DISUSUN OLEH :
Dian Agustin Tangkearung
K011211146
KATA PENGANTAR
Puji syukur, saya panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa menuntun melimpahkan karunia dan BerkatNya, sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Saya yakin dan sadar sepunuhnya bahwa dalam makalah ini masih banyak
kekurangan, adanya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dari saya. Akhir
kata saya mengucapkan terimakasih dan berharap semoga makalah terkait Rawat
Inap Mata ini dapat memberi manfaat bagi saya.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
SAMPUL
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan .........................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Kesimpulan .................................................................................................10
B. Saran ............................................................................................................10
Daftar Pusitaka..................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi Rawat Inap Mata ?
2. Apakah pengertian dan ruang lingkup dari Rawat Inap Mata ?
3. Bagaimana sejarah Rawat Inap Mata ?
4. Bagimana Pendapat Para Ahli mengenai Rawat Inap Mata ?
5. Bagaimana Hirarki/Tingkatan dari Rawat Inap Mata ?
6. Apakah keuntungan Rawat Inap Mata ?
C. TUJUAN
1. MANFAAT PENULISAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pasien yang masuk ke rumah sakit yang menggunakan tempat tidur untuk
keperluan observasi, diagnosis, terapi, rehabilitasi medik dan penunjang
medik lainnya
Pasal 16
Pasal 17
Ketersediaan tempat tidur rawat inap bagi Rumah Sakit khusus mata
meliputi:
Pasal 18
Jumlah tempat tidur rawat inap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dan
Pasal 17 untuk pelayanan rawat inap kelas standar paling sedikit:
1) 60% (enam puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah
Sakit milik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; dan
2) 40% (empat puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah
Sakit milik swasta.
4
2. Rawat Inap mata
1) Perletakan ruangannya secara keseluruhan perlu adanya hubungan
antar ruang dengan skala prioritas yang diharuskan dekat dan
sangat berhubungan/ membutuhkan.
2) Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan
perancangan, sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya dibuat
secara linier/lurus (memanjang).
Apabila Ruang Rawat Inap tidak berada pada lantai dasar, maka
harus ada tangga landai (Ramp) atau Lift Khusus untuk mencapai
ruangan tersebut.
3) Bangunan Ruang Rawat Inap harus terletak pada tempat yang
tenang (tidak bising), aman dan nyaman tetapi tetap memiliki
kemudahan aksesibilitas dari sarana penunjang rawat inap.
4) Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ruangan.
5) Alur petugas dan pengunjung dipisah.
6) Lantai harus kuat dan rata tidak berongga, bahan penutup lantai,
mudah dibersihkan, bahan tidak mudah terbakar.
7) Pertemuan dinding dengan lantai disarankan berbentuk lengkung
agar memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang
debu/kotoran.
8) Plafon harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak mengumpulkan
debu.
9) Tipe R. Rawat Inap adalah VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas III
10) Khusus untuk pasien yang menderita penyakit menular harus
dipisahkan.
11) Stasi perawat harus terletak di pusat blok yang dilayani agar
perawat dapat mengawasi pesiennya secara efektif, maksimum
melayani 25 tempat tidur.
3. Kasus mata yang memerlukan rawat inap beserta kriterianya.
1) Buram mendadak
5
2) Trauma kimia, tajam, tumpul
3) Mata merah
4) Nyeri hebat
6
Pada tanggal 29 Mei 1923 Rumah Sakit Mata itu dibuka oleh
Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. D. Fock yang mendapat kuasa dari
Ratu Belanda. Rumah sakit tersebut dinamakan Prinses Juliana-gasthuis
voor Ooglijders yang artinya Rumah Sakit Puteri Juliana untuk Penderita
Penyakit Mata. Dalam laporan tahun 1923 disebutkan bahwa jumlah
penderita di Rumah Sakit Prinses Juliana-gasthuis voor Ooglijders
sebanyak 3.823 orang, sedangkan tempat tidur untuk pasien (zaal) ada 102
buah. Pada tahun 1929, rata-rata penderita mata per hari 159 orang dan
lama perawatan rata-rata 22 hari. Pada tahun 1941 rata-rata penderita mata
per hari 327 orang, sedangkan pasien yang dirawat ada 2.088 orang.
Para penderita penyakit mata ini memerlukan perhatian dari
berbagai pihak. Agar mereka dapat mandiri atau tidak bergantung pada
orang lain diperlukan bekal untuk kehidupannya nanti, maka pada tanggal
12 Sepetember 1926 Dr. Yap Hong Tjoen mendirikan sebuah yayasan
(stichting) bernama Vorstenlandsch Blinden Instituut yang bertujuan
mengajarkan ketrampilan bagi tuna netra. Ketrampilan tersebut misalnya
membuat keset dari sabut kelapa, karpet dan kerajinan tangan lainnya.
Yayasan ini kemudian berganti nama menjadi Yayasan Mardi Wuto.
Yayasan ini menjadi wadah untuk kemajuan para penyandang tunanetra,
khususnya di wilayah Yogyakarta hingga kini. Pada masa pendudukan
Tentara Jepang, Rumah Sakit Prinses Juliana-gasthuis voor Ooglijders
diganti nama menjadi Rumah Sakit Dr.Yap. Penamaan ini diambil dari
nama Dr. Yap Hong Tjoen yaitu seorang doktor ahli penyakit mata yang
bercita-cita mendirikan rumah sakit untuk penderita penyakit mata
terutama masyarakat kurang mampu.
Penyakit mata yang banyak diderita masyarakat yaitu trachoma dan
kekurangan vitamin A. Pada pertengahan tahun 1949 rumah sakit ini
memiliki 2 dokter spesialis mata yaitu Dr. Yap Hong Tjoen dan putranya
Dr. Yap Kie Tiong. Ciri arsitektural yang menonjol dari bangunan Rumah
Sakit Dr. Yap adalah fasadnya yang berupa teras depan pintu masuk atau
kuncungan dengan tulisan nama rumah sakit yang ditata secara
7
melengkung. Secara keseluruhan, bangunan kompleks Rumah Sakit Dr.
Yap terdiri atas rumah sakit, rumah dinas dokter, asrama perawat dan
Mardi Wuto yaitu tempat untuk menampung dan memberi bekal bagi para
tuna netra. Sampai sekarang Rumah Sakit Dr. Yap masih tetap menjadi
rumah sakit mata di Daerah Istimewa Yogyakarta.
E. Hirarki/Tingkatan
1. Ruang Vip
2. Kelas I
3. Kelas II
4. Kelas III
8
F. Keuntungan Rawat Inap Mata
1. Untuk memudahkan pasien mendapatkan pelayanan kesehatan
yang komprehensif
2. Untuk memudahkan menegakkan diagnosis pasien dan
perencanaan terapi yang tepat
3. Untuk memudahkan pengobatan dan terapi yang akan dan harus
didapatkan pasien
4. Untuk mempercepat tindakan kesehatan.
5. Untuk memudahkan ps untuk mendapatkan berbagai jenis
pemeriksaan penunjang yang diperlukan
6. Untuk mempercepat penyembuhan penyakit pasien
7. Untuk memenuhi kebutuhan pasien sehari-hari yang berhubungan
dengan penyembuhan penyakit, termasuk pemenuhan gizi dll.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Setelah melihat betapa pentingnya Rawat Inap Mata ini bagi
masyarakat oleh karena itu penting bagi Rumah Sakit mata untuk terus
meningkatkan dan mengevaluasi tingkat kebutuhan rawat inap mata dari
segi Komponen internal maupun eksternal meliputi SDM, fasilitas,
promosi, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan pelayanan, serta
pengawasan juga evaluasi dan kondisi sosial serta ekonomi.
10
DAFTAR PUSTAKA
2022)
3586107/yogya-tempo-dulu-rumah-sakit-mata-dr yap#:~:text=Pada
%20tanggal%2029%20Mei%201923,Juliana%20untuk
November 2022)
ajar.esaunggul.ac.id/ars301/wp-content/uploads/sites/
1915/2020/01/05-UNIT-PELAYANAN-RAWAT-INAP.pptx
http://repository.unika.ac.id/15326/4/12.11.0083%20LTP
11
%20Ardian%20Dewandaru%20BAB%20III.pdf (Diakses pada
12