Masalah yang Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi
No. telah masalah penyebab masalah diidentifikasi 1 Rendanhnya minat Hussain, Abdus Salam dan Aisha 1. Peserta Didik belum peserta didik untuk bisa Farid (2020). Generally, menyadari pentingnya Bahasa Inggris motivation can be categorized into mengerti Bahasa asing two major types: intrinsic and 2. Kesadaran diri siswa dan extrinsic motivation. The former lingkungan mengenai is in built that induces readiness in bahasa Inggris sebagai the individuals to accept any salah satu factor penting challenge without the expectation dalam meraih cita-cita of any reward, whereas the latter 3. Siswa yang lebih is self-created one that is driven suka menghabiskan by external factors. waktu dengan gadget Gunawan Tambunsaribu1, menonton vidio yang Yusniaty Galingging (2021) sedang tren mengelompokkan faktor internal 4. Metode pembelajaran penyebab masalah ke dalam tiga yang diterapkan guru kurang menarik kategori umum, yaitu 5. Sarana prasarana 1. Mereka menganggap bahasa pembelajaran kurang Inggris itu membingungkan memadai (77%); 2. Mereka tidak suka pelajaran bahasa Inggris (15 %); dan 3. Mereka mengatakan bahwa bahasa Inggris itu tidak penting (8%). Menurut Ariastuti (2014:6) Beberapa indikator tentang siswa yang memiliki motivasi belajar rendah adalah 1. siswa tidak memperhatikan pada kegiatan kelas secara maksimal, 2. Siswa sibuk dengan kegiatan mereka sendiri yang bukan kegiatan akademik, dan 3. Siswa tidak datang lebih awal ke kelas 2 Siswa kesulitan Joshua F. Lawrence, Rebecca Stelah dilakukan analisis memahami bacaan Knoph, Autumn McIlraith, melalui kajian literatur dalam bahasa Inggris Paulina A. Kulesz, David J. siswa mengalami kesulitan Francis (2021) on their study dalam memahami bacaan affirm the strong relation between Bahasa inggris karena : vocabulary and reading at the Factor kosa kata Bahasa individual level Inggris peserta didik yang Ferrand, Pallier, & Brysbaert, belum memadai 2006). words with more letters Kompleksitas kata take longer to process and are Kemampuan siswa dalam read more slowly than shorter mengidentifikasi words, komponen bacaan Nigora Nizomova Nodirovna (2020) on her journal said that sequencing is one of many skills that contributes to students' ability to understand what they read Nurul Fajri & Nurmainiati (2019) dalam penelitiannya membuktikan bahwa Faktor penyebab timbulnya kesukaran memahami bacaan dalam Bahasa inggris adalah 1. dibuktikan sebanyak 33,33% menyatakan kendala memahami teks bahasa Inggris adalah penguasaan kosa kata terlalu sulit, 2. 46,66% menyatakan penggunaan kosa kata teks bahasa Inggris di dalam buku- buku pelajaran bahasa Inggris atau yang diberikan oleh guru terdapat penggunaan kata-kata yang sulit. 3. Di samping itu, terdapat 53,33% penyebab sebagian orang tidak tertarik dengan bahasa Inggris karena kurangnya penguasaan kosa kata 4. dan 76, 67% menyatakan bahwa pengaruh kurangnya konsentrasi dan fokus memahami teks bahasa Inggris salah satu penyebab utamanya adalah kurangnya penguasaan kosa kata, 5. dan sebanyak 56.67% menyatakan seseorang tidak mampu memahami teks bahasa Inggris dikarenakan tidak memiliki strategi, tidak memiliki kebiasaan dan tidak suka membaca teks bahasa Inggris 3 Guru belum optimal Pierre du Plessis (2014) said that Dari kajian literatur tersebut dalam menerapkan “Conditions of service, dapat disimpulkan bahwa guru model yang sesuai incentives for teachers in rural kesulitan menggunkan model dengan kebutuhan areas need to be reviewed to pemebelajaran yang tepat pada belajar siswa make teaching in rural areas setiap menyampaikan materi more attractive pelajaran karena Nyayu Khodijah (2012) pada 1. Kodisi sekolah penelitiannya menunjukan hasil 2. Gaji Guru di wilayah bahwa: pedesaan 1. Profesionalisme guru dalam 3. Profesionalisme guru penerapan model-model baik aspek pembelajaran inovatif masih pengetahuan dan belum sesuai harapan. Hal ini ketrampilan terlihat baik dari aspek 4. Sedikitnya pengetahuan maupun workshop/pelatihan keterampilan sebagian guru yang diikuti oleh guru yang masih rendah dalam menerapkan model-model pembelajaran inovatif, dan 2. Rendahnya kualitas pelatihan/workshop yang diikuti dan rendahnya komitmen dan motivasi guru untuk menerapkan model- model pembelajaran inovatif 4 Siswa kurang memahami Rizki Pratama Dalman and Berdasarkan kajian literatur soal-soal HOTS Junaidi (2022) on their study dapat disimpulkan bahwa proved that , the causes of the Siswa belum mampu students difficulty answering menganalisis, memecahkan HOTS questions are masalah dalam beberapa 1. Students Do not Understand bagian dan berfikir kritis the Material, siswa belum dapat 2. Students Do not Understand memahami atau Question Commands, mengaplikasikan ranah 3. and base on their interview, kognitif c4-C6, siswa baru information was obtained that sebatas c1-c3 the teacher do not discussed Guru-guru masih about what HOTS questions memerlukan pelatihan dan were and what were the pendampingan dalam requirements for a HOTS membuat soal-soal HOTS question Muawwinatul Laili, Nurul Aini, dan Ana Christanti (2019) dari Penelitian mereka yang menggunakan metode kualitatif dengan memaparkan dan mendeskripsikan data yang berupa hasil wawancara, observasi dan butir- butir soal ujian Bahasa Inggris. Dari data ulangan harian dan soal ujian semester yang sudah digunakan semester genap 2018-2019, ternyata tidak ada yang menunjukkan soal- soal HOTS. Dari sekolah A, peneliti mendapatkan data bahwa soal-soal yang tergolong C1 sebanyak 26,19%, C2 ada 54,76%, dan C3 ada 19,05%. Untuk sekolah B terdapat 22% soal C1, 66% soal C2, dan 12% termasuk C3. Sedangkan sekolah C tidak ada soal yang termasuk C1, yang C2 ada 62,5%, dan C3 ada 37,5%. Apabila dijumlah seluruhnya, dari total 230 soal, sebanyak 14,35% soal C1, 60,43% tergolong C2, dan 25,22% termasuk C3. Hasil data ini menunjukkan bahwa guru-guru masih memerlukan pelatihan dan pendampingan dalam membuat soal- soal HOTS 5 Guru belum maksimal Ju Seong Lee , Nur Arifah Berdasarkan hasil eksplorasi memanfaatkan teknologi Drajati (2019) on their study, pada kajian literatur tersebut dalam pembelajaran showed that students’ willingness dapat disimpulkan to communicate correlated bahwa guru dan siswa significantly with all of the IDLE belum mengoptimalkan (digital learning of English ) teknologi selama activities and affective variables pembelajaran. Lei (2009) quoted in Handbook of Terbatasnya jaringan Technological Pedagogical internet untuk digunakan Content, Knowledge (TPACK) dalam proses pemebelajaran found that Kurangnya sarpras terkait 1. digital-native teachers were dengan teknologi proficient with basic Belum meratanya infrastuktur technologies but were not yang mendukung pemanfaatan familiar with more advanced TIK dalam pembelajaran technologies, particularly Web 2.0 technologies, 2. they lacked the experience and expertise in using Web 2.0 technologies with potential for classroom applications. 3. the technology proficiency of this generation of teachers is limited and lacks depth. Rose Winda, Febrina Dafit (2021) di jurnalnya membuktikan bahwa kendala guru dalam menggunakan media pembelajaran online yaitu 1. guru kesulitan merancang media berbasis IT, 2. mengoperasikan media berbasis IT, 3. sarana dan prasarana yang tidak lengkap, 4. serta yang terakhir adalah kreatifitas guru..