Anda di halaman 1dari 34

PENGARUH SUHU BAKING TERHADAP KUALITAS ROTI

Oleh :

TIM PENGAMPU MATA KULIAH

PRINSIP TEKNIK PANGAN

1. Widya Rahmawaty Saman S.TP,M.Si.


2. Rahmiyat Kasim S.TP,M.Si.
3. Adnan Engelan S.TP,M.Si

Nilai

Disusun oleh:

Nama : Nuriska Alwi

Nim: 651418097

LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022

1
ABSTRAK

Roti adalah makanan yang terbuat dari bahan utama tepung terigu, yeas, garam, dan
air serta bahan tambahan makanan lain seperti gula, margarin, telur, susu, dan
lainnya. Roti manis merupakan salah satu jenis roti yang mempunyai cita rasa manis
yang menonjol serta bertekstur dengan isian atau tanpa isian. Pembuatan roti melalui
beberapa tahapan yaitu dimulai dari pemilihan bahan baku, penimbangan bahan,
pencampuran, proofing 1, pemotongan dan penimbangan, pembulatan, proofing 2,
pemanggangan, terakhir pengemasan. Suhu yang digunakan dalam proses
pemanggangan yaitu 180°C, 190°C, dan 200°C. Dari hasil uji organoleptik
menunjukkan bahwa suhu berpengaruh terhadap kualitas roti dari segi rasa, warna,
dan tekstur, namun tidak berpengaruh terhadap aroma.

Kata kunci : roti, suhu, kualitas

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga praktikum
prinsip tekhnik pangan II jurusn ilmu teknologi pangan ini dapat tersusun sampai
dengan selesai yang berjudul ”Pengaruh Suhu Baking Terhadap Kualitas Roti ”

Dalam penyusnan laporan ini penulis mengalami kesulitan namum berkat


dukungan materi dengan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat
menyelesaikan laporan ini dengan cukup baik. Oleh karena itu melalui penyusunan
laporan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak terkait yang
telah membantu menyelesaikan penyusunan laporan ini.

Semoga praktikum ini dapat memberikan pengetahuan tambahan bagi


mahasiswa atau pembaca dalam prinsip tekhnik pangan II dan manfaat agar pembaca
bisa mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. bagi penulis sebagai penyusun
merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
laporan ini.

Gorontalo 15 November 2022

Penulis

DAFTAR ISI

3
ABSTRAK....................................................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................................................
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................
BAB 1 PENTAHULUAN ............................................................................................................
1.1 Latar belakang ..................................................................................................................
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................................
1.2 Tujuan .............................................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTKA .....................................................................................................
2.1 Roti ...................................................................................................................................
2.2 Tepung Terigu ..................................................................................................................
2.3 Ragi...................................................................................................................................
2.4 Air.....................................................................................................................................
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................................................
3.1 Waktu dan tempat ............................................................................................................
3.2 Alat dan bahan .................................................................................................................
3.3 Rancangan Penelitian .......................................................................................................
3.4 Rancangan Percobaan ......................................................................................................
3.5 Parameter uji ....................................................................................................................
3.6 Analisi data ......................................................................................................................
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................................
4.1 Hasil .................................................................................................................................
4.2 Pembahsan .......................................................................................................................
BAB 5 PENUTUP .......................................................................................................................
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................................

5.2 Saran .................................................................................................................................


DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................
LAMPIRAN .................................................................................................................................

4
DAFTAR TABEL

1.1 Tabel 1. Rancangan Percobaan


1.2 Tabel 2. Hasil Organoleptik Roti

5
DAFTAR GAMBAR

1.1 Gambar 1. Roti

1.2 Gambar 2. Diagram alir Pembuatan roti

1.3 Gambar 3. Diagram batang warna

1.4 Gambar 4. Diagram batang rasa

1.5 Gambar 5. Diagram batang aroma

1.6 Gambar 6. Diagram batang rasa tekstur

6
DAFTAR LAMPIRAN

1.1 Lampiran 1. Anova dan dunce

1.2 Lampiran 2. Dokumentasi

7
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Roti merupakan salah satu sumber karbohidrat yang umumnya dikonsumsi
oleh masyarakat luas. Roti yang berbahan dasar tepung terigu berasal dari luar negeri,
karena di Indonesia gandum yang merupakan asal terigu tidak dapat dibudidayakan.
Walaupun terigu sebagai salah satu bahan utama dalam pembuatan roti masih
diimpor dari luar negeri, tetapi tatp di gemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan,
akhir-akhir ini, konsumsi roti masyarakat semakin meningkat. Roti merupakan
makanan yang praktis untuk hidangan sarapan, selain mudah dibuat rasanya enak dan
bergizi. Sifat yang praktis membuat roti semakin sesuai dengan keadaan masyarakat
modern sekarang yang ingin semuanya tersaji dengan cepat dan mudah.
Pada prinsipnya roti di buat dengan mencampurkan tepung dan bahan penyusun
lainnya menjadi adonan kemudian difermentasi dan dipanggang. Pembuatan roti
dapat di bagi menjadi dua bagian utama yaitu proses pembentukan dan proses
pemanggangan. Kedua proses utama ini akan membentuk mutu hasil akhir.
Mixing berarti mencampurkan secara homogen semua bahan membentuk dan
melunakan gluten, serta menahan gas pada gluten. Mixing harus berlangsung hingga
tercapai perkembangan optimal dari gluten dan penyerapan airnya. Mixing yang
berlebihan akan merusak susunan gluten, adonan akan semakin panas dan
peragiannya semakin lambat (Mudjajanto dan Yulianti, 2004)
Pemanggangan merupakan proses pematangan adonan menjadi roti yang dapat
dicerna oleh tubuh dan menimbulkan aroma yang khas, pemanggangan merupakan
aspek yang utama untuk menghasilkan roti yang berkualitas tinggi. Pemanggangan
terlalu lama dapat menyebabkan kekerasan dan penampakan yang tidak baik. Suhu
dan waktu yang umum untuk pemanggangan adalah 180-200°C selama 15-20 menit.
Proses pemanggangan akan menyebabkan volume adonan bertambah dalam waktu 5-
6 menit pertama dalam oven, kualitas yeas akan berhenti pada suhu 65°C temperatur
adonan. Proses pemanggangan roti akan mendenaturasi protein dan terjadi proses
gelatinisasi (Muchtadi, 2010).

8
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh penggunaan suhu pengovenan terhadap kualitasroti
dilihat dari aspek warna, aroma, rasa dan tekstur?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan suhu pengovenan terhadap
kualitasroti dilihat dari aspek warna, aroma, rasa dan tekstur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

9
2.1 Roti
Roti merupakan produk pangan berbahan dasar tepung terigu yang di
fermentasi dengan ragi roti atau bahan pengembang lainnya yang diolah dengan
cara dipanggang (Mudjajanto dan Yulianti,2004). Ditambah oleh Subagjo (2007)
pada proses fermentasi roti akan menghasilkan CO2 dan alkohol. Selain itu roti
yang kaya akan cita rasa memiliki bahan tambahan lain yaitu telur, lemak, susu,
dan gula .

Bahan dasar dari roti adalah tepung, air,


garam, ragi, gula, lemak dan juga penam-bahan
pengembang roti Gambar 1. Roti (bread
improver). Tepung terigu
yang digunakan dalam pembuatan roti, dapatdibedakan berdasarkan kandungan
protein, yaitu jenis glutenin dan gliadin yang jika ditambahkan dengan air dapat
membentuk massa yang elastis dan dapat mengembang inilah yang disebut dengan
gluten. Sifat-sifat fisik gluten yang elastis dan dapat mengembang ini
memungkinkan adonan dapat menahan gas pengembang dan adonan dapat
menggelembung seperti balon. Proses ini dapat membentuk rongga yang halus
pada roti serta tekstur yang lembut dan elastis. Sifat dari tepung yang baik adalah
mampu menyerap air dalam jumlah banyak untuk mencapai konsistensi adonan
dengan tekstur lembut dan volume yang besar.
Selain itu kandungan zat gizi yang terdapat didalam roti yaitu β-karoten,
tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin, serta sejumlah mineral berupa
zat besi, iodium, kalsium dan sebagainya. Roti juga diperkaya dengan asam amino
tertentu untuk meningkatkan mutu protein bagi tubuh. Kandungan protein yang
terdapat dalam roti mencapai 9,7%, lebih tinggi dibandingkan nasi yang hanya
7,8% (Jenie,1993).

10
2.2 Tepung Terigu
Bahan utama yang digunakan untuk pembuatan roti adalah tepung terigu
(Mariyanti,2012). Tepung terigu merupakan salah satu bahan pangan yang banyak
dibutuhkan oleh konsumen di Indonesia yang diperoleh dari biji gandum (Triticum
Vulgare) yang digiling. Tepung banyak mengandung zat pati yaitu karbohidrat
kompleks yang tidak larut dalam air. Karakteristik yang khas dari tepung terigu
yaitu mengandung protein gluten, gliadin dan prolamin. Jika dilakukan
pengadonan memberikan sifat elastis. Tepung terigu mempunyai gluten yang tidak
dimiliki serealia lainnya (Astawan, 2008).
Gluten adalah zat yang hanya terdapat pada tepung terigu dan pada jenis
tepung lainnya tidak ada, sifat dari zat ini adalah kenyal dan elastis. Gluten sangat
penting dan diperlukan dalam pembuatan roti agar dapat mengembang dengan
baik. Banyak atau sedikitnya gluten yang di dapat tergantung dari berapa banyak
jumlah protein dalam tepung itu sendiri. Semakin tinggi proteinnya semakin
banyak jumlah gluten yang didapat ( Rustandy, 2009).
2.3 Ragi
Disebutkan dalam Ahmad (2005) bahwa pemakaian ragi adalah salah satu
bahan utama pembuatan roti dan kue sejak lama di pakai pada zaman Mesir kuno,
yang belakangan ini diketahui sebagai khamir saccharomyces cerevisiae. S.
Cerevisiae merupakan khamir sejati tergolong eukariot yang secara morfologi
hanya membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris, oval, atau bentuk
telur yang dipengaruhi stainnya.
Menurut Musket (2008) ragi sama seperti makhluk hidup lainnya, perlu empat hal
untuk bertahan hidup, yakni kehangatan, kelembaban, makanan, dan oksigen.
Kehangatan dapat disediakan dalam beberapa cara,cairan hangat sering digunakan
untuk mengaktifkan ragi, dan proses pencampuran serta juga menghasilkan panas
tambahan.
2.3 Air
Air memiliki peran penting dalam pembuatan roti, karena gluten terbentuk
dengan bantuan air. Air sangat menentukan konsistensi dan karakteristik reologi
adonan, yang sangat menentukan sifat adonan selama proses dan akhirnya
menentukan mutu produk yang dihasilkan. Air juga berfungsi sebagai pelarut

11
bahan seperti garam, gula, susu dan mineral sehingga bahan tersebut terdispersi
secara merata dalam adonan. Menurut U.S. Wheat Associates (1983), dalam
pembuatan roti, air mempunyai banyak fungsi. Mulai dari pembentukan gluten,
mengontrol kepadatan adonan, melarutkan garam, menahan dan meratakan
bahan-bahan selain tepung secara merata, air juga yang mendorong proses kerja
enzim.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 20 oktober 2022 Di Laboratorium
Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat

12
Dalam praktikum ini menggunakan alat sebagai berikut : wadah,
gelas, sendok, oven, mixer, timbangan elektrik, gelas ukur.
3.2.2 Bahan
Dalam praktikum ini menggunakan bahan sebagai berikut : tepung
terigu, ragi, telur, susu bubuk, gula halus, air, margarine, garam, bahan
tambahan pangan.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Rancangan
Acak Lengkap dengan perlakuan Suhu Pemanggangan yag berbeda-beda.
Tabel 1. Rancangan Percobaan
No Kode sampel Suhu pemanggangan
1 B1 180o C
2 B2 190o C
3 B3 200o C

3.4 Rancangan Percobaan

Tepung terigu

Margarin
Gula Halus
Air Pencampuran
Susu Bubuk
Ragi
Mixing

Proofing 1 15 menit

13
Pemotongan 20 gr
Proofing 2 30 menit

B1 : 180o C
B2 : 190o C Pemanggangan
B3 : 200o C

Roti

Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Roti

3.5 Parameter Uji


3.5.1 Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik dilakukan untuk mengetahui penerimaan konsumen
terhadap produk yang telah dibuat. Pengujian dilakukan menggunakan uji
hedonik, penelis diminta untuk mencentang sesuai kolom yang telah diberi nilai
kesukaan produk. Uji hedonik dengan menggunakan sendok ditiap-tiap panelis
serta pemberian kode minimal 3 digit. Panelis diminta untuk memberi penilaian
terhadap aroma, rasa, warna, dan tekstur pada roti. Jumlah panelis yang
digunakan sebanyak 10 orang penelis. Skala yang digunakan sebagai berikut.
1= sangat tidak suka
2= tidak suka

14
3= agak tidak suka
4= netral
5= agak suka
6= suka
7= sangat suka

3.6 Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil pengujian organoleptik diamati dan dianalisi
dengan menggunakan Analisis of variant (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji
banding Dancans multiple test (DMRI) dengan taraf signifikasi 5%

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Tabel 2 hasil organoleptik roti


Organoleptik B1 B2 B3
Rasa 3.90 5.50 4.40
Warna 4.60 5.00 4.40
Aroma 4.20 4.20 4.50
Tekstur 4.30 5.10 5.00

Keterangan:

15
B1 Suhu = 180o C
B2 Suhu = 190oC
B3 Suhu = 200oC nilai warna roti
5.00
4.80
4.2 Pembahasan
4.60
4.2.14.40
Organoleptik
4.20
180°C 190°C 200°C
Uji sensori atau yang dikenal dengan uji organoleptik sangat penting
dilakukan pada produk pangan. Makanan yang bersih, sehat dan bernilai
nutrient tinggi namun tidak memiliki rasa yang lezat bisa saja membuat produk
tersebut tidak diterima oleh masyarakat. Selera manusia sangat menentukan
penerimaan suatu produk. Respon positif oleh indra manusia kepada suatu
produk menandakan bahwa produk tersebut memiliki kualitas sensori yang
tinggi. Uji sensori dapat digunakan sebagai petunjuk pengembangan produk
baru dan optimasi produksi (Breternitz et al., 2017).Pada uji hedonik, panelis
diminta memberi tanggapan pribadi terhadap suatu produk. Penilaian dilakukan
dengan memberikan skala hedonik seperti sangat suka, suka, agak suka dan
tidak suka (Setyaningsih et al., 2010). Uji kesukaan (hedonik) berdasarkan skor
tertentu dapat memberikan gambaran terhadap penerimaan konsumen (Moore
et al., 2019).

A. Warna

Gambar 3. Diagram batang warna


Keseluruhan kulit roti dari hasil pengovenan. Warna yang di harapkan harus
memiliki warna cokelat keemasan atau golden brown (M. Husin. Syarbini,
2013). Dari gambar 3. Menunjukan bahwa suhu baking berpengaruh
terhadap warna roti, perlakuan pertama memiliki rata-rata 4,60, perlakuan
kedua memiliki rata-rata 5,00, perlakuan ketiga memiliki rata-rata 4,80. Nilai

16
tertinggi pada perlakuan kedua dengan suhu 190°C dan yang terandah pada
suhu 180°C.
B. Rasa nilai tekstur roti
5.50
5.00
4.50
4.00
3.50
180°C 190°C 200°C

Gambar 4. Diagram batang rasa


Rasa berperan penting dalam menilai suatu produk pangan. Rasa dapat di
tentukan melalui Indra mulut dengan cacapan dan rangsangan mulut
(Winarno). Dari gambar 1. Menunjukan bahwa suhu baking berpengaruh
terhadap rasa roti, perlakuan pertama memiliki rata-rata 3,90, perlakuan
kedua memiliki rata-rata 5,50, perlakuan ketiga memiliki rata-rata 4,40. Nilai
tertinggi pada perlakuan kedua dengan suhu 190°C dan yang terandah pada
suhu 180°C.

nilai rasa roti


6.00
4.00
2.00
0.00
C. Aroma180°C 190°C 200°C

Gambar 5. Diagram batang aroma


Aroma roti dapat di nilai dari Indra penciuman. Aroma roti dengan aroma
manis, khas roti, tidak berbau asam, tidak berbau logam, tidak berbau
jamur. Roti yang baik di harapkan memiliki aroma yang enak, berbau khas
roti (M. Husin. Syarbini, 2013). Dari gambar 3. Menunjukan bahwa suhu
baking tidak berpengaruh terhadap aroma roti, perlakuan pertama

17
memiliki rata-rata 4,20, perlakuan kedua memiliki rata-rata 4,20, perlakuan
ketiga memiliki rata-rata 4,50. Nilai tertinggi pada perlakuan kedua dengan
suhu 200°C dan yang terandah pada suhu 180°C.
D. Tekstur

Gambar 6. Diagram batang tekstur


Tekstur berpengaruh besar terhadap suatu produk, namun jika
tekstur bukan merupakan karakteristik sensori yang prinsipal
dengan kata lain tekstur bukan merupakan karakteristik
dominan maka tekstur tidak memberikan pengaruh besar
terhadap penerimaan produk ( Moore at al. 2019). Dari
gambar 4. Menunjukan bahwa suhu baking berpengaruh
terhadap tekstur roti, perlakuan pertama memiliki rata-rata
nilai aroma roti
4,30, perlakuan kedua memiliki rata-rata 5,10, perlakuan
4.50
ketiga
4.40
4.30
memiliki rata-rata 5,00. Nilai tertinggi pada perlakuan
4.20
kedua
4.10 dengan suhu 190°C dan yang terandah pada suhu
4.00
180°C.
180°C 190°C 200°C

18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat di simpulkan bahwa ada pengaruh
suhu pemanggangan terhadap kualitas roti dilihat dari aspek warna, rasa, dan tekstur.
Dari aspek aroma tidak ada pengaruh apapun. Sampel roti yang di sukai yaitu sampel
yang suhunya 190°C.
5.2 Saran
Perlu ada eksperimen lebih lanjut tentang penggunaan waktu yang tepat yang
digunakan untuk pengovenan roti yang berkualitas baik.

19
Dafrar pustaka

Adawiyah, R. Dede & Waysima. (2006). Buku Ajar Evaluasi Sensori Untuk Edisi 1.
Fakultas Teknologi IPB.
Ahmad, Riza Zainudin. (2005). Pemanfaatan Khamir Saccharomyces Cerevisiae
Untuk Ternak. Jurnal Wartaroza Vol 1 No. 1 Bogor:Balai Penelitian Veteriner.
Astawan, M. (2008). Khasiat Warna-warni. Jakarta:Gramedia.
Breternitz, N.R., Bolini, H.M.A, Hubinger, M.D. 2017. Sensory acceptanceevaluation
of a new food flavoring produced bymicroencapsulation of a mussel (Perna perna)
protein hydrolysate. LWT-Food Science and Technology.
Gaman, P.M & K.B Sherrington. (1992). The Science Of Food, An Introduction Food
Science, Nutrition and Microbiologi 2nd Adition.
Jenie, B.S.L & W.P Rahayu (1993). Penanganan Limbah Industri Pangan. Kanisius.
Yogyakarta.

20
Mariyanti, N. (2012). Studi Pembuatan Mie Kering Berbahan Baku Tepung Singkong
dan Mocaf. Jurnal Sains Terapan.
Muchtadi, T. R., at al. (2010). Teknologi Proses Pengolahan PanganALFABETA,
CV IPB. Bogor.
Mudjajanto, E. S dan L. N. Yulianti. (2008). Membuat Aneka Roti. Penebar
Swadaya. Jakarta
Moore,C.J; Lindke, A.B.S; Cox, G.O. 2019. Research article using sensory science to
evaluate consumer acceptance of recipes in a nutrition education intervention for
limited resource populations. Journal of Nutrition Education.
Ningrum, W.D. (2006) Eksperimen Pembuatan Roti Tawar Dengan Menggunakan
Jenis Lemak Yang Berbeda. Skripsi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Rustandy, R. (2009). Budidaya Buncis. Jakarta : Penerbit Kanisus.
Setyaningsih, D., Apriyantono, A., Sari, M.P. 2010. Analisis Sensoris untuk Industri
Pangan dan Agro. Bogor: IPB Press.
Subagjo, A. (2007). Manajemen Pengolahan Kue dan Roti. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Syarbini, M Husin (2013). Roti Manis dan Donat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Winarno, F. G. (1997). Kimia Pangan Dan Gizi. PT. Gramedia. Jakarta

21
LAMPIRAN

Descriptives

95% Confidence Interval for


Mean
Std. Std.
N Mean Deviation Error Lower Bound Upper Bound

Rasa 180 10 3.9000 1.19722 .37859 3.0436 4.7564


C

190 10 5.5000 .97183 .30732 4.8048 6.1952


C

200 10 4.4000 .96609 .30551 3.7089 5.0911


C

Total 30 4.6000 1.22051 .22283 4.1443 5.0557

Warna 180 10 4.4000 .96609 .30551 3.7089 5.0911


C

190 10 5.0000 1.15470 .36515 4.1740 5.8260


C

22
200 10 4.8000 1.03280 .32660 4.0612 5.5388
C

Total 30 4.7333 1.04826 .19139 4.3419 5.1248

Aroma 180 10 4.2000 1.31656 .41633 3.2582 5.1418


C

190 10 4.2000 1.31656 .41633 3.2582 5.1418


C

200 10 4.5000 .84984 .26874 3.8921 5.1079


C

Total 30 4.3000 1.14921 .20982 3.8709 4.7291

Tekstu 180 10 4.3000 1.05935 .33500 3.5422 5.0578


r C

190 10 5.1000 .87560 .27689 4.4736 5.7264


C

200 10 5.0000 .81650 .25820 4.4159 5.5841


C

Total 30 4.8000 .96132 .17551 4.4410 5.1590

Descriptives

Minimum Maximum

Rasa 180 C 2.00 6.00

190 C 4.00 7.00

200 C 3.00 6.00

Total 2.00 7.00

23
Warna 180 C 3.00 6.00

190 C 3.00 6.00

200 C 3.00 6.00

Total 3.00 6.00

Aroma 180 C 2.00 6.00

190 C 2.00 6.00

200 C 4.00 6.00

Total 2.00 6.00

Tekstur 180 C 3.00 6.00

190 C 4.00 6.00

200 C 4.00 6.00

Total 3.00 6.00

Test of Homogeneity of Variances

Levene
Statistic df1 df2 Sig.

Rasa Based on Mean .204 2 27 .816

Based on Median .362 2 27 .700

Based on Median and with .362 2 26.667 .700


adjusted df

Based on trimmed mean .219 2 27 .805

Warna Based on Mean .562 2 27 .576

Based on Median .745 2 27 .484

Based on Median and with .745 2 25.512 .485


adjusted df

Based on trimmed mean .570 2 27 .572

Aroma Based on Mean .932 2 27 .406

24
Based on Median 1.216 2 27 .312

Based on Median and with 1.216 2 26.961 .312


adjusted df

Based on trimmed mean 1.068 2 27 .358

Tekstu Based on Mean .437 2 27 .650


r
Based on Median .085 2 27 .919

Based on Median and with .085 2 21.343 .919


adjusted df

Based on trimmed mean .399 2 27 .675

ANOVA

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.

Rasa Between Groups 13.400 2 6.700 6.070 .007

Within Groups 29.800 27 1.104

Total 43.200 29

Warna Between Groups 1.867 2 .933 .840 .443

Within Groups 30.000 27 1.111

Total 31.867 29

Aroma Between Groups .600 2 .300 .215 .808

Within Groups 37.700 27 1.396

Total 38.300 29

25
Tekstu Between Groups 3.800 2 1.900 2.230 .127
r
Within Groups 23.000 27 .852

Total 26.800 29

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Mean
Difference (I- Std.
Dependent Variable (I) Perlakuan (J) Perlakuan J) Error Sig.

Rasa LSD 180 C 190 C -1.60000* .46983 .002

200 C -.50000 .46983 .297

190 C 180 C 1.60000* .46983 .002

200 C 1.10000* .46983 .027

26
200 C 180 C .50000 .46983 .297

190 C -1.10000* .46983 .027

Warna LSD 180 C 190 C -.60000 .47140 .214

200 C -.40000 .47140 .404

190 C 180 C .60000 .47140 .214

200 C .20000 .47140 .675

200 C 180 C .40000 .47140 .404

190 C -.20000 .47140 .675

Aroma LSD 180 C 190 C .00000 .52845 1.000

200 C -.30000 .52845 .575

190 C 180 C .00000 .52845 1.000

200 C -.30000 .52845 .575

200 C 180 C .30000 .52845 .575

190 C .30000 .52845 .575

Tekstur LSD 180 C 190 C -.80000 .41276 .063

200 C -.70000 .41276 .101

190 C 180 C .80000 .41276 .063

200 C .10000 .41276 .810

200 C 180 C .70000 .41276 .101

190 C -.10000 .41276 .810

Multiple Comparisons

95% Confidence Interval

Dependent Variable (I) Perlakuan (J) Perlakuan Lower Bound Upper Bound

Rasa LSD 180 C 190 C -2.5640 -.6360

200 C -1.4640 .4640

190 C 180 C .6360 2.5640

27
200 C .1360 2.0640

200 C 180 C -.4640 1.4640

190 C -2.0640 -.1360

Warna LSD 180 C 190 C -1.5672 .3672

200 C -1.3672 .5672

190 C 180 C -.3672 1.5672

200 C -.7672 1.1672

200 C 180 C -.5672 1.3672

190 C -1.1672 .7672

Aroma LSD 180 C 190 C -1.0843 1.0843

200 C -1.3843 .7843

190 C 180 C -1.0843 1.0843

200 C -1.3843 .7843

200 C 180 C -.7843 1.3843

190 C -.7843 1.3843

Tekstur LSD 180 C 190 C -1.6469 .0469

200 C -1.5469 .1469

190 C 180 C -.0469 1.6469

200 C -.7469 .9469

200 C 180 C -.1469 1.5469

190 C -.9469 .7469

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Homogeneous Subsets

28
Rasa

Subset for alpha = 0.05

Perlakuan N 1 2

Duncana 180 C 10 3.9000

200 C 10 4.4000

190 C 10 5.5000

Sig. .297 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 10.000.

Warna

Subset for
alpha = 0.05

Perlakuan N 1

Duncana 180 C 10 4.4000

200 C 10 4.8000

190 C 10 5.0000

Sig. .240

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.

29
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 10.000.

Aroma

Subset for
alpha = 0.05

Perlakuan N 1

Duncana 180 C 10 4.2000

190 C 10 4.2000

200 C 10 4.5000

Sig. .598

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 10.000.

Tekstur

Subset for
alpha = 0.05

Perlakuan N 1

Duncana 180 C 10 4.3000

200 C 10 5.0000

190 C 10 5.1000

Sig. .077

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.

30
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 10.000.

Means Plots

31
32
DOKUMEMTASI

Proses pertama penimbangan bahan dan proses pencapuran bahan pembuatan roti
dapat dilihat gambar dibawah ini

33
34

Anda mungkin juga menyukai