AKUTANSI MANAJEMEN
DOSEN PENGAMPU : Ulfa Nurhayani, SE,M.Si
DISUSUN OLEH:
KELAS : MANAJEMEN C
Pertama-tama saya ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat da
n rahmat-NYA serta keluasan ilmu-NYA sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Pa
da mata kuliah Akutansi Manajemen ini.
Dalam menulis makalah ini tidak terlepas dari petunjuk dan bimbingan serta masukan
dari semua pihak. Tidak lupa juga saya berterimakasih kepada Ulfa Nurhayani, SE,M.Si selak
uh dosen pengampu mata kuliah ini yang telah membantu dan memberi pengarahan kepada
saya sehingga makalah ini dapat makalah selesaikan dengan tepat waktu.
Tak ada gading yang tak retak,begitu juga dengan penulisan makalah ini masih jauh d
ari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari p
endengar maupun pembaca makalah ini.
Besar harapan saya bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membac
anya, serta dapat menjadi sumber kontribusi penambahan pengetahuan. Akhir kata, kami uca
pkan Terimakasih
Tantangan yang dihadapi dunia manufaktur berubah dan semakin berat dari masa ke
masa. Keunggulan bersaing pada era ini tidak hanya ditentukan oleh kemampuan industri
menciptakan banyak output per satuan waktu. Bahkan disadari bahwa kualitas produk sangat
tergantung pada proses, manusia dan sistem secara keseluruhan. Pengendalian kualitas tidak
lagi cukup dengan hanya dilakukan dengan model inpeksi produk, tetapi lebih fundamental
dengan melihat proses. Munculah kemudian konsep pengendalian kualitas seperti istilah
(SPC) statistical process control dan (TQM) Total Quality Management. Pelaku industri pun
mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat hanya
dengan perbaikan di internal sebuah perusahaan manufaktur tidaklah cukup. Ketiga aspek
tersebut membutuhkan peran semua pihak mulai dari supplier yang mengolah bahan baku
dari alam menjadi komponen, pabrik yang mengubah komponen dan bahan baku menjadi
produk jadi, perusahaan transportasi yang mengirimkan bahan baku dari supplier ke pabrik,
serta jaringan distribusi yang akan menyampaikan produk ke tangan pelanggan. Kesadaran
semua pihak dalam pembuatan produk yang murah, berkualitas dan cepat inilah yang
kemudian melahirkan konsep baru tahun 1990-an yaitu supply chain management (SCM).
Dengan menjalankan operasi perusahaan secara efektif dan efisien, maka
pemborosanpemborosan sumber daya dapat dihindari dan akan meningkatkan kemampuan
bersaing perusahaan.. Jika pemborosan sumber daya terjadi, akan menimbulkan kerugian
bagi perusahaan yang pada akhirnya akan memengaruhi kelangsungan hidup perusahaan.
Maka dari itu, perusahaan harus mampu menciptakan suatu sistem yang dapat menghindari
risiko kerugian dalam produksi dan dapat meningkatkan efisiensi perusahaan dengan
mengeliminasi setiap pemborosan yang ada. Dengan kata lain perusahaan harus dapat
mengurangi atau bahkan menghilangkan kegiatan-kegiatan yang tidak bernilai tambah
(nonvalue added activities) dan memaksimalkan kegiatan-kegiatan yang bernilai tambah
(value added activities). Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk
mewujudkan kondisi ini adalah dengan menerapkan sistem value chain management,
pengendalian persediaan, dan produksi Just In-Time. Salah satu perusahaan yang menerapkan
sistem ini adalah perusahaan Dell Computer. Maka dari itu, penulis ingin menelaah
bagaimana strategi penerapannya. Karena penerapan just in time, value dan supply chain
management di setiap perusahaan berbeda-beda
MINI RISET
" Tahun 1983, para perusahaan pembuat komputer saling bersaing untuk membuat komputer
yang makin mengesankan dan makin canggih secara teknologi. Sedikit sekali perhatian
diberikan kepada MRP. " Komputer dirancang untuk penggunaan di masa depan dan dijual
melalui distributor, pengecer, dan saluran distribusi lainnya. " Pada umumnya komputer
selama sekitar dua bulan disimpan di gudang-gudang para penyalur sebelum dibeli oleh
pelanggan. Dell memfokuskan diri pada penjualan langsung kepada pelanggan atau
pengguna akhir, untuk menghindari bahaya ganda yang mengancam :
Dengan menjual langsung kepada pelanggan, Dell mampu membuat berdasarkan pesanan
sehingga terhindar dari keharusan untuk menyimpan barang jadi. Ini dapat menekan biaya
sehingga tetap mampu bersaing dengan rival-rivalnya. Produk Dell makin lama makin
terkenal karena murahnya dan kemampuannya dalam memenuhi pesanan atas dasar
kebutuhan pelanggan. Kunci strateginya " kerampingan " kecepatan " fleksibilitas .
Selama tiga tahun, operasi Dell diteliti dan dianalisis terus-menerus, mencari celah-celah
untuk menghilangkan atau mengurangi waktu yang digunakan tanpa menambah nilai barang
Penang (Malaysia), dan ketentuan tersebut berlaku untuk ketiga pabrik tersebut. " Banyak
dari komponen tersebut tidak boleh dipesan sebelum Dell menerima pesanan dari pelanggan.
" Dell menciutkan jumlah pemasok dari 204 perusahaan menjadi 47 perusahaan tahun 1992. "
Pemasok yang dipilih diutamakan yang lokasinya berada dekat dengan pabrik-pabriknya, dan
bukan dari pabrik yang jauh letaknya, meskipun biaya pabrik lokal itu lebih mahal
Keuntungan model direct selling atau direct business yang dikembangkan Dell :
1. mengurangi inventory
2. mengurangi inventory earn/ing cost
3. mengurangi biaya penjualan
4. menambah fleksibilitas dalam menghadapi perkembangan pasar
5. langsung berhubungan dengan pelanggan sehingga bisa langsung memberikan
layanan kepada pelanggan.
6. dapat diketahuinya permintaan pelanggan secara tepat langsung dari tangan pertama
Keuntungan strategi yang dikembangkan oleh Dell, yaitu membuat komputer dengan
komponen yang tersedia di pasaran :
Di pabriknya di Limerick, paling sedikit 40% dari komponennya dibuat dan dipasok atas
dasar JIT, yang 45% lagi disediakan di gudang pemasok yang berada dekat dengan pabrik
Dell. Pemasok mengisi kembali stok barang-barangnya, dan mengirimkannya ke Dell atas
dasar konsinyasi. Barang-barang besar yang sudah jadi sebagai subassembly seperti monitor,
speaker ditangani secara agak berbeda. Barang-barang ini tidak dikirim ke gudang Dell, tetapi
langsung dikirim ke pelanggan. Dengan cara ini diperoleh penghematan biaya pengiriman
sebesar US$30 per jenis barang. Dell baru ditagih apabila barang tersebut sudah
meninggalkan gudang pemasok atas permintaan pelanggan, sehingga barang itu hanya berada
di gudang Dell rata-rata setengah hari saja. Pemasok menerima pembayaran dari Dell kira-
kira 45 hari kemudian.
REKAYASA IDE
Resiko Yang Dihadapi Perusahaan Dalam Menerapkan Sistem JUST IN TIME pada
DELL COMPUTER CORPORATION
Persediaan Just-In-Time (JIT) adalah bagian dari sistem produksi di mana perusahaan
sangat mengurangi persediaan dari proses produksinya sehingga pemanfaatan input produksi
dan pengiriman produk dapat tercapai tanpa menimbulkan biaya penyimpanan yang
signifikan. Sementara sistem inventaris JIT cukup menarik karena adanya alasan ini, sistem
tersebut adalah pedang bermata dua. Dan meskipun sistem JIT bahkan mungkin menjadi
kebutuhan mengingat permintaan inventaris dari jenis bisnis tertentu, banyak keuntungannya
yang terwujud hanya ketika beberapa risiko signifikan terhadap manajemen inventaris yang
sehat telah dimitigasi dengan baik.Sistem JIT memiliki beberapa keunggulan pada
pemotongan biaya.
Seperti yang disebutkan oleh Charles dalam studi kasus Komputer Dell, sistem inventaris
JIT, "keharusan finansial" bagi Dell, dapat secara radikal mengurangi biaya penyimpanan.
Dalam kasus Komputer Dell, ini berarti bahwa semakin sedikit komputer jadi yang disimpan
Dell dalam inventaris mereka, semakin sedikit uang yang hilang per komputer
saat "membusuk" di rak penyimpanan mereka. Selain pemotongan biaya penyusutan yang
signifikan ini, yang bagi Dell dapat mencapai 1 persen per komputer per minggu, inventaris
JIT juga dapat memangkas biaya penyimpanan.
Yang lebih berbahaya adalah masalah internal yang mungkin menyebabkan pemasok tunggal
tidak dapat memenuhi pesanan perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan tidak memiliki pilihan
selain menanggung biaya gangguan pasokan input produksinya. Masalah internal mungkin
termasuk, katakanlah, pemogokan buruh atas nama karyawan pemasok di mana serikat
pekerja dapat menahan pemasok sebagai jaminan hingga jumlah pesanan yang tertunda, yang
sekali lagi menyebabkan gangguan pasokan input produksi perusahaan. Tetapi masalah
internal dapat berarti sejumlah hal yang mencegah pemasok perusahaan untuk memasok.
Intinya adalah dengan memfasilitasi keterkaitan antar bisnis, sistem inventaris JIT
meningkatkan risiko bahwa masalah atau kegagalan di satu ujung rantai produksi mungkin
dirasakan di ujung lain.
Solusi Terhadap Resiko yang Terjadi dalam Just In Time DELL COMPUTER
CORPORATION
Perusahaan yang mungkin menugaskan produk dengan hak milik tinggi kepada segelintir
pemasok biasanya memproduksi barang-barang ini sendiri atau sebenarnya memiliki
pemasok yang melakukannya untuk mencegah terjadinya penipuan harga. Jika produksi
internal atau pembelian pemasok bukan merupakan pilihan yang layak, perusahaan masih
memiliki cara lain yang masuk akal untuk mencegah risiko ini. Sebuah perusahaan mungkin
harus benar-benar memeriksa integritas pemasok mereka tidak hanya dalam hal dapat
dipercaya tetapi juga dalam hal kesehatan bisnis mereka, membuat kontrak dengan pemasok
yang berisiko keluar dari bisnis tidak masuk akal secara bisnis secara umum, tetapi
perusahaan dengan sistem JIT harus dan bahkan lebih sadar akan skenario ini.
Mengambil langkah logis lebih jauh, sebuah perusahaan mungkin mengontrak beberapa
pemasok untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan oleh salah satu dari mereka yang
gagal memasok.
Lebih lanjut, untuk perusahaan yang menghindari risiko, kontrak jangka pendek dan non-
eksklusif dengan pemasok mungkin juga menarik karena memberikan asuransi dan hukuman
terhadap “perilaku buruk” pemasok. Pemasok akan memiliki lebih sedikit insentif untuk
berperilaku buruk dan perusahaan akan memiliki lebih banyak bantuan di bawah pengaturan
seperti itu.
REFERENSI
https://www.paper.id/blog/bisnis/just-in-time/
https://www.mediascm.xyz/2021/05/jit-risiko-menerapkan-just-in-time.html