Anda di halaman 1dari 2

Lagu inti khas Babarit Dayeuhkolot, disaksikan masyarakat dalam suasana khidmat.

 Ketujuh
lagu khas Babarit tersebut dilantunkan secara berurutan diawali lagu berjudul Lahir Batin,
Golewang, Titi Pati, Tali Asih, Renggong Buyut, Goyong-goyong, dan Raja Pulang.
Lagu atau tembang-tembang Babarit inilah yang mengandung banyak makna dan nasihat-nasihat
luhur bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan mereka. Misalnya lagu berjudul Lahir
Batin mengandung nasihat agar selalu berbuat baik kepada sesama manusia dan beribadah
kepada Allah. Kemudian lagu Golewang yang mengandung makna, bahwa dalam menjalani
kehidupan di dunia, masyarakat harus mengikuti ajaran agama dan aturan hukum yang berlaku di
tengah mereka.
Berikutnya, lagu Titi Pati mengandung makna dan nasihat agar selalu teliti dan hati-hati dalam
menjalani kehidupan. Sali Asih mengandung makna untuk memelihara kasih sayang terhadap
sesama manusia dan lingkungan alam. Renggong Buyut mengandung makna mengajak
masyarakat untuk selalu memelihara silaturahmi. Lagu Goyong-goyong berisi ajakan untuk
memelihara budaya gotong-royong agar jangan sampai punah. Terakhir, lagu Raja
Pulang mengingatkan kepada setiap insan manusia, tanpa memandang status dan kedudukannya
di dunia, agar selalu melakukan amal kebaikan untuk bekal hidup di dunia dan di akherat kelak.

Pembentukan sikap melalui pendidikan karakter berbasis potensi diri mendorong peserta didik
untuk memiliki etos belajar, inisiatif, spontanitas, suasana hati yang nyaman berfikir, suka
bertanya anti menyontek, dan belajar mandiri. Selain itu, membiasakan diri datang tepat waktu,
menjawab pertanyaan guru dengan cepat, tepat, interaksi sosial yang tinggi dengan teman teman
sekelas, dan berfikir komprehensif. Juga merupakan strategi pengembangan karakter potensi diri
peserta didik. Pendidikan karakter seperti itu dalam mengembangkan potensi diri peserta didik
merupakan shock therapy mendongkrak nilai prestasi peserta didik.

Bangsa ini menemukan konteks dan relevansi sila pertama Pancasila ini dengan spirit pemberantasan
korupsi yang menjadi salah satu akar persoalan bangsa saat ini. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab mencerminkan bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara ini mesti didasarkan pada nilai-
nilai kemanusiaan yang luhur dan universal yang bersumber dari falsafah bangsa kita seperti
toleransi, harmoni, tepa selira, tenggang rasa, gotongroyong, andhap asor, serta saling menghormati
sebagai karakter asli (genuine character) bangsa ini.

Karakter asli ini mesti terus dirawat dan dijaga melalui pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-
hari. Bila karakter asli bangsa ini tertanam mengakar (rooted in culture), akan menjadi civic culture
yang menjadi keunggulan kompetitif bangsa ini di bidang kultural dibandingkan bangsa bangsa lain di
dunia.Penghormatan hak-hak asasi manusia (HAM) dan penegakan keadilan juga merupakan inti dari
sila kedua ini.

Sila Persatuan Indonesia menemukan konteksnya di saat bangsa ini begitu mudah terpecah- belah
dan terprovokasi hanya untuk perkara-perkara yang tidak substansial. Kisruh Kongres PSSI tempo
hari adalah contoh nyata betapa anak-anak bangsa ini lebih menonjolkan ego sektoral dan kelompok
serta abai terhadap persatuan dan kesatuan bangsa.

Begitu juga maraknya aksi perekrutan jaringan Negara Islam Indonesia (NII) adalah wujud dari masih
latennya potensi sebagian kecil dari bangsa ini untuk keluar dari kerangka NKRI. Sila Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan menunjukkan komitmen
founding fathers kita untuk memilih jalan demokrasi dan musyawarah dalam menyelesaikan problem-
problem kebangsaan.
Sila ini tidak memberi ruang sedikit pun bagi praktik kekerasan dalam menyelesaikan persoalan.
Perdebatan- perdebatan yang produktif yang dibimbing akal sehat (common sense) dan
kebijaksanaan akan memandu bangsa ini pada peradaban politik yang lebih bermartabat.

Sementara sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkait bagaimana proses penegakan
keadilan benar-benar dirasakan oleh segenap rakyat Indonesia tanpa pandang bulu.Penegakan hukum
yang tegas dan afirmatif akan memenuhi rasa keadilan di masyarakat yang pada gilirannya menjadi
modal sosial bagi bangsa ini dalam melahirkan stabilitas sosial-politik.

Kekerasan, terorisme, revolusi sosial, dan radikalisme yang merupakan efek dari ketidakadilan akan
hilang begitu saja bila sila kelima ini benar-benar menjadi panduan bagi para penyelenggara negara. 

Anda mungkin juga menyukai