OLEH
NOVIA D. LARASATI
OLEH
NOVIA D. LARASATI
53174211984
PROGRAM DIPLOMA IV
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI AKUAKULTUR
POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN
JAKARTA
2021
PROPOSAL PRAKTIK AKHIR
NRP : 5317421194
Menyetujui :
Dosen Pembimbing
Fitriska Hapsyari, S.Pi, M.Si Sinar Pagi Sektiana, S.St.Pi., M.Si., Ph.D
Mengetahui :
Penulis
i
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal karya ilmiah
praktik akhir dengan judul “Manajeman Produksi Pembesaran Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) di PT. Merdeka Sarana Usaha Pangkal Pinang-
Bangka” pada waktu yang telah ditentukan, yang disusun sebagai syarat untuk
melaksanakan praktik akhir pada Politeknik Ahli Usaha Perikanan. Penulis
mengucapkan terima kasih khususnya kepada Ibu Fitriska Hapsyari, S.Pi, M.Si
dan Bapak Sinar Pagi Sektiana, S.St.Pi., M.Si., Ph.D yang telah membimbing
dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan proposal karya ilmiah praktik akhir
ini.
Dengan selesainya proposal karya ilmiah praktik akhir ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Ilham, S.St.Pi., M.Sc., Ph.D selaku Direktur Politeknik Ahli Usaha
Perikanan
2. Bapak Suharyadi, S. St. Pi., M.Si, selaku ketua Program Studi Teknologi
Akuakultur.
3. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberi dukungan spiritual
maupun materi
4. Rekan Taruna/i Teknologi Akuakultur Angkatan 53 sebagai rekan
seperjuangan.
5. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian Proposal Karya Ilmiah
Praktik Akhir ini.
Semoga penulisan proposal ini dapat diterima dan bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
2.4.2. Pasca Panen.......................................................................................... 21
2.5. Performasi Kinerja Budidaya ..................................................................... 21
2.6. Manajemen ................................................................................................. 23
2.6.1. Aspek Manajemen ............................................................................... 23
2.7. Analisa Finansial ........................................................................................ 26
2.8. Diagram Fishbone ...................................................................................... 28
3. METODE PRAKTIK ........................................................................................ 30
3.1. Waktu dan Tempat ..................................................................................... 30
3.2. Alat dan Bahan ........................................................................................... 30
3.2.1. Alat....................................................................................................... 30
3.2.2. Bahan ................................................................................................... 31
3.3. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 32
3.3.1. Data Primer .......................................................................................... 32
3.3.2. Data Sekunder ...................................................................................... 35
3.4. Metode Kerja .............................................................................................. 35
3.5. Metode Pengolahan Data ............................................................................ 38
3.5.1. Aspek Teknis ....................................................................................... 38
3.5.2. Aspek Finansial.................................................................................... 40
3.6. Metode Analisa Data .................................................................................. 41
4. RENCANA KEGIATAN .................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
1. PENDAHULUAN
1
Arsad et al., 2017) karena udang meretensi protein sekitar 16,3-40,87% dan
sisanya dibuang dalam bentuk ekskresi residu pakan serta feses.
Lingkungan dan hamparan budidaya yang terkontrol dengan majemen limbah
yang baik diharapkan menjadi satu sistem budidaya udang vaname yang
produktif, menguntungkan dan berkelanjutan. Upaya yang dapat ditempuh adalah
dengan mengembangkan sistem produksi udang yang memiliki tingkat
produktivitas tinggi melalui pemanfaatan lahan tambak yang minimal. Target
produksi udang masih dihadapkan pada berbagai tantangan, satu diantaranya
adalah manajemen budidaya yang mempu menghasilkan tingkat produktivitas
yang tinggi (Lailiyah et al., 2018)
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pada kegiatan praktik akhir ini
penulis mengambil judul “Manajeman Produksi Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) di PT. Merdeka Sarana Usaha Pangkal Pinang - Bangka.”
diharapkan dengan sistem manajemen yang baik, produksi udang vaname akan
kembali meningkat.
1.2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktik akhir ini adalah sebagai berikut :
2
perpormansi kinerja budidaya meliputi: Pertumbuhan (Average Body
weight (ABW), Average Daily Growth (ADG)), Populasi, Biomassa, Food
Convention Ratio (FCR) ,Survival Rate (SR) dan Produktifitas.
2. Metode analisis fishbone yang memperhatikan Man (Sumber Daya
Manusia), Methode (Cara atau Prosdur), Material (Bahan Baku yang
digunakan) dan Machine (Alat yang digunakan). .
3. Aspek finansial meiliputi : analisa laba/rugi, Benefit Cost Ratio (B/C ratio),
break Event Point (BEP), Payback Period (PP), dan Return on Investment
(ROI).
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
Phylum : Arthropoda
Class : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Family : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Tubuh udang vaname berwarna putih transparan (white shrimp), ada pula yang
berwarna kebiruan (dominan kromatofor biru). Panjang tubuh udang vaname
dapat mencapai 23 cm. Tubuh udang vaname dibagi menjadi dua bagian, yaitu
bagian kepala (thorax) dan bagian perut (abdomen). Kepala udang vaname terdiri
dari antenula, antena, mandibula, dan dua pasang maxillae. Kepala udang vaname
juga dilengkapi dengan tiga pasang maxilliped dan lima pasang kaki berjalan
(periopoda). Sedangkan pada bagian perut (abdomen) udang vaname terdiri dari
enam ruas dan pada bagian abdomen terdapat lima pasang kaki renang dan
sepasang uropods (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson
(Yulianti, 2009). Udang vannamei termasuk genus Penaeus dicirikan oleh adanya
gigi pada rostrum bagian atas dan bawah, mempunyai dua gigi di bagian ventral
dari rostrum dan gigi 8-9 di bagian dorsal serta mempunyai antena panjang (A.K.
Elovaara, 2001). Morfologi udang vaname dapat dilihat pada Gambar 1.
4
Gambar 1. Morfologi Udang Vaname
(Supono, 2017)
5
Gambar 2. Siklus Hidup Udang
(Pratiwi, 2008)
6
pasif, diam pada rumpon yang terdapat dalam air tambak atau membenamkan diri
dalam lumpur. Pakan yang mengandung senyawa organik, seperti protein, asam
amino, dan asam lemak, maka udang akan merespon dengan cara mendekati
sumber pakan tersebut. Saat mendekati sumber pakan, udang akan berenang
menggunakan kaki jalan yang memiliki capit. Pakan langsung dijepit
menggunakan capit kaki jalan, kemudian dimasukkan ke dalam mulut.
Selanjutnya, pakan yang berukuran kecil masuk ke dalam kerongkongan
(esophagus). Bila pakan yang dikonsumsi berukuran lebih besar, akan dicerna
secara kimiawi terlebih dahulu oleh maxilliped di dalam mulut
(Hikmayani et al., 2012).
7
siklus, jumlah siklus dalam satu tahun, jadwal penebaran benih, jadwal sampling,
dan jadwal panen.
8
digunakan. Tujuan dari pada desain tambak yang baik adalah untuk pengelolaan
limbah agar lebih efektif, disamping memudahkan pengelolaan air dan pemanenan
udang.
Pembuatan kontruksi tambak harus dilakukan secara terencana agar
memperoleh hasil yang maksimum. Pekerjaan kontruksi tambak harus dilakukan
secara bertahap agar pengaturan pekerjaan, tenaga kerja, waktu dan peralatan
yang dibutuhkan dapat dilakukan secara tepat (Setyogati, 1991) tahapan
pekerjaan meliputi pembersihan lahan dari vegetasi yang ada, pembangunan
rumah jaga, gudang, dan sebagainya (Mustafa, 2008).
Konstruksi tambak dibuat untuk memberikan lingkungan yang baik bagi
kehidupan udang dan mampu mencegah masuknya patogen dari luar serta mudah
dilakukan pengendalian penyakit (Supono, 2017). Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pembuatan tambak dilihat dari segi konstruksi, antara lain : petakan,
kedalaman air, saluran air masuk dan saluran pembuangan. Bentuk petakan yang
ideal adalah bujur sangkar. Ukuran panjang dan lebar disesuaikan dengan luas
lahan yang tersedia. Kedalaman air tambak yang baik untuk budidaya udang
vaname berkisar antara 150-180 cm. Saluran air dalam tambak terdiri dari dua
saluran, yaitu saluran air masuk (inlet) dan saluran air keluar (outlet). Kedua
saluran tersebut harus terpisah satu sama lain. Saluran pembuangan air tengah
(central drainage) berfungsi untuk membuang lumpur dan kotoran dari dasar
tengah kolam (Zakaria, 2010).
2.3. Produksi
10
et al., 2010). sehingga dapat mengurangi tingkat stress (Andriyanto et al., 2013)
dan mempercepat proses aklimatisasi (Fahmi, 2018).
Tabel 1. Persyaratan Kuantitatif Benur Udang Vaname
12
a. Pakan Alami
Merupakan makanan yang dapat tumbuh dengan sendirinya atau
dikondisikan untuk tumbuh pada lingkungan atau tempat pemeliharaan udang,
biasanya berupa plankton. Plankton dapat dikategorikan kedalam dua macam
yaitu fitoplankton dan zooplankton. Jenis fitoplankton yang sering ditemukan
dibeberapa perairan laut dan tambak yaitu Navicula dan Pleurosigma (Kelas
Bacillariophyceae) serta Oscillatoria ( Kelas Cyanophyceae), dan untuk jenis
zooplankton biasanya yaitu Oithona, Temora, Tortanus, dan nauplii Copepoda
(Amin & Mansyur, 2010), pada tambak intensif, penumbuhan makanan ini bisa
dikatakan wajib karena selain digunakan sebagai makanan untuk benur udang,
pakan alami digunakan juga untuk membantu kestabilan lingkungan didalam
tambak.
b. Pakan Buatan
Pakan buatan merupakan pakan yang sengaja dibuat, disiapkan dan
diberikan kepada udang yang dipelihara yang disesuaikan dengan kebutuhannya
baik kuantitas maupun kualitas. Pada umumnya pakan untuk udang berasal dari
ramuan campuran dari satu pakan atau lebih, kemudian diproses sehingga
mengalami perubahan bentuk, dari bentuk tepung menjadi pelet. Menurut Rahayu
et al, (2010) bahwa setiap stadia atau umur pemeliharaan udang, pakan yang
diberikan mempunyai bentuk yang berbeda. Jenis pakan dan Bentuk pakan dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis dan Bentuk Pakan
No Nomor Bentuk Keterangan
Pakan
1. Diberikan untuk benur yang
#1 Serbuk/ powder baru tebar sampai umur
pemeliharaan 15 hari
2. Diberikan untuk
#2 Crumbell/butiran kecil benur/jouvenil pada masa
pemeliharaan 15-30 hari
3. Diberikan untuk udang umur
#3 Pellet halus (1-1,5 mm)
pemeliharaan 30-50 hari
13
4. Diberikan untuk udang yang
#4 Pellet kecil (1,5-3,0 mm)
berumur 50-80 hari
5. Diberikan untuk udang umur
#5 Pellet besar (3,0-3,5 mm)
80 hari sampai panen
Sumber : (Rahayu et al., 2010)
14
5. 02.00 15,0
Total 100,0
3. Pakan tidak boleh diletakkan langsung di atas lantai semen atau bersentuhan
langsung dengan dinding semen.
4. Tidak menyimpan pakan pada ruangan yang terkena sinar matahari secara
langsung
5. Tidak menyimpan pakan lebih dari 3 bulan sejak tanggal produksi
6. Pakan rusak atau pakan lama tidak boleh digunakan lagi, karena kerugian
yang ditimbulkan bila diberikan kepada udang akan lebih besar bila
dibandingkan dengan memusnahkan pakan itu sendiri.
b. Salinitas
Menurut Supratno KP (2006) salinitas merupakan suatu ukuran konsentrasi
ion-ion yang terlarut dalam air yang diekspresikan dalam gram per liter (g/L) atau
part per thusand (ppt). Sedangkan menurut (Sahrijanna & Septiningsih, 2017)
Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi proses
biologi yang secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme seperti
mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai
konversi makanan, dan daya kelangsungan hidup. Salinitas berperan dalam
proses osmoregulasi udang dan juga proses molting.
Menurut Budiardi dkk., (2007) Peningkatan salinitas akan meningkatkan
energi yang dibutuhkan untuk osmoregulasi sehingga laju metabolisme dalam
tubuh udang juga meningkat. Pengaturan osmoregulasi mempengaruhi
metabolisme tubuh udang dalam menghasilkan energi. Pada lingkungan
hiperosmotik, udang akan cenderung meminum air lebih banyak kemudian insang
dan permukaan tubuh membuang natrium klorida. Sedangkan salinitas yang
17
rendah (hipoosmotik) udang akan menyeimbangkan perolehan air dengan
mengeksresikan banyak urine.
c. Drajat Keasaman (pH)
Zulpikar dkk (2016) menjelaskan bahwa pH ideal bagi udang adalah berkisar
antara 6,8 – 9,0. Lebih lanjut disampaikan juga apabila pH lebih tinggi dari 8,5,
maka tindakan pergantian air perlu dilakukan. Derajat keasaman air biasanya
menjadi ancaman terhadap udang secara tidak langsung. Effendi dkk (2016)
menyatakan bahwa pada kondisi pH tinggi, banyak ditemukan senyawa amonia
yang bersifat toksik.
d. Oksigen Terlarut (DO)
Jumlah kandungan oksigen (O2) yang terkandung dalam air disebut oksigen
terlarut. Kandungan oksigen terlarut (DO) dalam suatu perairan merupakan
parameter pengubah kualitas air yang paling kritis dalam budidaya ikan, karena
dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan yang dipelihara (Supratno KP,
2006). Nilai DO cenderung lebih rendah pada pagi hari dibandingkan siang dan
sore hari. Hal ini dikarenakan pada siang hari adanya aktivitas fotosintesis dari
fitoplankton yang menghasilkan oksigen. Keadaan sebaliknya pada malam hari
fitoplankton tidak berfotosintesis dan berkompetisi dengan udang dalam
mengkonsumsi oksigen (Arsad et al., 2017). Oksigen terlarut di bawah 3 mg/l
dapat menyebabkan udang stress dan mengalami kematian. Untuk mengantisipasi
kekurangan oksigen, maka tambak dilengkapi dengan kincir air atau aerator.
Konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan mengalami fluktuasi selama sehari
semalam (24 jam). Konsentrasi terendah terjadi pada waktu subuh (dini hari)
kemudian meningkat pada siang hari dan menurun kembali pada malam hari
(Sahrijanna & Septiningsih, 2017).
2. Aplikasi Probiotik
Probiotik adalah mikroorganisme yang memiliki kemampuan mendukung
pertumbuhan dan produktivitas udang. Probiotik dapat meningkatkan
kelangsungan hidup udang dan dapat menambah jumlah produksi udang
ditambak. Menurut Nurbaya et al., (2013) dan Herdianti et al., (2015)mekanisme
kerja probiotik sebagai mikroba tambahan yang memberikan pengaruh
menguntungkan bagi inang dapat melalui modifikasi komunitas mikroba atau
18
asosiasi dengan inang, menjamin perbaikan penggunaan pakan atau perbaikan
nilai nutrisinya, memperbaiki respons inang terhadap penyakit, atau memperbaiki
kualitas lingkungan. Menurut Ghufron et al., (2018) beberapa spesies bakteri yang
dapat dimasukkan ke dalam perairan tambak berdasarkan fungsinya, diantaranya :
1) Bakteri yang termasuk kedalam spesies Bacillus, Nitrobacter, dan
Nitrosomonas digunakan untuk menguraikan pupuk organik di dasar
tambak.
2) Bakteri yang termasuk kedalam bakteri fotosintetik, bakteri kitiolastik,
bakteri proeteolitik, bakteri selulotik, bakteri lipotik digunakan untuk
mengurai limbah bahan organik berupa sisa pakan. Kulit udang, dan
kotoran udang. S
3) pesies bakteri yang dapat digunakan di antaranya Rhodococcus sp,
Bacillus sp, Bacillus lechiniformis, Bacillus cereus dan sebagainya.
4) Bakteri Lactobacillus digunakan untuk membantu proses pencernaan di
dalam tubuh udang.
2.4.1. Panen
Mangampa et al., (2012), mengatakan bahwa panen merupakan proses akhir
usaha budidaya. Udang dapat dipanen setelah memasuki ukuran pasar (100 - 30
ekor/kg). Sedangkan menurut Farchan (2006) ada dua teknik pemanenan udang
vaname yaitu panen selektif dan panen total.
Untuk mendapatkan kualitas udang yang baik, sebelum panen dapat
dilakukan penambahan dolomit untuk mengeraskan kulit udang dengan dosis 6 - 7
mg/L. Selain dolomit juga dapat menggunakan kapur Ca(OH)2 dengan dosis 5 -
20 mg/L sehari sebelum panen untuk menaikkan pH air hingga 9 agar udang tidak
molting (Ghufron et al., 2018).
a. Panen Selektif atau Parsial
Panen selektif adalah panen yang dilakukan hanya sebagian saja karena
jumlah permintaan yang sedikit atau terbatas. pemanenan dapat dilakukan
menggunakan jala dan hasil panen dikumpulkan didalam bak. Selanjutnya udang
ditimbang dan dimasukkan kedalam kontener mobil yang dilengkapi pendingin
(Farchan, 2006). Sedangkan menurut Purnamasari et al., (2017), panen selektif
atau parsial adalah panen udang sebagian untuk mengurangi kepadatan udang
ditambak. Panen parsial dilakukan ketika udang berumur 101 - 104 hari dengan
20
bobot rata-rata berkisar antara 21,85 - 22,70 gram dan ukuran udang berkisar
antara 44 - 45 ekor/kg.
Menurut Hakim et al., (2018), panen sebagian (parsial) dilakukan setelah
berat rata-rata udang mencapai ukuran yang sudah diterima di pasar. Tujuan
panen parsial adalah mengurangi padat tebar, mengurangi penggunaan pakan, dan
hasil penjualan dapat digunakan untuk pembelian pakan guna memenuhi
kebutuhan pakan pada hari pemeliharaan yang tersisa sampai dengan tercapainya
ukuran udang yang dikehendaki.
b. Panen Total
Panen total yaitu panen yang dilakukan dengan mengambil seluruh udang
yang dipelihara di dalam kolam (Aulia, 2018). Panen total dilakukan ketika udang
berumur 125 - 126 hari. Panen total dilakukan ketika udang berumur 125 - 126
hari (Purnamasari et al., 2017). Rata-rata pemanenan dilakukan pada bulan ketiga
atau setelah udang mencapai ukuran konsumsi (Triyanti & Hikmah, 2015).
21
dapat tumbuh baik dengan tingkat pertumbuhan 1-1,5 g/minggu. Pertumbuhan
udang vaname dapat dipengaruhi oleh kualitas air karena proses fisiologi dalam
tubuh udang bisa berjalan baik maupun tidak sesuai dengan kualitas air, apabila
kualitas air baik akan mendudukung pertumbuhan udang vaname (A. Pratama et
al., 2017)
b. Produktivitas
Menurut Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) dalam (Maarif, 2000) mendefinisikan produktivitas merupakan output
dibagi dengan elemen – elemen produksi yang dimanfaatkan. Produktivitas
merupakan perbandingan antara hasil yang diharapkan akan diterima pada saat
panen (produksi) dengan biaya yang harus dikeluarkan (biaya produksi) (Ahya,
2017). Produktivitas adalah menyangkut masalah hasil akhir, yakni seberapa besar
hasil akhir yang diperoleh di dalam proses produksi. Menurut Banun et al., (2012)
produktivitas budidaya udang skala intensif secara optimal mengasilkan 3.964 –
4.271 kg/1500 m² dengan ukuran 15 g/ekor dengan massa pemeliharaan selama 96
hari.
Produktivitas tergantung dari keberhasilan hidup (survival rate) dan
pertumbuhan, serta ketidakstabilan produksi yang diduga disebabkan karena
penurunan kualitas lingkungan sebagai akibat mewabahnya penyakit, kesalahan
manajemen lingkungan perairan dan penerapan teknologi budidaya (Maarif &
Somamiharja, 2000).
c. SR (Survival Rate)
Survival rate (SR) atau tingkat kelulushidupan menurut (Nuntung et al.,
2018) adalah tingkat kelangsungan hidup adalah persentasi dari perbandingan
jumlah total udang pada akhir akhir pemeliharaan dengan awal pemeliharaan
(Suriawan et al., 2019). Berdasarkan SNI 7311:2009 nilai SR minimal 30%.
Menurut Cahyono (2009), faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
kelulushidupan dalam budidaya adalah faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik
diantaranya adalah faktor fisika, kimia air suatu perairan atau sering di sebut
dengan kualitas air (Aan Pratama et al., 2017)
d. FCR (Food Convertion Ratio)
22
FCR merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi
dengan pertambahan berat udang (Ridlo et al., 2013). Nilai FCR udang biasanya
dipengaruhi oleh kualitas air dan makanannya (Sukenda et al., 2006). Pada
umumnya nilai FCR pada tambak udang vaname berkisar 1.4-1.8 (Arsad et al.,
2017). Dengan mengetahui nilai FCR, pembudidaya dapat meminimalisir
pengeluaran biaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Banun et al., (2012) bahwa
semakin kecil nilai FCR semakin baik, hal ini menandakan semakin kecil biaya
yang dikeluarkan untuk pembelian pakan sehingga semakin tinggi keuntungan
yang diperoleh.
2.6. Manajemen
Manajemen adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang secara sistematik
berusaha memahami dan bagaimna orang bekerjasama (Sulastri, 2012).
Manajemen harus dilaksanakan dengan efektif, bekerja yang benar (berorientasi
pada input-output), dan efisien, bekerja dengan benar (berorientasi pada cara
untuk capai tujuan) (Indartono, 2013). Menurut Terry (1975) dalam (Wijaya &
Rifa’i, 2016a), fungsi manajemen sebagaimana dikemukakanyang terdiri dari:
theser four fundamental functions of management are (1) planning (2) organizing
(3) actuating (4) controlling”. Di dalam aktivitas manajemen ada empat fungsi
yaitu ; perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.
23
dengan demikian perencanaan adalah merupakan salah satu syarat mutlak untuk
dapat melaksanakan manajemen yang baik (Wijaya & Rifa’i, 2016a). Fungsi
perencanaan adalah fungsi yang terpenting dalam manajemen, oleh karena akan
menentukan fungsi-fungsi manajemen berikutnya, dan merupakan landasan pokok
dari semua fungsi manajemen (Sumardi, 2009). Tahap – tahap dalam suatu
perencanaan meliputi: menetapkan tujuan, merumuskan keadaan saat ini,
mengumpulkan data serta menetapkan dugaan – dugaan serta ramalan-ramalan,
menetapkan alternatif cara bertindak dan memilih alternatif (Arumsari, 2017).
b. Organisasi (Organizing)
Pengorganisasian merupakan tindak lanjut dari perencanaan yang telah dibuat
dengan melakukan pembagian pekerjaan kepada anggota kelompok (Awaluddin
& Hendra, 2018). Pengorganisasian (organizing) merupakan suatu proses
menghubungkan orang – orang yang teribat dalam organisasi tertentu dan
menyatupadukan tugas serta fungsinya dalam organisasi sehingga terintegrasikan
hubungan - hubungan kerja yang sinergis, koperatif, harmonis, dan seirama dalam
mencapai tujuan yang telah disepakati (Maujud, 2018). Tujuan dari
pengorganisasian yaitu supaya tertera dengan jelas antara tugas, wewenang dan
tanggung jawab, serta terjalin hubungan kerja yang baik dalam bidangnya masing-
masing (Primyastanto, 2011).
Menurut Syukuri (2005) pembagian kerja adalah melimpahkan wewenang
kepada bawahan, dan bawahan bersedia dan bertanggung jawab atas pelimpahan
wewenang tersebut. Menurut (Manullang, 2005) dalam mengadakan pembagian
kerja, ada beberapa dasar yang digunakan sebagai pedoman yaitu:
1. Pembagian kerja berdasarkan wilayah atau teritorial.
2. Pembagian kerja atas dasar jenis benda yang diproduksikan.
3. Pembagian kerja atas dasar langganan yang dilayani.
4. Pembagian kerja atas dasar fungsi (rangkaian kerja).
5. Pembagian kerja atas dasar waktu (pagi, siang, dan malam).
24
c. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan (actuating) merupakan tindakan mengupayakan seluruh anggota
organisasi untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan yang sudah
ditetapkan (Arumsari, 2017). Penggerakan adalah tindakan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seorang Manager untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang
ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan – tujuan
dapat tercapai (Awaluddin & Hendra, 2018). Fungsi ini melibatkan kualitas, gaya,
dan kekuasaan pemimpin serta kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti
komunikasi, motivasi dan disiplin. Kegiatan pengarahan menyangkut orang-orang
yang ada di dalam organisasi (Benyamin et al., 2013). Cara untuk dapat
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan uraian tugas adalah, dengan cara
memberikan perintah, petunjuk, dan motivasi dengan pedoman pada rencana yang
telah disusun(Sumardika, 2013).
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan (controlling) adalah proses pengamatan pelaksanaan seluruh
kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Syamsuddin,
2017) . Selain itu, proses ini juga dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian
kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat
berjalan sesuai dengan target yang diharapkan (Batjalery, 2019). Dengan
pengawasan diharapkan penyimpangan dalam berbagai hal dapat dihindari
sehingga tujuan dapat tercapai. Apa yang direncakanakan dijalankan dengan benar
sesuai hasil musyawarah dan pendayagunaan sumber daya material akan
mendukung terwujudnya tujuan organisasi (Wijaya & Rifa’i, 2016).
Pengawasan memiliki fungsi mengawasi dan mengontrol kegiatan proses
produksi agar hasil sesuai dengan kriteria atau standar hasil produksi yang telah
ditetapkan oleh perusahaan (Kasmir dan Jakfar, 2009) .Menurut (Anoraga, 2000)
controlling adalah pengendalian untuk memastikan aktivitas aktual perusahaan
sesuai dengan yang telah direncanakan. Proses pengendalian mencatat
perkembangan kearah tujuan dan memungkinkan manajer mendeteksi
penyimpangan dari perencanaan tepat pada waktunya, untuk mengambil tindakan
korektif sebelum terlambat.
25
2.7. Analisa Finansial
Analisis finansial digunakan sebagai indikator untuk mengetahui
kelayakan dari usaha yang dijalankan. Analisis finansial berikut disajikan
dengan membagi kebutuhan biaya satiap kegiatan usaha, sehingga dapat
mempermudah untuk dapat mengetahui kegiatan mana yang memerlukan biaya
yang besar ataupun kecil.
Melalui perhitungan analisis usaha, pelaku usaha juga dapat mengetahui
kelayakan suatu usaha, baik dari segi ekonomis, teknik maupun finansial. Hasil
analisis usaha ini kemudian dapat dijadikan acuan bagi pembudidaya atau
pengusaha untuk menentukan keputusan dalam menanamkan modalnya. Suatu
usaha dikatakan layak jika mampu memberikan keuntungan pada periode waktu
tertentu (Mahyuddin, 2010).
1. Biaya Investasi
Biaya adalah satuan nilai yang dikorbankan dalam suatu proses produksi
untuk tercapainya suatu hasil produksi. Biaya investasi perikanan merupakan
modal yang harus dikeluarkan untuk membudidayakan ikan dari persiapan
sampai panen (Primyastanto, 2011).
2. Biaya Operasional
1. Menurut Dewi dkk., (2015) biaya tetap (Fixed Cost) didefinisikan sebagai
biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat atau
menurun sepanjang kapasitas normal. Meskipun beberapa biaya tampak
seperti biaya tetap, semua biaya sebenarnya bersifat variabel dalam jangka
panjang. Satu jenis biaya tertentu sebaiknya diklasifikasikan sebagai biaya
tetap hanya dalam rentang aktivitas yang terbatas. Rentang aktivitas yang
terbatas sering disebut rentang yang relevan (relevant range).
2. Biaya tidak tetap atau variabel adalah jenis biaya yang naik atau turun
26
bersama-sama dengan volume kegiatan, produksi bertambah maka biaya
variabel pun bertambah demikian pula sebaliknya apabila produksi turun.
Biaya tidak tetap termasuk biaya bahan baku, tenaga kerja langsung,
beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat
kecil, pengerjaan ulang dan unit-unit yang rusak (Dewi dkk., 2015).
Pengeluarannya berkaitan dengan waktu.
3. Pendapatan
4. Analisa Laba/Rugi
Untuk mengetahui keberhasilan budidaya dari segi ekonomi, perlu dilakukan
analisa finansial sederhana yaitu dengan menganalisa laba dan rugi. Laba/rugi
digunakan untuk menilai kinerja divisoinal dengan menhitung selisih laba
sebelumnya pajak dengan biaya modal atas investasi yang dilakukan. Bila selisih
usaha bila selisih usaha tersebut menunjukkan angkat positif berarti laba dan
selisih yang menunjukkan angka negatif berarti rugi (Botutihe, 2017).
5. R/C ratio
Analisis RC Ratio merupakan alat analisis untuk melihat keuntungan relatif
suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan.Suatu
usaha dikatakan layak bila R/C lebih besar dari 1 (R/C > 1) (Primyastanto,
2011). Hal ini sependapat dengan (Effendi, I., 2006) bahwa semakin tinggi nilai
27
R/C, maka tingkat keuntungan suatu usaha akan semakin tinggi
6. Break Even Point (BEP)
Break Even Pioint atau titik impas merupakan keadaan dimana suatu usaha
berada pad posisi tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
BEP merupakan teknik analisa yang mempelajari hubungan antara biaya tetap,
biaya variabel, volume kegiatan dan keuntungan. Dalam perencanaan keuntungan
analisa Break Even Point merupakan profit planning approach yang
mendasarkan pada hubungan antara biaya (cost) dan penghasilan penjualan
(Primyastanto, 2011)
7. Payback Period (PP)
Menurut N.Afan, T.Hidayat (2015) bahwa Payback Period pada dasarnya
bertujuan untuk mengetahui seberapa lama (periode) investasi akan dikembalikan
saat terjadinya kondisi pulang pokok (break even-point). Sumardika (2013)
menambahkan bahwa Payback Period merupakan suatu periode yang diperlukan
untuk menutup kembali pengeluaran-pengeluaran investasi atau panjangnya
waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi yang ditanam. Kriteria
payback period ini tidak memiliki indikator standar dan bersifat relatif tergantung
umur proyek dan besarnya investasi. Usaha layak dijalankan jika PP usaha tidak
terlalu lama mendekati akhir proyek atau lebih lama dari umur proyek (Khotimah
& Sutiono , 2014)
8. Return on Invesment (ROI)
Return on Invesment adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
laba yang dihasilkan untuk setiap rupiah aktiva yang ditanam dalam perusahaan
(Sumardika, 2013). Alfiah et al (2018) menambahkan bahwa ROI merupakan
suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar laba setelah bunga dan pajak
yang didapat atas total aktiva yang dimiliki oleh sebuah perusahaan.
29
3. METODE PRAKTIK
3.2.1. Alat
Peralatan pendukung yang digunakan dalam pengambilan data selama
pelaksanaan praktik yaitu peralatan untuk mengukur, menimbang, dan
pengambilan sampel udang untuk sampling. Alat dan bahan yang digunakan
selama praktik akhir dapat dilihat pada tabel 4 dan 5.
Tabel 4. Alat yang akan digunakan untuk praktik akhir
NO Nama Alat Kegunaan
30
2. Timbangan Untuk menimbang pakan, dan bahan lainnya
3.2.2. Bahan
Bahan pendukung yang digunakan dalam pengambilan data selama
pelaksanaan praktik yaitu bahan yang digunakan selama proses produksi. Bahan
yang dapat digunakan dalam pelaksanaan praktik akhir terdapat dalam tabel 5.
Tabel 5. Bahan yang akan digunakan untuk praktik akhir
Pra Produksi
1 Kesesuaian Lokasi a. Persyaratan umum
1. Jarak lokasi dengan sumber air
2. Sumber tenaga listrik
3. Ketersediaan pakan
4. Aksebilitas
5. Keamana
b. Persyaratan kualitas air
1. Kualitas fisika
32
2. Kimia iar sumber
2 Sarana budidaya a. Jenis sarana budidaya yang digunakan
1. Dimensi
2. Jumlah
3. Jenis
4. Fungsi
3 Persiapan wadah a. Alat dan bahan yang digunakan
pemeliharaan b. Fungsi alat dan bahan
c. Dosis bahan
d. Tahapan persiapan
e. Cara aplikasi bahan
f. Waktu yang dibutuhkan
4 Persiapan media a. Sumber air
pemeliharaan b. Tahapan persiapan
c. Alat dan bahan yang digunakan
d. Fungsi alat dan bahan
e. Dosis bahan
f. Waktu yang digunakan
g. Cara aplikasi bahan
h. Proses sterilisasi
Produksi
5 Penebaran benur a. Asal benur
b. Alat dan bahan yang digunakan
c. Waktu pelaksanaan penebaran
d. Teknik aklimatisasi benur
e. Durasi pelaksanaan
f. Kepadatan benur yang ditebar
6 Pengelolaan pakan a. Jenis dan bentuk pakan
b. Jumlah dan dosispakan
c. Frekuensi dan waktu pemberian pakan
d. Control pakan di anco
e. Teknik pemberian pakan penyimpanan
33
pakan
7 Pengelolaan air a. Kuantitas air
1. Penambahan, pengurangan dan
ketinggian air
b. Kualitas air
1. Alat dan bahan untuk pengukuran
2. Cara dan waktu pengukuran
3. Stasiun dan frekuensi pengukuran
c. Parameter yang akan diukur : suhu,
salinitas, kecerahan, pH, dan oksigen
terlarut
d. Perbaikan mutu air
1. Penyiponan
2. Flushing, dan pembuangan klekap
3. Aplikasi probiotik ( jenis dan fungsi
kapur yang digunakan, waktu
pemberian, dan cara pemberian)
4. Pengapuran ( jenis dan fungsi kapur
yang digunakan, waktu dan cara
pemberian)
8 Hama dan penyakit a. Jenis hama dan penyaikt yang menyerang
b. Cara identifikasi hama dan penyakit
c. Cara pencegahana
d. Cara pengendalian
9 Pengamatan a. Teknik pengambilan sampel
pertumbuhan b. Interval waktu pengamatan
Pasca produksi
10 Panen dan pasca a. Metode panen
panen b. Tahap-tahap kegiatan panen
c. Alat dan bahan yang digunakan
d. Waktu panen
e. Hasil panen
34
3.3.2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari buku,
atau arsip-arsip yang dimiliki oleh instansi yang bersangkutan, data yang
diperoleh atau dikumpulkan dari berbagai sumber yang telah ada (Ellen &
Hikmah, 2012). Data sekunder yang akan diperoleh adalah data siklus
sebelumnya, struktur organisasi, dan data analisis finansial.
35
Mengidentifikasi semua peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan
persiapan media. Mencatat semua bahan-bahan yang digunakan dalam
melakukan persiapan media dengan cara mengidentifikasi bahan yang
digunakan tersebut. Menghitung dosis bahan yang digunakan. Melakukan
wawancara terkait fungsi bahan yang digunakan. Menghitung dan mencatat
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan persiapan media dan pengaplikasian
bahan – bahan.
4. Penebaran benur
Menentukan jumlah tebar dan padat tebar benur. Mencatat sumber benur yang
akan ditebar dan teknik pengangkutan yang digunakan. Melakukan proses
penebaran benur, mencatat tahapan penebaran benur dan pengamatan kondisi
visual benur. Mencatat tanggal dan ukuran benur. Mencatat dan mengamati teknik
aklimatisasi dan lamanya waktu penebaran benur.
5. Pengelolaan pakan
Menghitung kebutuhan (stock) pakan per siklus. Mengamati secara visual dan
mencatat ukuran pakan. Mencatat komposisi nutrisi pakan yang terdapat pada
kemasan karung pakan. Mencatat dosis pemberian pakan per hari. Dan mencatat
frekuensi pemberian pakan dalam sehari.
Mencatat teknik penghitungan/standar jumlah pakan dan lama waktu
pengecekan pakan di anco. Mencatat skor pengamatan anco untuk menentukan
penambahan dan pengurangan pakan. Mencatat metode pemberian pakan yang
digunakan. Mengamati cara penyimpanan dan bagian-bagian gudang pakan.
6. Monitoring pertumbuhan
Pengamatan pertumbuhan dilakukan dengan sampling. Menentukan waktu
dilakukannya sampling untuk menyesuaikan ukuran udang. Mencatat alat,
spesifikasi, fungsi dan teknik penggunaan alat yang digunakan. Mencatat tempat
dan jumlah titik sampling. Mencatat waktu dan frekuensi sampling. Mengamati
tahapan proses pengambilan sampel. Mencatat hasil sampling meliputi tinggi jala,
persentasi bukaan jala, jumlah udang yang ditangkap , mencatat berat udang yang
ditimbang dan jumlah udang yang ditimbang.
36
7. Pengelolaan kualitas air
Ada beberapa cara pengelolaan kualitas air terdiri dari, pengukuran kualitas
air, pengangkatan klekap, dan aplikasi probiotik.
a. Kuantitas Air
1. Penambahan air
Mencatat frekuensi penambahan air setiap minggunya. Melakukan dan
mengamati teknik atau cara penambahan air yang dilakukan. Mengidentifikasi alat
yang digunakan dalam penambahan air. Mengamati asal sumber air untuk
penambahan air serta treatment sebelum ditambahkan.
2. Pengurangan air
Melakukan wawancara terkait dasar pengurangan air. Mencatat frekuensi
pengurangan air setiap minggunya. Melakukan dan mengamati teknik atau cara
pengurangan air yang dilakukan. Mengidentifikasi alat yang digunakan dalam
pengurangan air.
b. Kualitas Air
Kualitas air yang akan diukur (Suhu, Kecerahan, Salinitas, pH, DO).
mencatat nama alat dan bahan yang digunakan untuk mengukur kualitas air dan
spesifikasinya. Mencatat cara/teknik pengukuran kualitas air dan kalibrasi alat.
Mencatat waktu dan teknik pengambilan air sampel. Mencatat hasil dari
pengamatan kualitas air.
c. Perbaikan Mutu Air
1. Penyiponan
Mencatat waktu penyiponan yang dilakukan. Mencatat alat yang
digunakan beserta spesifikasinya. Mengamati dan mencatat metode yang
digunakan dalam penyiponan. Mengikuti dan melakukan kegiatan penyiponan.
2. Aplikasi Probiotik
Mengamati dan mencatat waktu penebaran probiotik. Melakukan
pengamatan secara visual mengenai jenis probiotik, merek dagang probiotik,
bentuk probiotik, dan jenis bakteri yang ada pada kemasan probiotik. Menghitung
dosis pemberian probiotik. Melakukan wawancara terkait jenis bakteri yang
digunakan dan fungsinya. Mengikuti dan melakukan teknik atau cara aplikasi
probiotik.
37
3. Pengapuran
Mengamati dan mencatat waktu penebaran kapur. Mencatat mengenai
jenis kapur yang digunakan. Menghitung dosis kapur yang diberikan. Melakukan
wawancara tentang tujuan pemberian kapur. Melakukan dan mencatat tahapan dan
teknik penebaran kapur.
8. Pengendalian Hama dan Penyakit
Mengidentifikasi dan pengamatan secara visual mengenai jenis hama yang
timbul. Melaksanakan dan mengamati upaya pencegahan hama yang dilakukan.
Mencatat biosecurity yang diterapkan.
9. Panen
Menentukan teknik yang dilakukan saat pelaksaan panen. Mencatat alat dan
bahan yang digunakan selama panen. Menentukan waktu panen yang akan
dilakukan. Mencatat tahapan yang dilakukan sebelum panen. Mencatat ukuran
hasil sortir udang setelah panen. Mencatat hasil timbangan dan ukuran udang yang
dipanen. Melakukan pencatatan dari perhitungan hasil harga jual udang.
ABW =
38
2. Average Daily Growth (ADG)
Average Daily Growth (ADG) atau pertumbuhan rata-rata per hari
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan berat harian udang. Data sampling
ABW sebelumnya dan data sampling sekarang dapat dimasukkan kedalam
rumus untuk mendapatkan nilai ADG saty periode (5 hari). Menurut (Supono,
2017) ADG dapat dihitung dengan rumus :
ADG =
SR =
4. Biomassa
Biomassa atu bobot udang dalam petakan tambak dapat diketahui dengan
cara sampling ABW dan populasi udang di tambak. Untuk mengitung
biomassa udang dapat menggunakan rumus menurut (Penaeoidea et al.,
2007), dapat dilihat dengan rumus :
39
3.5.2. Aspek Finansial
Analisa finansial bertujuan untuk mengetahuin estimasi (perkiraan) dalam hal
pendanaan dan arus kas, sehingga dapat diketahui apakah bisnis yang dijalankan
layak atau tidak. Analisa finansial mengkaji beberapa analisis kelayakan finansial
yang digunakan yaitu laba rugi, Revenue Cost Rasio (R/C Rasio), BEP (Break
Event Point), Payback Period (PP). Rumus yang digunakan menghitung analisa
finansial adalah sebagai berikut :
a. Biaya Penyusutan ((N.Afan, T.Hidayat, 2015)
41
4. RENCANA KEGIATAN
Praktik akhir ini akan dilaksanakan selama 92 hari dimulai pada tanggal 01 Maret 2021 sampai dengan selesai 31 Mei 2021 bertempat di
PT. Merdeka Sarana Usaha, Jl. Pasir Ketapang No.8 Taman Bunga, Gerunggang, Kota Pangkal Pinang, Bangka. Rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan di lokasi praktik dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini.
Tabel 7. Rencana Kegiatan Praktik akhir
Waktu Pelaksanaan
No Kegiatan February Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1 Penyusunan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Tiba di Lokasi Praktik
4 Pengenalan Lokasi dan
Sarana Praktik
5 Tabulasi Data Produksi
6 Pelaksanaan Praktik di
Lapangan
7 Pengumpulan Data
8 Penyusunan laporan
42
DAFTAR PUSTAKA
44
phytoplankton composition and growth of Litopenaeus vannamei (Boone) in
an integrated biofloc system with Gracilaria birdiae (Greville) and Gracilaria
domingensis (Kützing). Aquaculture International, 22(5), 1649–1664.
https://doi.org/10.1007/s10499-014-9771-9
Budiardi, T., Batara, T., & Wahjuningrum, D. (2007). Oxygen Consumption of
White Shrimp (Litopenaeus vannamei) and Model of Oxygen Management
in Intensive Culture Pond. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4(1), 86.
https://doi.org/10.19027/jai.4.86-96
Darmawan, J., & Tahapari, E. (2017). PERFORMA PERTUMBUHAN,
KOEFISIEN VARIASI, DAN HETEROSIS HASIL PERSILANGAN IKAN
PATIN (Pangasius sp.) PADA TAHAP PENDEDERAN II. Jurnal Riset
Akuakultur, 12(1), 21. https://doi.org/10.15578/jra.12.1.2017.21-28
Darwantin, K., Sidik, R., & Mahasri, G. (2015). Dalam Pakan Terhadap Laju
Kelulushidupan. Studi, Program Bioteknologi, S Airlangga, Universitas, 3,
3–18.
Darwantin, K., Sidik, R., Studi, P., Bioteknologi, S., Airlangga, U., Farmasi, F.,
Airlangga, U., Perikanan, F., Airlangga, U., Thc, R., & Pertumbuhan, L.
(2016). EFISIENSI PENGGUNAAN IMUNOSTIMULAN DALAM PAKAN
TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN , RESPON IMUN DAN
KELULUSHIDUPAN Abstrak Pemberian Pakan buatan berimunostimulan
dari protein membran imunogenik Zoothamnium penaei merupakan salah
satu upaya pencegahan penyakit pad. 18(2).
Dugassa, H., & Gaetan, D. G. (2018). Biology of White Leg Shrimp, Penaeus
vannamei: Review. World Journal of Fish and Marine Sciences, 10(2), 5–17.
https://doi.org/10.5829/idosi.wjfms.2018.05.17
Edhy, A., Pribadi, C. (2010). Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
Intensif yang Berkelanjutan. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Effendi, I., & O. (2006). Manajemen Agribisnis Perikanan. OPAC Perpustakaan
Nasional RI.
Effendi, I., Suprayudi, M. A., Nurjaya, I. W., Surawidjaja, E. H., Supriyono, E.,
Junior, M. Z., & Sukenda, . (2016). Kondisi Oseanografi dan Kualitas Air di
Beberapa Perairan Kepulauan Seribu dan Kesesuaiannya Untuk Budidaya
45
Udang Vaname (Litopenaeus vannmei). Jurnal Ilmu Dan Teknologi
Kelautan Tropis, 8(1), 403–417. https://doi.org/10.29244/jitkt.v8i1.13912
Ellen, S., & Hikmah. (2012). Hubungan Patron-Klien Pada Usaha Budidaya
Udang Windu. Buletin Riset Sosek Kelautan Dan Perikanan, 7(2), 35–40.
Fahmi, M. N. (2018a). Manajemen Kualitas Air Pada Pembesaran Udang
Vannamei (Litopenaeus vannamei) Dalam Tambak Budidaya Intensif di
Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang,
Jawa Barat. Agrokreatif, 4(November), 156–164.
Fahmi, M. N. (2018b). MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA PEMBESARAN
UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM TAMBAK
BUDIDAYA INTENSIF DI BALAI LAYANAN USAHA PRODUKSI
PERIKANAN BUDIDAYA (BLUPPB) KARAWANG, JAWA BARAT.
Agrokreatif, 4(November), 156–164.
Fuady, M. F., Supardjo, M. N., Studi, P., Sumberdaya, M., Perikanan, J.,
Diponegoro, U., Pertumbuhan, L., & Kelulushidupan, T. (2013).
PENGARUH PENGELOLAAN KUALITAS AIR TERHADAP TINGKAT
KELULUSHIDUPANDAN LAJU PERTUMBUHAN UDANG VANAME
(Litopenaeus vannamei)DI PT. INDOKOR BANGUN DESA, YOGYAKARTA.
2, 155–162.
Gaona, C. A. P., Poersch, L. H., Krummenauer, D., Foes, G. K., & Wasielesky,
W. J. (2011). The Effect of Solids Removal on Water Quality, Growth and
Survival of Litopenaeus vannamei in a Biofloc Technology Culture System.
International Journal of Recirculating Aquaculture, 12(1), 54–73.
https://doi.org/10.21061/ijra.v12i1.1354
Ghufron, M., Lamid, M., Sari, P. D. W., & Suprapto, H. (2018). TEKNIK
PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) PADA
TAMBAK PENDAMPINGAN PT CENTRAL PROTEINA PRIMA Tbk DI
DESA RANDUTATAH, KECAMATAN PAITON, PROBOLINGGO,
JAWA TIMUR. Journal of Aquaculture and Fish Health, 7(2), 70.
https://doi.org/10.20473/jafh.v7i2.11251
H. Ahya. (2017). Analisa Produktifitas dan Efisiensi Budidaya Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) Dengan Sistem Intensif. Universitas
46
Muhammadiyah Malang.
Hakim, L., Supono, S., Adiputra, Y. T., & Waluyo, S. (2018). Performa Budidaya
UdangVaname (Litopenaeus vannamei) Semi Intensif Di Desa Purworejo
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur. E-Jurnal Rekayasa Dan
Teknologi Budidaya Perairan, 6(2), 691.
https://doi.org/10.23960/jrtbp.v6i2.p691-698
Hamidy, F. (2016). Pendekatan Analisis Fishbone Untuk Mengukur Kinerja
Proses Bisnis Informasi E-Koperasi. Jurnal Teknoinfo, 10(1), 11.
https://doi.org/10.33365/jti.v10i1.12
Handoko. (2005). Manajemen Edisi 2. BEFE.
Hanisa Riani, R. R. dan W. lili. (2007). Efek Pengaruh Pakan Terhadap
Pertumbuhan Udang vanname (Litopenaeus vannamei) PL-21 yang diberi
Bioflock. Development, 134(4), 635–646.
Haryati, Syam, dan Z. (2012). Pengaruh Pemberian Berbagai Kombinasi Pakan
Alami Pada Induk Udang Windu (Penaeus monodon Fab.) Terhadap Potensi
Reproduksi dan Kualitas Larva. ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of
Marine Sciences, 15(3), 163–169. https://doi.org/10.14710/ik.ijms.15.3.163-
169
Hendrajat, erfan A. Markus Mangampa, H. S. (2007). BUDIDAYA UDANG
VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL DI
KABUPATEN MAROS,SULAWESI SELATAN.
Herdianti, L., Soewardi, K., & Hariyadi, S. (2015). Effectiveness on the Use of
Bacteria for Improvement of White Shrimp (Litopenaeus vannamei) Super
Intensive Culture Media. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 20(3), 265–271.
https://doi.org/10.18343/jipi.20.3.265
Herjanto, E. (1999). Manajemen Produksi dan Operasi. PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Herlina, N. (2004). Pengendalian hama dan penyakit pada pembesaran udang.
Hikmayani, Y., Yulisti, M., & Hikmah, H. (2012). Evaluasi Kebijakan
Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya. Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi
Kelautan Dan Perikanan, 2(2), 85. https://doi.org/10.15578/jksekp.v2i2.9277
Indarjo, A., Salim, G., Dyta Nugraeni, C., Zein, M., Yudho Prakoso, L., Achmad
47
Daengs, G. S., Hariyadi, & Wiharyanto, D. (2020). The analysis of economic
feasibility from Bubu Dasar fishing gear (Bottom fish pots) in Tepian Muara
Sembakung, Nunukan (Indonesia). IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 564(1). https://doi.org/10.1088/1755-
1315/564/1/012070
Indartono, S. (2013). Pengantar Manajemen. Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Yogyakarta.
Iskandar, A. &. (2008). Budidaya Udang Vaname Secara Intensif, Semi Intensif
dan Tradisional. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakfar, Kasmir dan. (2009). Studi Kelayakan Bisnis (Kencana (ed.)). Prenada
Media Group. Jakarta.
Jakfar, Khasmir &. (2009). Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media Group.
Jakarta.
Jubaedah, E. (2020). Analisis Break Even Point Dalam Perencanaan Laba ( Studi
Kasus PT Dirgantara Indonesia ). 9(1), 45–51.
Kaligis, E. (2015). RESPONS PERTUMBUHAN UDANG VANAME
(Litopenaeus vannamei) DI MEDIA BERSALINITAS RENDAH DENGAN
PEMBERIAN PAKAN PROTEIN DAN KALSIUM BERBEDA. Jurnal
Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, 7(1), 225–234.
Karim, M. Y. (2007). The Effect of Osmotic at Various Medium Salinity on
Vitality of Female Mud Crab (Scylla olivacea).
Kassam, L.; Subasinghe, R.; Phillips, M. (2011). Aquaculture farmer
organizations and cluster management.
Kautsky, N., Rönnbäck, P., Tedengren, M., & Troell, M. (2000). Ecosystem
perspectives on management of disease in shrimp pond farming.
Aquaculture, 191(1–3), 145–161. https://doi.org/10.1016/S0044-
8486(00)00424-5
KEP.28/MEN/2004. (2004). Pedoman Umum Budidaya Udang di Tambak.
Pedoman Umum Budidaya Udang Di Tambak, 26 p.
Kinanthi, A. P., Herlina, D., & Mahardika, F. A. (2016). Analisis Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Menggunakan Metode Min-Max (Studi Kasus
PT.Djitoe Indonesia Tobacco). PERFORMA : Media Ilmiah Teknik Industri,
48
15(2), 87–92. https://doi.org/10.20961/performa.15.2.9824
Kordi, G. (2007). Kualitas Air untuk Budidaya Udang Windu (M. W. Linda
Chandayani (ed.)). PT Perca.
Lailiyah, U., Rahardjo, S., Kristiany, M., & Mulyono, M. (2018). Produktivitas
Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Tambak Superintensif di
PT. Dewi Laut Aquaculture Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. JURNAL
KELAUTAN DAN PERIKANAN TERAPAN (JKPT), 1, 1.
https://doi.org/10.15578/jkpt.v1i1.7211
Lestari, A. (2009). Manajemen Risiko dalam Usaha Pembenihan Udang
Vannamei(Litopenaeus vannamei), Studi Kasus di PT.SURI TANI PEMUKA,
Kabupaten Serang, Provinsi Banten.
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/11347
Maarif, M. S. (2000). Strategi Peningkatan Produktivitas Udang Tambak. 9(2),
62–76.
Maarif, M. S., & Somamiharja, A. (2000). Strategi Peningkatan Produktifitas
Udang Tambak. J.II. Pert. Indon, 9(2), 62–76.
Mahyuddin, K. (2010). Agribisnis Patin. PT Niaga Swadaya.
Mangampa, M., Burhanuddin, Suwoyo, hidayat suryanti, & Tahe, S. (2012).
Budidaya udangvaname pola ekstensif plus melalui aplikasi dan pergiliran
pakan (pp. 4–5).
Mansyur, A., Mangampa., M., & Hidayat Suryanto Suwoyo., B. P. R. S. (2014).
Strategi Pengelolaan Pakan pada Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei). Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau.
Maros.
Manullang. (2005). Dasar-Dasar Manajemen. Gajah Mada University Press.
Maujud, F. (2018). Implementasi Fungsi-Fungsi Manajemen dalam Lembaga
Pendidikan Islam (Studi Kasus Pengelolaan Madrasah Ibtidaiyah Islahul
Muta’allim Pagutan). Jurnal Penelitian Keislaman, 14(1), 31–51.
https://doi.org/10.20414/jpk.v14i1.490
Murnawan, H., & Mustofa. (2014). Perencanaan Produktivitas Kerja Dari Hasil
Evaluasi Produktivitas Dengan Metode Fishbone Di Perusahaan Percetakan
Kemasan PT.X. Jurnal Teknik Industri HEURISTIC, 11(1), 27–46.
49
Mustafa, A. (2008). Desain, Tata Letak, Dan Konstruksi Tambak. Media
Akuakultur, 3(2), 166. https://doi.org/10.15578/ma.3.2.2008.166-174
N.Afan, T.Hidayat, dan E. B. (2015). Analisa Kelayakan Usaha Budidaya Udang
Vaname (Litopaneaus vannamei) pada Tambak Intensif. 11(2), 25–31.
Nuhman. (2009). Pengaruh Prosentase Pemberian Pakan Terhadap Kelangsungan
Hidup dan Laju Pertumbuhan Udang Vaname. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan
Kelautan, 1(2), 193–197.
Nuntung, S., Idris, A. P. S., & Wahidah. (2018). Teknik Pemeliharaan Larva
Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei Bonne) di PT Central Pertiwi Bahari
Rembang, Jawa Tengah. Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi, 1(April), 137–143.
Nurbaya, Mansyur, A., & Kadriah, ince ayu haerana. (2013). Dinamika
Kelimpahan Bakteri Pada Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
Intensif Dengan Penambahan Molase dan Pergiliran Pakan. Prosiding Forum
Inovasi Teknologi Akuakultur 2013, 1990, 381–388.
Pasaribu. (2017). Studi Analisa Usaha Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) Sistem Intensif Di Desa Pesantren , Kecamatan Ulujami,
Pemalang.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jamt/article/view/20556/19340
Penaeoidea, D., Gavio, A., Costa, C., Boschi, E. E., Bauer, R. T., Fransozo, A.,
Nebecc, A. F., Zoologia, D. De, Estadual, U., Unesp, P., Biologı, M. A. G.
D. De, Exactas, D. C., Plata, M., Nebecc, R. C. C., Biologia, D. De, & Cie,
F. De. (2007). Latitudinal Variation in Population structure and Reproductive
Pattern of The Endemic South American Shirmp Artemesia Longinaris.
Journal of Crustacean Biology, 27(4), 548–552.
Prakoso, A. A., Elfitasari, T., & Basuki, F. (2016). STUDI ANALISA USAHA
DAN PROSPEK PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANAME (
Litopenaeus vannamei ) SISTEM INTENSIF DI KECAMATAN SLUKE ,
KABUPATEN REMBANG. Prosiding Seminar Nasional V Hasil Penelitian
Perikanan Dan Kelautan, 311–331.
Pratama, A., Wardiyanto, W., & Supono, S. (2017). STUDI PERFORMA
UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) YANG DIPELIHARA
50
DENGAN SISTEM SEMI INTENSIF PADA KONDISI AIR TAMBAK
DENGAN KELIMPAHAN PLANKTON YANG BERBEDA PADA SAAT
PENEBARAN. E-Jurnal Rekayasa Dan Teknologi Budidaya Perairan, 6(1),
643–652. https://doi.org/10.23960/jrtbp.v6i1.1618p643-652
Pratama, Aan, Wardiyanto, & Supono. (2017). Studi Peforma Udang Vanname
(Litopenaeus vannamei) yang Dipelihara Dengan Sistem Semi Intensif Pada
Kondisi Air Tambak Dengan Kelimpahan Plankton yang Berbeda Pada Saat
Penebaran. Jurnal Rekayasa Dan Teknologi Budidaya Perairan, VI(1).
Pratiwi, R. (2008). Aspek Biologi Udang Ekonomis Penting. Oseana, 33(2), 15–
24.
Primyastanto, M. (2011a). Feasibility study usaha perikanan: sebagai aplikasi
dan teori studi kelayakan usaha perikanan. Universitas Brawijaya Press.
Primyastanto, M. (2011b). Feasibility Usaha Perikanan.
Purba, C. Y. (2012). Performa pertumbuhan, kelulushidupan, dan kandungan
nutrisi larva udang vanamei (Litopenaeus vannamei) melalui pemberian
pakan artemia produk lokal yang diperkaya dengan sel diatom. Journal of
Aquaculture Management and Technology, 1(1), 102–115.
Purnamasari, I., Purnama, D., & Utami, M. A. F. (2017). PERTUMBUHAN
UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK INTENSIF.
Jurnal Enggano, 2(1), 58–67. https://doi.org/10.31186/jenggano.2.1.58-67
Putra, F. R., & Manan, A. (2014). MONITORING KUALITAS AIR PADA
TAMBAK PEMBESARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei)
DI SITUBONDO, JAWA TIMUR. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan,
6(2), 1–46.
Putri, R. O., & Wibawa, B. M. (2017). Identifikasi Permasalahan Komplain pada
E-Commerce Menggunakan Metode Fishbone. Jurnal Sains Dan Seni ITS,
6(1). https://doi.org/10.12962/j23373520.v6i1.21485
Rachmawati, D., & Tembalang-semarang, J. P. S. (2006). PERFORMAN LAJU
PERTUMBUHAN RELATIF DAN KELULUSHIDUPAN UDANG
VANNAME ( Litopenaeus vannamei ) MELALUI SUBSTITUSI TEPUNG
IKAN DENGAN SILASE TEPUNG CACING TANAH ( Lumbricus rubellus ).
72–86.
51
Rahayu, Heru, T., Sektiana, S. P., Suharyadi, & Arum, A. (2010). BUSMETIK,
Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik. BAPPL Pres. Banten, 1–8.
Ridlo, A., Ilmu, J., Fakultas, K., Kelautan, I., & Diponegoro, U. (2013).
Pertumbuhan, Rasio Konversi Pakan dan Kelulushidupan Udang Litopenaeus
vannamei yang Diberi Pakan dengan Suplementasi Prebiotik FOS
(Fruktooligosakarida). Buletin Oseanografi Marina, 2(4), 1–8.
https://doi.org/10.14710/buloma.v2i4.11166
Rochmawati, Supriyanto, A., & Arifin, I. (2014). Pengembangan Model Kaizen
Dengan Perangkat Fishbone Cause And Effect Diagram Untuk Peningkatan
Mutu Sekolah. Manajemen Pendidikan, 24(3), 251–259.
Romadhona, B., Yulianto, B., & Sudarno, S. (2016). Fluktuasi Kandungan
Amonia dan Beban Cemaran Lingkungan Tambak Udang Vaname Intensif
Dengan Teknik Panen Parsial dan Panen Total.
File:///C:/Users/Administrator/Downloads/Documents/611-1609-1-
SM.PdfSAINTEK PERIKANAN : Indonesian Journal of Fisheries Science
and Technology, 11(2), 84. https://doi.org/10.14710/ijfst.11.2.84-93
Roslindah Daeng Siang, dan N. A. (2015). Struktur Biaya dan Profitabilitas
Usaha Miniplant Rajungan (Portunus pelagicus). Jurnal Bisnis Perikanan
FPIK UHO, 2(April), 91–100.
http://ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan/article/view/517
Sahrijanna, A., & Septiningsih, E. (2017). Variasi Waktu Kualitas Air Pada
Tambak Budidaya Udang Dengan Teknologi Integrated Multitrophic
Aquaculture (IMTA)di Mamuju Sulawesi Barat. Jurnal Ilmu Alam Dan
Lingkungan, 8(2), 52–57. https://doi.org/10.20956/jal.v8i16.2991
Samsundari, S., & Wirawan, G. A. (2013). Analisis Penerapan Biofilter dalam
Sistem Resirkulasi Terhadap Mutu Kualitas Air Budidaya Ikan Sidat
(Anguilla bicolor). Jurnal GAMMA, 8(2), 86–97.
Samura, A., Kurniawan, W., & Setyawan, G. E. (2018). Sistem Kontrol dan
Monitoring Kualitas Air Tambak Udang Windu Dengan Metode Fuzzy
Logic Control Menggunakan Mikrokontroler NI myRIO. Jurnal
Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer (J-PTIIK)
Universitas Brawijaya, 2(9), 2644–2653.
52
Setyono, D. E. D. (2006). Budidaya Pembesaran Udang Karang. Jurnal
Oseanografi, 31(4), 39–48.
Siswanto. (2005). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif
dan Operasional. Bumi Aksara.
SNI 7311:2009. (2009). Produksi benih udang vaname ( Litopenaeus vannamei )
Kelas benih sebar. Badan Standarisasi Nasional.
Subyakto, S., Sutende, D., Afandi, M., & Sofiati. (2009). Budidaya Udang
Vannamei (Litopanaeus vannmei) Semiintensif Dengan Metode Sirkulasi
Tertutup Untuk Menghindari Serangan Virus. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan
Kelautan, 1(2), 121–127.
Sudradjat dan Wedjatmiko, I. (2010). Budi Daya Udang Di Sawah dan Tambak.
Penebar Swadaya.
Sudrajat, A. (2010). Glosarium Akuakultur. Yrama Widya.
Sukenda, Hadi, P., & Harris, E. (2006). Pengaruh Pemberian Sukrosa Sebagai
Sumber KArbon dan Probiotik Terhadap Dinamika Populasi Bakteri dan
Kualitas Air Media Budidaya Udang Vaname, Litopenaeus vannamei. Jurnal
Akuakultur Indonesia, 2(1), 179–190.
Sulastri, L. (2012). Manajemen sebuah pengantar (pp. 1–259).
Sumardi, Y. (2009). Pengantar Manajemen. Universitar Terbuka.
Sumardika. (2013). Kewirausahaan Perikanan. Bina Sumber Daya MIPA.
Supono. (2017). TEKNOLOGI PRODUKSI UDANG.
Supratno KP, T. (2006). Evaluasi Lahan Tambak Wilayah Pesisir Jepara Untuk
Pemanfaatan Budidaya Ikan Kerapu. 205. http://eprints.undip.ac.id/15922/
Suri, R., Putri, B., & Susanti, O. (2018). STUDI TENTANG PENGGUNAAN
PAKAN KOMERSIL YANG DICAMPUR DENGAN BAKTERI Bacillus
coagulans TERHADAP PERFORMA Litopenaeus vannamei. E-Jurnal
Rekayasa Dan Teknologi Budidaya Perairan, 7(1), 751.
https://doi.org/10.23960/jrtbp.v7i1.p751-762
Suriawan Agus, Efendi Sarman, Asmoro Sugeng, W. J. (2019). Sistem Budidaya
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Pada Tambak HDPE Dengan
Sumber Air Bawah Tanah Salinitas Tinggi Di Kabupaten Pasuruan. 14.
Syam, Z. (2014). Pengaruh Hutan Mangrove Terhadap Produksi Udang Windu
53
(Penaeus monodon) Pada Tambak Silvofishery Di Desa Tanjung Ibus
Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/41615
Syamsuddin. (2017). Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan. Idaarah: Jurnal Manajemen Pendidikan, 1(1), 3–4.
https://doi.org/10.24252/idaarah.v1i1.4084
Syukuri, W. dan. (2005). Manajemen Usaha Perikanan. Pusat Pengembangan
SDM Kelautan dan Perikanan Jakarta.
Tahe, S. S., & Hidayat, S. (2011). PERTUMBUHAN DAN SINTASAN UDANG
VANAME (Litopenaeus vannamei) DENGAN KOMBINASI PAKAN
BERBEDA DALAM WADAH TERKONTROL. Jurnal Riset Akuakultur,
6(1), 31. https://doi.org/10.15578/jra.6.1.2011.31-40
Tahe, S., & Suwoyo, H. S. (2011). PERTUMBUHAN DAN SINTASAN
UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DENGAN KOMBINASI
PAKAN BERBEDA DALAM WADAH TERKONTROL. Jurnal Riset
Akuakultur, 6(1), 31. https://doi.org/10.15578/jra.6.1.2011.31-40
Triyanti, R., & Hikmah, H. (2015). Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Udang
Dan Bandeng: Studi Kasus Di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu.
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan, 1(1), 1.
https://doi.org/10.15578/marina.v1i1.1007
Untara, L. M., Ma’in, M., Studi, P., Perairan, B., & Pekalongan, F. P. (2018).
KAJIAN TEHNIK BUDIDAYA UDANG VANAMEI (Litopenaeus
vannanamei) PADA TAMBAK BUSMETIK SUPMNEGERI TEGAL
DENGAN TAMBAK TUVAMI 16 UNIVERSITAS PEKALONGAN.
PENA Akuatika, 17(1), 13.
Utojo, U., & Tangko, A. M. (2008). STATUS, MASALAH, DAN ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH PADA PENGEMBANGAN BUDIDAYA
UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DI SULAWESI SELATAN.
Media Akuakultur, 3(2), 118. https://doi.org/10.15578/ma.3.2.2008.118-125
Widi Setyogati, M. S. (1991). Desain dan kontruksi tambak.
Widodo, A., Agus, M., & Mardiana, T. Y. (2016). Analisa Produksi Budidaya
Udang Vennamei (Litopenaeus vannamei) pada tambak plastik dengan Luas
54
yang berbeda di Tambak Busmetik Sekolah Usaha Perikanan Menengah
(SUPM) Negeri Tegal. Pena Akuatika: Jurnal Ilmiah Perikanan Dan
Kelautan, 14(1), 17–24.
Wijaya, C., & Rifa’i, M. (2016a). Dasar Dasar Manajemen: Mengoptimalkan
Pengelolaan Organisasi Secara Efektif dan Efesien (S. Saleh (ed.)). Perdana
Publishing.
Wijaya, C., & Rifa’i, M. (2016b). Dasar Dasar Manajemen: Mengoptimalkan
Pengelolaan Organisasi Secara Efektif dan Efesien.
http://repository.uinsu.ac.id/2836/1/Dasar-Dasar Manajemen.pdf
Wijayanto, D., & Yulianto, T. (2013). Analisis Kelayakan Perikanan Laut
Kabupaten Kendal (Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of
Kendal). SAINTEK PERIKANAN : Indonesian Journal of Fisheries Science
and Technology, 8(2), 52–56. https://doi.org/10.14710/ijfst.8.2.52-56
WWF. (2014). Buku Panduan Perikanan Skala Kecil Budidaya Udang Vannamei.
Yulianti, E. (2009). Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Udang
Vaname (Litopenaeus vannamei), (Kasus Pada PT Suri Tani Pemuka,
Kabupaten Serang, Provinsi Banten).
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12432
Zakaria, R. (2010). Manajemen Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus
vannamei) Di Tambak Udang Binaan Dinas Kelautan Dan Perikanan
Kabupaten Pamekasan, Madura. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas
Airlangga. Surabaya. 29.
Zulpikar, Ferasyi, T. R., & Sugito. (2016). Analisis pengaruh faktor kualitas air
terhadap resiko penyakit white spot syndrome virus ( wssv ) pada udang
vannamei ( Litopenaeus vannamei ) di Kecamatan Peudada Kabupaten
Bireuen. Depik, 5(1), 1–6.
55
56
57