PENDAHULUAN
1
Harus bertanggung jawab pada hal ini. Pada tingkat unit, akuntabilitas
secara umum ada pada manajer. Manajer, kemudian harus berpartisipasi
dalam penganggaran unit, memiliki peran yang sangat besar dalam
pengendalian semua aspek terkait anggaran unit, menerima laporan data
secara teratur yang membandingkan pengeluaran nyata dengan pengeluaran
yang dianggarkan, dan mampu bertanggung jawab terhadap hasil finansial
dari unit kerja.
Oleh karena jumlah dan kualitas dari pelayanan keperawatan tergantung
pada perencanaan penganggaran, manajer perawat harus mampu mengatur
prosedur-prosedur yang berhubungan. Dengan kemampuan ini mereka akan
mendapatkan sumber daya yang diperlukan untuk asuhan keperawatan yang
aman dan efektif. Dengan sumber daya yang terbatas dan pasar bersaing,
sumber daya manusia dan material harus digunakan secara bijaksana dan
efisien. Manajer perawat meyakini bahwa kontrol terhadap anggaran belanja
menentukan pengontrolan keperawatan. Biaya dari pelayanan keperawatan
telah diidentifikasi sejak beberapa tahun lalu, namun pendapatan dari
ketentuan pelayanan keperawatan meliputi pendapatan “Total Pelayanan”.
Praktek ini akan menghentikan upaya manajer perawat yang tidak hanya
membenarkan biaya yang dibebankan pada pelayanan ini, tetapi akan
mengadakan program dan prosedur untuk ongkos asuhan keperawatan
langsung. Pencapaian pembayaran untuk pelayanan keperawatan akan
meliputi pengubahan aturan pemerintah dan kebijakan pembayar pihak ke-3
untuk memungkinkan pembayaran langsung pada pemberi layanan
keperawatan berdasarkan jumlah keperawatan yang diberikan dan
keterampilan orang yang memberikannya.
Penganggaran adalah kegiatan yang terus menerus dimana pendapatan
dan pengeluaran diatur untuk pertanggung jawaban keuangan dan
pembukuan yang sehat. Manajer perawat bertanggung jawab dan
bertanggung gugat untuk pengaturan anggaran keperawatan. Manajer
perawat membuat segala keputusan tentang penyesuaian anggaran
keperawatan untuk mengatur program-program dan biaya-biaya. Disini
meliputi program pemberian dan penambahan, serta program perluasan dan
2
kontrak, dan semua modifikasi dari pendapatan dan pengeluaran dalam unit
keperawatan.
1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perencanaan anggaran
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui konsep anggaran.
b. Untuk mengetahui langkah-langkah penganggaran.
c. Untuk mengetahui jenis anggaran.
d. Untuk mengetahui metode penganggaran.
e. Untuk mengetahui efektivitas biaya sebagai tujuan manajer unit.
f. Untuk mengetahui critical pathways.
g. Untuk mengetahui penggantian biaya pelayanan kesehatan
(reimbursement).
h. Untuk mengetahui pergerakan managed Care.
3
i. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat managed
Care.
j. Untuk mengetahui integrasi peran kepemimpinan dan fungsi
manajemen dalam perencanaan keuangan.
4
BAB 2
TINJAUAN TEORI
5
2.2. Langkah-Langkah Penganggaran
Proses keperawatan merupakan suatu model untuk langkah-langkah
dalam perencanaan anggaran sebagai berikut :
6
penganggaran juga penting. Anggaran yang diprediksikan terlalu jauh
kedepan memiliki probabilitas kesalahan (eror probability) lebih besar,
jika anggaran diprediksi jangka pendek, sulit untuk mengompensasi
pengeluaran besar yang tidak diharapkan atau penyediaan alat kapital
atau aset.
3. Langkah ketiga adalah implementasi. Dalam langkah ini, pemantauan
berkelanjutan dan analisis dilakukan untuk mencegah pembiayaan yang
tidak adekuat atau berlebihan pada akhir tahun pembukuan, sebagian
besar institusi pelyanan kesehatan mempunyai pernyataan yang
dikomputerisasi setiap bulanya mengenai anggran yang diproyeksikan
setiap unit dan penyimpangan anggran tersebut. Setiap manager unit
bertanggung gugat terhadap penyimpangan.
Anggaran di dalam unitnya, sebagian besar unit dapat
mengharapkan beberapa perubahan dari anggaran yang telah
diperkirakan, tetapi harus ditelusuri kemungkinan penyebab
penyimpangan dan harus dilakukan tindakan perbaikan bila perlu.
Beberpa manajer sengaja menyiapkan cadangan anggaran di masing-
masing unit dalam jumlah yang besar untuk mengantisipasi
pengangkasan anggaran dari manajemen tingkat atas, jika beberapa unit
atau departemen ikut melakukan hal resiko berikut, anggaran
intitusional secara keseluruhan mungkin tidak efektif jika terindikasi
terjadi perubahan besar dalam anggaran, seluruh proses penganggaran
harus diulang. Manajer tingkat atas harus mengawasi dan mengoreksi
proyeksi anggaran yang tidak realistis sebelum diimplementasikan.
4. Langkah terakhir adalah evaluasi. Anggaran harus dikaji ulang secara
periodik dan dimodifikasi sesuai kebutuhan sepanjang tahun
pembukuan. Dengan penganggaran setiap tahun, manajer dapat secara
lebih akurat memprediksi keperluan anggaran unitnya. Manajer
melakukan pendekatan yang lebih historis terhadap anggaran karena
mereka semangit cakap dalam memprediksi berbagai perubahan
musiman dari populasi yang mereka layani atau institusi mereka.
7
TERMINOLOGI KEUANGAN
8
nilai aktivitas atau prosedur terkait manfaat dan nilai biaya aktivitas
atau biaya prosedur, rasio biaya-manfaat digambarkan sebagai pecahan.
Pusat biaya (cost center)- unit fungsional terkecil yang bertugas
mengendalikan dan mengemban akuntabilitas. Suatu unit keperawatan
biasanya pusat biaya, tetapi mungkin erdapat pusat biaya yang lain
dalam satu unit (ortopedik merupakan pusat biaya, tetapi sering kali
ruang pemberian gips dianggap menjadi pusat biaya yang terpisah
dalam ortopedik).
Diagnosis-related groups (DRGs)- pengaturan tarif sistem
pembayaran prospektif digunakan oleh medicare untuk menetukan tarif
pembayaran berdasarkan aturan DRG 495 (Chang et al., 2001). Setiap
DRG mewakili kasus tertentu sehingga medicare menentukan tarif tetap
untuk menggantinya. Klasifikasi medis untuk tarif penggantian biaya
pasien medicare akan ditentukan rancangan tarif ini pada kenyataannya
dapat lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan biaya
pengobatan pasien di dalam rumah sakit tertentu.
Biaya langsung ( direct costs)- biaya yang dapat dikaitkan dengan
sumber spesifik, seperti : pangobatan dan perawatan. Biaya yang yang
dengan jelas dapat diidentifikasi pada barang atau jasa.
Sistem pembayaran pascalayanan (fee-for-service, FFS)- sistem
penggantian biaya dari perusahaan asuransi kepada rumah sakit dan
penyedia layanan setelah memberikan layanan yang dibutuhkan.
Anggaran tetap (fixed budget)- tipe penganggaran yang didasarkan
pada tingkat volume tahunan dan bersifat tetap, misalnya jumlah hari
pasien atau tes yang dilakukan, untuk mendapatkan total anggaran
tahunan. Total anggaran ini kemudian dibagi menjadi 12 untuk
mendaptkan rata-rata anggaran perbulan. Anggaran tetap tidak berubah
baik bulanan maupun musiman.
Biaya tetap (fixed costs)- biaya yang volumenya tetap, misalnya
pembayaran hipotek atau pembayaran pinjaman.
Organisasi nirlaba/profit (for-profit organization)- organisasi yang
penyedia dananya/providers memiliki kepemilikan dalam organisasi
9
tersebut. Penyedia dana memiliki saham tersendiri dalam organisasai
profit dan memperoleh deviden (pembagian keuntungan )dari
pengurangan keuntungan organisasi dengan biaya barang dan jasa.
Biaya total (full costs)- total semua biaya, baik biaya langung atau
direk maupun tidak langsung indirek
Ekuivalen purnawaktu (full-time equivalent/FTE)- jumlah jam kerja
mingguan yang dijadwalkan untuk karyawan purnawaktu. Contohnya,
1,0 FTE=5 hari kerja masing-masing 8 jam, yang sebanding dengan 40
jam per minggu. Satu FTE dapat dibagi kedalam cara yang berbeda.
Contohnya : dua karyawan paruh waktu, yang masing-masing bekerja
20 jam per minggu akan sebanding dengan 1FTE akan lebih dari 1,0
untuk posisi tersebut. Misalkan, suatu posisi memerlukan jam kerja 7
hari, atau 56 jam, posisi tersebut memerlukan FTE 1,4 (56 dibagi
40=1,4), ini berarti bahwaa diperlukan lebih dari satu orang untuk
mengisi posisi FTE untuk periode 7 hari.
Health Maintenance Organization (HMO)- awalnya, organisasi
dengan sistem pembayaran dimuka (prepaid organization) ini
menyediakan pelayanan kesehatan keapada anggota sukarela.
Pembayaran untuk pelayanan ini ditetapkan per orang per bulan.
Seiring kemajuan bisnis asuransi jiwa atau kebijakan finansial yang
tidak lagi menerapkan pembayaran dimuka, pelayanan yang diberikan
mencakup dua kemungkinan: rencana kesehatan berlisensi yang
membuat paling tidak beberapa pemberi layanan beresiko membayar
biaya medis, dan rencana kesehatan yang mengendalikan tenaga dokter
(biasanya auhan primer) walaupun tidak semua HMO menerapkanya
(Kongstvedt, 1997), HMO sering kali disebut sebagai managed care
organization (MCO).
Jam kerja per pasien dalam sehari (hours per patient-day, HPPD)-
jam asuhan keperawatan yang diberikan per pasien per hari oleh
berbagai tingkatan personal keperawatan. HPPD ditentukan dengan
membagi total jam produktif dengan jumlah pasien.
Biaya tidak langsung (indirec costs)- biaya yang tidak muncul
10
berkaitan dengan area khusus. Biaya ini tidak muncul dan biasanya
tersebar diunit atau departeman berbeda. Biaya layanan prakarya adalah
contoh biaya yang tidak langsung
Managed care- istilah yang digunakan untk menggambarkan berbagai
rencana pelayanan kesehatan yang disusun untuk menekan biaya
layanan kesehatan yang diberikan kepada anggota atau peserta
sekaligus mempertahankan kualitas perawatan.
Medicaid- program bantuan yang diberikn oleh negara dan negara
bagian untuk membayar pelayanan medis yang ditujukan kepada
kelompok individu tertentu yang berpenghasilan rendah. Umumnya,
kelompok tersebut tidak terganggu oleh social security. Beberapa
kelompok khusus ( misalnya : lansia, unanetra, penyandang cacat,
anggota keluarga dengan anak ketergantungan, dan anak tertentu lainya,
dan wanita hamil) juga memenuhi syarat untuk mendapat bantuan jika
penghasilan dan sumber daya mereka cukup rendah.
Medicare- program asuransi kesehatan nasional yang dijalankan
berdasarkan ketentuan 18 of the social secutity act yang memberikan
tunjangan kepada lansia berusia 65 tahun atau lebih. Bagian A adalah
program asuransi rumah sakit. Bagian B adalah program asuransi medis
tambahan. Jaminan medicare juga tersedia bagi kelompok orang
tertentu dengan penyakit katastrofik atau kronis, misalnya pasien gagal
ginjal yang memerlukan hemodialisis, tanpa pertimbangan usia.
Biaya yang tidak terkendali (noncontrollable cots)- biaya tidak
langsung yang biasanya tidak dapat anda kendalikan atau ubah.
Contohnya, pinjaman dan penyusutan barang.
Organisai nonprofit (not-for-profit organization- Jenis organisasi ini
dibiayai oleh pendanaan yang datang dari beberapa sumber, tetapi
penyajian pendanaan tersebut tidak memiliki kepentingan untuk
mengambil keputusan. Keuntungan yang dihasilkan dalam organisasi
nonprofit sering disalurkan kembali ke dalam organisasi untuk
pengembangan atu penerimaan modal.
Pengeluaran operasional (operating expenses)- ongkos harian yang
11
diperlukan untuk mempertahankan sebuah rumah sakit atau institusi
pelayan kesehatan.
Sistem klasifikasi pasien (Patient Classification System)- metode
pengklasifikasian pasien. Kriteria yang berbeda digunakan untuk sistem
yang berbeda. Dalam keperawatan, pasien biasanya diklasifikasikan
menurut keparahan penyakit.
Preferred provider organization- program pembiayaan dan
penyediaan pelayanan kesehatan dengan melibatkan kelompok
penyedia layanan, seperti dokter dan rumah sakit, yang dikontrak untuk
memberikan layanan berbasis pembayaran pasca layanan. Organisasi ini
memberikan insentif finansial kepada konsumen untuk menggunakan
tenaga memberi layanan yang dipilih dan membayar layanan dengan
bayaran lebih sedikit. Perusahaan asuransi biasanya menjamin
ketersediaan pasien untuk organisasi ini dan membantu pembayaran
untuk mengganti potongan biaya layanan.
Jam Produktif- total jumlah jam kerja, lembur, dan waktu rehat
(disebut juga jam aktual).
Sistem pembayaran prospektif (prospectif payment system)-sistem
pembayaran rumah sakit yang mengatur tarif pembayaran sebelum
penanganan (Chang et al., 2001).
Pendapatan (revenue)-sumber masukan atau penghargaan terhadap
pemberian layanan kepada klien.
Distribusi ketenagaan (staffing distribution)-penentuan jumlah
personel yang dialokasikan perdinas jaga mis., (45% siang, 35% sore,
dan 20% malam). Setiap rumah sakit memiliki perbedaan dalam
mendistribusikan staf.
Baruan staf (staffing mix)-rasio RN (Registered Nurse) terhadap
personel lain (mis, dinas jaga pada suatu unit mungkin terdiri atas 40%
RN, 40% LPN/licensed practical nurse atau LVN/lisenced vocasional
nurse, dan yang lainnya 20%. Setiap rumah sakit memiliki perbedaan
dalam menentukan kebijakan baruan staf.
Sistem pembayaran pihak ketiga (third party payment system)-sistem
12
pembiayaan pelayanan, kesehatan yang diberikan kepada pasien oleh
pihak ketiga atau perantara, biasanya perusahaan asuransi atau lembaga
pemerintah (Chang et al., 2001).
Turnover ratio-Angka karyawan yang meninggalkan pekerjaannya
dengan alasan selain kematian atau pensiun. Angka ini dihitung dengan
membagi jumlah karyawan yang meninggalkan pekerjaan dengan
jumlah karyawan di unit dalam setahun kemudian dikalikan 100.
Biaya variabel (variabel cost)-biaya yang volumenya tidak tetap,
contohnya biaya penggajian karyawan.
Unit Beban Kerja (workload unit)-Dalam keperawatan, beban kerja
(workload cost) biasanya sama dengan hari pasien di rawat. Namun, di
area lain unit beban kerja mengacu pada jumlah prosedur, tes,
kunjungan pasien, injeksi, dan sebagainya.
Zero based budgeting-Jumlah dimulai dari awal setiap tahunnya. Hal
ini berarti setiap uang yang dikeluarkan harus beralasan. Biaya yang
ditetapkan tidak secara otomatis diteruskan ke tahun selanjutnya. Pada
penganggaran seperti ini, aktivitas penganggaran tidak berlanjut begitu
saja karena aktivitas berikut dilakukan di masa lalu. Tujuan khusus
sangat penting dalam jenis penganggaran tersebut juga
mengindikasikan apa yang akan terjadi jika suatu tujuan khusus
ditiadakan dan tujuan khusus mana yang dapat dicapai tanpa
menghabiskan banyak biaya.
13
menangani sensus dan kekuatan pasien yang fluktuatif, peraawat
manajer harus mengemban tanggung jawab finansial dan mampu
mengelola anggaran staf per umit” (brown,1999,hlm.34) manajer yang
bijak menggunakan data historis tentang fluktuasi sensus unit untuk
meramalkan kebutuhan staf untuk jangka pendek dan jangka panjang.
Begitu pula, manajer harus memantau anggaran staf secara ketat untuk
menghindari kekurangan atau kelebihan staf. Bila hari perawatan
pasien atau volume menurun, manajer harus menekan pembiayaan staf
sehubungan dengan penurunan tersebut.
Selain jumlah staf, manajer harus mencermati bauran staf.
Manajer juga harus menyadari kekuatan pasien di institusi tersebut
sehingga dapat diberikan tingkat pelayanan keperawatan lebih
ekonomis sesuai dengan kebutuhan pasien.
Sebagian besar kepersonaliaan didasarkan pada standart yang di
tetapkan sebelumnya. Standart ini menetapkan jam kerja perhari
perawatan pasien (unit penyakit dalam), kunjungan perbulan (agens
perawatan dirumah), atau menit perkasus (ruang oprasi). Karna sensus
pasien, jumlah kunjungan, kasus perhari tidak pernah konstan,
manajer harus mengubah, kepersonaliaan jika beban kerja meningkat
atau menurun. Selain itu terkadang populasi dan jenis oprasi yg mulai
menjadwalkan bedah jantung terbuka akan menuntut lebih banyak
waktu keperawatan perkasus. Oleh karna itu, standart (jumlah menit
perawatan per kasus) perlu disesuaikan.
14
Anda menghitung NCH/PPD untuk hari ini, 31 januari : pada tengah
malam, sudah tanggal 1 februari. Sensus pasien tengah malam adalah
25 orang. Ketika memeriksa staf, anda menemukan informasi berikut.
15
Kemarin malam: Pukul 23.00-07.00 =m 4 staf 8 jam = 32 jam
Pukul 07.00- 15.00 = 7 staf 8 jam = 56 jam
Pukul 15.00- 23.00 = 6 staf 8 jam = 48 jam
= 136 jam
Jam kerja keperawatan 24 jam adalah 136 jam.
Langkah ke 2 untuk medapatkan NCH/PPD adalah membagi jam
perawatan dalam 24 jam dengan sensus pasien. Sensus pasien dalam
kasus ini adalah 25. Oleh karna itu, 136 di bagi 25 = 5,44.
NCH/PPD untuk tanggal 31 januari adalah 5,44, yang lebih kecil
dibandingkan dengan anggaran NCH/PPD yang anda buat, yaitu 6,0.
Jam asuhan keperawatan mungkin perlu ditambah 14 jam dalam 24
jam berikutnya dan standart jam asuhan keperawatan yang
dianggarkan masih bisa di pertahankan. Namun, manajer unit harus
ingat bahwa standart tersebut fleksibel dan manajer perlu
memperhatikan keakutan pasien dan bauran staf untuk menentukan
apakah diperlukan penambahan staf pada tanggal 1 februari dan
menentukan siapa staf apa yang palig tepat, dan kapan dinas jaganya.
Anggaran staf meliputi waktu kerja aktual (di sebut juga waktu
produktif atau pengeluaran gaji) dan waktu pengeluaran organisasi
membayar kariyawan ketika tidak kerja (waktu tidak produktif atau
tunjangan). Waktu tidak roduktif meliputi ongkos tunjangan, orientasi
kariyawan baru, turn-over (keluar masuk) kariyawan, waktu sakit dan
libur, dan waktu pendidikan. Contohnya dinas jaga rata-rata 8,5 jam
meliputi 30 menit untuk istirahat makan siang dan dua kali 15 menit
untuk istirahat. Jadi, karyawan ini akan bekerja produktif selama 7,5
jam dan memiliki 1 jam waktu tidak produktif.S
2. Anggaran Operasional
Anggaran operasional adalah area pengeluaran kedua yang
melibatkan semua manajer. Anggaran oprasional merefleksikan
pengeluaran yang berubah seagai respons terhadap volume pelayanan.
Anggaran ini meliputi pengeluaran harian, misalnya biaya listrik,
reparasi dan pemeliharaan, serta pengadaan alat medis.
16
Setelah biaya staf, suplai adalah komponen terpenting kedua
dalam anggaran rumah sakit. Manajer unit yang efektif harus
memerhatikan jenis dan kuantitas peralatan yang digunakan di
unitnya. Manajer unit harus memahami hubungan antar suplai yang di
gunakan di unit dan bauran pasien, tingkat okupansi (occupancy rate),
teknologi yang diperlukan, dan jenis prosedur yang dijalankan unit
tersebut. Lefever (1999) menyatakan bahwa terdapat potensi yang
besar untuk menghemat biaya dengan barang/suplai yang tidak
digunakan dari kemasan atau nampan dan dengan mengurangi
inventaris yang usang dan bekerja lemban, pencurian, penggunaan
peralatan tidak terkendali, dan penggunaan sisa-sisa. Selain itu,
lefever menganjurkan pemeriksaan seksama keefektifan biaya suplai
pakai-ulang versus sekali pakai, pemakaian pinjaman versus milik
pribadi, produk stok sebagai konsinyasi, da inventaris tanpa stok “saat
itu”. Permintaan saat itu adalah peroses ketika inventaris dikirimkan
kepada organisasi hanya oleh penyuplai sat diperlukan dan segera
sebelum barang itu akan digunakan.
3. Anggaran Kapital
Jenis anggaran ke tiga yang digunakan oleh manajer adalah
pengeluaran anggaran kapital. Anggaran kapital dialokasikan untuk
membeli gedung atau peralatan penting/berat, yang memiliki masa
panjang, (biasanya lebih dari 5-7 tahun). Sarana dan prasarana
tersebut tidak digunakan dalam operasional sehari-hari dan lebih
mahal dibandingkan dengan alat operasi. Anggaran kapital berisi
perencanaan jangka panjang, atau komponen akusisi manyor, dan
komponen anggaran jangka pendek. Komponen akusisi manyor
jangka panjang menggambarkan penggantian di masa depan dan
pengembangan organisasi yang akan lebih dari 1 tahun. Contoh jenis
pengeluaran kapital ini termasuk pembelian alat pecintra tomografi
emisi positron atau renovasi ruang utama rumah sakit, dan kereta obat.
Alokasi anggaran untuk alat kapital seringkali harus melebihi
pengeluaran data untuk membeli alat kapital tersebut. Anggaran
17
tersebut bervariasi dari institusi ke institusi, tetapi biasanya mencapai
$1.000 sampai $5.000. manajer biasanya harus melegkapi formulir
permintaan alat kapital tertentu setiap tahunnya atau pada pertengahan
tahun dan memvalidasi permintaan mereka.
18
Tujuan khusus: semua peserta didik akan mendapat seri vaksinasi
hepatitis B secara lengkap.
Factor pendorong: hepatitis B merupakan penyakit akut melumpuhkan
yang mengakibatkan mortalitas yang signifikan. Menurut national
centers for disease control and prevention (NCDC), peserta didik
keperawatan beresiko tinggi terkena infeksi hepatitis B. vaksinasi akan
sangat mengurangi resiko. Seri vaksinasi saat ini terbukti memiliki
sedikit efek samping yang serius. Sekolah keperawatan cendrung
beresiko jika tidak mengikuti rekomendasi NCDC untuk memvaksinasi
semua kelompok yang beresiko tinggi.
Factor penghambat: harga seri vaksinasi adalah 175 dolar AS per
orang. Beberapa peserta didik tidak ingin divaksinasi dan meyakini
bahwa upaya yang mengharuskan mereka menjalani vaksinasi telah
mengekang kebebasan mereka untuk mengambil keputusan. Tidak ada
kejelasan apakah sekolah bertanggung jawab jika seorang peserta didik
mengalami efek samping yang berbahaya sebagai akibat vaksinasi.
Alternative 1: memerlukan vaksinasi, tetapi karena sekolah tidak
mampu membiayai seri vaksinasi, peserta didik perlu menanggung
biaya. Ke untungan: tidak ada beban biaya bagi sekolah. Semua peserta
didik menerima vaksinasi. Kerugian: banyak peserta didik yang tidak
mampu membayar keseluruhan dari vaksinasi dan meyakini bahwa
upaya vaksinasi melanggar haknya untuk mengendalikan pilihan terkait
tubuh mereka.
Alternative 2: tidak memerlukan seri vaksinasi, keuntungan: tidak ada
bagi siapa saja. Peserta didik memiliki pilihan berkaitan dengan apakah
akan menjalani vaksinasi dan menerima tanggung jawab
untukmelindungi kesehatannya sendiri. Kerugian: beberapa peserta
didik keperawatan mungkin tidak terlindungi dari hepatitis B saat
bekerja dilingkungan klinis yang beresiko tinggi.
Alternative 3: memerlukan vaksinasi, tetapi pembayaran ditanggung
bersama antara peserta didik dan sekolah keuntungan: penurunan biaya
bagi peserta didik. Semua peserta didik akan tervaksinasi.
19
Paket keputusan zero-based budgeting sangat bermanfaat karena
keduanya mendorong para manajer untuk menyusun prioritas dan
menggunakan sumber secaara efisien: metode yang lebih panjang dan
kompleks ini juga mendorong partisipasi manajemen karena informasi
dar rekan kerja dan bawahan dibutuhkan untuk menganalisis secara
adekuat dan memprioritaskan aktivitas disetiap unit.
3. New Performance Budgeting
Metode penggaran ketiga, new performace budgeting menekannkan
akuntabilitas, efisiensi, dan ekonmi yang mengarah pada hasil dan
akibat, bukan aktivitas dan keluaran (contino,2001). Oleh karena itu
manaer akan membuat anggaran sesuai ketentuan untuk mencapai hasil
yang sepesifik dan evaluasi penggarannya.
20
jalur (lebih mirip diagram PERT). Bila kemajuan pasien pasien tidak
terpenuhiJalur, harus dilakukan analisis variable,berkaitan dengan alas an
pasien menyimpang dari jalur kritis. De Luc (2000), dalam studi tentang dua
jalur perawawatan, menemukan bahwa penggunaan jalur membuat staf
focus pada pelayanan klinis yang mereka berikan dan upaya
peningkatannya.
Meskipun sebagai alat untuk memantau kualitas perawatan, jalur keritis
juga dapat digunakan sebagai alat perencanaan keuangan. Saat biaya suatu
jalur diketahui, analisis keefektifan biaya jalur tersebut dan varian biaya
terkait dapat dilakukan (Gardner, Allhusen, kamm, dan Tobin, 1997).
Dengan data klinis dan data varian biaya, keputusan terhadap perubahan
jalur dapat dibuat, dapat dengan proyeksi hasil klinis maupun kroyeksi
pengeluaran keuangan.
Keuntungan jalur kritis adalah memfasilitasin petunjuk pelayanan
medis terstandardisasi untuk klien dengan diagnosis sama. Namun,
kelemahannya adalah sulit menentukan dan menerima perpedaan-perbedaan
yang dibenarkan di antara klien yang unik dan cenderung menyimpang dari
jalur yang ada. Dokumentasi jalur kritis juga menambah beban persoalan
dan menuntut dilakukannya fungsi telah utilisasi (ultilization review) pada
suatu system yang sudah kelebihan beban biaya administrasi
21
kurang memerhatikan tuntukan terhadap semakin tingginya kualitas
pelayanan yang berpengaruh terhadap biayanya.
22
Salah satu organisasi managed care (MCO) yang paling umum adalah
health maintenance organization (HMO). Awalnya HMO didefinisikan
sebagai organisasi dengan pembayaran di muka (prepaid organization) yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada anggotanya yang terdaftar secara
sukarela, yang sebelumnya telah dikenakan biaya layanan untuk masing-
masing individu perbulannya. Seiring semakin bertambahnya bisnis asuransi
jiwa atau pengaturan keuangan yang tidak menganut prepayment, definisi
ini secara umum meliputi dua kemungkinan: (1) suatu rencana kesehatan
berlisensi yang menempatkan paling tidak beberapa pemberi layanan pada
risiko menjadi biaya medis, dan (2) rencana kesehatan yang menggunakan
dokter (biasanya pelayanan primer) sebagai pengendali akses (walupun
tidak semua HMO) (Kongstvedt, 1997).
Health Maintenance Organization Act (1973) menetapkan anggaran
sebesar 375 juta dolar AS dalam 5 tahun untuk membentuk dan
mengevaluasi HMO di komunitas AS. Walaupun HMO awalnya didirikn
sebagai alternatif untuk rencana asuransi kesehatan tradisional, beberapa
perusahaan asuransi swasta besar, seperti Blue Cross/Blue Shield dan Aetna,
telah memiliki HMO dalam organisasi mereka dan mempertahankan
indemnity plan (rencana pertanggungan kerugian) tradisional.
Dalam membahas HMO, perlu diingat bahwa terdapat perbedaan jenis
HMO dan jenis rencana dalam HMO yang diikuti oleh anggotanya.
Beberapa jenis HMO meliputi: (1) staf, (2) independent practice association
(IPA), (3) kelompok, dan (4) jaringan. Dalam HMO staf, dokter pemberi
layanan digaji oleh HMO dan dalam pengawasan langsung hMO. Dalam
HMO IPA, HMO mengontrak sekelompok dokter melalui perantara untuk
memberikan pelayanan kepada anggota HMO. Dalam HMO jaringan, HMO
mengontrak beberapa kelompok praktisi dokter independen.
Jenis rencana/plan yang terdapat di HMO khususnya bermacam-
macam, sesuai dengan tingkat pilihan pemberi layanan yang tersedia bagi
peserta /penanggung asuransi. Pilihan rencana tersebut meliputi pilihan
point-of-service (POS) dan exclusive provider organization (EPO). Bila
memilih rencana POS, pasien memiliki opsi untuk memilih pemberi layanan
23
di luar jaringan pada saat pelayanan, tetapi membayar premi dan co-
payment (jumlah uang yang dibayar oleh peserta secara langsung pada saat
layanan diberikan) lebih tinggi karena fleksibilitas tersebut. Bila memilih
EPO, peserta harus mencari perawatan dan pemberi layanan HMO yang
ditunjukkan atau membayar semua biaya yang ada.
Jenis MCO umum lainnya adalah preferred provider organization
(PPO). PPO memberikan layanan berdasarkan pembayaran
pascalayanan/fee-for-service, tetapi memberikan insentif financial kepada
konsumen (pembayaran ringan) saat menggunakan jasa pemberi layanan
yang diinginkan. Pemberi layanan termotivasi untuk menjadi bagian dari
PPO karena PPO menjamin populasi klien yang adekuat.
Walaupun pasien Medicare dan Medicaid secara historis tidak ikut serta
dalam managed care karena adanya aturan yang membatasi pilihan
penggunaan pemberi layanan (free choice of physician rule), pembatasan
tersebut akhirnya dicabut tahun 1970-an dan 1980-an. Pada saat itu,
program publik tersebut mulai menggunakan asuransi managed care dari
perusahan swasta. Hasilnya, 327 rencana plan managed care dimasukkan ke
dalam program kontrak risiko dari Health Care Financing Administration
sejak tahun 1997, yang masing-masing menerima pembayaran kapitasi
setara dengan 95% dari rata-rata biaya per kapita yang disesuaikan
(ReichRD, 1997). (MCO menerima penggantian biaya untuk pasien untuk
memenuhi syarat Medicare beerdasarkan suatu formula yang ditentukan
oleh HCFA, yang mempertimbangkan usia, jenis kelamin, wilayah giografi,
dan rata-rata biaya per pasien menurut usianya. Pemerintah lalu mengambil
manfaat dari diskon 5% dan memberikan sisanya kepada MCO). Walaupun
empat HMO mencakup mayoritas peserta HMO Medicare, rencana baru di
area baru Negara tersebut menembus jumlah yang fantasis dalam bisnis
asuransi (Zarabozo & LeMasurier, 1997).
Pada tahun 1996, 40% penerima manfaat Medicaid didafarkan dalam
managed care, yang terdiri atas lebih dari 500 rencana (Kaiser Commission
on The Future of Medicaid, 1997). Pada tahun 1998, semu Negara bagian,
kecuali Alaska, membebaskan penerima manfaat Medicaid untuk ikut serta
24
dalam Managed care plans (Barton, 1999). HCFA merencanakan memiliki
25% penerima manfaat Medicare yang diikutsertakan dalam program
managed care di awal abad ini (Reichard, 1997).
Managed Care adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
berbagai rencana pelayanan kesehatan yang disususun untuk menekan biaya
layanan kesehatan yang diberikan kepada anggota/peserta sekaligus
mempertahankan kualitas keperawatan.
Managed Care adalah suatu sistem dimana pelayanan kesehatan
terlaksana secara terintegrasi dengan sistem pembiayaan, yang mempunyai
5 elemen sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan pelayanan oleh provider tertentu (selected provider).
2. Ada kriteria khusus untuk penetapan provider
3. Mempunyai program pengawasan mutu dan manajemen utilisasi
4. Penekanan pada upaya promotive dan preventive
5. Ada financial insentive bagi peserta yang melaksanakan pelayanan
sesuai prosedur
A. Pelaksanaan integrasi pembiayaan dan pelayanan kesehatan tersebut dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Membuat kesepakatan dengan Penyedia Pelayanan Kesehatan untuk
melaksanakan serangkaian jasa pelayanan kesehatan yang komprehensif
bagi seluruh tertanggung.
2. Membuat standar dalam seleksi Pemberi Pelayanan Kesehatan
3. Penekanan pada hal yang bersifat preventive, sehingga meminimalisir
pengobatan pada tingkat lanjut yang berbiaya tinggi.
4. Pemberian insentif bagi Penyedia Pelayanan Kesehatan untuk turut
serta mengendalikan biaya dan agar memberikan pelayanan medis yang
tidak overtreat.
B. Ciri-Ciri Managed Care
Ada beberapa ciri Managed Care yaitu :
1. Kontrol utilisasi yang ketat sesuai mekanisme kontrak.
2. Monitoring dan kontrol pelayanan yang diberikan.
3. Memakai dokter umum dan tenaga medik lainnya untuk mengelola
25
4. pasien.
5. Menciptakan layanan kesehatan yang sesuai dengan standar yang
6. ditetapkan.
7. Ada program perbaikan kualitas.
8. Sistem reimburse yang membuat sarana pelayanan kesehatan (dokter,
9. Puskesmas, rumah sakit dll) dapat mempertanggungjawabkan biaya
10. Kualitas layanan kesehatan.
C. Faktor Utama dalam Managed Care
Faktor-faktor dalam managed care, antara lain :
1. Mengelola pembiayaan dan pemberian jasa pelayanan kesehatan.
2. Menggunakan teknik kendali biaya.
3. Membagi risiko keuangan antara provider dan badan asuransi.
D. Bentuk-Bentuk Managed Care:
1. HMO (Health Maintanance Organization).
HMO adalah satu bentuk managed care yang mempunyai ciri sebagai
berikut :
a. Pembayaran premi didasarkan pada perhitungan kapitasi. Kapitasi
adalah pembayaran terhadap penyelenggara pelayanan kesehatan
berdasarkan jumlah sasaran anggota, biasanya didasarkan atas
konsep wilayah dan bukan berdasarkan jumlah pelayanan yang
diberikan.
b. Terikat pada lokasi tertentu.
c. Pembayaran out of pocket sangat minimal. HMO merupakan badan
penyelenggara merangkap sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan sehingga kontrol lebih baik dan mengurangi utilisasi
yang berlebihan. Kedua, HMO mengontrol penyelenggara
pelayanan kesehatan.
d. Pilihan PPK terbatas, perlu waktu untuk menukar PPK.
e. Ada pembagian risiko dengan PPK.
f. Kendali biaya dan pemanfaatan tinggi.
g. Ada kemungkinan mutu pelayanan rendah.
26
a. Staff-model yaitu dokter secara langsung menjadi pegawai HMO
dan diberikan imbalan dengan sistem gaji.
b. Group-model yaitu HMO mengontrak dokter secara kelompok dan
biasanya didasarkan atas kapitasi.
c. Network-model yaitu HMO mengontrak lebih dari satu grup
dokter.
d. Individual Practice Assosiation (IPA) yaitu HMO mengontrak
sejumlah
e. dokter dari beberapa jenis praktek dan biasanya didasarkan pada
fee for service.
27
Rawat jalan spesialistik di klinik spesialis, dokter praktek
spesialis atau rumah sakit.
3) Pelayanan Tingkat Tersier
Rawat inap spesialistik di rumah sakit
a) Upaya promotif
(1) Penyuluhan kesehatan
(2) Perbaikan gizi
28
Aspek lain yang memperumit penggantian biaya pelayanan kesehatan,
baik melalui PPS, HMO, atau PPO adalah adanya keharusan
pendokumentasian yang jelas dan komprehensif kebutuhan terhadap
pelayanan dan pelayanan actual. Pemberian layanan tidak lagi menjamin
penggantian biaya. Oleh karena itu, akuntabilitas keuangan keperawatan
menyimpang dari perencanaan dan pengimplementasian (akuntabilitas
tanggungjawab mencatat dan mengomunikasikan aktivitas).
Mungkin persoalan yang paling serius terkait kemajuan managed care
di AS adalah perubahan hubungan antara penjamin, asuransi, dokter,
perawat, dan pasien. Wurzbach (1998) menyatakan bahwa meski perawat
dan dokter memiliki tanggungjawab dan loyalitas penuh kepada pasien,
managed care telah mengakibatkan terjadinya loyalitas, yaitu perawat dan
dokter menjadi “agens ganda”. Konsekuensinya, providers/penyedia
layanan saat ini harus sering menjadi agens bagi pasien dan agens dari
alokasi sumber bagi perusahaan asuransi, rumah sakit, atau rencana praktik
khusus. Dengan demikian, perawat dan dokter dapat memahami
kewajibannya terhadap pasien, rumah sakit, perusahaan asuransi,
masyarakat, pasien lain dalam praktik yang sama, praktisi lain dalam praktik
yang sama, dan dirinya sendiri (Wurzbach, 1998), dampak keputusan klinis
dengan bonus, insentif, dan pinalti selain gaji kepada dokter dan perawat
untuk menurunkan utilisasi layanan/sumber daya dan meningkatkan profit
tidak diketahui. Akibatnya, tuntutan mawas diri menyangkut nilai-nilai yang
menuntun praktik keperawatan professional individu tidak pernah lebih
baik.
29
model baru telah muncul yang menyebabkan terintegrasinya pembiayaan
dan pemberi layanan, meski resiko finansial dari biaya pelayanan menjadi
semakin tinggi karena pelayanan kesehatan diambil alih dan dikendalikan
oleh banyak perusahaan, praktisi, dan institusi (Rosenbaum, 1998).
Serta melibatkan sebanyak mungkin pihak dalam proses anggaran
tersebut. Jenis perencanaan ini juga menuntut visi, kreativitas, dan
pengetahuan yang luas tentang factor politik, social, dan ekonomi yang
memengaruhi pelayanan kesehatan. Peran kepemimpinan dan fungsi
manajemen yang diterapkan dalam perencanaan keuangan sama dengan fase
lain proses perencanaan. Peran dan fungsi ini dijelaskan dalam Petunjuk 6.1
Managet care tidak akan lenyap, paling tidak dalam waktu dekat.
Managet care menembus system pelayanan kesehatan saat ini dan
cenderung semakin besar, hal ini terlihat dari semakin banyaknya jumlah
rencana/plan peserta dan dampaknya yang semakin luas terhadap system
pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Oleh karena itu, dalam
menjalankan semua perannya, perawat setidaknya perlu memahami
pembiayaan pelayanan kesehatan dan pengaruh strategi penggantian biaya
baik langsung maupun tidak langsung terhadap praktik mereka. Hanya
perawat yang mampu menjadi partisipan aktif dalam perencanaan keuangan
yang proaktif dan visioner yang diperlukan untuk bertahan di era globalisasi
pelayanan kesehatan.
30
Keterampilan kepemimpinan memungkinkan manajer untuk terlibat
dalam perencanaan keuangan bagi semua orang yang akan terpengaruh oleh
perencanaan. Keterampilan kepemimpinan lain yang diperlukan dalam
perencanaan keuangan meliputi fleksibilitas, kreativitas, dan pandangan
terhadap kebutuhan masa mendatang. Pemimpin yang memiliki
keterampilan mampu mengantisipasi keterbatasan anggaramn dan bertindak
secara proaktif.
Di lain pihak, banyak manajer memanfaatkan keterbatasan dana untuk
menentukan alternative. Ketika terjadi ketidakadekuatan sumber keuangan,
pemimpin kreatif dalam mengidentifikasi alternative untuk memenuhi
kebutuhan klien. Namun, pemimpin yang memiliki keterampilan juga
menjamin bahwa keterbatasan biaya tidak membahayakan keamanan klien.
Pemimpin juga merupakan pribadi yang asertif dan bijak dalam
mengelola anggaran dan mengalokasikannya secara adil ke masing-masing
unit. Karena dapat menggambarkan kebutuhan anggaran unit dengan cara
asertif, professional, dan proaktif, pemimpin umumnya mendapatkan
distribusi sumber daya yang baik bagi unitnya.
Petunjuk 2.2 Peran Kepemimpinan dan Fungsi Manajemen dalam
Perencanaan Keuangan
31
perencanaan keuanganan jangka pendek dan jangka panjang.
6. Menyadari ketika kendala keuangan telah mengakibatkan
ketidakmampuan mencapai tujuan organisasi atau unit dan
mengomunikasikan pandangan ini secara aefektif, mengikuti rantai
perintah.
7. Meyakinkan bahwa klien tidak dirugikan oleh pembatasan biaya
(costcontainment).
Fungsi Manajemen
1. Mengidentifikasi pentingnya perencanaan keuangan dan menyusun
perencanaan keuangan jangka pendek dan jangka panjang yang
mencerminkan kebutuhan unit.
2. Mengomunikasikan dan mendokumentasikan kebutuhan unit secara
efektif ke tingkatan administrative yang lebih tinggi.
3. Mengkaji lingkungan internal dan eksternal organisasi dalam peramalan
untuk mengidentifikasi factor pendorong dan penghambat perencanaan
keuangan.
4. Menunjukkan pengetahuan penganggaran dan menggunakan teknik
yang tepat.
5. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam
perencanaan keuangan yang relavan.
6. Mengoordinasikan perencanaan keuangan di tingkat unit agar mengacu
pada tujuan umum dan khusus organisasi.
7. Secara akurat mengkaji kebutuhan personel dengan menggunakan
standar yang telah ditentukan atau system klasifikasi pasien yang telah
ditetapkan.
8. Mengoordinasikan aspek pemantauan dan pengendalian anggaran.
9. Meyakinkan bahwa dokumentasi kebutuhan klien terhadap layanan dan
pemberian layanan jelas dan lengkap untuk memudahkan penggantian
biaya (reimbursement) organisasi.
32
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
33
keperawatan berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan untuk memenuhi
hal tersebut dibutuhkan pembiayaan. Dengan adanya manajemen
anggaran ini maka engelolaan biaya dapat dilakukan dengan efektif dan
efisien.
3.2. Saran
Dengan tersusunnya makalah ini di harapkan kepada pembaca agar dapat
memahami dan mengerti tentang manajemen anggaran dalam manajemen
keperawatan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk
menembah wawasan dan ilmu pengatahuan bagi para pembacanya. Kritik
dan saran dari pembaca sangat di harapkan demi kesempurnaan penulisan
makalah di kemudian hari.
34
DAFTAR PUSTAKA
35