu > 38,5o)
inj. Ampicilin 2x750 mg
inj. Gentamicin 1x80 mg
(Isro)
Defisit 1. Mengidentifikasi kesiapan dan Tanggal 26/07/2022, Jam 19.00 WIB
Pengetahuan kemampuan menerima informasi
Berhubungan S:
Dengan 2. Menyediakan materi dan media - Ibu mengatakan sudah paham
Kurang Pendidikan kesehatan
Terpapar - Ibu mengatakan sudah bisa mengompres hangat bila anak
3. Memberikan kesempatan untuk
Informasi demam
bertanya
(SDKI 2017) O:
4. Mengajarkan kompres hangat jika
demam - Tampak paham dengan yang di sampaikan
5. Mengajarkan cara pengukuran suhu - Nampak perilaku yang sesuai diajarkan
6. Menganjurkan penggunaan pakian yang A :
dapat menyerap keringat - Deficit pengetahuan
7. Menganjurkan tetap memandikn pasien, P :
jika memungkinkan
- Masalah teratasi hentikan intervensi
8. Menganjurkan pemberian antipiretik,
sesuai indikasi
9. Menganjurkan perbanyak minum air (Isro)
putih
10. Menganjurkan melakukan pemeriksaan
darah jika demam > 3 hari
Rabu/ Bersihan Jalan 1. Memonitor frekuensi, irama, kedalaman Tanggal 27/07/2022, Jam 14.00 WIB
27 Juli Napas Tidak dan upaya napas
2022/ Efektif S:
07.30- Berhubungan 2. Memonitor pola napas - Ibu mengatakan anak batuk berkurang
14.00/ Dengan 3. Memonitor adalnya produksi sputum
Pagi Sekresi Yang - Ibu mengatakan anak sudah tidak batuk berdahak
Tertahan 4. Mengauskultasi bunyi napas - Ibu mengatakan anak tidak demam
(SDKI 2017).
5. Mengatur interval pemantauan respirasi O :
sesuai kondisi pasien - KU : cukup
6. Mendokumentasikan hasil pemantauan - Kesadaran : composmentis
7. Menjelaskan tujuan dan prosedur - Nampak batuk berkurang
pemantauan
- Tampak produksi sputum berkurang
8. Menginformasikan hasil pemantauan,
jika perlu - TTV : S = 36,9o, N = 104x/m, SPO2 = 98%, RR = 26x/m
- Terpasang infus pump KAEN 3B 20cc/jam
A:
- Hipertemi
- Bersihan jalan napas tidak efektif
P:
- Masalah teratasi sebagian
- Monitor keadaan umum dan vital sign
- Kelola pemberian terapi obat
paracetamol syr 4x1 ½ cth
paracetamol IV 150 mg/6 jam (jika suhu > 38,5o)
nebu Ventolin 1 R/12jam
inj. Ampicilin 2x750 mg
inj. Gentamicin 1x80 mg

(Isro)
Hipertermi 1. Memonitor suhu tubuh Tanggal 27/07/2022, Jam 14.00 WIB
Berhubungan 2. Menyediakan lingkungan yang dingin S:
Dengan
Peningkatan 3. Melonggarkan atau lepaskan pakaian - Ibu mengatakan tidak demam
Laju 4. Membasahi atau kipasi permukaan - Ibu mengatakan anaknya sudah mulai banyak minum air putih
Metabolisme tubuh
(SDKI 2017) - Ibu mengatakan anak tidak kejang lagi
5. Memberikan cairan oral O:
6. Mengganti linen setiap hari - KU : cukup
7. Menganjurkan tirah baring - Kesadaran : composmentis
8. Mengajarkan keluarga untuk kompres - Akral teraba hangat
hangat
- Tidak teraba demam, suhu dinilai normal
9. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena - TTV : S = 36,9o, N = 104x/m, SPO2 = 98%, RR = 26x/m
- Terpasang infus pump KAEN 3B 20cc/jam
A:
- Hipertemi
P:
- Masalah teratasi sebagian
- Monitor keadaan umum dan vital sign
- Kelola pemberian terapi obat
paracetamol syr 4x1 ½ cth
paracetamol IV 150 mg/6 jam (jika suhu > 38,5o)
inj. Ampicilin 2x750 mg
inj. Gentamicin 1x80 mg
(Isro)
BAB III
PEMBAHASAN

Nyeri adalah peristiwa yang tidak menyenangkan pada seseorang dan dapat
menimbulkan rasa sakit (Rusminah et al., 2019). Penatalaksanaan nyeri meliputi terapi
farmakologis dan nonfarmakologis. Terapi farmakologis meliputi pemberain obat analgetik.
Terapi non farmakologis manajemen nyeri non farmakologis, diantaranya berupa penggunaan
teknik distraksi teknik relaksasi, hypnosis, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
(TENS), pemijatan, tusuk jarum, aroma terapi, serta kompres hangat dan dingin (Sastra et al.,
2018).

Penanganan nyeri dengan melakukan teknik relaksasi merupakan tindakan


keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi nyeri. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam menurunkan nyeri pasca
operasi.Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang
menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat,
berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dengan nyaman
(Aini & Reskita, 2018).

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumardi et al., (2019)
dengan judul “Pengaruh Nafas Dalam Dan Mendengarkan Music Gamelan Terhadap Tingkat
Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri”. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa nafas dalam dan mendengarkan musik gamelan
berpengaruh terhadap perubahan tingkat nyeri secara bermakna pada pasien post operasi
ORIF.

Menurut Igiany (2018) yang berjudul Perbedaan nyeri pada pasien pasca bedah
fraktur ekstremitas sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi napas dalam, hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian teknik relaksasi napas dalam dapat menurunkan
intensitas nyeri lebih besar dibandingkan responden yang tidak diberikan perlakuan teknik
relaksasi napas dalam sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan nyeri pasien fraktur
ekstremitas antara sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi napas dalam. Penurunan
intensitas nyeri disebabkan karena teknik relaksasi nafas dalam dapat merangsang tubuh
untuk mengeluarkan opioid endogen sehingga dapat menurunkan persepsi nyeri pasien.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aslidar, (2016) menunjukkan bahwa
teknik relaksasi nafas dalam mampu menurunkan intensitas nyeri pada pasien post operasi
fraktur, dikarenakan dengan relaksasi nafas dalam dapat merileksasikan ketegangan otot yang
mendukung rasa nyeri, sehingga nyeri yang dirasakan oleh responden dapat berkurang. Selain
itu faktor yang mendukung keberhasilan teknik relaksasi nafas dalam guna untuk
menurunkan intensitas nyeri adalah tahapan relaksasi nafas dalam, yang baik dan benar,
tingkat konsentrasi individu dan lingkungan yang nyaman. Teknik relaksasi nafas dalam
dengan menarik dan menghembuskan napas secara teratur sesuai instruksi dan dapat
memberikan perasaan rileks atau nyaman yang pada akhirnya akan meningkatkan toleransi
persepsi responden dalam menurunkan rasa nyeri yang dialami.

Pemberian teknik relaksasi napas dalam mampu meningkatkan suplai oksigen ke


jaringan, selain itu juga mampu meningkatkan ventilasi paru dan oksigen darah setelah
anastesi umum habis, sehingga mampu menurunkan intensitas nyeri pasien post operasi.
Teknik relaksasi juga efektif untuk diberikan pada pasien post operasi karena tidak
memerlukan alat, hanya melibatkan otot-otot dalam tubuh sehingga teknik relaksasi napas
dalam dapat dilakukan dimana saja, kapan saja, dan dapat digunakan dalam jangka waktu
yang relatif lebih lama (Indriyaswari, 2017).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian, analisis data, dan dirumuskan diagnosis keperawatan
kepada Tn. R didapatkan hasil diagnosis keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan
Agen Pencedera Fisik teratasi sebagian dan Defisit pengetahuan berhubungan dengan
kurang terpapar informasi teratasi.
Dalam menyusun rencana keperawatan pada Tn. A yang mengalami gangguan
pemenuhan kebutuhan rasa aman nyaman, penulis menggunakan format yaitu
pengumpulan data, masalah dimana intervensi yang diterapkan mencakup semua kriteria
dalam penerapan rencana keperawatan sesuai dengan teori. Sedangkan
implementasi/tindakan keperawatan terhadap Tn. A yang mengalami gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen sebagaimana yang tertulis pada implementasi serta
evaluasi keperawatan.

B. Saran
2. Bagi Penulis
Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang
didapat selama pendidikan.
3. Bagi Pasien
Sebagai informasi tambahan tentang bagaimana pemenuhan kebutuhan rasa
aman nyaman pada pasien berhubungan dengan nyeri.
4. Bagi Keluarga
Selama perawatan, keluarga diharapkan dapat membantu dalam pemantauan
status kesehatan Tn. A dengan melaporkan adanya perubahan pada keadaan pasien
seperti peningkatan skala nyeri atau adanya komplikasi yang memerlukan penanganan
khusus.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Tindakan Keperaatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI
Widianti, Sherly. (2022). Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur (Studi Literatur). https://e-
jurnal.stikesmitraadiguna.ac.id/index.php/jkp/article/view/139/117
Listiana D., Pawiliyah, & Widianti F. H. (2018). The Effect of Deep Breath Relaxation
Therapy on Pain Intensity in Post Patients Fracture Surgery in Seruni Room of dr. M.
Yunus Hospital Bengkulu.
https://jurnal.stikestrimandirisakti.ac.id/index.php/jsk/article/view/33

Anda mungkin juga menyukai