Anda di halaman 1dari 14

PENINGKATAN KETRAMPILAN

PENINGKATAN KETRAMPILAN
PEMBUATAN JURNAL KHUSUS AKUNTANSI KEUANGAN
BAGI SISWA SMK HARNASTO INSTITUT KELAS X AKL
PADA TAHUN AJARAN 2021/2022
DENGAN METODE PEMBELAJARAN
TEAM GAMES TOURNAMENT

Oleh: Dra. Veronika Dina Wulandari


SMKS Harnasto Institut

==================================================================

BAB I
PENDAHULUAN

==================================================================

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Dari hasil Penilaian Tengah Semester Ganjil TA 2021/2022, sebagian besar siswa tidak
mampu mengerjakan soal tentang pembuatan jurnal khusus akuntansi pada perusahaan jasa
dan dagang. Padahal ketrampilan membuat jurnal khusus akuntansi tersebut merupakan salah
satu ketrampilan utama yang harus dimiliki siswa SMK Program Studi Akuntansi Lembaga
dan Keuangan.

Agar siswa kelak dapat bersaing di dunia kerja maka siswa minimal harus mencapai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) sebesar 75. Padahal berdasarkan hasil Penilaian Tengah
Semester Ganjil TA 2021/2022, siswa kelas X AKL di SMKS Harnasto Instiut hanya hanya
mampu mencapai nilai 55. Ini berarti ada kesenjangan antara kemampuan nyata siswa dengan
KKM.

Adanya kesenjangan antara nilai riil yang dicapai siswa dengan KKM, menuntut tenaga
pendidik untuk mengevaluasi kembali seluruh proses belajar-mengajar. Salah satunya adalah
mengevaluasi metode pembelajarannya.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Banyak ahli yang mengatakan bahwa pencapai siswa dalam belajar terkait erat dengn metode
pembelajaran yang digunakan. Hasil belajar siswa merupakan salah satu tujuan dari proses
pembelajaran di sekolah. Djamarah dan Zain (2010) menyebutkan bahwa kedudukan metode
adalah sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran dan juga sebagai alat
untuk mencapai tujuan.

Pupuh dan Sobry S (2010) berpendapat semakin tepat metode yang digunakan oleh guru
dalam mengajar, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. Roestiyah
(1989) mengatakan guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif

1|Proposal PTK Veronika Dina Wulandari


dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Semakin baik metode itu, makin efektif
pula pencapaian tujuan (Surakhmad 1990). Dapat dikatakan bahwa adanya hasil belajar siswa
yang tinggi dan berkualitas, dapat dihasilkan dari proses pembelajaran yang berkualitas.

Itu berarti kegagalan siswa kelas X Program Studi Akuntansi dan Lembaga Keuangan di
SMKS Harnasto Institut mencapai KKM salah satunya disebabkan oleh metode pembelajaran
yang kurang tepat. Metode yang dipakai selama ini yaitu ceramah dan tanya-jawab, besar
kemungkinan tidak cocok diterapkan dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa
membuat jurnal khusus akuntansi di perusahaan dagang dan jasa. Ini berarti perlu ada
penerapan metode pembelajaran baru yang tepat.

1.4. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:

 Diharapkan dengan penerapan Metode Metode Pembelajaran Team Games


Tournament dapat meningkatkan minat siswa untuk lebih memahami cara pemuatan
jurnal khusus akuntansi pada perusahaan jasa dan dagang, yang akhirnya diharapkan
bermuara pada peningkatan ketrampilan siswa dalam membuat jurnal khusus
akuntansi di perusahaan jasa dan dagang.
 Menambah pemahaman guru tentang metode pembelajaran yang lebih efektif dalam
meningkat ketrampilan siswa membuat jurnal khusus akuntansi di perusahaan dagang
dan jasa.

Sedangkan tujuan umum penelitian ini adalah:


 Ingin membuktika apakah penggunaan Metode Pembelajaran Team Games
Tournament lebih baik daripada metnode pembelajaran yang biasa dilakukan
sebelumnya yaitu metode ceramah di kelas.
 Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SMKS Harnasto Insititut.
 Tercapainya misi sekolah yaitu untuk mencetak lulusan yang siap bersaing di dunia
kerja.
.
=================================================================

2|Proposal PTK Veronika Dina Wulandari


==================================================================

BAB II
LANDASAN TEORI

=================================================================

2.1. LANDASAN TEORI

Hasil belajar siswa merupakan salah satu tujuan dari proses pembelajaran di sekolah,
untuk itu seorang guru perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta
dipraktekkan pada saat mengajar. Untuk menghasilkan prestasi (hasil) belajar siswa yang
tinggi, guru dituntut untuk mendidik dan mengajar siswa dengan menggunakan metode
pembelajaran yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran di kelas. Djamarah dan Zain
(2010) menyebutkan bahwa kedudukan metode adalah sebagai alat motivasi ekstrinsik,
sebagai strategi pengajaran dan juga sebagai alat untuk mencapai tujuan

Metode pembelajaran sangat dibutuhkan dalam sekolah, khususnya bagi pembelajaran di


dalam kelas. Trianto (2010), menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas atau pembelajaran tutorial. Pupuh dan Sobry S (2010) berpendapat makin tepat
metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar, diharapkan makin efektif pula pencapaian
tujuan pembelajaran.

Roestiyah (1989) mengatakan guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat
belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Sebagai seorang
tenaga pendidikan guru harus dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana
belajar yang menyenangkan, untuk menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas,
seorang guru membutuhkan metode pembelajaran yang baik pula, yang mampu memberikan
dampak positif terhadap hasil belajar siswa, sehingga dibutuhkan kemampuan guru dalam
menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.

Setiap proses pembelajaran wajib menggunakan metode-metode pembelajaran agar


pembelajaran tersebut dapat maksimal (Roestiyah, 2001). Dalam menggunakan metode
pembelajaran di sekolah, seorang guru dapat menggunakan metode pembelajara yang
berbeda-beda antara kelas yang satu dengan kelas yang lain, dengan demikian dituntut
adanya kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan berbagai macam metode
pembelajaran.

Semakin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan (Surakhmad 1990).
Dapat dikatakan bahwa adanya hasil belajar siswa yang tinggi dan berkualitas, dapat
dihasilkan dari proses pembelajaran yang berkualitas, untuk menghasilkan proses
pembelajaran yang berkualitas seorang tenaga pendidik membutuhkan kemampuan dalam
menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam
kelas,ketidaksesuaian metode pembelajaran yang diterapkan dapat menurunkan kualitas
proses pembelajaran itu sendiri, dengan demikian maka perbaikan dan peningkatan hasil
belajar siswa di sekolah dapat dilaksanakan dengan adanya penggunaan metode pembelajaran
yang tepat oleh guru, dengan demikan dalam penelitian ini ingin mengetahui dan

3|Proposal PTK Veronika Dina Wulandari


menganalisis mengenai penggunaan metode pembelajaran dalam peningkatan hasil belajar
siswa di sekolah

Dari hasil beberapa penelitian didapati metode pembelajaran berpengaruh terhadap


peningkatan prestasi belajar siswa, dalam proses pembelajaran di sekolah guru dapat
menggunakan berbagai metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa
di sekolah, guru dapat menggunakan metode ceramah (Preaching Method), metode percobaan
(Experimental method), metode latihan keterampilan Drill method), metode diskusi
(Discussion method), metode pemecahan masalah (Problem solving method), metode
perancangan (projeck method), metode pembelajaran tersebut memiliki pengaruh yang kuat
dan sedang terhadap peningkatan prestasi belajar siswa, setiap metode pembelajaran memiliki
peranan dan keunggulan masing-masing, untuk itu diperlukan kemampuan guru dalam
menyesuaikan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran.

Tarmudji (1994) menunjukkan keunggulan metode ceramah, menurut Tarmudji dengan


metode ceramah keterlibatan kelas mudah dijaga dan mudah menguasai kelas, melatih peserta
untuk menggunakan pendengarannya dengan baik serta menangkap dan menyimpulkan
ceramah dengan cepat dan tepat, materi jelas sampai kepada seluruh siswa dengan merata.

Sementara Suryobroto (1997) metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam
proses pembelajaran, siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan
pelajarannya masing-masing. Sehingga dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara
berfikir dan sifat ilmiah. Pada metode belajar diskusi memberikan banyak manfaat bagi
siswa. Alipandie (1984) mengatakan bahwa dengan metode belajar diskusi suasana kelas
menjadi hidup, adanya partisipasi siswa lebih meningkat, sehingga dapat meningkatkan
prestasi individu, kritis dalam berfikir, tekun dan sabar.

Secara keseluruhan metode pembelajaran akan memberikan berbagai manfaat bagi guru dan
siswa di sekolah, guru sangat dituntut untuk mampu dalam menggunakan metode
pembelajaran, banyaknya metode pembelajaran yang dikuasai dan dimiliki seorang guru akan
mempermudah dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran itu sendiri, hal ini didasari
pada rumusan metode pembelajaran itu sendiri. Metode pembelajaran mengacu pada
tujuantujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran
dan pengelolaan kelas (Arends, 1997).

Ada banyak pendapat dari para ahli mengenai pengertian atau definisi dari model
pembelajaran. Menurut Kurniawan (2007:42), Model pembelajaran adalah prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Sedangkan Winataputra (2005:78), mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa model-model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
lebih menekankan pada penerapannya di kelas sehingga model-model pembelajaran dapat
digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan yang sistematik dalam
mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa..

2.2. PENELITIAN YANG RELEVAN

4|Proposal PTK Veronika Dina Wulandari


Salah metode pembelajaran adalah Metode Team Games Tournament. Metode ini membagi
siswa menjadi beberapa grup. Di setiap grup ada siswa yang memiliki nilai tinggi dan juga
rendah agar di antara mereka ada proses saling belajar antar teman sebaya. Setiap grup
melaksanakan tugas yang sama yaitu membuat jurnal khusus akuntansi di suatu perushaan.
Hasilnya dipresentasikan dan dikoreksi bersama dalam kelas. Pupuh dan Sobry S (2010)
mengatakan bahwa salah satu metode pembelajaran non-sinkronisasi adalah Metode Games
Team Tournament.

Di beberapa kasus uji coba, metode ini berhasil meningkatkan ketertarikan siswa tentang
suatu hal dengan cara yang menyenangkan (Ahmadi. A., Prastya, 2005). Metode ini juga
berhasil menumbuhkan proses saling berbagi di antara anggota group dan antara grup siswa.

TeamsGames-Tournaments  (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David Devries dan


Keith Edwards. TGT merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang
melibatkan kelompok, di dalamnya terdapat diskusi kelompok, game dan diakhiri suatu
tournament.

Dalam TGT setiap siswa ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari 4 sampai 6
orang yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Menurut Saco (2006:62), TGT adalah
pembelajaran dimana siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim
lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.

Sedangkan menurut Kurniasari (2006:42), model pembelajaran TGT merupakan model


pembelajaran kooperatif dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang
terdiri atas 4-6 siswa yang heterogen, baik dalam hal akademik, jenis kelamin, ras, maupun
etnis. Lebih lanjut Saptono (2009:28) menyatakan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT merupakan pembelajaran yang menitik beratkan pada pengelompokkan siswa
dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang
heterogen.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-6 siswa yang memiliki kemampuan,
melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan yang di dalamnya
terdapat diskusi kelompok, game dan diakhiri suatu tournament.

Kelebihan dan Kelemahan Teams Games Tournament :

Kelebihan Model Pembelajaran TGT Menurut Slavin dalam Mahmuddin (2008), melaporkan
beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian
belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan:

Keunggulan dari pembelajaran TGT, sebagai berikut :


1. Model TGT tidak hanya membuat siswa yang cerdas (berkemampuan akademis
tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi siswa yang berkemampuan
akademik lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam
kelompoknya.

5|Proposal PTK Veronika Dina Wulandari


2. Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling
menghargai sesama anggota kelompoknya.
3. Dalam model pembelajaran ini, membuat siswa lebih bersemangat dalam mengikuti
pelajaran. Karena dalam pelajaran ini, guru menjanjikan sebuah penghargaan pada
siswa atau kelompok terbaik.
4. Dalam pembelajaran ini membuat siswa menjadi lebih senang dalam mengikuti
pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournamen.

Kelemahan Model Pembelajaran TGT:


1. Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang relatif lama.
2. Guru yang menggunakan model pembelajaran ini, guru harus pandai memilih materi
pelajaran yang cocok untuk model ini.
3. Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan.

Misalnya membuat soal untuk setiap meja tournamen, dan guru harus tau urutan akademis
siswa dari yang tertinggi hingga terendah. Sedangkan menurut Suarjana (2000:10) Kelebihan
dari model pembelajaran TGT adalah :
1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
2. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
3. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
4. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
5. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
6. Motivasi belajar lebih tinggi
7. Hasil belajar lebih baik
8. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

Kelemahan dari model pembelajaran TGT adalah :


1. Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati
waktu yang sudah ditetapkan.
2. Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan
penjelasan kepada siswa lainnya.
3. Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan.

Misalnya membuat soal untuk setiap meja tournamen, dan guru harus tahu urutan akademis
siswa dari yang tertinggi hingga terendah. Sedangkan menurut Suarjana (2000:10) Kelebihan
dari model pembelajaran TGT adalah :
1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
2. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
3. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
4. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
5. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
6. Motivasi belajar lebih tinggi
7. Hasil belajar lebih baik
8. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

Kelemahan dari model pembelajaran TGT adalah :


1. Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati
waktu yang sudah ditetapkan.

6|Proposal PTK Veronika Dina Wulandari


2. Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan
penjelasan kepada siswa lainnya.

Lebih lanjut Sudibyo (2002:54), berpendapat Kelebihan dari model pembelajaran TGT


adalah:

Kelebihan model pembelajaran tipe TGT :


1. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh
tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
2. TGT meningkatkan rasa percaya diri siswa.
3. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain.
4. Tingkat keterlibatan / keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran tinggi.
5. Dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, sportifitas, dan tanggung jawab.
6. Siswa tidak merasa bosan karena dapat belajar sekaligus bermain.
7. Meningkatkan pamahaman dan keterampilan siswa dalam mengaplikasikan rumus
yang tepat untuk permasalahan tertentu.

Kekurangan model pembelajaran tipe TGT :


1. Membutuhkan waktu yang lama dalam pelaksanaan model pembelajaran TGT.
2. Suasana kelas akan cenderung gaduh dan tidak terkendali.

Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT menurut penulis, di antaranya:


a. Model TGT tidak hanya membuat siswa yang cerdas lebih menonjol dalam
pembelajaran,tetapi siswa yang berkemampuan lebih rendah juga ikut aktif dan
mempunyai peranan yang penting dalam kelompokanya.
b. Dengan model pembelajaran ini membuat rasa kebersamaan dan saling menghargai
sesama anggota kelompoknya.
c. Dalam model pembelajaran ini membuat siswa kebih bersemangat dalam
mengikuti pelajaran,karena dalam pembelajaran ini guru menjanjikan sebuah
penghargaan pada siswa atau kelompok terbaik.
d. Dalam pembelajaran ini membuat siswa menjadi lebih senang dalam mengikuti
pelajaran karena ada kegiatan permainan turnamen dalam model ini.

Konsep Pembelajaran dengan penerapan model Teams Games Tournament.


Model pembelajaran TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang
mudah diterapkan. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai langkah-langkah penerapan
model TGT.

Menurut Ilham (2009:30), langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran


Kooperatif tipe TGT:
1. Tahap model pembelajaran TGT meliputi Penyajian kelas yang dilakukan oleh
guru dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah. Pada saat penyajian kelas,
peserta didik terbentuk dalam satu kelompok yang terdiri dari 4 sampai 6 orang,
diperoleh dari anggota heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan
ras atau etnik.
2. Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran, guru mengadakan game
(permainan) dengan sistem turnament. Game yang disajikan terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Peserta didik memilih kartu bernomor

7|Proposal PTK Veronika Dina Wulandari


dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik
yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Sesuai dengan sistem
Turnament yaitu sebuah struktur di mana gamem berlangsung.
3. Bagi tim yang telah menyelesaikan soal-soal game terlebih dahulu,
mempresentasikan hasil penyelesaian soal-soal game dengan diwakili oleh ketua
kelompok.
4. Tahap akhir pembelajaran dengan TGT tim yang memperoleh nilai rata-rata terbaik
dan memenuhi kriteria yang ditentukan akan memperoleh hadiah yang sudah
dipersiapkan.

Sedangkan Sudibyo (2002:65) berpendapat langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran


Kooperatif tipe TGT:

1. Penyajian kelas
Pada tahap ini, guru menyajikan garis besar materi dengan model ceramah maupun diskusi di
depan kelas sebelum kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok.

2. Kelompok
Setelah guru menyampaikan garis besar materi di depan kelas, kemudian siswa
dikelompokkan menjadi beberapa yang beranggotakan 4–6 orang dengan kemampuan
masing-masing anggotanya yang beragam.

3. Game
Setelah kelompok terbentuk, siswa diberikan beberapa soal untuk dikerjakan dan
didiskusikan dalam kelompoknya. Di sini, siswa yang telah memahami materi harus
memberikan penjelasan kepada teman mereka yang sekiranya masih belum paham sebelum
mereka bertanya kepada guru. Kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusi mereka di depan kelas.

4. Turnamen
Setelah tahap game selesai, masing-masing kelompok menyiapkan anggotanya untuk
bertanding dalam satu turnamen dengan anggota dari kelompok lainnya yang kemampuannya
setara. Satu kelompok hanya mengirimkan satu anggota untuk bertanding dalam turnamen
tersebut. Dalam turnamen, setiap siswa berkompetisi dengan siswa lainnya untuk
mendapatkan skor sebanyak mungkin. Di sini, mereka akan dihadapkan dengan beberapa soal
yang harus dikerjakan secara individu sesuai dengan waktu dan peraturan yang sudah
dientukan sebelumnya.

5. Pemberian skor
Setelah semua anggota berkompetisi dalam turnamen dan mendapatkan skor, guru
mengakumulasikan skor tersebut sesuai dengan kelompok mereka masing-masing.

6. Pemberian penghargaan
Setelah skor diakumulasikan, guru kemudian memberikan penghargaan kepada masing-
masing kelompok sesuai dengan skor yang mereka peroleh. Menurut Peneliti langkah-
langkah penggunaan model kooperatif tipe TGT adalah: Membentuk Tim/kelompok,
Melaksanakan Game (permainan), Melaksanakan Tournament dan Rekognisi tim
(penghargaan tim). Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rerata skor kelompok.

8|Proposal PTK Veronika Dina Wulandari


Penghargaan kelompok diberikan sesuai kriteria berikut.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan langkah-langkah model pembelajaran TGT


menurut ahli Sudibyo untuk proses pembelajaran IPA pada KD mendeskripsikan hubungan
antara gaya, gerak, dan energi melalui percobaan (gaya grafitasi, gaya gesek, gaya magnet)
berdasarkan ruang lingkup materi pokok gaya. Peneliti menggunakan langkah-langkah
menurut ahli Sudibyo karena mudah untuk diterapkan dan dipahami oleh siswa.

2.3. KERANGKA BERPIKIR

Kerangka berpikir yang dgunakan dalam penelitian ini adalah keberhasilan siswa
meningkatkan suatu ketrampilan tertentu dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang
digunakan. Semakin tepat metode pembelajaran ynag digunakan maka semakin baik
ketrampilan siswanya.

Penggunaan metode ceramah yang digunakan selama ini ternyata tidak tepat. Hal ini terlihat
dari rendahnya ketrampilan siswa dalam menyusun jurnal khusus akuntansi di perusahaan
dagang dan jasa (hasil Penilaian Tengah Semester Ganjil Tahun Ajaran 2021/2022).
Sedangkan dari hasil beberapa penelitian ternyata metode Team Games Tournament
merupakan salah satu metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan ketrampilan
siswa di suatu bidang tertentu.

Berangkat dari keberhasilan uji coba penggunaan metode Team Games Tournament maka
penelitian ini ingin melihat seberapa jauh metode ini efektif meningkatkan ketrampilan siswa
kelas X AKL di SMKS Harnasto Institut dalam membuat jurnal khusus akuntansi perusahaan
dagang dan jasa. Metode ini diterapkan selama semester ganjil tahun ajaran 2021/2022.

2.4. HIPOTESA TINDAKAN

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah:

 Metode Team Games Tournament mampu meningkatkan ketrampilan siswa kelas X


AKL di SMKS Harnasto Institut hingga mencapai KKM (Kriteria Kelulusan
Minimal) yaitu sebesar 75..
 Metode Team Games Tournament lebih baik daripada metode ceramah

9|Proposal PTK Veronika Dina Wulandari


==================================================================

BAB III
METODE PENELITIAN

=================================================================

3.1. WAKTU PENELITIAN

Waktu penelitian ini adalah selama 2 bulan di semester ganjil tahun ajaran 2021/2022 yaitu
mulai bulan Nopember hingga Desember 2021. Dipilihnya waktu ini adalah agar penggunaan
Metode Team Games Tournament dapat dibuktikan efektivitasnya dalam meningkatkan
ketrampilan siswa membuat jurnal khusus akuntansi di perusahaan dagang dan jasa, saat
Penilaian Akhir Semester Ganjil

3.2. SUBYEK PENELITIAN

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X bidang studi Akuntansi dan Keangan Lembaga
SMKS Harnasto Institut.

3.3. SUMBER DATA

Sumber data yang digunakan di sini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari:
 Hasil Penilaian Akhir Semester Ganjil Tahun Ajaran 2021/2022 yang akan
dilaksanakan di bulan Desember 2021.
 Hasil post test setiap selesai melakukan Team Games Tournament (setiap siklus).
 Hasil observasi proses pelaksanaan Team Games Tournament dari guru pendamping.
 Hasil observasi proses pelaksanaan Team Games Tournament dari guru sejawat.
 Hasil Focus Group Discussion tentang proses siswa membuat jurnal khusus akuntansi
di perusahaan dagang dan jasa, seperti:kesuliatan-kesulitan dalam melaksanakan
Team Games Tournament dan tentang kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam
proses pembuatan jurnal khusus akuntansi di perusahaan dagang dan jasa.
 Hasil wawancara mendalam (in-depth interview) ke siswa kelas X bidang studi
Akuntansi dan Keangan Lembaga SMKS Harnasto Institut tentang kesuliatan-
kesulitan dalam melaksanakan Team Games Tournament dan tentang kesulitan-
kesulitan yang dialami siswa dalam proses pembuatan jurnal khusus akuntansi di
perusahaan dagang dan jasa.

Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari hasil kajian pustaka yang terkait.
10 | P r o p o s a l P T K V e r o n i k a D i n a W u l a n d a r i
3.4. TEKNIK DAN ALAT PENGUM[PULAN DATA

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


 Penilaian Akhir Semester Ganjil.
 Post Test
 Observasi
 Wawancara Mendalam (In-depth Interviews)
 Focus Group Discussion.

Dan alat pengumpulan datanya adalah:


 Butir soal di Penilaian Akhir Semester Ganjil
 Butir soal post test di setiap akhir siklus.
 Catatan observasi
 Matriks hasil Focus Group Discussion.
 Catatan wawancara mendalam

3.5. VALIDASI DATA

Validasi data yang digunakan adalah:

 Validasi Teoritik:
Validasi teoritik dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian ini dengan hasil
penelitian lain yang sejenis dan dengan teori-teori yang terkait.

 Validasi empirik:
Validasi empirik dilakukan dengan melakukan triangulasi kesesuaian antara hasil test
(post test di setiap siklus dan Penilaian Akhir Semester Ganjil) dengan hasil wawacara
(wawncara mendalam dan Focus Group Discussion) serta dengan hasil observasi

3.6. INDIKATOR KINERJA

Indikator kinerja yang digunakan di sini adalah nilai ketrampilan pembuatan jurnal khusus
akuntansi akntansi di perusahaan dagang dan jasa minimal 75.

3.7. PROSEDUR PENELITIAN

Pelaksanaan prosedur penelitian diawali dengan pelaksanaa metode Team Game Tournament (lihat
gambar 3.1). Pada saat pelaksanaan Team Game Tournament, dilakukan:

1. Observasi terhadap proses.


2. Setelah itu dilakukan post test di akhir siklus tentang kemampuan siswa membuat jurnal
khusus akuntansi maka ada 3 opsi yaitu:

11 | P r o p o s a l P T K V e r o n i k a D i n a W u l a n d a r i
 Bila hasil post test nya di bawah nilai sebelum PTK yaitu di bawah 55 maka PTK dihentikan
karena terbukti metode Team Game Tournament tidak berhasil meningkatkan ketrampilan
siswa.
 Bila hasil post test nya sama atau lebih dari KKM (75) maka PTK selesai karena terbukti
metode Team Game Tournament berhasil meningkatkan ketrampilan siswa.
 Bila hasil post test nya di bawah nilai sebelum PTK yaitu di atas 55 (meningkat) tetapi masih
di bawah KKM maka PTK disempurnakan di siklus berikutnya (siklus 2).

3. Point 2 diulangi terus hingga nilainya sama atau lebih dari KKM (75).
4. Di setiap akhir siklus dianalisis kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan di siklus tersebut
untuk masukkan di siklus berikutnya.
5. Semua proses dan hasilnya direkam untuk menarik kesimpulan dari penelitian ini.

12 | P r o p o s a l P T K V e r o n i k a D i n a W u l a n d a r i
================================================================

DAFTAR PUSTAKA

================================================================

Ahmadi. A., Prastya, J. T. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia

Airasian, Peter and Gay L. R. (2008). Educational research: Competence for analysis an
application. New Jersey: Merrill Prentice Hall.

Alipandie, I. (1984). Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha Nasional.


Arends, R.T. (1997). Strategi-strategi Belajar. Surabaya: University Press.

Dimyati dan Mujiono, (1996). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djamarah, S.B dan Zain. A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Kerlinger, Fred N. (2010). Asas-asas Penelitian. Jakarta: MTD Training.

Kusuma. A.A., (2013). Pengaruh Pemberian Tugas, Metode Pembelajaran Dan Kinerja Guru
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sma N 1 Sapuran Wonosobo. OIKONOMIA. Vol. 2
No. 3 (2013). 219-224

Nazir. (1988). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah Nunally, J.C (1978). Psychometric Theory. New York: McGraw-Hll
Book.

Pupuh Faturrohman & Sobry M. S. (2010). Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman
Konsep Umum & Konsep Islami, Bandung: Refika Aditama

Roestiyah (1989). Didaktik Metodik. Jakarta: PT. Bina Aksara.


Roestiyah NK., (2001). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta
Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Shaughnessy J.J. and Zechmeister E.B., Zechmeister, J.S. (2000). The Research Methods in
Psychology. Chicago: McGraw-Hill

Sugiyono (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

13 | P r o p o s a l P T K V e r o n i k a D i n a W u l a n d a r i
Suliyanto. (2005). Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.

Surakhmad, W. (1990). Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, dan Teknik. Bandung:
Tarsito.

Suryastuti. Rr. H. (2013). Pengaruh Metode Pembelajaran dan Kinerja Guru Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Kelas X Mata Pelajaran IPS di SMK Tamtama Prembun
Kebumen. OIKONOMIA. Vol.2 No.2 (2013). 79-84

Suryosubroto, B. (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.


Tarmudji, T. (1994). Metode dan Media Penyajian Materi. Yogyakarta: Liberty.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progesif. Jakarta: Kencana

Yulaelawati, Ella. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran. Filosofi, Teori dan Aplikasi.
Bandung: Pakar Raya.

14 | P r o p o s a l P T K V e r o n i k a D i n a W u l a n d a r i

Anda mungkin juga menyukai