SAMBILOTO SEBAGAI
ALTERNATIF OBAT UNTUK
MALARIA
Bayu Alit
SAMBILOTO
UKIT TOMOHON-SULUT
Andrographispaniculata Nees
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 SAMBILOTO
1. Deoxyandrographolide
2. Andrographolide
3. Neoandrographolide) Dan
4. 14-Deoxy-11, 12-Didehydroandrographolide
Gambar 1. Sambiloto
(Andrographis Paniculate)
Teknik hidrotopi telah diaplikasikan pada ekstraksi senyawa yang sedikit atau
tidak larut sama sekali dalam air seperti pada ekstraksi piperin (Raman, 2002),
kurkuminoid (US Patent no 6224877; Dandekar, 2003), limonin (Dandeekar, 2008), dan
forskolin (Mishra, 2009). Mengingat andrographolide juga merupakan senyawa yang
tidak larut dalam air, maka ekstraksi hidrotropi dapat diaplikasikan dalam proses
ekstraksi andrographolide dari sambiloto. Ekstraksi hidrotropik andrographolide telah
dilakukan dengan menambahkan 20 gram serbuk daun sambiloto kedalam 200 ml larutan
hidrotrope 2 mol/L. Campuran diaduk 1100 rpm selama 2 jam pada suhu 300C. Setelah
selesai larutan dibiarkan mengendap selama 1 jam dan disaring. Residu di cuci dengan
air dan filtrate ditambah dengan air hingga konsentrasinya dibawah MHC,
andrographolide mengkristal setelah larutan dibiarkan selama 1 jam. Endapan kristal
dipisahkan melalui proses sentrifugasi. Selanjutnya endapan dikeringkan dan ditimbang.
Hasil dari proses ekstraksi tersebut adalah bahwa ekstraksi hidrotropik andrographolid
dari daun sambiloto menggunakan sodium salisilat dan sodium asetat mampu
menghasilkan ekstrak dengan berat masing-masing 0,57 g dan 0,18 g.
B. Manual
Cara meramu dan menggunakan tumbuhan obat pada setiap daerah berbeda-beda
tergantung pada pengalaman empiris masing-masing individu tiap daerah. Berikut ini
uraian singkat tentang cara meramu tumbuhan sambiloto, diperlukan sekitar setengah
sampai satu genggam daun sambiloto segar. Bahan itu dicuci, direbus dengan tiga gelas
minum air bersih hingga tinggal sekitar ¾ bagiannya. Setelah disaring dan ditambahi
madu (kalua dirasa perlu), air rebusan sudah siap dijadikan obat tradisional untuk malaria.
Dalam sehari penderita dianjurkan meminumya tiga kali, masing-masing sebanyak ¾
gelas minum.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Indonesia sebagai negara iklim tropis tentu kaya dengan keanekaragam hayati yang
didalamnya terdapat tumbuhan obat yang sudah terbukti keamannya secara turun temurun
(empiris) dan itu tentu saja sangat potensial untuk perkembangan dunia medis khususnya
obat tradisional sebagai alternatif obat ilmiah. Potensi yang sangat besar ini perlu
dikembangkan secara masih melalui penilitian uji klinis dari setiap tumbuhan yang
tersebar di wilayah Indonesia. Agar supaya ketergantungan kita terhadap obat-obatan
ilmiah sedikit demi sedikit bisa di kurangi. Dari hasil diatas didapati bahwa terdapat
korelasi antara keduanya, hal itu seperti yang penulis gambarkan diatas ataupun yang
penulis dapatkan informasi baik itu dijurnal dan atau laporan-laporan ilmiah yang penulis
dapatkan selama mencari materi ini.
3.2 SARAN
Dengan demikian potensi yang besar ini harus didukung secara structural serta
terintegrasi baik dari sesama profesi maupun lintas profesi dan tentu saja lintas sectoral
sesame kementrian. Dan tidak menutup kemungkinan ada peninjau Kembali terhadap
regulasi ataupun kurikulum yang ada agar supaya memasukan dan memperkanalkan
secara dini tentang tumbuhan obat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Indah Margarethy, Yahya, Milana Salim (2019) Kearifan lokal dalam pemanfaatan
tumbuhan untuk mengatasi malaria oleh pengobat tradisional di Sumatera Selatan.
JHECDs 5 (2), hal 40-48. Di akses tanggal 20 Maret 2022
Zein Umar, (2005) Pengobatan Penyakit Malaria Dengan Menggunakan Beberapa Jenis
Tumbuhan Nabati Di Kabupaten Raja Ampat. Jurnal yang dipublikasikan. Fakultas
Kedokteran. Universitas Sumatera Utara. Medan. diakses tanggal 20 Maret 2022
Elisabeth Oriana Jawa La, Putu Dian Marani Kurnianta. (2019) Kajian Senyawa Aktif
Dan Keamanan Tanaman Obat Tradisional Di Indonesia Sebagai Alternatif Pengobatan
Malaria. Acta Holist. Pharm. Vol. 1 No. 1: 33-43 Di akses tanggal 20 Maret 2022